BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dan menambahkan 2 variabel independen yaitu design,delivery and assessment

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

DAFTAR PUSTAKA. Annual Discourse Power Resistance Conference: Global Issues Local

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mempunyai peran penting dalam era globalisasi saat ini. Pada era ini diperlukan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH KUALITAS JASA AUDIT TERHADAP KEPUASAN KLIEN KANTOR AKUNTAN PUBLIK PADA PERUSAHAAN SWASTA DI JAWA TESIS

Ekuilibrium : Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi P-ISSN X Volume 11, No 2, September 2016 E-ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan yang merupakan salah satu industri

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITAN

PENGUKURAN KUALITAS LAYANAN DENGAN HIGHER EDUCATION PERFORMANCE (HEdPERF) DAN HIGHER EDUCATION SERVICE QUALITY (HiEdQUAL)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lembaga penyedia pendidikan yang berbasis islami, dan pengembangan ketrampilan yang dimiliki. Tujuan Pendidikan baik

BAB I PENDAHULUAN. institusi dalam mempertahankan konsumennya. SERVQUAL yang berfokus pada

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ATAS KUALITAS JASA PADA PERGURUAN TINGGI DENGAN PROGRAM STUDI BERAKREDITASI A DAN BERAKREDITASI B

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1 yang dimaksud Perguruan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan transportasi darat yang semakin pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. 1. Terdapat gap antara persepsi dan ekspektasi mahasiswa terhadap jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dimedan pada tanggal 08 September Sebagai perusahaan daerah yang

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PADA BAGIAN TATA USAHA BERDASARKAN TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA

KAJIAN INSTITUTIONAL IMAGE SEBAGAI PREDIKTOR CUSTOMER PERCEIVED VALUE. STUDI PADA : Magister Management dan Program Pascasarjana Universitas Andalas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbedaan yang mendukung penelitian ini. Berfokus pada pengaruh citra Ali Türkyılmaz and Coskun Ozkan, et al (2007)

ANALISIS KESENJANGAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH ( Studi kasus pada Nasabah Bank Mandiri KCP Surabaya Gubeng ) SKRIPSI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang bergerak di bidang jasa restoran harus cermat dalam menentukan

perusahaan-perusahaan jasa. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara langsung kepada konsumen akhir. Pada perkembangannya, kini bisnis ritel di Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SURAKARTA. Juni Trisnowati Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta

Usulan Peningkatan Kualitas Pelayanan di Perguruan Tinggi X Dengan Menggunakan Metode Service Quality (Servqual) *

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga mampu unggul dalam persaingan tersebut. perguruan Tinggi khususnya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. kompetisi pasar, salah satunya dalam jasa, untuk meningkatkan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor jasa adalah bidang usaha yang unik. Unik karena bidang usaha ini tidak

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. memperkuat diri menghadapi persaingan, dan memposisikan perusahaan secara

2015 MUTU LAYANAN AKADEMIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kualitas. Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Dengan Kepuasan Nasabah Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pelanggan. Para penyedia produk berupaya memenangkan. persaingan dari para kompetitornya dengan mengimplementasikan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari hari dengan luas ruang penjualan ±

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha untuk dapat memberikan suatu nilai lebih pada konsumen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang semakin ketat berdampak pada seluruh kegiatan

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol

BAB I PENDAHULUAN. semakin penting dari pemasaran di abad ke-21. Hal ini didukung oleh Levy dan

ANALISA PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ALFABANK DI SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat terus berkembang. Hal ini disebabkan oleh persaingan bisnis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan dua penelitian sebagai bahan acuan, yaitu :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

BAB 1 PENDAHULUAN. pilihan produk kepada pelanggan sehingga pelanggan dapat saja pindah sewaktu-waktu

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan produk dengan kualitas tinggi (quality), di samping harga yang

BAB 1 PENDAHULUAN RATA-RATA TENAGA KERJA , , ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnis atau kegiatan usaha,

BAB I PENDAHULUAN. waktu ke waktu. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

