PEMANFAATAN CITRA ASTER DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENENTUKAN LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURABAYA

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Tabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kesesuaian Lahan untuk Lokasi Permukiman Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

Wisnu Widyatmadja Taufik Hery Purwanto

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

DAFTAR ISI. . iii PRAKATA DAFTAR ISI. . vii DAFTAR TABEL. xii DAFTAR GAMBAR. xvii DAFTAR LAMPIRAN. xxii DAFTAR SINGKATAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN KECAMATAN PAKUALAMANKOTA YOGYAKARTA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KAWASAN INDUSTRI DI WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. (1989), hingga tahun 2000 diperkirakan dari 24 juta Ha lahan hijau (pertanian,

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

EVALUASI PERKEMBANGAN LAHAN PERMUKIMAN BERBASIS PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA MAGELANG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

Paramukti Murwibowo Totok Gunawan

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

PENGGUNAAN CITRA GEOEYE-1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PAJANGAN KABUPATEN BANTUL

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK IDENTIFIKASI DEGRADASI LAHAN AKIBAT PERTANIAN HORTIKULTURA DI SEBAGIAN KECAMATAN GARUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya lahan (Sitorus, 2011). Pertumbuhan dan perkembangan kota

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

Lely Glediswandi Barandi Sapta Widartono

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodologi suatu studi adalah rancang-bangun

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

III. METODE PENELITIAN

Sigit Heru Murti

BAB PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam interpretasi dan proses pemetaan citra

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ZONASI KERENTANAN KEBAKARAN PERMUKIMAN KASUS DI KOTA BANDUNG BAGIAN BARAT

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN GIS UNTUK PENENTUAN LOKASI TPA SAMPAH DI KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

PEMANFAATAN CITRA ASTER DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENENTUKAN LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN PERMUKIMAN (di sebagiankabupaten Magelang, Jawa Tengah) Iswardani Puspitarini rini.int@gmail.com Retnadi Heru Jatmiko retnadi_geougm@yahoo.com ABSTRACT Magelang district is located at strategic route between Yogyakarta and Semarang cause urban development can inisiate land convertion from non-settlement area to be settlement area. Unplaned landuse would cause land and environmental destructrution. The aims of this research are to determine the ability of ASTER image to identify land physical parameters determine potensial location for settlement development. This research conseidered 6 parameters to determine potential location for settlement development such as landuse, slope, road network, soil capacity,groundwater depth and disaster vulnerability. The result of this research show that ASTER image produced quite optimum information for landuse mapping with overall accuracy 86,79%. The calculation and analysis, condition of land suitability for settlement in Kabupaten Magelang consist of 4 class, there are Very Suitable (57,23 Ha), Suitable (165,87 Ha), Not Suitable (176,84 Ha) and Very Not Suitable (15,45 Ha). Keyword: settlement development, land suitability, ASTER image, GIS. INTISARI Kabupaten Magelang yang berada pada jalur strategis Yogyakarta - Semarang menyebabkan terjadinya perkembangan kota yang dapat memicu konversi lahan non-mukim menjadi permukiman. Penggunaan lahan yang tidak terencana akan menimbulkan kerusakan lahan dan lingkungan. Tujuanpenelitianiniadalahmengetahuikemampuan citra ASTER dalam mengidentifikasi parameter fisik lahan danlokasi lahanpotensialuntuk pengembangan permukiman. Penelitian ini mempertimbangkan 6 parameter untuk menentukan lokasi potensial pengembangan permukiman, yaitu parameter penggunaan lahan, kemiringan lereng, jaringan jalan, daya dukung tanah, kedalaman muka air tanah dan kerawanan bencana. 85

