BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tuntutan kesehatan. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan adalah adanya rumah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. (Ilyas, 2011). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang baik salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.

INDIKATOR KINERJA UTAMA

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan (1, 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1204/Menkes/SK/X/2004. pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (14) 340/MENKES/PER/III/2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain (Undang-

BAB 1 : PENDAHULUAN. sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

ABSTRAK. Kepustakaan : 11 ( )

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

Penilaian pelayanan di RSUD AM Parikesit menggunakan indikator pelayanan kesehatan, adapun data indikator pelayanan dari tahun yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang ada di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan. mencegah penyakit dengan sasaran utamanya adalah masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan non profit, yaitu unit usaha yang bertujuan tidak untuk mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. ancaman yang akan datang. Rumah Sakit yang memiliki perencanaan strategis akan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. dan Undang-undang No. 36 tahun 2010 tentang kesehatan, membawa

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam upaya memberikan pelayanan informasi kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu. pelayanan kesehatan demi kepuasan masyarakat yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Rekam Medis menurut Huffman EK, diagnosa dan pengobatan serta merekam hasilnya. (6)

BAB I PENDAHULUAN. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis, sarana pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

2 Menurut Alamsyah (2012) salah satu aktivitas yang rutin dilakukan dalam statistik rumah sakit adalah menghitung tingkat efisiensi hunian tempat tidu

BAB I PENDAHULUAN. fungsional terdepan sesuai dengan keputusan MENKES No. 128/ MENKES/ SK/ II/ 2004/ tanggal 10 Februari 2004 tentang kebijakan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

Penampilan rumah sakit dapat diketahui dari beberapa indikator antara lain : a. Cakupan dan mutu pelayanan dilihat melalui indikator :

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengutamakan pelaksanaannya melalui upaya penyembuhan pasien, rehabilitasi dan pencegahan gangguan kesehatan. Rumah sakit berfungsi

Tin Herniyani, SE, MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Hospital Association mendefinisikan rumah sakit. sebagai sebagai organisasi yang didalamnya terdiri atas tenaga

KATA PENGANTAR. Buku Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) RSUD Ambarawa

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB III METODOLOGI. Dokumentasi berupa data harian, bulanan, dan tahunan yang dilakukan di Rumah

ANALISIS EFISIENSI PELAYANAN RAWAT INAP BERDASARKAN GRAFIK BARBER JOHNSON PADA BANGSAL KELAS III DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI PERIODE TRIWULAN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencari dan menerima pelayanan kedokteran dan tempat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Tk II Putri Hijau Medan sebagai organisasi yang bergerak

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. gawat darurat. Sedangkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. pencegahan penyakit serta upaya perbaikan.

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. rumah sakit sebagai suatu organisasi melalui tenaga medis

BAB 1 : PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain itu,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan a.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Renstra, 2015). Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit bersifat holistik atau menyeluruh mulai dari pencegahan, penyembuhan hingga pemulihan penyakit. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (PerMenKes RI No 56 Tahun 2014). Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia diikuti dengan perkembangan pola penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit sehingga dibutuhkan suatu manajemen yang baik yang dapat mengatur dan mengelola segala sumber daya rumah sakit dengan sebaik-baiknya. Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang paling dominan adalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia adalah aset yang paling berharga bagi rumah sakit. Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan sangat 1

2 bergantung pada kapasitas dan kualitas sumber daya manusia. Seluruh sumber daya manusia di rumah sakit memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memberikan pelayanan yang lebih berkualitas (Aditama, 2010) Merencanakan kebutuhan SDM secara tepat sesuai dengan kebutuhan, fungsi pelayanan setiap unit, bagian, dan instalasi rumah sakit adalah kunci yang sangat penting untuk keberhasilan dan kemajuan organisasi termasuk rumah sakit. Pengetahuan dan keterampilan dalam merencanakan kebutuhan SDM di rumah sakit merupakan komponen yang harus dimiliki setiap pimpinan disetiap manajemen rumah sakit (Satrianegara,2014). Menurut Permenkes 56 tahun 2014, sumber daya manusia di rumah sakit umum terdiri atas tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan. Diantara tenaga tersebut, tenaga keperawatan menempati urutan jumlah terbanyak (62,42%) (Kemenkes,2013). Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia yang menentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Hal ini wajar mengingat perawat merupakan bagian dari tenaga paramedis yang memberikan perawatan kepada pasien secara langsung selama 24 jam. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dalam kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikiya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Peran dan fungsi perawat sangat berpengaruh bagi kelangsungan pasien dalam mempertahankan kondisi kesehatannya. Kegiatan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit mempunyai peran yang besar