: MUKHAMAD NUR KHAMID NIM : P

BAB I PENDAHULUAN. komputer dan telekomunikasi telah berkembang dan bertransformasi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

Keywords: Service Quality, Image of Institution, Student Satisfaction, and Retention

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pustaka artinya kitab, buku. Batasan istilah perpustakaan adalah sebuah

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan

BAB V KESIMPULAN. 1. Menurut mahasiswa, kualitas pelayanan pendidikan pada Program Studi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, khususnya di bidang urusan agama Islam, Kantor Urusan Agama

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari tiga bahasan utama yaitu jasa atau layanan (service), kualitas

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Dengan demikian kepuasan dapat diartikan sebagai hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. konsisten dalam rangka memenuhi ekspektasi pelanggan sasaran. Kualitas jasa

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kata kepuasan atau satisfaction berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari kata

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PELAYANAN DI CAFE X DENGAN MENGGUNAKAN METODE DINESERV DAN SERVICE QUALITY (SERVQUAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

BAB I PENDAHULUAN. cepat dan disertai dengan adanya tantangan tantangan yang semakin luas dan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Model-model Penelitian Terdahulu Kayastha (2011) melakukan penelitian menggunakan 5 variabel HEdPERF dan menambahkan 2 variabel independen yaitu design,delivery and assessment dan group size untuk mengukur kepuasan mahasiswa. Dalam jurnalnya yang berjudul A study of graduate student satisfaction towards service quality of University in Thailand, Kayastha (2011) memperoleh data melalui 303 kuesioner yang disebarkan ke mahasiswa universitas di Thailand menggunakan non probabilitas sampling yaitu convinience sampling dalam bentuk hardcopy dan softcopy. Hasil dari penelitian ini adalah semua variabel independen yang diteliti mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Keterbatasan penelitian ini adalah penelitian ini tidak mewakili seluruh populasi mahasiswa yang belajar di Thailand. Dengan demikian, ruang lingkup dan ukuran sampel menjadi keterbatasan utama. Kemudian, Penelitian ini dilakukan di Bangkok di kalangan mahasiswa di beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Siswa berpartisipasi dari Webster University, AIT, Mahidol University, Chulalongkorn University, Assumption dan Bangkok University. Sementara ini menyediakan campuran berbagai responden, hasilnya mungkin tidak umum untuk mewakili semua universitas menawarkan program pascasarjana. Penelitian dilakukan di kalangan mahasiswa di universitas-universitas yang berada di dekat Bangkok. 9

10 Oleh karena itu, penelitian ini mungkin tidak dapat digeneralisasi untuk bagian lain dari Thailand. Mungkin ada variabel lain yang berkaitan dengan kualitas pelayanan yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan secara eksklusif dalam bahasa Inggris. Sementara ini menghilangkan kebutuhan untuk terjemahan dari pertanyaan survei, bahasa juga dapat menjadi salah satu keterbatasan. Namun, seperti universitas memiliki mahasiswa yang non-thai, ini memungkinkan untuk setiap mahasiswa potensial untuk diwawancarai. Gambar 2.1 Model Pengaruh Non-academic, Academic, Reputation, Program issues, Access, Group Size dan Design,Delivery and assesment Non-academic Academic Reputation Program issues Overall Satisfaction Access Design, Delivery and Assessment Group Size Sumber : Kayastha (2011). Kualitas layanan sejak telah muncul sebagai kekuatan strategis yang luas dan kunci strategis masalah dalam agenda manajemen. Hal ini tidak

