1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu gigi atau lebih dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dibuka dan dipasang oleh pemakainya. 1 Desain dari GTSL tergantung pada pola kehilangan gigi. Klasifikasi pola kehilangan sebagian gigi yang paling sering digunakan adalah klasifikasi Kennedy karena sederhana, mudah diaplikasikan pada seluruh kondisi kehilangan sebagian gigi, dapat segera menentukan tipe kehilangan sebagian gigi, dan dapat menentukan tipe dukungan GTSL (dukungan gigi atau dukungan gigi dan mukosa). Klasifikasi kehilangan sebagian gigi disederhanakan menjadi empat kelompok yaitu klas I, klas II, klas III, dan klas IV. 2 Ehikhamenor dkk. (2010) menyimpulkan bahwa dari 351 kasus, ruang edentulus yang direstorasi adalah klas III Kennedy (57,3%), klas IV Kennedy (26,2%), klas I dan II Kennedy (0,9%), klas III Kennedy dengan modifikasi (5,7%), klas II Kennedy dengan modifikasi (1,4%), klas I Kennedy dengan modifikasi (1,7%) dan gigitiruan penuh (6,0%). Alasan utama membuat gigitiruan adalah estetik (89,2%). 3 Menurut Naveed dkk. (2011) dari 1000 sampel yang terpilih, 32,6% mengalami kehilangan sebagian gigi pada rahang atas, sedangkan 36,8% mengalami kehilangan sebagian gigi pada rahang bawah. Sisanya 30,6% dari sampel mengalami kehilangan gigi pada kedua rahang. Klas III Kennedy adalah pola kehilangan gigi paling banyak pada rahang atas dan rahang bawah. Klas III Kennedy modifikasi I adalah modifikasi yang paling umum pada kedua rahang. Persentase tertinggi dari pola kombinasi adalah klas III Kennedy rahang atas berlawanan dengan klas III Kennedy rahang bawah. 2 Azmuddin dkk. (2011) menyimpulkan dari 22 jumlah pasien yang menerima perawatan GTSL rahang atas saja, variasi klas I dan klas III Kennedy modifikasi I adalah jumlah terbanyak dengan total 22,8%. Dari 283 pasien yang menerima perawatan GTSL rahang atas dan rahang bawah, 19,8% dari pasien yang
2 menggunakan GTSL rahang atas merupakan variasi klas III Kennedy modifikasi I, sedangkan pada pasien yang menggunakan GTSL rahang bawah, klas I Kennedy merupakan jumlah terbanyak dengan jumlah 26,5%. Dari 32 jumlah pasien yang menerima perawatan GTSL rahang bawah saja, klas III Kennedy modifikasi I merupakan jumlah terbanyak dengan jumlah 34%. 4 Ada 3 jenis GTSL yang dapat dibedakan menurut bahan basis gigitiruannya yaitu GTSL kerangka logam, resin akrilik dan nilon termoplastik yang sering disebut dengan GTSL fleksibel. 5 Sejak tahun 1937 polimetil metakrilat (PMMA) telah digunakan sebagai bahan pembuatan gigitiruan. 6 Berdasarkan hasil penelitian Pun (2010) terlihat bahwa dari 570 sampel, 22,4% dari GTSL terbuat dari resin akrilik, sedangkan Geetha Prabu dkk. (2011) menyatakan bahwa dari 1800 sampel, 96,9% GTSL terbuat dari resin akrilik. 7,8 Resin akrilik memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan resin akriik adalah stabil di dalam rongga mulut, mudah dimanipulasi dan proses pembuatan yang sederhana. 9 Beberapa kekurangan GTSL akrilik adalah sulit diadaptasikan pada daerah gerong, metil metakrilat yang bersifat rapuh sehingga mudah fraktur, monomer sisa metil metakrilat yang dapat menyebabkan alergi, desain pada rahang atas pada umumnya menutupi seluruh palatum sehingga indra perasa kurang berfungsi. 10 Selain itu, bahan resin akrilik polimerisasi panas juga mengalami perubahan dimensi disebabkan pengerutan selama proses polimerisasi, dan dapat menyerap air. 11,12 Gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam merupakan gigitiruan yang terdiri dari basis kerangka logam yang terletak diatas linggir, dan resin akrilik yang diaplikasikan dengan logam untuk meningkatkan estetis, mengembalikan kontur jaringan yang hilang, dan menahan anasir gigitiruan. Aloi kobalt-kromium sering digunakan untuk membuat gigitiruan kerangka logam karena sifat mekanis yang baik. 13 Komponen GTSL kerangka logam terdiri dari konektor mayor, konektor minor, sandaran, penahan langsung, resiprokal, penahan tidak langsung, basis yang mendukung anasir gigitiruan. 1 Macam-macam bentuk konektor utama untuk rahang atas yaitu batang palatal tunggal, batang palatal ganda, plat palatal bentuk U, dan plat palatal penuh. Macam-macam bentuk konektor utama untuk rahang bawah yaitu