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Citra ASTER mampu memberikan informasi cukup optimal untuk pemetaan parameter penggunaan lahan dengan ketelitian interpretasi mencapai 86,79%. Berdasarkan hasilperhitungandananalisis, kondisikesesuaianlahanuntukpermukiman di sebagiankabupatenmagelangmeliputi 4 kelas, yaitukelassangatsesuaidenganluas57,23 Ha, Sesuaidenganluas 165,87 Ha, Tidaksesuaidenganluas 176,84 Ha dansangattidaksesuaidenganluas 15,45 Ha. Kata kunci: perkembangan permukiman, kesesuaian lahan, citra ASTER, SIG. PENDAHULUAN Kebutuhan pokok manusia terdiri dari tiga macam, yaitu: kebutuhan akan sandang (pakaian/clothing), kebutuhan akan pangan (makan-minum/food and drinks) dan kebutuhan akan papan (tempat tinggal/place for living) (Yunus, 2007 dengan perubahan). Permasalahan utama erat kaitannya dengan permukaan bumi adalah kebutuhan pokok akan tempat tinggal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, dalam kurun waktu tahun 2000-2010 jumlah penduduk Kabupaten Magelang mengalami peningkatan, yaitu jumlah penduduk Kabupaten Magelang tahun 2000 adalah 1.111.876 jiwa, sedangkan pada tahun 2010 mencapai 1.181.916 jiwa.penggunaan lahan yang tidak terencana akan menimbulkan kerusakan lahan dan lingkungan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, secara bersamaan diikuti dengan pertumbuhan daerah terbangun yang cepat dengan cara mengkonversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun. Akibat adanya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan daerah terbangun yang cepat tersebut, pengelola kota pada umumnya tidak dapat berpacu secara beriringan dalam mengelola wilayahnya (Suharyadi,2001). Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kemampuan citra ASTER dalam mengidentifikasi parameter fisik lahan yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi potensial untuk pengembangan lokasi permukiman. 2. Menentukan lahan potensial untuk pengembangan permukiman berdasarkan analisis terhadap berbagai parameter yang ada menggunakan teknik SIG. Studi permukiman dalam analisis geografi menitikberatkan pada bentukan budidaya (artifisial) maupun natural dengan segala kelengkapan yang dipergunakan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok, untuk bertempat tinggal maupun menetap dalam rangka penyelenggaraan kehidupannya, seperti permukiman kota dan permukiman desa. Sedangkan studi permukiman dalam memusatkan analisisnya pada upaya memukimkan atau memindahkan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain, serta proses menempati daerah tertentu oleh sekelompok orang. (Purwadhi, 2007) Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap objek, daerah atau gejala yang dikaji (Sutanto, 1986). Sistem inderaja terdiri dari berbagai komponen yang terintegrasi dalam satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut meliputi sumber tenaga, atmosfer, objek, sensor dengan wahana, pengolahan data, interpretasi/ analisis dan pengguna (user). Gambar: Sistem Penginderaan Jauh dan penggunaannya Sumber : LAPAN (2007) 86

Citra ASTER adalah satu citra satelit sumberdaya bumi yang sering dimanfaaatkan untuk kajian fisik. Citra ASTER (Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer) yang diluncurkan pada 18 Desember 1999 yang dihasilkan oleh proyek kerja sama Jepang dan Amerika untuk memonitoring permukaan bumi yang menyangkut sumberdaya alam. Sensor ini mengobservasi permukaan bumi dari ketinggian 705 km dengan frekuensi band: Visible and Near Infrared (VNIR), Short Wave Infrared (SWIR) dan Thermal Infrared (TIR). Karakteristik 3 Sensor ASTER Subsistem Nomor Panjangspektral VNIR SWIR TIR 1 0.52-0.60 2 0.63-0.69 3N 0.78-0.86 3B 0.78-0.86 4 1.60-1.70 5 2.145-2.185 6 2.185-2.225 7 2.235-2.285 8 2.295-23.65 9 2.360-24.30 10 8.125-84.75 11 8.475-88.25 12 8.925-92.75 13 10.25-10.95 ) ResolusiSpasial (m) Level 15 8bit 30 8bits 90 12bits Sumber: ASTER Reference Guide, 2003 (23 Mei 2010) SIG (Sistem Informasi Geografi) atau Geografis Information System (GIS) diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospasial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota dan pelayanan umum lainnya (Murai S. 2000 dalam Taufik Hery P., 2006) Pemodelan permukiman merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk pengembangan permukiman dengan menggunakan metode tertentu. Berikut merupakan model permukiman dengan pendekatan pengkarkatan dan pembobotan dan metode overlay. METODE PENELITIAN Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam penelitian. Tahap persiapan meliputi studi pustaka dan perolehan data dari citra ASTER, Peta Rupabumi Indonesia, Peta Kerawanan Bencana, Peta Tanah, kerja lapangan maupun instansiinstansi pemerintah seperti BPS (Badan Pusat Statistik), BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). Tahap pengolahan data terdiri dari pengolahan data citra ASTER yang diawali dengan koreksi radiometrik dan geometrik yang bertujuan agar citra yang digunakan memiliki akurasi yang optimal. Tahap pengolahan selanjutnyaadalah proses interpretasi penggunaan lahan dan jaringan jalan. Tahap kerja terdiri dari pemilihan sampel dan kerja lapangan. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proporsional stratified random sampling, yaitu dengan mengambil sampel secara seimbang berdasarkan tingkatan atau kelas data yang ada pada satuan pemetaan yang berupa peta-peta tentatif parameter yang berpengaruh terhadap penentuan lokasi permukiman. Metode proporsional stratified random sampling ini diharapkan mampu mewakili setiap kelas data yang ada di lapangan secara seimbang sehingga masing-masing kelas dapat dilakukan cek lapangan untuk menghasilkan peta tematik yang sesuai dengan cara efisien. Kerja lapangan bertujuan untuk mencocokan hasil interpretasi dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Adapun kerja lapangan yang dilakukan adalah mengukur variabel yang tidak terukur dari citra dan sekaligus cek hasil interpretasi citra ASTER. Pengecekan dilakukan terhadap penggunaan lahan, jarak terhadap jaringan jalan serta pengukuran terhadap daya dukung tanahdan kedalaman muka air 87

tanah.jumlah sampel yang diambil sebanyak 53 titik. Tahap analisa data terdiri dari pengharkatan terhadap variabel-variabel yang berpengaruh, uji ketelitian interpretasi, uji ketelitianinterpretasidilakukanuntukmenge tahuikemampuancitra ASTERresolusi 15 meter dalammenyadapinformasipenggunaan lahan dibandingkandengankeadaan di lapangan. Metode yang digunakan untuk mendapatkan lokasi potensial untuk pengembangan permukiman adalah dengan melakukan pengharkatan kemudian pembobotan terhadap parameter-parameter sesuai dengan tingkat pengaruhnya. Berdasarkan pembobotan yang dilakukan maka diperoleh urutan parameter dari yang paling berpengaruh terhadap lokasi permukiman adalah jarak terhadap jalan yang mudah dilalui, kerawanan bencana, kemiringan lereng, penggunaan lahan, kedalaman muka air tanah dan daya dukung tanah. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini mencakup proses dan petapeta, baik yang dihasilkan dari interpretasi Citra ASTER maupun dari kerja lapangan. Proses awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik Citra ASTER, yang bertujuan agar posisi piksel dapat dikembalikan sedemikian rupa sehingga posisi pada citra dapat sesuai dengan posisi sebenarnya di permukaan bumi. Rujukan yang digunakan untuk koreksi citra ASTER adalah peta Rupabumi Indonesia tahun 1999 lembar Kaliangkrik, Kepil, Magelang, Mungkid dan Sendangagung.Wilayah penelitian terdiri dari: Kecamatan Mertoyudan, Tempuran, Salaman, Kajoran, Kaliangkrik, Bandongan maupun Windusari. Perbedaan tahun perekaman antara kedua sumber data tersebut sebenarnya berpengaruh terhadap koreksi yang dilakukan, namun hal itu dapat diatasi dengan ketelitian pemilihan objek-objek yang digunakan sebagai titik acuan koreksi. Berdasarkan hasil koreksi geometrik tersebut, citra mengalami sedikit pergeseran posisi. Interpretasi visual citra ASTER dilakukan secara fotomorfik artinya mengandalkan apa yang nampak pada citra, dengan menggunakan 9 unsur interpretasi. Pengenalan obyek disesuaikan dengan tujuan interpretasi dan kualitas data penginderaan jauh yang digunakan. Tujuan interpretasi ini yaitu mengenali obyek penggunaan lahan. Citra ASTER yang digunakan peneliti memiliki resolusi spasial 15 meter sehingga tingkat klasifikasi yang dihasilkan tidak dapat terlalu detail. Unsur-unsur interpretasi visual yang digunakan, antara lain: warna/rona, bentuk, tekstur, asosiasi dan situs. Warna/rona merupakan unsur yang paling dominan digunakan peneliti untuk menentukan batas atau deliniasi dalam interpretasi visual ini. Tampilan citra yang komposit akan lebih mempermudah peneliti mengenali obyek. Parameter-parameter yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Jarak Terhadap Jalan Yang Mudah Dilalui Faktor aksesibilas sangat penting dalam penentuan lahan untuk permukiman. Kemudahan akses dalam mencapai lokasi permukiman menjadi daya tarik bagi seseorang dalam membangun tempat tinggal. Adapun jalan yang dijadikan parameter dalam penelitian ini adalah jalan mudah dilalui. Mudah dilalui bermakna kelas jalan yang layak dilalui oleh minimal kendaraan roda dua dan berstruktur cor/semen. Informasi jalan diturunkan langsung dari interpretasi Citra ASTER, kemudian proses buffering. Berdasarkan analisis yang dilakukan, dengan mempertimbangkan cakupan wilayah penelitian yang cukup luas, maka dengan 5 kelas jarak tersebut dan kelas jalan yang 88