11 mengherankan bahwa praktisi dan akademisi sama tertarik pada akurat mengukur kualitas pelayanan dalam rangka lebih memahami pentingnya anteseden dan konsekuensi, dan pada akhirnya menetapkan metode untuk meningkatkan kualitas untuk mencapai keunggulan kompetitif dan membangun loyalitas pelanggan. (Abdullah, 2005) Abdullah (2005) juga mengatakan tekanan menggerakkan organisasi yang sukses terhadap kualitas layanan membuat pengukuran kualitas pelayanan dan manajemen berikutnya menjadi sangat penting. Akan Tetapi, masalah yang melekat dalam pelaksanaan strategi tersebut telah diperburuk oleh sifat dari kualitas layanan kontruk yang sulit dipahami menjadikan kualitas layanan sangat sulit untuk didefinisikan dan diukur. Meskipun peneliti telah mencurahkan banyak perhatian kualitas layanan, masih ada beberapa masalah yang belum terselesaikan dan perlu ditangani, dan yang paling kontroversial mengacu pada instrumen pengukuran. Sebuah usaha untuk menentukan independen standar evaluasi layanan tertentu konteks telah mendorong pengaturan dari beberapa metodologi. (Abdullah, 2005) Dalam dekade terakhir, munculnya instrumen pengukuran yang beragam seperti SERVQUAL (Parasuraman et al., 1988), SERVPERF (Cronin dan Taylor, 1992) dan Evaluated Performance (EP) (Teas, 1993), telah memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan dalam studi kualitas layanan. SERVQUAL mengoperasikan kualitas layanan dengan membandingkan persepsi layanan (perceived quality) yang diterima dengan harapan (expectation), sementara SERVPERF hanya mempertahankan persepsi kualitas layanan. Di sisi

12 lain, skala EP mengukur kesenjangan antara kinerja yang dirasakan dan jumlah ideal fitur dari yang pelanggan harapkan (Abdullah, 2005). Beragam studi menggunakan skala ini telah menunjukkan adanya kesulitan yang dihasilkan dari komponen konseptual atau teoritis maupun komponen empiris. Namun demikian, banyak penulis setuju bahwa penilaian pelanggan terhadap layanan yang diberikan secara terus-menerus hanya bergantung pada kinerja, sehingga menunjukkan bahwa pengukuran berdasarkan kinerja menjelaskan lebih dari varians kualitas pelayanan secara keseluruhan (Oliver, 1989; Bolton dan Drew, 1991; Cronin dan Taylor, 1992; Boulding et al., 1993; Quester et al., 1995). Temuan ini konsisten dengan penelitian yang lain dengan membandingkan metode ini dalam lingkup kegiatan pelayanan, sehingga mengkonfirmasikan bahwa SERVPERF (performance-only) menghasilkan estimasi yang lebih handal, konvergen dan diskriminan validitas lebih besar, lebih besar menjelaskan varians, dan Bias akibatnya kurang dari skala SERVQUAL dan EP (Cronin dan Taylor, 1992; Parasuraman et al., 1994; Quester et al., 1995; Llusar dan Zornoza, 2000). Sehingga dampak kualitas layanan bisa dipungkiri, SERVPERF menjadi pengukur kualitas pelayanan umum dan mungkin tidak menjadi instrumen benar-benar memadai yang digunakan untuk menilai perceived quality dalam pendidikan tinggi. Saat ini, pendidikan tinggi yang didorong ke arah persaingan komersial dikarenakan oleh kekuatan ekonomi yang dihasilkan dari perkembangan pendidikan pasar global dan pengurangan dana pemerintah yang memaksa

13 perguruan tinggi untuk mencari sumber dana lain. Perguruan tinggi harus peduli tidak hanya pada nilai-nilai masyarakat dalam keterampilan dan kemampuan lulusan mereka (Ginsberg, 1991; Lawson, 1992), tetapi juga bagaimana perasaan siswa mereka tentang pengalaman pendidikan mereka (Bemowski, 1991). Hattie (1990) dan Soutar dan McNeil (1996) menentang sistem kontrol terpusat, dimana pemerintah menyiapkan sejumlah indikator kinerja yang terkait dengan keputusan pendanaan. Ada sejumlah masalah dalam mengembangkan indikator kinerja dalam pendidikan tinggi. Salah satu masalah tersebut adalah bahwa indikator kinerja cenderung menjadi langkah-langkah kegiatan dan bukan ukuran sebenarnya dari kualitas layanan pendidikan siswa (Soutar dan McNeil, 1996). Indikator kinerja ini mungkin memiliki sesuatu hubungan dengan penyedia pendidikan tinggi, tetapi mereka pasti gagal untuk mengukur kualitas pendidikan yang diberikan dengan cara yang komprehensif (Abdullah, 2005). Sebuah survei yang dilakukan oleh Owlia dan Aspinwall (1997) meneliti pandangan yang berbeda profesional dan praktisi pada kualitas pendidikan yang lebih tinggi dan menyimpulkan bahwa customer-orientation dalam pendidikan tinggi adalah prinsip yang berlaku umum. Pengalaman siswa di lembaga pendidikan tinggi harus menjadi kunci indikator kinerja yang perlu dituju. Oleh karena itu menjadi penting untuk mengidentifikasi faktor penentu atau faktor kritis kualitas layanan dari sudut pandang siswa sebagai pelanggan utama (Abdullah, 2005).

14 Dalam pandangan itu, Abdullah (2005) mengusulkan HEdPERF (Higher Educational PERFormance), sebuah pengukuran berbasis kinerja baru dan lebih komprehensif skala yang usaha untuk mendapatkan penentu kualitas layanan otentik dalam sektor pendidikan. 41-item Instrumen telah diuji secara empiris untuk unidimensionality, reliability dan validity menggunakan kedua eksplorasi dan konfirmasi analisis faktor. Secara khusus, kemampuan skala HEdPERF lebih ringkas adalah dibandingkan dengan dua alternatif yaitu instrumen SERVPERF dan merger HEdPERF-SERVPERF sebagai skala moderat. Tujuannya adalah untuk menilai kekuatan relatif dan kelemahan masing-masing instrumen dalam rangka untuk menentukan instrumen memiliki kemampuan pengukuran yang unggul dalam hal unidimensionality, reliability, validity dan menjelaskan kualitas layanan. Akhirnya, hasil studi banding ini digunakan untuk memperbaiki skala HEdPERF, mengubahnya menjadi sebuah pengukuran instrumen kualitas layanan yang ideal untuk sektor pendidikan tinggi. Abdullah (2005) mengembangkan variabel pengukur yg baru yang disebut dengan HEdPERF (Higher Education Performance) dan melakukan penelitian mengenai hubungan antara non-academic, academic, reputation, program issues, access dan understanding terhadap student satisfaction yang dipublikasikan melalui jurnal yang berjudul The Development of HEdPERF : a new measuring instrument of service quality for the higher education sector. Dalam penelitian ini, Abdullah (2005) melakukan percobaan dengan menggunakan 680 kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa di enam

15 Universitas di Malaysia. Sebanyak 409 kuesioner yang dikembalikan, yang tingkat pengembaliannya 60.1%. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan positif dan signifikan 6 dimensi service quality ini terhadap kepuasan mahasiswa. Penting bahwa temuan empiris ini untuk dievaluasi mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini. Keterbatasan dalam studi ini adalah penelitian ini dilakukan hanya pada sektor layanan tunggal, yaitu penelitian ini hanya ditujukan kepada pendidikan tinggi. Beberapa peneliti berpendapat bahwa pendekatan ini berpotensi dalam kurangnya generalisasi, tapi yang menarik dari penelitian ini adalah dapat menghilangkan masalah yang terkait dengan efek perbedaan industri. Untuk penelitian kedepan peneliti mengharapkan bisa memakai obyek peneltian yang berbeda latar belakangnya, sehingga bisa mendapatkan hasil penelitian yang maksimal.