3 batang lingual, plat lingual, batang lingual ganda, dan batang labial. Berdasarkan desain, cangkolan dapat dibagi menjadi dua yaitu cangkolan oklusal dan cangkolan gingiva. 1 Dalam pembuatan desain GTSL kerangka logam, dokter gigi harus mempertimbangkan kenyamanan pasien, estetis, aspek biomekanis dari gigitiruan, dan prognosis dari gigi penyangga. Konsep dan desain dari gigitiruan dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan mekanis dari GTSL kerangka logam. 14 Sadig dan Idowu (2002) menyimpulkan bahwa GTSL kerangka logam yang paling banyak adalah pada klas III Kennedy. Batang palatal ganda dan batang lingual adalah yang paling sering digunakan sebagai konektor mayor rahang atas dan rahang bawah, tetapi plat palatal dan plat lingual paling sering digunakan untuk GTSL perluasan distal. 15 Pun (2010) menyatakan bahwa dari 570 sampel, 73,3% merupakan GTSL kerangka logam. Gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam yang paling banyak adalah klas I Kennedy dengan jumlah 41%. Pada rahang atas, yang paling banyak adalah klas III Kennedy sementara pada rahang bawah adalah klas I Kennedy. Konektor mayor bentuk U adalah konektor mayor rahang atas yang paling umum (72,5%) sementara pada rahang bawah adalah plat lingual (59,4%). 7 Geetha Prabu dkk. (2011) menyatakan bahwa dari 1800 sampel, 3,1% merupakan GTSL kerangka logam. 8 Gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam memiliki kelebihan dari segi kekuatan, stabilitas, kekakuan dan daya tahan. 16,17 Gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam dapat dibuat lebih tipis dan pada desain tertentu dapat dibuat dengan palatum terbuka sehingga indra perasa berfungsi lebih baik. 18 Kekurangan dari GTSL kerangka logam adalah dibutuhkan keahlian dalam prosedur pembuatannya, dan kekurangan dalam hal estetis karena menggunakan cangkolan logam. 19 Pada tahun 1940an diperkenalkan GTSL fleksibel untuk mengatasi kekurangan GTSL kerangka logam dari segi fungsi dan estetis. 20 Pun (2010) menyatakan bahwa dari 570 sampel, 4,2% merupakan GTSL fleksibel. 7 Bahan basis GTSL fleksibel adalah nilon termoplastik (poliamida). 21,22 Nilon secara umum menggantikan bahan basis gigitiruan kerangka logam dan resin akrilik. 22 Nilon tidak dapat patah, berwarna alami seperti gingiva, fleksibel, dapat dibuat cukup tipis, serta dapat membentuk basis gigitiruan dan cangkolan. 6,23 Bahan ini juga sangat
4 biokompatibel karena tidak mengandung monomer sisa dan logam, yang merupakan penyebab utama dari reaksi alergi pada bahan GTSL konvensional. Cangkolan terlihat alami dan estetis karena translusensi dari bahan fleksibel memperlihatkan warna jaringan dibawahnya. 24 Tipe cangkolan pada GTSL fleksibel adalah wrap around, spur dan anchor. 25 Gigitiruan sebagian lepasan fleksibel pada umumnya tidak dindikasikan pada kasus free end seperti klas I dan klas II Kennedy karena konektornya merupakan basis fleksibel yang tidak kaku sehingga gigitiruan menjadi tidak stabil. 21 Alternatif GTSL untuk mengatasi kasus free end yang membutuhkan stabilitas dan estetis adalah kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam. Cangkolan dan sadel terbuat dari nilon dan komponen lainnya terbuat dari logam. 6 Kelebihan kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam adalah cangkolan nilon yang sewarna dengan jaringan gingiva dan kerangka logam memberikan stabilitas maksimum dan kekuatan pada GTSL. Kombinasi ini sangat baik karena kerangka logam memberikan dukungan serta mengurangi tekanan dan gaya pada gigi penyangga, menciptakan kenyamanan dan estetis yang baik, oleh karena itu kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam diindikasikan pada kasus free end yang membutuhkan estetis. 26,27 Dokter gigi bertanggung jawab penuh dalam mendesain GTSL karena dokter gigi yang memahami kondisi biologis rongga mulut pasien dan faktor lain yang berhubungan dengan desain GTSL. Hal ini sesuai dengan pernyataan The Academy of Prosthodontics bahwa perencanaan perawatan, preparasi gigi penyangga, dan mendesain GTSL merupakan tanggung jawab dokter gigi. Desain GTSL harus berdasarkan prinsip desain yang bijaksana serta pemeriksaan klinis yang teliti. Desain GTSL untuk masing-masing individu pasien harus berdasarkan kondisi gigi yang tersisa dan kondisi rongga mulutnya. Berdasarkan hasil penelitian Mahmood dan Mohd Sidek (2001), 43,6% dari dokter gigi menyerahkan desain GTSL sepenuhnya pada tekniker. Hanya 18,2% yang melampirkan instruksi yang jelas dengan detail komponen yang berhubungan dengan desain GTSL. Sebanyak 31,8% melampirkan beberapa instruksi panduan dan 6,4% melampirkan permintaan spesifik pada