3 dalam pencapaian mutu, citra dan efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kualitas asuhan keperawatan dapat mencapai hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber daya perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Beban kerja yang dijalankan perawat memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap keamanan pasien. Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja yang tinggi dapat dengan mudah menimbulkan kelelahan dan stress kerja. Kelelahan dan stress kerja perawat dalam bekerja dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan kerja yang akan menyebabkan kemunduran kualitas atau penampilan kerja. Kelelahan keja perawat juga dapat memberi dampak pada asuhan pelayanan yang diberikan tidak akan optimal. Ilyas (2011) mengatakan tingginya beban kerja dapat berefek pada penurunan kinerja personel rumah sakit. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa pada tahun 2015 jumlah fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia sebanyak 15.110 unit dengan 876.984 tenaga kesehatan yang terdiri dari 101.615 tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum, dan dokter gigi), 223.910 tenaga perawat, 111.736 tenaga bidan, dan tenaga kesehatan lainnya. Sehingga rasio perawat terhadap penduduk sebesar 94,07 perawat per 100.000 penduduk. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 sebesar 252.124.458 jiwa. Untuk Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 828 unit fasilitas pelayanan kesehatan dengan 52.690 tenaga kesehatan yang terdiri dari 7.956 tenaga medis, 10.009 tenaga

4 perawat, 8758 tenaga bidan, dan tenaga kesehatan lainnya. Sehingga rasio perawat terhadap penduduk sebesar 49,56 perawat per 100.000 penduduk. Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebanyak 13.527.937 jiwa (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2015). RSU Dr. Pirngadi merupakan salah satu rumah sakit kelas B pendidikan milik Pemerintah Kota Medan yang sudah terakreditasi. Pada tahun 2015 pasien rawat inap RSU Dr. Pirngadi sebanyak 22.413 dengan jumlah tempat tidur yang tersedia 582 buah yang terbagi dalam 31 ruangan rawat inap. RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai tenaga keperawatan sebanyak 786 orang, sedangkan jumlah tenaga keperawatan yang terdapat di Instalasi rawat inap ada 453 orang. Menurut Permenkes Nomor 56/MENKES/PER/III/2014 bahwa rumah sakit kelas B memiliki perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur sebesar 1:1. Jika dilihat dari jumlah yang ada di RSU Dr. Pirngadi Medan, rasio antara jumlah perawat dan tempat tidur adalah 453:582. Artinya jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56/MENKES/PER/III/2014 maka adanya kekurangan tenaga keperawatan. Indikator indikator pelayanan yang digunakan rumah sakit secara umum untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi rumah sakit berdasarkan Bed Occopancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI). Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan masa yang akan datang.

5 Data lain yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Medan menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap pada tahun 2014 sebanyak 24.573 orang dengan BOR 60,30%, BTO 34,78%, LOS 6,36 hari, TOI 4,17 hari. Terjadi penurunan pada tahun 2015 berjumlah 22.413 pasien rawat inap dengan BOR 55,55%, BTO 30,14%, TOI 5,39 hari, LOS 6,80 hari (Profil RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dan Profil RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015). Data di atas menyatakan bahwa Bed Occupancy Rate (BOR), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI) pada RSU Dr. Pirngadi Medan belum memenuhi nilai ideal yang ditetapkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2005. Indikator tersebut menggambarkan belum tercapainya kualitas dan mutu pelayanan rumah sakit yang baik. Salah satu kemungkinan penyebabnya ialah rendahnya kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap yang disebabkan oleh beban kerja yang tidak sesuai dengan tugas pokok fungsinya, sehingga membuat dampak terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Pada tahun 2004 Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 81/MENKES/SK/2004 telah mengeluarkan Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit. Dalam pedoman ini menggunakan metode Workload Indicator Staff Need (WISN). Metode perhitungan kebutuhan berdasarkan beban kerja (WISN) adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi atau relokasi tenaga akan lebih mudah dan rasional. Kelebihan metode WISN ini adalah mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah

6 diterapkan, komprehensif dan realistis. Dengan menggunakan metode WISN kita dapat mengetahui unit kerja dan kategori SDM nya, waktu kerja tersedia tiap kategori SDM, standar beban kerja, standar kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok, dan akhirnya dapat mengetahui kebutuhan SDM pada unit kerja tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Kepala Keperawatan RSU Dr. Pirngadi Medan didapatkan informasi bahwa pada tahun 2011 RSU Dr. Pirngadi Medan telah melakukan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan. Lokasi yang belum terstruktur strategis serta kekurangan tenaga keperawatan menjadi landasan RSU Dr. Pirngadi melakukan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan. Namun demikian, hingga saat ini RSU Dr. Pirngadi masih merasakan kekurangan jumlah tenaga keperawatan. Pada penelitian Jauhari (2005), di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan tentang perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan beban kerja menyimpulkan sebagian pekerjaan yang selama ini dilaksanakan oleh perawat belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Setelah melakukan perhitungan di masing-masing bagian maka diperoleh kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap RSU sesuai dengan beban kerja adalah 103 orang. Jika dibandingkan dengan tenaga perawat yang ada, maka terdapat kelebihan Tenaga Perawat sebanyak 38 orang (26,9%). Ditinjau berdasarkan bagian, hampir seluruh bagian mempunyai tenaga yang berlebih (74,3%). Ketidaksesuaian antara jumlah tenaga perawat terhadap beban kerja yang harus dikerjakan mengakibatkan perawat mengerjakan pekerjaan lain yang tidak termasuk dengan tugas pokok dan fungsinya.

7 Pada penelitian Rini (2014) menunjukkan bahwa perhitungan keperawatan dengan metode WISN di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai diperoleh kebutuhan perawat sejumlah 60 perawat di luar perawat yang mempunyai tugas sebagai kepala ruangan. Jumlah perawat pada saat penelitian ini dilaksanakan adalah 50 perawat pelaksana. Hal ini berarti terdapat kekurangan tenaga perawat 10 orang jika dibandingkan dengan hasil perhitungan WISN. Sedangkan kebutuhan tenaga bidan diperoleh sebanyak 12 orang, sedangkan jumlah bidan pelaksana yang bekerja saat ini sebanyak 14 orang. Dengan demikian, terdapat kelebihan tenaga bidan sejumlah 2 orang bidan jika dibandingkan dengan hasil perhitungan WISN. Berdasarkan hal-hal tersebut, diperlukan analisis kebutuhan tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan di lima bagian instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah pasien terbanyak menggunakan metode Workload Indicator Staff Need (WISN) yang dapat diketahui berapa sebenarnya jumlah kebutuhan tenaga keperawatan di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana keseimbangan antara beban kerja dengan kebutuhan tenaga keperawatan yang ada di instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan apakah sesuai beban kerja menurut metode Workload Indicator Staff Need (WISN)?

8 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengkaji dan mengetahui kebutuhan sumber daya manusia tenaga keperawatan berdasarkan beban kerja menggunakan metode Workload Indicator Staff Need (WISN) di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui dan mengkaji unit kerja dan kategori Tenaga keperawatan di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji waktu kerja tersedia Tenaga keperawatan di instalasis rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 3. Untuk mengetahui dan mengkaji standar beban kerja Tenaga keperawatan di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 4. Untuk mengetahui dan mengkaji standar kelonggaran Tenaga keperawatan di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 5. Untuk mengetahui kuantitas kegiatan pokok di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi rumah sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi manajemen RSU Dr. Pirngadi dalam merencanakan kebutuhan

9 Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya tenaga keperawatan di instalasi rawat inap. 1.4.2 Manfaat bagi peneliti Peneliti dapat menerapkan ilmu yang dipelajari selama pendidikan di dalam melakukan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam menganalisis kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya tenaga keperawatan. 1.4.3 Manfaat bagi mahasiswa Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian lebih jauh tentang perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) di Rumah sakit.