16 Gambar 2.2 Model Pengaruh Non-academic, Academic, Reputation, Program issues, Access dan Understanding Terhadap Student Satisfaction Non-academic Academic Reputation Program Issues Student Satisfaction Access Understanding Sumber : Abdullah (2005). Dalam penelitian Brochado (2009) mendapatkan data dari penelitiannya yang dipublikasikan dalam jurnal yang berjudul Comparing alternative instrument to measure service quality in higher education dengan membandingkan beberapa instrumen service quality yaitu SERVQUAL, importance-weighted SERVQUAL, SERVPERF, importance-weighted SERVPERF dan HEdPERF. Sampel penelitian ini adalah 360 mahasiswa yang semuanya merupakan mahasiswa fakultas teknologi di Portuguese University, Lisbon. Hasil penelitian menggunakan instrumen HEdPERF menunjukan adanya hubungan signifikan antara non-academic, academic dan

17 reputation. Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah hanya meneliti di satu fakultas. Penelitian ini membutuhkan koleksi data yang lebih banyak dari universitas lainnya agar lebih general. Gambar 2.3 Model Pengaruh Non-academic, Academic, Reputation, Program issues, Access terhadap Overall Satisfaction Non-academic Academic Reputation Overall Satisfaction Program Issues Access Sumber : Brochado (2009). Huang (2009) melakukan penelitian dan mempublikasikannya dalam jurnal yang berjudul The relationship between service uality and student satisfaction in higher education sector : a case study on the undergraduate sector of Xiamen University of China. Huang (2009) mengukur kepuasan mahasiswa dengan menggunakan dimensi non-academic, academic, teaching methods, industry links, program issues, reputation, access dan cost sebagai alat ukur. 418 kuesioner dibagikan kepada mahasiswa di 19 fakultas hanya 397 kuesioner yang dapat digunakan. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang positif dan signifikan dari 8 variabel independen (non-academic, academic,

18 teaching methods, industry links, program issues, reputation, access, cost) terhadap kepuasan mahasiswa. Gambar 2.4 Model Pengaruh Non-academic, Academic, Teaching methods, Industry links, Program issues, Reputation, Access, Cost terhadap Student Satisfaction Non-academic Academic Teaching methods Industry links Program Issues Student Satisfaction reputation access Cost Sumber : Huang (2009). Ho dan Foon (2012) melakukan penelitian mengenai hubungan nonacademic, academic, reputation, program issues dan access terhadap kepuasan mahasiswa dalam jurnal yang berjudul Internationalizing higher education : The Effect of Country-of-Origin on the Evaluation of Service Quality. Data didapatkan melalui 78 kuesioner yang disebarkan di 2 universitas

19 di Malaysia. Hasil yang didapatkan adalah semua variable independen mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Gambar 2.5 Model Pengaruh Non-academic, Academic, Reputation, Program issues dan Access terhadap Student Satisfaction Non-academic Academic Reputation Program issues Student Satisfaction Access Sumber : Ho dan Foon (2012). 2.2 Definisi Variabel Dependen Di sektor pendidikan tinggi, sulit untuk mengelola institusi dari sudut pandang pemasaran karena konsep dari pelanggan yang belum jelas. Tidak seperti industri jasa lainnya, yang memegang kepuasan sebagai tujuan dalam dan dari dirinya sendiri, perguruan tinggi dan universitas biasanya menganggap kepuasan sebagai sarana untuk mengakhiri. Pendidikan tinggi cenderung peduli tentang kepuasan mahasiswa karena dampak potensial terhadap motivasi belajar siswa, retensi, upaya rekrutmen, dan penggalangan dana (Schreiner, 2009).