5 laboratorium untuk desain GTSL. Edukasi desain GTSL yang melibatkan dokter gigi dan tekniker disarankan untuk dilakukan agar menambah pengetahuan konsep dasar desain GTSL dan meningkatkan komunikasi antara dokter gigi dan tekniker. 28 1.2 Permasalahan Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU mulai beroperasi sejak bulan Agustus 2003, menerima pembuatan GTSL kerangka logam sejak tahun 2004 dan GTSL fleksibel sejak tahun 2005. Jenis GTSL yang diproduksi adalah GTSL akrilik, GTSL kerangka logam, GTSL fleksibel, dan kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam. Menurut beberapa literatur, GTSL akrilik tidak digunakan sebagai GTSL defenitif sehingga pada penelitian ini GTSL akrilik tidak dijadikan variabel penelitian. Gigitiruan sebagian lepasan kerangka logam sangat stabil dan retentif, namun cangkolan logam yang terlihat ketika pasien berbicara, makan dan tersenyum, dapat menimbulkan masalah estetis. Kekurangan tersebut mengakibatkan pemilihan GTSL mulai beralih ke GTSL fleksibel yang terbuat dari bahan nilon termoplastik yang bersifat fleksibel, non-alergenik, kuat, ringan, tidak mudah patah, dan dapat dibuat tanpa cangkolan logam tetapi berupa perluasan basis nilon termoplastik membentuk cangkolan sehingga lebih baik secara estetis. Pada 1 tahun belakangan ini, jumlah GTSL fleksibel lebih tinggi dibandingkan GTSL akrilik dan kerangka logam. Gigitiruan sebagian lepasan fleksibel juga tidak terlepas dari kekurangan yaitu tidak diindikasikan untuk kasus free end seperti klas I dan klas II Kennedy karena konektornya merupakan basis fleksibel yang tidak kaku sehingga gigitiruan menjadi tidak stabil, oleh sebab itu, desain alternatif untuk mengatasi kekurangan dari masing-masing GTSL yaitu kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam. Gigitiruan jenis ini memiliki keuntungan yaitu kuat dan stabil, serta memiliki cangkolan yang alami dan estetis. Berdasarkan hal tersebut diatas maka pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah GTSL kerangka logam, GTSL fleksibel dan kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam. Desain GTSL merupakan tanggung jawab dokter gigi, tetapi pada kenyataannya hampir seluruh dokter gigi tidak melampirkan desain pada saat mengirim cetakan model ke
6 laboratorium sehingga desain GTSL hampir sepenuhnya didesain oleh dokter gigi yang bertugas di laboratorium dental FKG USU. Dokter gigi yang bertugas di laboratorium mendesain GTSL berdasarkan prinsip desain. Peneliti menganggap perlu melakukan penelitian tentang klasifikasi dan desain gigitiruan sebagian lepasan di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU untuk memperoleh informasi kebutuhan gigitiruan pada masyarakat, desain GTSL kerangka logam, fleksibel, dan kombinasi fleksibel dengan kerangka logam berdasarkan kondisi model yang diterima oleh Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium dental FKG USU. 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana klasifikasi GTSL kerangka logam berdasarkan lokasi rahang dan klasifikasi Kennedy di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU? 2. Bagaimana desain GTSL kerangka logam di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU? 3. Bagaimana klasifikasi GTSL fleksibel berdasarkan lokasi rahang dan klasifikasi Kennedy di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU? 4. Bagaimana desain GTSL fleksibel di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU? 5. Bagaimana klasifikasi dari kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam berdasarkan lokasi rahang dan klasifikasi Kennedy di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU? 6. Bagaimana desain dari kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui klasifikasi GTSL kerangka logam berdasarkan lokasi rahang dan klasifikasi Kennedy di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU.
7 2. Untuk mengetahui desain GTSL kerangka logam di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU. 3. Untuk mengetahui klasifikasi GTSL fleksibel berdasarkan lokasi rahang dan klasifikasi Kennedy di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU. 4. Untuk mengetahui desain GTSL fleksibel di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU. 5. Untuk mengetahui klasifikasi dari kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam berdasarkan lokasi rahang dan klasifikasi Kennedy di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU. 6. Untuk mengetahui desain dari kombinasi GTSL fleksibel dengan kerangka logam di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis 1. Menambah wawasan bagi dokter gigi mengenai desain GTSL yang sesuai dengan prinsip desain. 2. Berdasarkan data yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi FKG USU, khususnya Departemen Prostodonsia dalam meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. 1.5.2 Manfaat Teoritis 1. Sebagai data jenis GTSL yang dibutuhkan masyarakat berdasarkan permintaan pembuatan gigitiruan di Unit Usaha Jasa dan Industri Laboratorium Dental FKG USU. 2. Sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya.