Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISIS POTENSI LAHAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) TERHADAP PRODUKTIVITAS LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN SRAGEN

KAJIAN INDEKS POTENSI LAHAN TERHADAP PEMANFAATAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POTENSI KEKERINGAN GEOMORFOLOGI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN PURWOREJO

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

TOMI YOGO WASISSO E

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN (PRODUKSI PANGAN) BERDASARKAN NILAI INDEKS POTENSI LAHAN KABUPATEN BANTUL ALAAN JUDUL PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Majalengka Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Pemetaan Potensi Lahan di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Kata kunci: evaluasi kemampuan lahan, Citra Landsat 8 OLI, penggunaan lahan, perencanaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

ANALISIS KESESUAIAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN TERHADAP PENGGUNAAN LAHAN DENGAN PEMANFAATAN SIG DI KABUPATEN PATI TAHUN 2016

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

RELIGIUS, MAJU, SEJAHTERA TERWUJUDNYA KABUPATEN (REMAJA) VISI KABUPATEN MAJALENGKA MAJALENGKA YANG. Analisis Indikator Makro Kabupaten Majalengka 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Padi Sawah Kecamatan Demak Kabupaten Demak. Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN (PRODUKSI PANGAN) BERDASARKAN NILAI INDEKS POTENSI LAHAN KABUPATEN BANTUL HALAMAN JUDUL SKRIPSI

BAB II METODE PENELITIAN

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring dengan pertambahan

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)

ANALISIS KERAWANAN DAN KEJADIAN TANAH LONGSOR DI KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS DAERAH POTENSI LONGSORLAHAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

KABUPATEN MA'ALENGKA. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi. APBD Provinsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN TANAH LONGSOR JALUR SOLO- SELO-BOROBUDUR DI KECAMATAN CEPOGO DAN KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

KAJIAN WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DI KABUPATEN MAJALENGKA

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS POTENSI TANAH LONGSOR DI KECAMATAN DLINGO, KABUPATEN BANTUL MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) TAHUN 2016

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN TERHADAP KERAWANAN BENCANA DI KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

Pemanfaatan Citra landsat 8 dan SIG untuk Pemetaan Kawasan Resapan Air (Lereng Barat Gunung Lawu)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

PENGGUNAAN SISTIM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN TINGKAT RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS POTENSI DAERAH RESAPAN AIR HUJAN DI SUB DAS METRO MALANG JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 11 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGKAJIAN POTENSI RESAPAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI STUDI KASUS CEKUNGAN BANDUNG TESIS MAGISTER. Oleh : MARDI WIBOWO NIM :

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

ANALISIS DAERAH RESAPAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS SPASIAL AGIHAN LAHAN KRITIS DI KABUPATEN SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

Transkripsi:

ANALISIS POTENSI LAHAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Diajukan oleh: VIVI FEBRIDA YENTRI E100150126 PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