20 Kepuasan konsumen adalah evaluasi pasca pembelian dari pengalaman layanan secara keseluruhan (proses dan hasil). Ini adalah afektif (emosi) keadaan reaksi perasaan di mana kebutuhan, keinginan dan harapan selama pengalaman layanan konsumen telah terpenuhi atau terlampaui (Hunt, 1977). Kepuasan adalah penilaian evaluasi pasca pilihan tentang keputusan pembelian tertentu, dengan kata lain dapat didekati dengan persamaan : kepuasan = persepsi kinerja - harapan (Oliver dan Richard, 1980). Kepuasan adalah ringkasan, afektif dan respon intensitas variabel berpusat pada spesifik aspek akuisisi dan / atau konsumsi dan yang berlangsung pada saat yang tepat ketika individu mengevaluasi tujuan (Giese dan Cote, 2000). Sebuah istilah "kepuasan mahasiswa" dapat dijelaskan banyak cara. Kaldenberg et al. (1998) membahas dan menemukan bahwa di perguruan tinggi, kepuasan mahasiswa didorong oleh mengevaluasi kualitas kursus dan kegiatan kurikulum lain dan faktor-faktor lain yang terkait dengan universitas. Dosen harus memperlakukan siswa dengan sensitivitas dan simpati, dan bantuan harus diberikan bila diperlukan. Bahkan mendengarkan sederhana dihargai. Grossman (1999) membahas bahwa siswa bisa diperlakukan seperti pelanggan atau klien dalam perguruan tinggi dan dalam hal itu, perguruan tinggi melayani siswa pada prioritas yang lebih baik untuk memenuhi harapan dan kebutuhan mereka. Meskipun memuaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan bukanlah konsep lembaga bisnis yang baru, orientasi pelanggan telah berada dibawah tekanan di universitas dibandingkan dengan organisasi yang berorientasi profit.

21 Siswa adalah "pelanggan" dari universitas. (Huang, 2009). Elliot dan Healy (2001) mengusulkan kepuasan mahasiswa adalah sikap jangka pendek, berasal dari penilaian pelayanan pendidikan yang diterima. Waugh (2002) mengemukakan bahwa melihat mahasiswa sebagai pelanggan menciptakan ketegangan di perguruan tinggi tampaknya terlalu selaras dengan bisnis. Seymour (1993) mengembangkan kepuasan siswa harus menjadi tujuan utama yang perguruan tinggi. Mengembangkan kepuasan pelanggan (siswa) pada tingkat perguruan tinggi sangat penting. jika ini tercapai, maka akan mempermudah tujuan strategis universitas dengan lebih efektif. 2.3 Hubungan Antara Variabel Ada beberapa studi yang dilakukan di masa lalu yang menunjukkan bahwa berbagai kualitas pelayanan pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan kepuasan mahasiswa. Abdullah dalam Kayastha (2011) menunjukkan aspek non-academic, academic, program issues, access dan reputation penentu kualitas pelayanan dalam pendidikan tinggi. Manajemen mutu sangat penting sebagai pengukuran standar kinerja baik produk dan layanan. Dari sudut pandang pelanggan, kualitas pelayanan adalah Kesimpulan konsumen tentang suatu entitas keseluruhan keunggulan (Zeithaml dan Bitner, 2003). Industri pendidikan tinggi bergantung dasarnya pada manajemen mutu untuk tetap kompetitif (Yeo, 2009). setiap stakeholder yang dalam pendidikan tinggi (misalnya mahasiswa dan Pemerintah) memiliki pandangan mereka sendiri

22 terhadap kualitas tergantung pada kebutuhan khusus mereka (Voss et al., 2007). O'Niel dan Palmer (2004) mendefinisikan kualitas layanan pendidikan tinggi sebagai ketimpangan antara ekspektasi siswa dibandingkan penyampaian persepsi. Voss et al.. dalam Ho dan Foon (2012) mengatakan meskipun ada berbagai definisi kualitas pelayanan dari perspektif pendidikan, yang paling penting aspek definisi ini adalah kesepakatan bersama, di sebagian besar literatur, bahwa mempertimbangkan siswa di lembaga pendidikan tinggi sebagai "Pelanggan utama" yang menyediakan sumber informasi yang berharga untuk perguruan tinggi. Oleh karena itu, memahami kualitas persepsi mahasiswa yang dirasakan pemahaman adalah prioritas penting bagi universitas dan mereka manajemen. 2.3.1 Hubungan antara Non-academic dengan Student Satisfaction Abdullah dalam Kayastha (2011) mendefinisikan non-academic adalah aspek-aspek yang berhubungan dengan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh staf non-akademik. Penulis juga mengatakan bahwa staf non akademik merupakan faktor penting dari kualitas layanan, mereka merupakan penentu yang tak tergantikan dari kepuasan mahasiswa. Non-academic berisi variabel yang penting untuk memungkinkan siswa memenuhi kewajiban studi mereka dan berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab dilakukan oleh staf non-akademik. Dengan kata lain, itu berkaitan dengan kemampuan dan kesediaan staf administrasi atau dukungan

