BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Renstra, 2015). Rumah Sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit bersifat holistik atau menyeluruh mulai dari pencegahan, penyembuhan hingga pemulihan penyakit. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (PerMenKes RI No 56 Tahun 2014). Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia diikuti dengan perkembangan pola penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit sehingga dibutuhkan suatu manajemen yang baik yang dapat mengatur dan mengelola segala sumber daya rumah sakit dengan sebaik-baiknya. Salah satu indikator keberhasilan rumah sakit yang paling dominan adalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia adalah aset yang paling berharga bagi rumah sakit. Jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan sangat 1
2 bergantung pada kapasitas dan kualitas sumber daya manusia. Seluruh sumber daya manusia di rumah sakit memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memberikan pelayanan yang lebih berkualitas (Aditama, 2010) Merencanakan kebutuhan SDM secara tepat sesuai dengan kebutuhan, fungsi pelayanan setiap unit, bagian, dan instalasi rumah sakit adalah kunci yang sangat penting untuk keberhasilan dan kemajuan organisasi termasuk rumah sakit. Pengetahuan dan keterampilan dalam merencanakan kebutuhan SDM di rumah sakit merupakan komponen yang harus dimiliki setiap pimpinan disetiap manajemen rumah sakit (Satrianegara,2014). Menurut Permenkes 56 tahun 2014, sumber daya manusia di rumah sakit umum terdiri atas tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan. Diantara tenaga tersebut, tenaga keperawatan menempati urutan jumlah terbanyak (62,42%) (Kemenkes,2013). Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia yang menentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Hal ini wajar mengingat perawat merupakan bagian dari tenaga paramedis yang memberikan perawatan kepada pasien secara langsung selama 24 jam. Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dalam kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikiya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Peran dan fungsi perawat sangat berpengaruh bagi kelangsungan pasien dalam mempertahankan kondisi kesehatannya. Kegiatan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan yang diselenggarakan di rumah sakit mempunyai peran yang besar
3 dalam pencapaian mutu, citra dan efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kualitas asuhan keperawatan dapat mencapai hasil yang optimal apabila beban kerja dan sumber daya perawat yang ada memiliki proporsi yang seimbang. Beban kerja yang dijalankan perawat memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap keamanan pasien. Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas disuatu unit pelayanan keperawatan. Beban kerja yang tinggi dapat dengan mudah menimbulkan kelelahan dan stress kerja. Kelelahan dan stress kerja perawat dalam bekerja dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan kerja yang akan menyebabkan kemunduran kualitas atau penampilan kerja. Kelelahan keja perawat juga dapat memberi dampak pada asuhan pelayanan yang diberikan tidak akan optimal. Ilyas (2011) mengatakan tingginya beban kerja dapat berefek pada penurunan kinerja personel rumah sakit. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan bahwa pada tahun 2015 jumlah fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia sebanyak 15.110 unit dengan 876.984 tenaga kesehatan yang terdiri dari 101.615 tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum, dan dokter gigi), 223.910 tenaga perawat, 111.736 tenaga bidan, dan tenaga kesehatan lainnya. Sehingga rasio perawat terhadap penduduk sebesar 94,07 perawat per 100.000 penduduk. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 sebesar 252.124.458 jiwa. Untuk Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 828 unit fasilitas pelayanan kesehatan dengan 52.690 tenaga kesehatan yang terdiri dari 7.956 tenaga medis, 10.009 tenaga
4 perawat, 8758 tenaga bidan, dan tenaga kesehatan lainnya. Sehingga rasio perawat terhadap penduduk sebesar 49,56 perawat per 100.000 penduduk. Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebanyak 13.527.937 jiwa (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI 2015). RSU Dr. Pirngadi merupakan salah satu rumah sakit kelas B pendidikan milik Pemerintah Kota Medan yang sudah terakreditasi. Pada tahun 2015 pasien rawat inap RSU Dr. Pirngadi sebanyak 22.413 dengan jumlah tempat tidur yang tersedia 582 buah yang terbagi dalam 31 ruangan rawat inap. RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai tenaga keperawatan sebanyak 786 orang, sedangkan jumlah tenaga keperawatan yang terdapat di Instalasi rawat inap ada 453 orang. Menurut Permenkes Nomor 56/MENKES/PER/III/2014 bahwa rumah sakit kelas B memiliki perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur sebesar 1:1. Jika dilihat dari jumlah yang ada di RSU Dr. Pirngadi Medan, rasio antara jumlah perawat dan tempat tidur adalah 453:582. Artinya jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56/MENKES/PER/III/2014 maka adanya kekurangan tenaga keperawatan. Indikator indikator pelayanan yang digunakan rumah sakit secara umum untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu dan efisiensi rumah sakit berdasarkan Bed Occopancy Rate (BOR), Length Of Stay (LOS), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI). Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain untuk melaksanakan manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan kegiatan masa yang akan datang.