ada didaerah penelitian menunjukkan cakupan wilayah yang sangat sesuai dan sesuai mendominasi hasil buffer. Tabel kelas Jarak terhadap jalan yang mudah dilalui No. Jarak (m) Kelas 1. 0 500 Sangat sesuai 2. 501 1000 Sesuai 3. 1001 1500 Cukup sesuai 4. 1501 2000 Kurang sesuai 5. > 2000 Tidak sesuai 2. Kerawanan Bencana Alam Kawasan rawan bencana Kabupaten Magelang meliputi: kawasan rawan erupsi dan banjir lahar dingin gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi dan kawasan rawan gerakan tanah. Namun berdasarkan RAPERDA RTRW Kabupaten Magelang Tahun 2010-2030 pasal 73 ayat 4, lokasi penelitian ini termasuk dalam zona aman dari gempa bumi. Sehingga dalam penentuan lokasi untuk permukiman ini hanya mempertimbangkan bencana kerawanan pergerakan tanah dan erupsi dan banjir lahar dingin gunung berapi. Tabel luas kawasan rawan bencana No. Kelas Kerawanan Bencana Alam Luas (ha) Prosentase (%) 1. Sesuai Rendah 67,12 16 2. Cukup sesuai Sedang 166,53 40 3. Tidak sesuai Tinggi 181,74 44 Jumlah 415,39 100 3. Kemiringan Lereng Pembuatan peta kemiringan lereng dilakukan dengan menggunakan GDEM ASTER dengan menyadap informasi konturnya. Berdasarkan peta kontur yang diperoleh tersebut kemudian diturunkan menjadi DEM (Digital Elevation Model). DEM merupakan suatu model medan digital yang menggambarkan informasi posisi dan ketinggian suatu wilayah dalam bentuk tiga dimensi. Dari model medan digital yang masih dalam bentuk raster tersebut kemudian dilakukan pengubahan data menjadi bentuk vektor, yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan kelas lereng. Pengubahan data tersebut bertujuan agar peta yang dihasilkan dapat diolah lebih lanjut menjadi salah satu parameter dalam kesesuaian lahan permukiman selanjutnya. Sedangkan pengecekan dilapangan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut abney level. Pengukuran kemiringan lereng dilakukan berdasarkan titik-titik sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan hasil dari pengukuran tersebut, daerah penelitian dapat dibedakan menjadi 5 kelas kemiringan lereng, antara lain: 0 2 %, >2 5%, >5 8%, >8 11% dan >11%. Tabel luas lahan berdasarkan jenis kemiringan lereng No. Kelas Besar kemiringan Luas (ha) Prosentase (%) lereng (%) 1. Sangat 0 2 42,60 10 sesuai 2. Sesuai 3-5 45,60 11 3. Cukup >5-8 90,84 22 sesuai 4. Kurang >8 11 141,11 34 sesuai 5. Tidak sesuai >11 95,24 23 Jumlah 415, 39 100 4. Penggunaan Lahan Pengubahan lahan pertanian menjadi lahan terbangun harus dikendalikan agar keseimbangan alam tetap terjaga. Kebutuhan akan permukiman semakin meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk disuatu wilayah mengharuskan pengubahan lahan sebagai lahan terbangun. Sehingga dalam menentukan lokasi lahan yang dapat diubah menjadi lahan terbangun harus mengetahui jenis penggunaan lahan asalnya agar tidak terjadi eksploitasi lahan yang berlebihan. Interpretasi visual citra ASTER dilakukan secara fotomorfik artinya mengandalkan apa yang nampak pada citra, dengan menggunakan 9 unsur interpretasi. Pengenalan obyek disesuaikan dengan tujuan interpretasi dan kualitas data penginderaan jauh yang digunakan. Tujuan interpretasi ini yaitu mengenali obyek penggunaan lahan. Citra ASTER yang digunakan peneliti memiliki resolusi 89