i Vivi Febrida Yentri

ii

iii

ANALISIS POTENSI LAHAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT Vivi Febrida Yentri 1, Taryono 2 1 Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2 Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta vivi.febrida16@gmail.com E100150126 Abstrak Indeks potensi lahan adalah upaya penilaian lahan sesuai potensi lahan. Indeks potensi lahan pertanian merupakan data penting yang dapat digunakan dalam memberikan evaluasi dan informasi mengenai potensi lahan pertanian untuk dapat memanfaatkan lahan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persebaran indeks potensi lahan di Kabupaten Majalengka, menganalisis persebaran potensi lahan sawah berdasarkan nilai indeks potensi lahan di Kabupaten Majalengka, dan menganalisis kesesuaian antara potensi lahan sawah dengan produktivitas padi di Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SIG melalui pendekatan kuantitatif berjenjang terhadap 5 parameter indeks potensi lahan, yaitu lereng, litologi, jenis batuan, hidrologi, dan rawan banjir sebagai faktor pembatas. Hasil yang diperoleh indeks potensi lahan Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 5 kelas, kelas sangat rendah seluas 100,33 km 2 (7,58%); kelas rendah seluas 164,73 km 2 (12,44%); kelas sedang seluas 376,4 km 2 (30,66%); kelas tinggi seluas 302,98 km 2 (27,41%); dan kelas sangat tinggi seluas 260,18 km 2 (21,91%). Lahan sawah yang memiliki potensi lahan sangat rendah terdapat di Kecamatan Sindangwangi. Potensi lahan sawah rendah terdapat di Kecamatan Leuwimunding dan Kecamatan Malausma. Potensi lahan sawah sedang terdapat di Kecamatan Ligung, Dawuan, Palasah, Sumberjaya, Kasokandel, Cigasong, Sindang, Rajagaluh, Bantarujeg, Banjaran, Talaga, Cikijing, dan Cingambul. Potensi lahan sawah tinggi terdapat di Kecamatan Lemahsugih, Maja, Argapura, Majalengka, Panyingkiran, Kadipaten, dan Sukahaji. Potensi lahan sawah sangat tinggi terdapat di Kecamatan Kertajati dan Jatitujuh. Kesesuaian antara potensi lahan sawah dengan produktivitas padi sawah di Kabupaten Majalengka didominasi tidak sesuai. Potensi lahan sawah dengan produktivitas padi sawah yang sesuai terdapat pada 6 kecamatan yaitu Kecamatan Kadipaten, Panyingkiran, Sukahaji, Sumberjaya, Sindangwangi, dan Talaga. Kata Kunci: Potensi Lahan, Padi Sawah, Produktivitas Padi 1

LAND POTENTIAL OF RICE FIELD ANALYSIS IN MAJALENGKA REGENCY THE PROVINCE OF WEST JAVA Vivi Febrida Yentri 1, Taryono 2 1 Student of Geography Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta 2 Lecturer of Geography Faculty, Muhammadiyah University of Surakarta vivi.febrida16@gmail.com E100150126 Abstract Index potential of land is appropriate assessment effort land land potential. Index agricultural potential is an important data which can be used to provide information on the evaluation and potential agricultural lands to be able to use the land optimally. This study aimed to analyze the distribution of land potential index in Majalengka, analyze the potential spread of wetland based on the index value the potential of land in Majalengka, and analyze the suitability of potential wetland and rice productivity in Majalengka. The method used in this research is the analysis of GIS through a tiered quantitative approach to land potential index 5 parameters, ie slope, lithology, rock type, hydrology, and prone to flooding as a limiting factor. Results obtained land potential index Majalengka divided into five classes, is very low of 100.33 km 2 (7.58%); low-class area of 164.73 km 2 (12.44%); the middle area of 376.4 km 2 (30.66%); high-class area of 302.98 km 2 (27.41%); and very high class area of 260.18 km 2 (21.91%). Wetland has a very low potential area contained in district Sindangwangi. Potential low wetland contained in the district Leuwimunding and sub-district Malausma. Potential wetland is being contained in the District Ligung, Dawuan, Palasah, Sumberjaya, Kasokandel, Cigasong, Sindang, Rajagaluh, Bantarujeg, Banjaran, Talaga, Cikijing, and Cingambul. Potential high wetland contained in District Lemahsugih, Maja, Argapura, Majalengka, Panyingkiran, Kadipaten, and Sukahaji. Very high potential paddy fields are in District Kertajati and Jatitujuh. Correspondence between the land potential productivity of lowland rice paddies in Majalengka dominated not suite. The potential of wet land with paddy rice productivity suite contained in 6 sub-districts Kadipaten, Panyingkiran, Sukahaji, Sumberjaya, Sindangwangi, and Talaga. Keywords: Potential Land, Rice, Rice Productivity 2

PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan lahan pertanian semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk juga meningkatkan kebutuhan penduduk untuk lahan non pertanian sehingga banyak terjadi konversi lahan pertanian ke non pertanian. Lahan sawah nasional pada tahun 2002 seluas 11,50 juta ha berkurang menjadi 8,08 juta ha pada tahun 2012 (BPS, 2013). Berkurangnya lahan pertanian yang potensial akan berakibat pada ketersediaan pangan di Indonesia dan dapatmenurunkan angka produksi pangan Indonesia. Ketahanan pangan terjadi apabila semua orang secara terus menerus, baik secara fisik, sosial, dan ekonomi mempunyai akses untuk pangan yang memadai/cukup, bergizi dan aman, yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup secara aktif dan sehat. Komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder diperlukan untuk mencegah terjadinya konservasi lahan pertanian, kepentingan menjaga ketahanan pangan nasional serta menjaga kelestarian lingkungan melalui kebijakan dan pernyataan yang jelas. Konversi lahan yang meluas jika tidak dikendalikan akan mempengaruhi jumlah produksi padi. Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan. Indeks potensi lahan pertanian merupakan data penting yang dapat digunakan dalam memberikan evaluasi dan informasi mengenai potensi lahan pertanian untuk dapat memanfaatkan lahan secara optimal. Potensi lahan memiliki beberapa parameter pendukung yaitu kemiringan lereng, jenis tanah, hidrologi, litologi, serta kerawanan bencana sebagai faktor pembatas.area pertanian yang berada pada daerah yang potensi kesuburannya tinggi akan menghasilkanpanen yang lebih besar dibanding dengan area pertanian yang tingkat kesuburan tanahnya rendah. Batas-batas untuk tiap potensi lahan dapat diketahui pola keruangannya dan posisi absolutnya, oleh karena itu diperlukan suatu metode yang paling efisien untuk dapat mengolah dan menganalisa data spasial dan data atribut yang berisi informasi lainnya untuk pembuatan Peta Indeks Potensi Lahan. Sistem Informasi Geografi dapat dimanfaatkan dalam membantu penggabungan atau tumpang susun antara beberapa peta yang berbeda dan berpengaruh membentuk satuan pemetaan lahan. Penentuan indeks potensi lahan pertanian akan memberikan informasi lokasi potensi lahan pertanian. 3

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. bagaimana persebaran indeks potensi lahan di Kabupaten Majalengka?, 2. bagaimana persebaran potensi lahan sawah berdasarkan nilai Indeks Potensi Lahan di Kabupaten Majalengka?, dan 3. bagaimana kesesuaian antara potensi lahan sawah dengan produktivitas padi di Kabupaten Majalengka?. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. menganalisis persebaran indeks potensi lahan di Kabupaten Majalengka, 2. menganalisis persebaran potensi lahan sawah berdasarkan nilai Indeks Potensi Lahan di Kabupaten Majalengka, dan 3. menganalisis kesesuaian antara potensi lahan sawah dengan produktivitas padi di Kabupaten Majalengka. METODE PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian, maka penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahap yang terangkum dalam metode penelitian,antara lain: Metode Pengumpulan Data Tahapan persiapan penelitian berupa studi pustaka dan pengumpulan data. Studi pustaka terhadap sumber referensi yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah survei instansional. Survei instansional dilakukan dengan mengambil data sekunder yang dibutuhkan untuk penelitian ke instansi Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Majalengka dan Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka. Data sekunder yang dibutuhkan berupa data kemiringan lereng, data jenis tanah, data litologi, data hidrologi,data rawan bencana, data penggunaan lahan dan data produktivitas padi di Kabupaten Majalengka. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh dari instansi Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Majalengka berupa data sekunder dalam bentuk shapefile. Tiaptiap data parameter diolah menjadi peta, yaitu peta kemiringan lereng, peta litologi/jenis batuan, peta jenis tanah, peta hidrologi, dan peta kerawanan bencana. Tiap-tiap peta parameter dilakukan pengharkatan berdasarkan tabel acuan pengharkatan parameter indeks potensi lahan. 4