23 untuk menunjukkan rasa hormat, memberikan perlakuan yang sama dan menjaga kerahasiaan informasi. Selain itu, faktor ini menjelaskan pentingnya menjadi mudah didekati dan mudah diakses, memiliki sikap positif dan keterampilan komunikasi yang baik, sehingga cukup banyak kebebasan dan menyediakan layanan dalam kerangka waktu yang ditetapkan (Ravichandran et al., 2012). Dalam penelitian Kayastha (2011), menemukan adanya pengaruh yang positif dan sangat signifikan dari non-academic terhadap student satisfaction yaitu semakin meningkatnya kualitas dari non-academic maka dapat meningkatkan student satisfaction di Thailand. 2.3.2 Hubungan antara Academic dengan Students Satisfaction Abdullah dalam Kayastha (2011) menyebutkan academic merupakan aspek-aspek yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab akademik (dosen/pengajar). Firdaus menegaskan bahwa aspek akademik adalah faktor penting dalam kualitas layanan. Bitner & Zeithaml (1996) telah membahas bahwa keterampilan komunikasi staf pengajar, interaksi yang efektif antara staf dan siswa dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar, yang mengarah ke kepuasan mahasiswa yang lebih tinggi. Kuh dan Hu (2001) menyatakan bahwa interaksi yang efektif antara mahasiswa dan dosen adalah penentu yang kuat bagi kepuasan mahasiswa. Ravichandran et al. (2012) mengatakan Faktor ini merupakan tanggung jawab akademik dan kunci yang penting seperti memiliki sikap positif, keterampilan komunikasi yang baik, memberikan konsultasi yang memadai, dan

24 mampu memberikan umpan balik secara teratur untuk siswa. itu juga berkaitan dengan kemampuan untuk memenuhi janji dan keinginan untuk memecahkan masalah dengan cara simpatik dan meyakinkan. Novarro et al. (2005) mengamati mahasiswa Universitas Spanyol dan mengamati variabel kualitas pelayanan menjadi staf pengajar, metode pengajaran, dan administrasi kursus yang faktor kunci untuk mencapai kepuasan siswa dengan jangka pendek, program-program khusus. Delaney (2005) melaporkan bahwa staf akademik merupakan salah satu variabel dari kualitas pelayanan yang mengarah menuju kepuasan mahasiswa. Pada Penelitian Kayastha (2011) menunjukan adanya pengaruh positif dan sangat signifikan antara academic dan student satisfaction di Thailand. 2.3.5 Hubungan antara Program issues dengan Student Satisfaction Abdullah dalam Kayastha (2011) mendefinisikan program access merupakan hal-hal yang terkait dengan fleksibilitas program, penawaran berbagai macam program/spesialisasi dan kualitas program. Firdaus juga menegaskan bahwa program issues berperan penting dalam menentukan kualitas layanan di perguruan tinggi. Kuh dan Hu (2001) menemukan bahwa program issues merupakan salah satu penentu dari kepuasan mahasiswa. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian Kayastha yang memiliki pengaruh positif dan sangat signifikan terhadap student satisfaction. Ford, Joseph dan Joseph dalam Huang (2009) juga menyertakan program issues dalam faktor-faktor penentu kualitas layanan ketika mereka

