BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

PERKEMBANGAN BPJS DAN UNIVERSAL COVERAGE DENGAN SISTEM PEMBAYARAN PROVIDER DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia berkembang cukup

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan faktor penting bagi kita semua. Kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan bukan menjadi hal baru bagi negara berkembang, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

2016 ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT RUJUKAN BPJS KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Operasi caesar atau dalam isitilah kedokteran Sectio Caesarea, adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

Marita Ahdiyana, M. Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional dan Millenium

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I. Sistem Manajemen Pelayanan Rumah Sakit dengan Sistem Manajemen. Pelayanan yang baik, harus memperhatikan keselamatan pasien, dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut kesehatan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut. Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBIAYAAN KENAIKAN KELAS PERAWATAN BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 4 TAHUN 2017 SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

Adelima C. R. Simamora, Doni Simatupang, Agustina Boru Gultom Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. metabolik tubuh (Imaligy, 2014). Dalam menangani kasus gagal jantung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setempat dan juga kearifan lokal yang berlaku pada daerah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami financial hardship. Menurut World Health Organization (WHO), Universal Health Coverage ini mencakup dua elemen inti yakni pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga negara dan perlindungan resiko finansial ketika warga negara menggunakan pelayanan kesehatan. Indonesia berupaya untuk mewujudkan Universal Health Coverage yang telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan diantaranya adalah melalui PT. Askes (Persero) dan PT. Jamsostek (Persero) yang melayani antara lain pegawai negeri sipil (PNS), penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Masyarakat miskin dan kurang mampu diberikan oleh pemerintah yaitu jaminan kesehatan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Meskipun demikian, berbagai program tersebut diatas masih mencakup sebagian kecil masyarakat dan belum mampu memberikan perlindungan yang adil dan memadai kepada para peserta sesuai dengan manfaat program yang menjadi hak peserta. Adapun skema skema asuransi yang masih terfragmentasi menjadikan biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit untuk dikendalikan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan mendukung Universal Health Coverage, pemerintah menerbitkan Undang undang (UU) No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang kemudian diatur melalui UU No. 24 Tahun 2011.

2 Jaminan sosial nasional yang diselenggarakan oleh BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang telah beroperasi mulai tanggal 1 Januari 2014 yang merupakan transformasi dari PT. ASKES (Persero). Konsekuensi perubahan tersebut meliputi keanggotaan, pengorganisasian, pembiayaan dan metode pembayaran pelayanan kesehatan. Masalah biaya menjadi salah satu isu yang paling menyita perhatian banyak pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan JKM. Masalah pembiayaan datang dari penyedia pelayanan kesehatan khususnya fasilitas rujukan tingkat lanjut yaitu rumah sakit karena adanya perbedaan sistem pembayaran pelayanan oleh rumah sakit dan pembayaran pelayanan kesehatan oleh BPJS kesehatan. Standar tarif pelayanan kesehatan yang digunakan oleh BPJS Kesehatan adalah salah satu bentuk metode prospektif yaitu tarif Indonesian-Case Based Groups (INA-CBG s). Tarif paket INA-CBG s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (rumah sakit) atas paket layanan yang didasarkan pada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur yang dilakukan. Prosedur pembayaran menggunakan sistem INA-CBG s, baik rumah sakit maupun pihak pembayar tidak lagi merinci tagihan berdasarkan rincian pelayanan yang diberikan, melainkan hanya dengan menyampaikan diagnosis keluar pasien dan kode CBG. Besarnya penggantian biaya untuk diagnosis tersebut telah disepakati bersama antara provider/ asuransi atau ditetapkan oleh pemerintah. Perkiraan lamanya waktu perawatan (length of stay) yang akan dijalani oleh pasien juga sudah diperkirakan sebelumnya dan disesuaikan dengan jenis diagnosis. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2014 tentang petunjuk teknis sistem INA-CBG S. Sistem pembayaran INA-CBG s dipilih karena dapat mengendalikan biaya kesehatan, mendorong pelayanan tetap bermutu sesuai dengan standar, membatasi pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan atau berlebihan serta mendorong provider untuk melakukan cost containment (pengendalian biaya). Dilain pihak, sistem pembayaran yang diterapkan rumah sakit adalah sistem pembayaran per jasa pelayanan (fee for service). Melalui sistem ini, provider layanan kesehatan menarik biaya untuk tiap

3 jenis pelayanan yang diberikan sehingga setiap pasien membayar sesuai dengan pelayanan yang diterima. Setiap pemeriksaan dan tindakan akan dikenakan biaya sesuai dengan tarif yang ada di rumah sakit. Pada sistem pembayaran fee for service, semakin banyak layanan yang diberikan maka semakin besar biaya yang harus dikeluarkan. Akibatnya terjadi kenaikan pada setiap biaya pelayanan kesehatan. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Achmad Mochtar Bukittinggi merupakan salah satu rumah sakit daerah milik pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Sesuai amanat Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2016, setiap fasilitas kesehatan pemerintah baik pemerintah pusat ataupun daerah yang memenuhi persyaratan wajib bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Tarif layanan RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi ditetapkan melalui Peraturan Gubernur No. 58 Tahun 2015 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Adapun dasar penetapan tarif yang digunakan adalah sistem Fee for Service. Sejak diberlakukannya JKN oleh BPJS kesehatan mulai tanggal 1 Januari 2014, pendapatan RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi yang terbesar diperoleh dari pendapatan pasien peserta BPJS. Tahun 2016, diketahui bahwa pendapatan dari pasien peserta BPJS adalah sebesar Rp.108.181.139.124,- dari total pendapatan rumah sakit sebesar Rp. 128.737.332.415,- atau sekitar 84.03%. Pendapatan ini diperoleh dari klaim yang dibayarkan oleh pihak BPJS dengan menggunakan sistem tarif INA-CBGs. Berdasarkan pengamatan terhadap pengajuan klaim pelayanan pasien BPJS Kesehatan di RSUD dr. Achmad Mochtar bulan Januari 2016, terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara klaim yang dibayar BPJS menggunakan tarif INA-CBG s dengan tarif rill rumah sakit khususnya pada pelayanan rawat inap. Untuk kasus non bedah, besaran klaim yang dibayarkan BPJS Kesehatan menggunakan tarif INA-CBG s lebih besar dibanding tarif rumah sakit. Sebaliknya untuk kasus bedah, kecenderungan klaim yang dibayar BPJS Kesehatan menggunakan tarif INA-CBG's jauh lebih rendah dibanding tarif rumah sakit.