spasial 15 meter sehingga tingkat klasifikasi yang dihasilkan tidak dapat terlalu detail. Unsur-unsur interpretasi visual yang digunakan, antara lain: warna/rona, bentuk, tekstur, asosiasi dan situs. Warna/rona merupakan unsur yang paling dominan digunakan peneliti untuk menentukan batas atau deliniasi dalam interpretasi visual ini. Tampilan citra yang komposit akan lebih mempermudah peneliti mengenali obyek. Klasifikasi interpretasi penggunaan lahan terhadap Citra ASTER terdiri dari : permukiman, sawah, kebun campur, tegalan, hutan dan lahan kosong. Tabelluas lahan berdasarkan jenis penggunaan lahan No. Kelas Besar kemiringan lereng (%) Luas (ha) Prosentase (%) 1. Sangat sesuai 0 2 42,60 10 2. Sesuai 3-5 45,60 11 3. Cukup sesuai >5-8 90,84 22 4. Kurang sesuai >8 11 141,11 34 5. Tidak sesuai >11 95,24 23 Jumlah 415, 39 100 5. Kedalaman Muka Air Tanah Faktor kedalaman muka air tanah sangat berpengaruh terhadap pendirian suatu bangunan permukiman, karena air merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan. Ketersediaan air tergantung dari kedalaman muka air tanah. Pengukuran kedalaman muka air tanah di lapangan dilakukan dengan mengukur kedalaman permukaan sumur gali. Tabel luas lahan berdasarkan kelas kedalaman muka air tanah No. Kelas Kondisi (m) Luas (ha) Prosentase (%) 1. Sangat sesuai 1,5 - <10 81,21 20% 2. Sesuai 10 - <15 297,70 71% 3. Kurang sesuai > 20 36,48 9% Jumlah 415,39 100% 6. Daya Dukung Tanah Daya dukung tanah berkaitan langsung dengan proses pembangunan pondasi rumah. Pengukuran daya dukung tanah dilakukan langsung di lapangan, yaitu dengan menggunakan alat yang disebut dengan hand penetrometer pada kedalaman tanah antara 60-100 cm. Pada kedalaman tersebut tanah mendapat tekanan kebawah dari beban bangunan. Tabel luas lahan berdasarkan kelas daya dukung tanah No. Kelas Kondisi (kg/cm²) Luas (ha) Prosentase (%) 1. Sangat sesuai 1,5 kg/cm² 81,21 20% 2. Sesuai 1,4 - <1,5 kg/cm² 297,70 71% 3. Kurang 1,1 - <1,2 kg/cm² 36,48 9% sesuai Jumlah 415,39 100% Informasi yang diperoleh dari interpretasi Citra ASTER adalah jaringan jalan dan penggunaan lahan. Informasi kerawanan bencana diperoleh dari peta kerawanan bencana alam Kabupaten Magelang. Informasi kemiringan lereng diperoleh dari GDEM ASTER yang diturunkan menjadi kontur untuk menghasilkan kemiringan lereng. Parameter kedalaman muka air tanah dan daya dukung tanah diperoleh dari pengukuran langsung dilapangan dan merujuk pada perbedaan jenis tanah. Uji ketelitian interpretasi bertujuan mengetahui tingkat ketelitian hasil interpretasi yang telah dilakukan. Ketelitian interpretasi yang semakin baik ditunjukkan oleh nilai interpretasi yang semakin tinggi. Sehingga semakin tinggi nilai ketelitian interpretasi menunjukkan bahwa data dari penelitian yang dilakukan tersebut semakin akurat.adapun hal-hal yang mempengaruhi tingkat ketelitian interpretasi ini adalah kualitas data (citra) yang digunakan, resolusi citra yang digunakan dan tingkat pengalaman intepreter. Uji ketelitian interpretasi dilakukan pada parameter penggunaan lahan. Berdasarkan hasil perhitungan, maka diperoleh nilai ketelitian interpretasi penggunaan lahan sebesar 86,7%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kesalahan terjadi sebanyak 13 sampel setiap pengambilan 100 sampel. 90

