BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

K.H. Zainal Abidin Fikri No1A KM 3.5, Palembang 30126, Indonesia. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikri No1A KM 3.5, Palembang 30126, Indonesia

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KADAR VITAMIN DAN MINERAL BUAH KARIKA DIENG (CARICA PUBESCENS LENNE) DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAN AAS

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu tanaman

Nurhayati Safaryani*, Sri Haryanti*, Endah Dwi Hastuti* *Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan sayuran yang

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. UCAPAN TERIMA KASIH... v. ABSTRAK...

Data pengamatan kadar air terasi yang dihasilkan 33, , , , ,0032 H 1 C 2 32, , , , ,4539 H 1 C 3

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nurhayati Safaryani*, Sri Haryanti*, Endah Dwi Hastuti* *Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA UNDIP

PENGARUH BAHAN PENGHAMBAT RESPlRASl PADA PENYIMPANAN CABE MERAH (Capsicum annuum) DENGAN MENGGUNAKAN MODlFlKASl ATMOSFERA. Oleh : HANlF ADHIJAGA W

PENGARUH BAHAN PENGHAMBAT RESPlRASl PADA PENYIMPANAN CABE MERAH (Capsicum annuum) DENGAN MENGGUNAKAN MODlFlKASl ATMOSFERA. Oleh : HANlF ADHIJAGA W

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. tarik sendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas, serta warna dan bentuk

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Kapur Berdasarkan Al dd : 1 me Aldd/100 g tanah : 1.57 me CaCO 3 /100 g tanah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C yang digunakan, serta meneliti jumlah dan keragaman

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Dihaluskan permukaan yang kasar.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. tanaman singkong. Daun singkong sebanyak 4 kg segar diperoleh dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KANDUNGAN VITAMIN C PADA CABAI RAWIT PUTIH (Capsicum frustescens)

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi KMnO 4 a. Konsentrasi 0,1% diperoleh dari : 100 mg KMnO 4 pekat yang dilarutkan ke dalam 100 ml akuades

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

TELUR ASIN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

MEMPELAJARI METODE REDUKSI KADAR HISTAMIN DALAM PEMBUATAN PlNDANG TONGKOL. Oleh F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN instltut PERTANIAN BOGOR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

50 ml 97 ml. Diencerkan sampai 200 ml. ph diukur dengan ph meter. Ditambahkan HCl 0,3 M tetes demi tetes hingga diperoleh ph 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit

Mulai. Dihaluskan bahan. Ditimbang bahan (I kg) Pemanasan alat sesuai dengan suhu yang ditentukan. Dioperasikan alat. Dimasukkan bahan dan dipress

Mulai. Memanaskan 300 ml aquades dengan hot plate hingga mencapai suhu 60 C

I. PENDAHULUAN. Buah tomat mengandung zat pembangun jaringan tubuh dan zat yang

I. PENDAHULUAN. laut maupun ikan air tawar. Menurut Arias dalam Fernandes (2009) ikan

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

Lampiran 1. Prosedur Penentuan Jumlah Sel Hidup (AOAC, 2012) Hancurkan 1 gram bibit ragi kering dalam lumping hingga halus, masukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh berbagai kalangan. Menurut (Rusdi dkk, 2011) tahu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

Ulangan I II III K1W1 1,13 1,2 1 3,33 1,11 K1W2 1,54 1,54 1,47 4,55 1,52 K1W3 1,4 1,54 1,4 4,34 1,45 K1W4 1,27 1,27 1,2 3,74 1,25

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. nilai khusus baik dari segi nilai ekonomi maupun nilai gizi. Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh lama penyimpanan dan konsentrasi natrium benzoat pada suhu berbeda terhadap kadar vitamin C cabai merah (Capsicum annuum L.) dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Pada hari pertama penyimpanan kadar vitamin C cabai merah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 8. Data Hasil Uji Titrasi Kadar Vitamin C Pada Cabai Merah Pada Hari Pertama Penyimpanan Lama Penyimpanan Sampel Penyimpanan Ulangan 1 2 3 Total Rata-rata (mg/10 g) H 0 Hari Pertama A 1 A 2 A 3 A 4 B 1 B 2 B 3 B 4 Suhu Kamar (25 o C) Suhu Pendingin (10 o C) 2,0x0,88 = 1,760 1,7x0,88 = 1,496 2,0x0,88 = 1,760 1,7x0,88 = 1,496 = 1.320 1,7x0,88 =1,496 1,7x0,88 = 1,496 =1,320 4,576 1,5253 3,608 1,2027 3,872 1,2907 3,432 1,1440 4,576 1,5253 3,608 1,2027 3,872 1,2907 3,432 1,1440 27

28 Pada hari kelima penyimpanan kadar vitamin C cabai merah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Data Hasil Uji Titrasi Kadar Vitamin C Pada Cabai Merah Pada Hari Kelima Penyimpanan Lama Penyimpanan Sampel Penyimpanan Ulangan Total Rata-rata (mg/10 g) 1 2 3 H 1 Hari Kelima Penyimpanan A 1 A 2 A 3 A 4 B 1 B 2 B 3 B 4 Suhu Kamar (25 o C) Suhu Pendingin (10 o C) 1,7x0,88 = 1,496 1,9x0,88 = 1,672 =1,144 1,6x0,88 = 1,408 1,7x0,88 = 1,496 3,872 1,2907 4,576 1,5253 3,168 1,0560 3,080 1,0267 3,432 1,1440 3,168 1,0560 3,432 1,1440 3,432 1,1440 Pada hari kesepuluh penyimpanan kadar vitamin C cabai merah dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10. Data Hasil Uji Titrasi Kadar Vitamin C Pada Cabai Merah Pada Hari Kesepuluh Penyimpanan Lama Penyimpanan Sampel Penyimpanan Ulangan 1 2 3 Total Rata-rata (mg/10 g) H 2 Hari Kesepuluh Penyimpanan A 1 A 2 A 3 A 4 B 1 Suhu Kamar (25 o C) 2,0x0,88 =1,760 1,6x0,88 = 1,408 0,9x0,88 = 0,792 2,3x0,88 = 2,024 3,0x0,88 = 2,640 1,0x0,88 = 0,880 2,992 0,9973 6,424 2,1413 3,960 1,3200 2,816 0,9387 3,960 1,3200

29 B 2 Suhu 3,520 1,1733 B 3 B 4 Pendingin (10 o C) 2,6x0,88 = 2,288 3,608 1,2027 4,752 1,5840 Keterangan: A 1 = natrium benzoat 0% untuk 100 g cabai merah A 2 = natrium benzoat 0,07% untuk 100 g cabai merah A 3 = natrium benzoat 0,09% untuk 100 g cabai merah A 4 = natrium benzoat 0,1% untuk 100 g cabai merah B 1 = natrium benzoat 0% untuk 100 g cabai merah B 2 = natrium benzoat 0,07% untuk 100 g cabai merah B 3 = natrium benzoat 0,09% untuk 100 g cabai merah B 4 = natrium benzoat 0,1% untuk 100 g cabai merah Dari hasil penelitian pada grafik kadar vitamin C cabai merah rata-rata (mg/10g) mulai dari hari pertama, lima hari penyimpanan dan sepuluh hari penyimpanan. 7,000 Kadar Vitamin C (mg) 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 H0 H+5 H+10 A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 Lama Penyimpanan (Hari) Gambar 5. Grafik Total Kadar Vitamin C Pada Cabai Merah Hasil pengamatan yang telah diperoleh, kemudian dilakukan analisis sidik ragam Anova dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan. Adapun hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut:

30 Tabel 11. Sidik Ragam Anova Kadar Vitamin C Pada Cabai Merah Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F hitung F tabel 5% SK DB JK KT F hitung F 5% Ulangan 2 0,407 0,2035 Suhu (A) 1 0,035 0,0350-0,0008 tn 18,51 Galat (a) 2-86,368-43,1790 Konsentrasi 3 0,502 0,1673 0,023 tn 3,49 Na Benzoat (B) A x B 3 1,304 0,4346 0,060 tn 3,49 Galat (b) 12 86,762 7,2302 Lama 2 0,334 0,1670 238,57 ** 3,30 Penyimpanan(C) A x C 2 0,033 0,0165 23,57 ** 3,30 B x C 6-56,368-9,3947-13421 tn 2,40 A x B x C 6 58,534 9,7557 13936,71 ** 2,40 Galat (c) 32 0,023 0,0007 Umum 71 4,756 Keterangan: ** = berbeda nyata tn = tidak nyata B. Pembahasan Penelitian ini diawali dengan pembuatan larutan iodin dan larutan amilum yang dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2014 di Laboratorium Politeknik Kesehatan Gizi Kota Palembang. Larutan tersebut digunakan untuk mengetahui kadar vitamin C yang ada pada cabai merah dengan cara titrasi iodimetri. Selanjutnya peneliti melakukan pengambilan sampel cabai merah yang di petik langsung dari perkebunan cabai di desa Muara Batun. Cabai merah yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7200 gram. Peneliti melakukan uji kadar vitamin C cabai merah dengan titrasi iodimetri hari pertama penyimpanan yang dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2014 dengan lama penyimpanan selama sepuluh hari yang setiap lima hari dilakukan pengecekan kadar vitamin C pada cabai merah. Pengecekan kadar vitamin C cabai merah pada lima hari pertama dilaksanakan tanggal 29

31 Agustus 2014. Kemudian pengecekan pada lima hari kedua dilaksanakan tanggal 3 September 2014. 1. Pengaruh Natrium Benzoat, Lama Penyimpanan, Penyimpanan Pada Suhu Kamar Dan Penyimpanan Dengan Pendingin Terhadap Kadar Vitamin C Cabai Merah Dari hasil akhir dengan perlakuan tanpa natrium benzoat di suhu kamar kadar vitamin C cabai merah pada H0 adalah 4,576 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C cabai merah sama yaitu 4,576 mg/10 gram. Pada H+5 perlakuan tanpa natrium benzoat di suhu kamar mengalami penurunan yaitu 3,872 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) juga mengalami penurunan yaitu 3,432 mg/10 gram. Pada H+10 perlakuan tanpa natrium benzoat di suhu kamar mengalami penurunan yaitu 2,992 mg/10 gram, sedangkan di suhu 10 0 C (pendingin) mengalami peningkatan yaitu 3,960 mg/10 gram. Perlakuan dengan penambahan natrium benzoat 0,07% di suhu kamar kadar vitamin C cabai merah H0 adalah 3,608 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C cabai merah sama yaitu 3,608 mg/10 gram. Pada H+5 di suhu kamar dengan perlakuan natrium benzoat 0,07% mengalami peningkatan yaitu 4,576 mg/10 gram, sedangkan pada suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C mengalami penurunan yaitu 3,168 mg/10 gram. Pada H+10 di suhu kamar perlakuan konsentrasi natrium benzoat 0,07% kadar vitamin C meningkat menjadi 6,424 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C juga mengalami peningkatan yaitu 3,520 mg/10 gram.

32 Perlakuan dengan penambahan natrium benzoat 0,09% di suhu kamar kadar vitamin C cabai H0 adalah 3,872 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C cabai merah sama yaitu 3,872 mg/10 gram. Pada H+5 dengan konsentrasi natrium benzoat 0,09% di suhu kamar kadar vitamin C mengalami penurunan menjadi 3,168 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C cabai merah juga mengalami penurunan yaitu 3,432 mg/10 gram. Pada H+10 di suhu kamar dengan konsentrasi natrium benzoat 0,09% mengalami peningkatan yaitu 3,960 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C cabai merah juga mengalami peningkatan menjadi 3,608 mg/10 gram. Perlakuan dengan penambahan konsentrasi natrium benzoat 0,1% di suhu kamar kadar vitamin C cabai merah H0 adalah 3,432 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C sama yaitu 3,432 mg/10 gram. Pada H+5 di suhu kamar dengan konsentrasi natrium benzoat 0,1% kadar vitamin C mengalami penurunan menjadi 3,080 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C tetap yaitu 3,432 mg/10 gram. Pada H+10 di suhu kamar dengan konsentrasi natrium benzoat 0,1% kadar vitamin C mengalami penurunan menjadi 2,816 mg/10 gram dan di suhu 10 0 C (pendingin) kadar vitamin C mengalami peningkatan menjadi 4,752 mg/10 gram. a. Pengaruh Lama Penyimpanan Kadar vitamin C cabai merah cenderung mengalami penurunan pada lima hari penyimpanan dan mengalami peningkatan pada sepuluh

33 hari penyimpanan hal ini disebabkan karena penambahan natrium benzoat. Pernyataan ini juga didukung oleh Oktoviana, Amina dan Sakung (2012) kadar vitamin C pada penyimpanan selama 8 hari lebih tinggi dibandingkan dengan hari ke-2, ke-4 dan ke- 6. Kadar vitamin C meningkat karena selama perendaman dalam larutan pengawet, larutan natrium benzoat tersebut dapat bermigrasi kedalam jaringan cabai merah sehingga natrium benzoat dapat mengaktifkan sel muda untuk berkembang dan menekan proses penuaan cabai merah tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C cabai merah. Hal ini menunjukkan bahwa cabai merah yang disimpan lama bahkan sampai sepuluh hari kadar vitamin C pada cabai merah terus meningkat. Menurut Saiduna dan Madkar (2013) Pada pengamatan hari ke 5 dan ke 10 menunjukkan bahwa tingkat kematangan buah tomat matang berbeda nyata dengan tingkat kematangan matang hijau (0% warna merah) terhadap kadar vitamin C. Hal ini menunjukkan bahwa semakin matang buah, maka semakin tinggi kadar vitamin C nya. b. Pengaruh Natrium Benzoat Hasil penelitian pada suhu kamar antara perlakuan tanpa natrium benzoat pada H0 yaitu 4,576 mg/10 gram dan perlakuan penambahan konsentrasi natrium benzoat 0,1% yaitu 3,432 mg/10 gram, kadar vitamin C yang lebih tinggi ialah perlakuan tanpa natrium benzoat

34 pada H0 hal ini karena kontrol kesegarannya masih terjaga, sedangkan antara perlakuan penambahan konsentrasi natrium benzoat 0,1% pada H0 yaitu 3,432 mg/10 gram dan perlakuan penambahan konsentrasi natrium benzoat 0,1% pada H+10 dengan kadar vitamin C 2,816 mg/10 gram, kadar vitamin C menurun pada sepuluh hari penyimpanan hal ini karena tingkat kematangan buah. Menurut Mailoa (2012) pada semua produk, terlihat bahwa semakin lama masa penyimpanan semakin menurun kadar vitamin C. Hal ini sesuai dengan pendapat Apandi (1984) dalam Mailoa (2012) bahwa selama penyimpanan terjadi penurunan kandungan vitamin C, karena vitamin C teroksidasi oleh enzim asam askorbat okidase dan enzim lainnya seperti fenolase, stokrom oksidase dan peroksidase yang secara langsung dapat merusak vitamin C. Menurut Safaryani, Haryanti, dan Hastuti (2007) kegiatan ezim-enzim katalase, pektinesterase, selulase dan amilase meningkat selama penyimpanan. Perubahan lain yaitu penurunan ketegaran dan kepadatan, warna okasidasi lemak dan melunaknya jaringan-jaringan serta rasa pada bahan pangan. Perlakuan konsentrasi natrium benzoat 0,09% pada H+5 di suhu kamar dengan kadar vitamin C yaitu 3,168 mg/10 gram dan perlakuan konsentrasi natrium benzoat 0,09% pada H+5 di suhu pendingin dengan kadar vitamin C yaitu 3,432 mg/ 10 gram, kadar vitamin C tertinggi yaitu pada perlakuan konsentrasi natrium benzoat 0,09% pada H+5 di suhu 10 o C (pendingin) hal ini karena penyimpanan pada suhu