4 Perbedaan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu, dkk. (2014) yang melakukan perbandingan antara tarif rumah sakit dengan tarif INA-CBG s program JKN di RSU Zahirah untuk pelayanan bulan Januari Mei 2014. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu total pengeluaran rumah sakit atau besar tarif rumah sakit dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan ternyata lebih besar dari total tarif INA-CBG s yang diterapkan pihak BPJS Kesehatan selama 3 bulan pelayanan. Sebesar 63% tarif rumah sakit dari unit pelayanan rawat jalan dan rawat inap lebih besar daripada tarif INA CBG s dan rumah sakit juga mengalami defisit 4% dimana total tarif rumah sakit ternyata lebih besar dibandingkan total tarif INA-CBG s. Penerapan tarif INA-CBG s BPJS Kesehatan yang berbeda dengan perhitungan tarif rumah sakit menuntut rumah sakit untuk dapat mengendalikan biaya rumah sakit dengan lebih baik. Salah satunya dengan cara menghitung tingkat pemulihan biaya (cost recovery rate) oleh pihak rumah sakit dalam melayani pasien JKN, sehingga dapat diketahui apakah tarif INA-CBG s tersebut dapat menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Cost recovery rate berfungsi sebagai alat penentuan efisiensi untuk mengetahui sejauh mana pendapatan rumah sakit dapat menutup biaya yang dikeluarkan rumah sakit. Idealnya, cost recovery rate suatu organisasi idealnya bernilai > 1 atau >100%. Jika CRR dibawah 100 %artinya organisasi tersebut belum mampu menutupi biaya operasionalnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sandra, dkk. (2015) menemukan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit baik biaya tetap maupun tidak tetap dapat tertutupi oleh pendapatan pelayanan pasien JKN dari tarif INA-CBG s. Dengan perhitungan angka riil pendapatan dikurangi total biaya langsung dan tidak langsung maka keuntungan yang diperoleh rumah sakit adalah sebesar 9%. Dengan pelayanan minimum, rata-rata cost recovery rate adalah sebesar 93%, dan keuntungan berdasarkan data riil rata-rata sebesar 9%. Selama ini perhitungan tarif pada RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi masih kurang memadai untuk setiap tindakan di rumah sakit, karena penetapan tarif lebih didasarkan pada perkiraan, kepantasan, dan perbandingan dengan tarif rumah sakit lain yang sejenis dan bukan berdasarkan pada

5 perhitungan unit cost yang lebih akurat. Tarif yang berlaku sampai saat ini masih belum memperhitungkan biaya tidak langsung yang terkait dengan pelayanan rumah sakit, sehingga meskipun terdapat selisih positif antara tarif rumah sakit dengan tarif BPJS dimana tarif rumah sakit lebih besar dari tarif BPJS, pihak rumah sakit belum bisa mengatakan bahwa rumah sakit memperoleh keuntungan dari selisih tarif tersebut. Hal tersebut karena belum adanya perhitungan yang memadai tentang unit cost rumah sakit. Berdasarkan fenomena dan persoalan yang telah dijelaskan, peneliti perlu melakukan penelitian tentang analisis perbandingan antara tarif INA-CBG s dan tarif rumah sakit serta cost recovery rate (CRR) pasien rawat inap peserta BPJS di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka ada dua rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana perbandingan antara tarif pelayanan rumah sakit dan tarif INA- CBG s pada RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi untuk pelayanan pasien rawat inap peserta BPJS Kesehatan? 2. Bagaimana cost recovery rate (CRR) pelayanan pasien rawat inap peserta BPJS Kesehatan di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Menjelaskan analisis perbandingan antara tarif pelayanan rumah sakit dan tarif INA-CBG s pada RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi untuk pelayanan pasien rawat inap peserta BPJS Kesehatan. 2. Menjelaskan cost recovery rate (CRR) pelayanan pasien pasien rawat inap peserta BPJS Kesehatan di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

6 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara teoritis berupa pengembangan ilmu yang relevan dengan masalah penelitian dan dapat memperkuat teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian yang telah banyak dikemukakan para ahli serta dapat memperkaya pengetahuan tentang variabel yang diteliti. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a. Rumah Sakit dr. Achmad Mochtar Bukittinggi, sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam mengendalikan biaya pelayanan rumah sakit. b. Masyarakat/ Pasien sebagai peningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien. E. Ruang lingkup Penelitian Penelitian ini membahas tentang analisis perbandingan tarif yang berlaku di rumah sakit yang menggunakan sistem fee for service dan tarif BPJS Kesehatan yang menggunakan sistem INA-CBG s pada pasien rawat inap peserta BPJS Kesehatan di RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.