Tabel Uji Ketelitian Hasil Interpretasi Penggunaan lahan pada citra ASTER Interpretasi Citra ASTER Tabel Kelas Kesesuaian Lahan untuk pengembangan permukiman Kelas Harkat Luas (Ha) Prosentase (%) Lapangan Permukiman Hutan Kebun campur Lahan kosong Sawah Tegalan Jumlah Permukiman 16 16 Hutan 4 3 1 8 Kebun campur 1 8 1 10 Sangatsesuai 45 55 Sesuai 34 44 Tidak sesuai 23 33 Sangat tidak sesuai 11 22 Jumlah 57,23 14 165,87 40 176,84 43 15,45 3 415,39 100 Lahan kosong 1 1 Sawah 9 1 10 Tegalan 8 8 Jumlah 16 5 11 1 11 9 53 Berikut adalah peta kesesuaian lahan untuk permukiman sebagian Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ketelitian Interpretasi penggunaan lahan = (1111+44+88+11+99+88) xx 111111 % = 86,79% 5555 Pemetaan kesesuaian lahan untuk permukiman dilakukan dengan mengoverlay peta-peta parameter lahan, antara lain: peta lereng, penggunaan lahan, jarak terhadap jalan yang mudah dilalui, daya dukung tanah, kedalaman muka air tanah dan peta kerawanan bencana. Petapeta penyusun peta kesesuaian lahan tersebut diberi nilai berupa nilai harkat sesuai dengan tingkat kesesuaiannya pada masing-masing parameter. Kemudian masing-masing parameter diberikan bobot sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap kesesuaian lahan untuk permukiman. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa metode yang digunakan adalah metode overlay atau sering disebut juga dengan tumpangsusun. Hasil overlay tersebut sekaligus menunjukkan nilai harkat total, yang kemudian diklasifikasikan berdasarkan perhitungan kelas interval. Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan kesesuaian lahan permukiman, diperoleh kelas klasifikasi sebanyak 4 kelas kesesuaian lahan untuk lokasi pengembangan permukiman. KESIMPULAN 1. Penentuan lahan potensial untuk permukiman dipengaruhi oleh beberapa parameter-parameter, antara lain: penggunaan lahan, kemiringan lereng, daya dukung tanah, kedalaman 91

muka air tanah, jarak terhadap jalan yang mudah dilalui dan kerawanan bencana alam pergerakan tanah dan erupsi dan banjir lahar dingin Gunung Berapi. 2. Citra ASTER sebagai sumber data dalam pemetaan kesesuaian lahan permukiman dapat memberikan peran yang sangat optimal untuk parameter pemanfaatan lahan dengan tingkat ketelitian interpretasi sebesar 86,79%. 3. Hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan menunjukkan kondisi kesesuaian lahan untuk permukiman di sebagian kabupaten Magelang meliputi 4 kelas, yaitu Kelas Sangat sesuai dengan luas 57,23 Ha 13%, Sesuai dengan luas 165,87 Ha 40%, Tidak sesuai dengan luas 176,84 Ha atau 43% dan Sangat tidak sesuai dengan luas 15,45 Ha atau 3 %. Sutanto(1986). Penginderaan jauh untuk Pengggunaan Lahan. Yogyakarta: Puspics. Fakultas Geografi Bakosurtanal Universitas Gadjah Mada Yunus, Hadi Sabari (2007). Subject Matter dan Metode Penelitian GeografiPermukiman Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. DAFTAR PUSTAKA Abrams, M., Hook,S.. ASTER USER Handbook Version 2. Diakses tanggal 23Mei2010, arihttp:/asterweb.jpl.nasa.gov/content/03_d ata/04_document/aster_user_guide_v2.pdf Kusumodidagdo Mulyadi, Tjaturhardjo Budi Sanjoto, Eva Banowati, Dewi Liesnoor Setyowati, Bambang Semedei(2007). Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Jakarta: LAPAN- UNNES. Purwadhi Sri Hardyanti, Tjaturhardjo Budi Sanjoto(2007). Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh. Jakarta: LAPAN-UNNES. Purwanto, T. H. (2006). Panduan Sistem Informasi Geografi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Suharyadi (2001). Penginderaan Jauh untuk Studi Kota (Bahan Ajar). Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. 92