5 Data lain yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Medan menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap pada tahun 2014 sebanyak 24.573 orang dengan BOR 60,30%, BTO 34,78%, LOS 6,36 hari, TOI 4,17 hari. Terjadi penurunan pada tahun 2015 berjumlah 22.413 pasien rawat inap dengan BOR 55,55%, BTO 30,14%, TOI 5,39 hari, LOS 6,80 hari (Profil RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2014 dan Profil RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015). Data di atas menyatakan bahwa Bed Occupancy Rate (BOR), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI) pada RSU Dr. Pirngadi Medan belum memenuhi nilai ideal yang ditetapkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2005. Indikator tersebut menggambarkan belum tercapainya kualitas dan mutu pelayanan rumah sakit yang baik. Salah satu kemungkinan penyebabnya ialah rendahnya kinerja perawat di Instalasi Rawat Inap yang disebabkan oleh beban kerja yang tidak sesuai dengan tugas pokok fungsinya, sehingga membuat dampak terhadap kualitas pelayanan keperawatan. Pada tahun 2004 Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 81/MENKES/SK/2004 telah mengeluarkan Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit. Dalam pedoman ini menggunakan metode Workload Indicator Staff Need (WISN). Metode perhitungan kebutuhan berdasarkan beban kerja (WISN) adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi atau relokasi tenaga akan lebih mudah dan rasional. Kelebihan metode WISN ini adalah mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah
6 diterapkan, komprehensif dan realistis. Dengan menggunakan metode WISN kita dapat mengetahui unit kerja dan kategori SDM nya, waktu kerja tersedia tiap kategori SDM, standar beban kerja, standar kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok, dan akhirnya dapat mengetahui kebutuhan SDM pada unit kerja tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Kepala Keperawatan RSU Dr. Pirngadi Medan didapatkan informasi bahwa pada tahun 2011 RSU Dr. Pirngadi Medan telah melakukan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan. Lokasi yang belum terstruktur strategis serta kekurangan tenaga keperawatan menjadi landasan RSU Dr. Pirngadi melakukan perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan. Namun demikian, hingga saat ini RSU Dr. Pirngadi masih merasakan kekurangan jumlah tenaga keperawatan. Pada penelitian Jauhari (2005), di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan tentang perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan beban kerja menyimpulkan sebagian pekerjaan yang selama ini dilaksanakan oleh perawat belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Setelah melakukan perhitungan di masing-masing bagian maka diperoleh kebutuhan tenaga perawat di Instalasi Rawat Inap RSU sesuai dengan beban kerja adalah 103 orang. Jika dibandingkan dengan tenaga perawat yang ada, maka terdapat kelebihan Tenaga Perawat sebanyak 38 orang (26,9%). Ditinjau berdasarkan bagian, hampir seluruh bagian mempunyai tenaga yang berlebih (74,3%). Ketidaksesuaian antara jumlah tenaga perawat terhadap beban kerja yang harus dikerjakan mengakibatkan perawat mengerjakan pekerjaan lain yang tidak termasuk dengan tugas pokok dan fungsinya.
7 Pada penelitian Rini (2014) menunjukkan bahwa perhitungan keperawatan dengan metode WISN di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Bangkatan Binjai diperoleh kebutuhan perawat sejumlah 60 perawat di luar perawat yang mempunyai tugas sebagai kepala ruangan. Jumlah perawat pada saat penelitian ini dilaksanakan adalah 50 perawat pelaksana. Hal ini berarti terdapat kekurangan tenaga perawat 10 orang jika dibandingkan dengan hasil perhitungan WISN. Sedangkan kebutuhan tenaga bidan diperoleh sebanyak 12 orang, sedangkan jumlah bidan pelaksana yang bekerja saat ini sebanyak 14 orang. Dengan demikian, terdapat kelebihan tenaga bidan sejumlah 2 orang bidan jika dibandingkan dengan hasil perhitungan WISN. Berdasarkan hal-hal tersebut, diperlukan analisis kebutuhan tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan di lima bagian instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan dengan jumlah pasien terbanyak menggunakan metode Workload Indicator Staff Need (WISN) yang dapat diketahui berapa sebenarnya jumlah kebutuhan tenaga keperawatan di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana keseimbangan antara beban kerja dengan kebutuhan tenaga keperawatan yang ada di instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan apakah sesuai beban kerja menurut metode Workload Indicator Staff Need (WISN)?
8 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengkaji dan mengetahui kebutuhan sumber daya manusia tenaga keperawatan berdasarkan beban kerja menggunakan metode Workload Indicator Staff Need (WISN) di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui dan mengkaji unit kerja dan kategori Tenaga keperawatan di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji waktu kerja tersedia Tenaga keperawatan di instalasis rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 3. Untuk mengetahui dan mengkaji standar beban kerja Tenaga keperawatan di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 4. Untuk mengetahui dan mengkaji standar kelonggaran Tenaga keperawatan di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 5. Untuk mengetahui kuantitas kegiatan pokok di instalasi rawat inap RSU Dr. Pirngadi Medan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi rumah sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi manajemen RSU Dr. Pirngadi dalam merencanakan kebutuhan
9 Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya tenaga keperawatan di instalasi rawat inap. 1.4.2 Manfaat bagi peneliti Peneliti dapat menerapkan ilmu yang dipelajari selama pendidikan di dalam melakukan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam menganalisis kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya tenaga keperawatan. 1.4.3 Manfaat bagi mahasiswa Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian lebih jauh tentang perencanaan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) di Rumah sakit.