25 membandingkan persepsi kualitas layanan mahasiswa di Selandia baru dan Amerika. 2.3.4 Hubungan antara Reputation dengan Student Satisfaction Abdullah (2005) mengatakan reputasi merupakan keseluruhan persepsi organisasi, apa yang organisasi perjuangkan, dengan apa organisasi berkaitan, dan apa produk atau jasa organisasi seharusnya berikan. Abdullah dalam Kayastha (2011) mendefinisikan reputation adalah faktor yang berisi hal-hal yang penting bagi perguruan tinggi dalam memproyeksikan citra professional. Standiford dalam Kayastha (2011) mengatakan bahwa manajemen reputasi efektif dalam menarik mahasiswa baru dan daya ingat mahasiswa. Helgesen dan Nesset (2007) menunjukkan kepuasan mahasiswa memiliki hubungan positif dengan persepsi mahasiswa terhadap reputasi universitas. Ravichandran et al. (2012) mengatakan Elemen penting lainnya yang mempengaruhi kepuasan mahasiswa berpusat pada reputasi lembaga akademik, terutama kemampuannya untuk menawarkan bergengsi dan luas, derajat yang diakui secara lokal dan internasional dan memiliki staf akademik yang berpendidikan tinggi dan berpengalaman. Kuh dan Hu dalam Huang (2009) juga menyatakan bahwa status dan martabat universitas merupakan sebuah indikator penting dalam kepuasan. Pernyataan tersebut juga didukung dengan hasil penelitian Kayastha (2011) yang menunjukan adanya hubungan yang positif dan sangat signikan antara reputation dan student satisfaction.

26 2.3.5 Hubungan antara Access dengan Student Satisfaction Abdullah dalam Kayastha (2011) mendefinisikan access adalah pendekatan, kemudahan berinteraksi, ketersediaan dan kenyamanan dari staf akademik dan non-akademik. Dalam penelitian Kayastha menyimpulkan access mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap kepuasan mahasiswa. Dalam penelitian Abdullah (2005) juga menyimpulkan bahwa access adalah salah satu penentu kualitas layanan yang paling penting dalam perguruan tinggi. Sementara banyak atribut kualitas pelayanan dapat mempengaruhi persepsi siswa pada batas tertentu, hasil juga menunjukkan bahwa access, yang berhubungan dengan aspekaspek seperti sebagai kemudahan untuk didekati, kemudahan dihubungi, ketersediaan dan kenyamanan telah secara signifikan mempengaruhi persepsi kualitas layanan secara keseluruhan. Dalam kata lain, persepsi siswa terhadap access menjadi lebih penting daripada dimensi lain dalam menentukan kualitas layanan yang mereka diterima. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus berkonsentrasi pada upaya mereka terhadap dimensi yang dianggap penting daripada berfokus energi mereka pada jumlah atribut yang berbeda, yang mereka anggap penting penentu kualitas layanan. Sedangkan gagasan untuk menyediakan layanan yang memadai pada semua dimensi mungkin tampak menarik bagi sebagian besar pemasar jasa layanan dan manajer, kegagalan untuk memprioritaskan atribut ini dapat mengakibatkan alokasi sumber daya yang efisiensi.

27 Hasil penelitian Huang (2009) mencerminkan terdapat hubungan positif yang kuat antara akses dan kepuasan mahasiswa mahasiswa di Xiamen University of China. 2.4 Model Penelitian dan Perumusan Hipotesis Model penelitian ini diambil dari model penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kayastha (2011) dengan judul penelitian A study of graduate student satisfaction towards service quality of University in Thailand. Penelitian ini tidak menggunakan 2 variabel independen Design,delivery and assessment dan Group size seperti dalam penelitian Kayastha dikarenakan penulis hanya ingin menguji dimensi pengukuran model Higher Educational Performance (HedPERF) yang dikemukakan oleh Firdaus (2005). Gambar 2.6 Model pengaruh Non-academic, Academic, Program issues reputation, Access terhadap Student Satisfaction Non-academic Academic Program issues Reputation Access H1 H1 H2 H3 H4 H5 Student Satisfaction Sumber : Abdullah (2005)

28 H1 : Non-academic mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Student Satisfaction. H2 : Academic mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Student Satisfaction. H3 : Program issues mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Student Satisfaction. H4 : Reputation mempunyai hubungan pengaruh signifikan positif terhadap Student Satisfaction. H5 : Access mempunyai hubungan pengaruh signifikan positif terhadap Student Satisfaction.