a. Faktor Lereng Tabel 1 Harkat Lereng Kode Lereng Lereng Harkat R1 0-5 % Datar Landai 5 R2 5-15% Berombak- 4 bergelombang R3 15-25% BerbukitRendah 3 R4 25-45% Berbukit 2 R5 >45% Bergunung 1 Sumber: Suharsono, 1995 dalam Listumbinang, 2007 b. Faktor Litologi Tabel 2 Harkat Litologi Kode Litologi/ JenisBatuan Harkat Lh Sedimen klastik berbutir halus 2 Lg Sedimen gamping dan 3 metamorf Lk Sedimen klastik berbutir kasar 5 Lb Batuan beku massif 5 Ll Batuan gamping 5 Lp Bahan piroklastik 8 La Alluvium / Colluvium 10 Sumber: Suharsono, 1995 dalam Listumbinang, 2007 c. Faktor Jenis Tanah Tabel 3 Harkat Jenis Tanah Kode KelasTekstur Jenis Tanah Harkat T1 Kasar Regosol, Litosol, 1 Organosol T2 AgakKasar Podsolik, Andosol 4 T3 Sedang Aluvial Coklat, Mediteran 5 T4 AgakHalus Glei Humus, Rensina, 3 Podsol T5 Halus Grumusol, Latosol, Aluvial Kelabu 2 Sumber: Suharsono, 1995 dalam Listumbinang, 2007 5

d. Faktor Hidrologi Tabel 4 Harkat Hidrologi / Air Tanah Kode Air Tanah Harkat A1 Sangat Berpotensi 5 A2 Berpotensi 4 A3 Potensi Sedang 3 A4 Kurang Berpotensi 2 A5 Langka Air Tanah 0 Sumber: Suharsono(1995 dalam Listumbinang, 2007) dengan modifikasi e. Faktor Kerawanan Bencana Tabel 5 Harkat Banjir Kode Banjir Harkat B1 Sering Tergenang 0,6 B2 Kadang Tergenang 0,7 B3 Jarang Tergenang 0,8 B4 Tidak Pernah Tergenang 1,0 Sumber: Riyadi, 1999 Overlay/ Tumpangsusun Setelah melakukan pengharkatan, melakukan overlay terhadap parameter-parameter yang digunakan.skor dari tiap parameter tersebut kemudian dijumlahkan (pendekatan berjenjang), kecuali parameter kerawanan bencana (banjir). Faktor kerawanan bencana ini merupakan faktor penghambat yang nantinya digunakan sebagai faktor pengali pada hasil penjumlahan skor dari parameter-parameter lainnya. Perhitungan nilai IPL = (R + L + T + H) B Hasil analisis tersebut adalah unit satuan pemetaan spasial berupa Indeks Potensi Lahan.Menghitung kelas indeks potensi lahan, dibagi menjadi 5 kelas yaitu Sangat Rendah, Rendah, Sedang,Tinggi dan Sangat Tinggi. Pembuatan Peta Potensi Lahan Sawah dengan cara overlay peta penggunaan lahan sawah dengan peta Indeks Potensi Lahan Kabupaten Majalengka. Data produktivitas tanaman padi diperoleh dari Dinas Pertanian. Untuk membuat peta produktivitas padi dengan cara join table yaitu menggabungkan data tabel produktivitas padi tiap kecamatan dengan peta administrasi Kabupaten Majalengka berdasarkan kesamaan nama kecamatan. 6

Peta kesesuaian potensi lahan sawah dengan produktivitas padi dibuat dengan cara overlay antara peta potensi lahan sawah kabupaten Majalengka dengan peta produktivitas padi sawah Kabupaten Majalengka. Untuk memperoleh informasi kesesuaian potensi lahan sawah terhadap produktivitas padi sawah, satuan pemetaannya harus sama, yaitu satuan pemetaan administrasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemprosesan dalam Sistem Informasi Geografi. Satuan wilayah administrasi yang digunakan adalah kecamatan. Metode Analisis Data Metode analisis data berisi tahapan dalam melakukan analisa hasil penelitian yang terdiri dari dari analisis deskriptif,analisis sistem informasi geografi, dan analisis spasial. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan informasi dari peta tiap parameter indeks potensi lahan di Kabupaten Majalengka. Analisis peta tiap parameter berupa kemiringan lereng, litologi, jenis tanah, hidrologi dan kerawanan bencana dilakukan dengan melihat klasifikasi berdasarkan harkat tiap parameter. Penjelasan mengenai persebaran nilai indeks potensi lahan dan persebaran potensi lahan sawah berdasarkan nilai indeks potensi lahan di kabupaten majalengka dan kesesuaian potensi lahan sawah terhadap produktivitas padi di Kabupaten Majalengka HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan perhitungan terhadap parameter,indeks potensi lahan di Kabupaten Majalengka dibagi menjadi lima kelas, yaitu Sangat Rendah, Rendah, Sedang, Tinggi, dan Sangat Tinggi. Luas wilayah berdasarkan tingkat Indeks Potensi Lahan (IPL) dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 6 Klasifikasi Potensi Lahan Kabupaten Majalengka Indeks Potensi Lahan Kelas Luas (km 2 ) Persentase (%) 6 9,9 Sangat Rendah 100,32 7,58 10-13,9 Rendah 164,73 12,44 14-17,9 Sedang 406,04 30,66 18-21,9 Tinggi 362,98 27,41 22-25 Sangat Tinggi 290,18 21,91 Sumber: Pengolahan Data, 2016 Wilayah yang memiliki potensi lahan sedang meliputi Kecamatan Ligung, Dawuan, Jatiwangi, Kasokandel, Sindangwangi,Cigasong,Cikijing, Rajagaluh, sebagian Kecamatan Sindang, Sukahaji, Bantarujeg, Talaga, Banjaran, Cingambul, Argapura, Kadipaten Panyingkiran. Wilayah yang memiliki potensi 7

lahan sangat tinggi adalah Kecamatan Kertajati dan Jatitujuh. Wilayah yang memiliki potensi lahan tinggi adalah Kecamatan Lemahsugih, sebagian Kecamatan Banjaran, Maja, Majalengka, Panyingkiran, Kadipaten, dan Argapura. Wilayah yang memiliki potensi lahan rendah adalah sebagian Kecamatan Palasah, Sukahaji,Leuwimunding, Sindangwangi, Majalengka, Maja, Bantarujeg, Talaga,Cingambul dan Kecamatan Malausma. Wilayah yang memiliki potensi lahan sangat rendah adalah sebagian Kecamatan Sindang dan Bantarujeg. Lahan sawah yang memiliki potensi lahan sangat rendah terdapat di Kecamatan Sindangwangi. Metode rata-rata tertimbang dilakukan sebagai penyamaan batas wilayah penelitian yaitu pada level kecamatan dengan mempertimbangkan luasan potensi lahan sawah, luas kecamatan serta harkat dari potensi lahan tersebut. Dominasi potensi lahan sawah pada tiap kecamatan tersebut yang dijadikan hasil rerata guna penyamaan batas wilayah penelitian. Setelah melakukan penyesuaian batas penelitian menggunakan metode rata-rata tertimbang potensi lahan sawah di Kabupaten Majalengka dibagi menjadi lima kelas, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Lahan sawah yang memiliki potensi lahan rendah terdapat di Kecamatan Leuwimunding dan Kecamatan Malausma. Lahan sawah yang memiliki potensi lahan sedang terdapat di Kecamatan Ligung, Dawuan, Palasah, Sumberjaya, Kasokandel, Cigasong, Sindang, Rajagaluh, Bantarujeg, Banjaran, Talaga, Cikijing, dan Cingambul. Lahan sawah yang memiliki potensi lahan tinggi terdapat di Kecamatan Lemahsugih, Maja, Argapura, Majalengka, Panyingkiran, Kadipaten, dan Sukahaji. Lahan sawah yang memiliki potensi sangat tinggi terdapat di Kecamatan Kertajati dan Jatitujuh. Potensi lahan sawah dengan produktivitas padi sawah yang memiliki kelas sesuai terdapat pada 6 kecamatan yaitu Kecamatan Kadipaten, Panyingkiran, Sukahaji, Sumberjaya, Sindangwangi, dan Talaga 8

Gambar Peta Indeks Potensi Lahan Kabupaten Majalengka 9

Gambar Peta Potensi Lahan Sawah Metode Rata-rata Tertimbang Kabupaten Majalengka 10

Gambar Peta Kesesuaian Potensi Lahan Sawah dengan Produktivitas Padi di Kabupaten Majalengka 11

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Indeks Potensi Lahan Kabupaten Majalengka dibagi menjadi 5 kelas, kelas sangat rendah seluas 100,32km 2 (7,58%); kelas rendah seluas 164,73km 2 (12,44%) ; kelas sedang seluas 406,4km 2 (30,66%) ; kelas tinggi seluas 362,98km 2 (27,41%) ; dan kelas sangat tinggi seluas 290,18km 2 (21,91%). 2. Lahan sawah yang memiliki potensi lahan sangat rendah terdapat di Kecamatan Sindangwangi. Potensi lahan rendah terdapat di Kecamatan Leuwimunding dan Kecamatan Malausma. Potensi lahan sedang terdapat di Kecamatan Ligung, Dawuan, Palasah, Sumberjaya, Kasokandel, Cigasong, Sindang, Rajagaluh, Bantarujeg, Banjaran, Talaga, Cikijing, dan Cingambul. Potensi lahan tinggi terdapat di Kecamatan Lemahsugih, Maja, Argapura, Majalengka, Panyingkiran, Kadipaten, dan Sukahaji. Potensi sangat tinggi terdapat di Kecamatan Kertajati dan Jatitujuh. 3. Kesesuaian antara potensi lahan sawah dengan produktivitas padi sawah di Kabupaten Majalengka didominasi tidak sesuai. Potensi lahan sawah dengan produktivitas padi sawah yang sesuai terdapat pada 6 kecamatan yaitu Kecamatan Kadipaten, Panyingkiran, Sukahaji, Sumberjaya, Sindangwangi, dan Talaga. Saran 1. Lahan sawah yang berpotensi tinggi sebaiknya diolah lebih maksimal agar produktivitasnya tinggi. 2. Perlu penyuluhan kepada petani dalam pengelolaan sawah agar menghasilkan produktivitas padi yang tinggi. 3. Lahan yang memiliki potensi lahan tinggi perlu dilindungi sebagai lahan yang produktif agar tidak dikonversi ke non pertanian. 12

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Majalengka dalam Angka 2015. Majalengka: Badan Pusat Statistik Kabupaten Majalengka Chandranegara, Anggara Medika. 2014. Analisis Pemetaan Indeks Potensi Lahan Di Kabupaten Magelang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Skripsi. Surakarta : Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Hamranani, Gandes. 2014. Analisis Potensi Lahan Pertanian Sawah Berdasarkan Indeks Potensi Lahan di Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Halengkara, Listumbinang. 2007. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Kajian Keserasian Potensi Lahan dan Kependudukan di Kabupaten Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Hidayati, Iswari Nur dan Yoga Toyibulllah. 2011. Kajian Indeks Potensi Lahan Terhadap Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Wilayah Menggunakan Sistem Informasi Geografis Di Kabupaten Sragen. Jurnal Aplikasi Sistem Informasi Geografi Volume 13 No 2 Desember 2011 : 156 164. Bogor: Badan Informasi Geospasial Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis : Konsep-konsep Dasar (Perspektif Geodesi & Geomatika). Bandung : Penerbit Informatika Riyadi. 1999. Evaluasi Kemampuan Lahan Kabupaten Bantul Provinsi Yogyakarta. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia Subejo, dkk. 2014. 5 Pilar Kedaulatan Pangan Nusantara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 13