35 pendingin dapat menjaga kadar vitamin C. Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat aktivitas enzim dan reaksi-reaksi kimia serta menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba, tujuan penyimpanan suhu rendah (10 C) adalah untuk mencegah kerusakan tanpa mengakibatkan perubahan yang tidak diinginkan seperti terjadinya pembusukan (Rachmawati, Defiani dan Suriani, 2009). Pada perlakuan dengan penambahan konsentrasi natrium benzoat tidak berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C cabai merah. Artinya penambahan konsentrasi natrium benzoat dengan konsentrasi tinggi ataupun rendah tidak berpengaruh terhadap kadar vitamin C pada cabai merah. c. Pengaruh Suhu Penyimpanan pada suhu rendah dapat mempertahankan kadar vitamin C, tetapi pada penelitian ini penyimpanan pada suhu kamar kadar vitamin C meningkat sampai H+10 sedangkan penyimpanan pada suhu 10 o C (pendingin) kadar vitamin C menurun hal ini ditunjukan pada perlakuan konsentrasi natrium benzoat 0,07%. Menurut Safaryani, Haryanti, dan Hastuti (2007) Rerata penurunan kadar vitamin C perlakuan suhu 30 o C dengan lama penyimpanan 3 dan 7 hari lebih rendah dari perlakuan suhu 10 o C lama penympanan 7 hari. Hal ini diduga pada suhu 30 o C respirasi berlangsung cepat, sehingga terjadi kenaikan jumlah asam-asam organik yang mengakibatkan turunnya ph. Keadaan ini dapat mempertahankan

36 kadar vitamin C, sehingga penurunannya lebih rendah. Andarwulan dan Koswara (1992) dalam Safaryani, Haryanti, dan Hastuti (2007) juga menjelaskan bahwa vitamin C cukup mantap dalam suasana asam. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan untuk perlakuan suhu tidak berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C cabai merah. Artinya penyimpanan pada suhu kamar ataupun suhu 10 o C (pendingin) tidak berpengaruh terhadap kadar vitamin C cabai merah. Dari data pengamatan dan hasil analisis secara statistik maka diperoleh hasil bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C cabai merah yaitu F hitung 238,57 lebih besar dari pada F tabel 5% yaitu 3,30. Pada perlakuan dengan penambahan konsentrasi natrium benzoat tidak berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C cabai merah yaitu F hitung 0,023 lebih kecil dari F tabel 3,49. Pada perlakuan suhu juga tidak berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C cabai merah yaitu F hitung -0,0008 lebih kecil dari F tabel 18,51 (hal ini terlihat pada tabel 11). Hasil analisis secara statistik pada (tabel 11) perlakuan interaksi antara suhu, konsentrasi natrium benzoat dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C cabai merah yaitu F hitung 13936,71 lebih besar dari F tabel 5% yaitu 2,40 artinya hipotesis H a diterima yaitu lama penyimpanan dan penambahan natrium benzoat pada suhu berbeda akan berpengaruh pada kadar vitamin C cabai merah.

37 2. Kontribusi Penelitian Ini Terhadap Mata Pelajaran Biologi Kelas XI Penelitian tentang pengaruh lama penyimpanan dan konsentrasi natrium benzoat pada suhu berbeda terhadap kadar vitamin C cabai merah (Capsicum annuum L.) akan di alokasikan pada kegiatan pembelajaran di sekolah khususnya SMA/MA kelas XI semester genap pada materi zat-zat makanan, dengan Standar Kompetensi 5. Struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada sistem pencernaan. Kompetensi dasar 1.2. Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses, 1.3. Peka dan peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup, menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manifestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya dan 3.7. Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem pencernaan dan mengaitkannya dengan nutrisi dan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan proses pencernaan serta gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem pencernaan manusia melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi. Untuk mencapai kompetensi dasar, diberikan contoh perangkat pembelajaran yaitu Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kurikulum 2013 dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan pembelajaran merupakan sesuatu yang sangat diharapkan sehingga untuk memenuhi tujuan tersebut diperlukan suatu persiapan yang matang. Sukardi (2013) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan pendidikan yang mewarnai interaksi yang terjadi antara

38 guru dengan anak didik. Dalam interaksi ini guru dengan sadar merencanakan kegiatan mengajarnya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sumber yang ada. Di antara hal yang harus dipenuhi oleh guru adalah bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas.