BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 15 Bandar

dokumen-dokumen yang mirip
Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pengetahuan dan pemahaman secara nyata. Pada pelajaran fisika, media

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktifitas dan hasil belajar

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kimia SMA Surya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) : SMP N 2 Yogyakarta. : Hidup sehat dengan air bersih. : 4 x pertemuan (6 x 40 menit)

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses dan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan variabel-variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. siswa kelas XI IPA adalah mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan. larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Media

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak terjadi salah pengertian dalam mengartikan judul yang

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

EFEKTIVITAS PENERAPAN PERFORMANCE ASSESSMENT TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA SMA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5

PRODUK DAUR ULANG LIMBAH

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

Efektivitas Metode Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 8 Makassar

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA ILMIAH PADA MATAKULIAH MIKROBIOLOGI

I PENDAHULUAN. Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang memberikan gambaran

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan, yaitu research and development atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh penggunaan

Kata Pengantar. Sumber daya alam merupakan karunia dari Allah SWT yang dapat. digunakan untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. bab VI, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT) SISWA SMA PADA PRAKTIKUM HIDROLISIS GARAM

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

I. PENDAHULUAN. Salah satu Standar Kompetensi (SK) pada bidang studi kimia kelas XI IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek Penelitian adalah siswa SMA Korpri Karawang kelas X.4 semester

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA ILMIAH PADA MATAKULIAH MIKROBIOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran adalah memberikan bimbingan dan fasilitas agar siswa

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan literasi kuantitatif dan kurikulum. Apakah merupakan hal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB III METODE PENELITIAN. di dalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB II KAMAN PUSTAKA

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

PERHITUNGAN KUALITAS WEBSITE PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERDASARKAN SKOR KRITERIA PENILAIAN IDEAL OLEH PESERTA DIDIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe

III. METODE PENELITIAN. LKS berbasis keterampilan generik sains pada materi laju reaksi untuk SMA

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

I. PENDAHULUAN. pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang...

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I. Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukuran, dan terapannya

BAB III METODE PENELITIAN. memecahkan masalah pembelajaran dikelasnya. Menurut suharsimi (2002)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kemampuan merencanakan percobaan merupakan salah satu keterampilan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian

DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN i ABSTRAK ii KATA PENGANTAR.. iii DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL. ix DAFTAR GAMBAR. xi DAFTAR LAMPIRAN.

JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

PERHITUNGAN KUALITAS WEBSITE PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA BERDASARKAN SKOR KRITERIA PENILAIAN IDEAL OLEH REVIEWER

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta data hasil belajar siswa yang berupa nilai pre-test dan pos-test. Hasil dari

Transkripsi:

95 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 15 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016 dengan jalan menganalisis keterampilan generik sains (KGS) siswa melalui proses praktikum pencemaran air untuk mengetahui ragam keterampilan generik sains (KGS) siswa, maka didapatkan data hasil penelitian yang terdiri dari: 1) Tes uraian keterampilan generik sains pada praktikum pencemaran air dan praktikum pencemaran tanah, dan 2) Lembar observasi keterampilan generik sains pada praktikum pencemaran air dan praktikum pencemaran tanah. 1. Tes Uraian Keterampilan Generik Sains Keterampilan generik yang dapat dijaring melalui tes uraian adalah: pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, sebab akibat, pemodelan, dan konsistensi logis. Hasil penelitian keterampilan generik melalui pembelajaran praktikum praktikum pencemaran air dapat terlihat pada tabel di bawah ini:

96 Tabel 4. 1 Total Rerata Keterampilan Generik Sains Praktikum Pencemaran Lingkungan Hasil Tes Uraian Ragam Keterampilan Generik Pengamatan Lansung (PL) Pengamatan Tak Lngsung (PTL) Pencemaran Air Presentase Pencemaran Tanah Rerata X Kategori 73,17% 65,37% 69,27% Cukup 82,41% 78,75% 80,58% Baik Pemodelan (P) 64,12% 60,44% 62,28% Cukup Sebab Akibat (SB) 49,30% 51,47% 50,39% Kurang Sekali Konsistensi Logis (KL) 58,75% 76,16% 67,46% Cukup Rerata Keseluruhan X 66 Cukup Berdasarkan tabel 4.1 ragam keterampilan generik pengamatan tak langsung memiliki rerata tertinggi dibandingkan ragam lainnya, yaitu mencapai 80,58% dengan kategori baik. Ragam keterampilan generik pengamatan langsung berada dalam urutan kedua dengan nilai sebesar 69,27% kategori cukup. Ragam kemampuan generik konsistensi logis ada dalam urutan ketiga dengan nilai sebesar 67,46% kategori cukup. Ragam kemampuan generik pemodelan ada dalam urutan keempat dengan nilai sebesar 62,28% yang juga dikategorikan cukup. Sedangkan Ragam kemampuan generik sebab akibat berada dalam urutan terakhir dengan nilai sebesar 50,39% kategori kurang sekali. Berdasarkan data tersebut dapat diambil rerata

97 kemampun generik siswa melalui tes uraian dalam penelitian ini adalah sebesar 66% dengan kategori cukup. 2. Lembar Observasi Keterampilan Generik Sains Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati kegiatan peserta didik selama praktikum berlangsung. Lembar observasi disusun dalam bentuk format khusus dengan aspek-aspek penilaian yang dikembangkan dari indokator keterampilan generik. Ragam keterampilan generik dalam penelitian ini dijaring melalui lembar observasi yaitu pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, dan pemodelan. Hasil analisis kemampuan generik yang didapatkan dari ragam pengamatan langsung sebesar 69,60%, ragam pengamatan tidak langsung sebesar 57,54%, dan ragam pemodelan sebesar 54,59%. Ragam kemampuan generik pengamatan langsung memiliki rerata tertinggi dibandingkan ragam lainnya. Ragam kemampuan generik pengamatan tak langsung berada pada posisi yang kedua, dan ragam kemampuan generik pemodelan berada pada posisi terendah. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1.

98 70 60 50 69,60% 57,54 % 54,59% 40 30 20 10 0 Pengamatan Langsung (PL) Pengamatan Tak Langsung (PTL) Pemodelan Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Persentase Rata-Rata Ragam Indikator Keterampilan Generik Sains B. Pembahasan 1. Tes Uraian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka keterampilan generik dalam penelitian ini jika diurutkan dari persentase tertinggi ke terendah adalah pengamatan tak langsung, pengamatan langsung, sebab akibat, konsistensi logis, dan pemodelan. Rerata keterampilan generik sains siswa dalam penelitian ini adalah sebesar 66% dengan kategori cukup, artinya keterampilan generik sains siswa masih harus ditingkatkan lagi agar dapat mencapai predikat yang lebih tinggi yaitu pada kategori baik-sangat baik. Namun, untuk mengembangkan keterampilan generik sains memerlukan waktu yang tidak sebentar, siswa memerlukan tahap pengenalan

99 dahulu terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan generiknya, misalkan pengenalan alat praktikum dan cara menggunakan alat praktikum. Proses mengembangkan keterampilan generik membutuhkan waktu relatif lama juga dipaparkan oleh Druri dalam Rahman yang menyatakan bahwa keterampilan generik adalah keterampilan yang dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang kehidupan dan untuk mendapatkannya memerlukan waktu yang relatif lama. 1 Rerata capaian persentase tiap ragam berbeda, namun dalam kategori cukup, kurang, dan kurang sekali, maka dari itu sangat diperlukan kegiatan pembelajaran yang dapat melatih siswa meningkatkan keterampilan generiknya. Adapun secara terperinci penjelasan atas setiap ragam keterampilan generik yang dapat dijaring melalui penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut: a. Pengamatan Langsung Kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa pada ragam indikator pengamatan langsung dalam penelitian ini terjaring dari praktikum pencemaran air dan praktikum pencemaran tanah. Indikator pengamatan langsung dalam penelitian ini adalah membedakan hasil percobaan yang dapat teramati langsung oleh indera penglihatan. Pengamatan langsung merupakan ragam keterampilan generik sains yang nilainya dapat dicapai (69,27%) dengan kategori cukup oleh siswa. Pada penelitian 1 Taufik Rahman, dkk., Program Pembelajaran Praktikum Berbasis Kemampuan Generik (P3BKG) dan Profil Pencapaiannya, Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, vol. II, no. 2, 2008, h. 197.

100 ini ragam pengamatan langsung pada praktikum pencemaran air dan praktikum pencemaran tanah meliputi pengamatan perbedaan air yang tercemar dan air yang tidak tercemar dan pengamatan pengaruh air tercemar terhadap kehidupan aquatik serta pengamatan perbedaan tanah yang tercemar dan tanah yang tidak tercemar. Dalam hal pengamatan perbedaan air tercemar dan tidak tercemar serta pengamatan perbedaan tanah yang tercemar dan tanah yang tidak tercemar, siswa dituntut memiliki strategi kognitif dalam menjawab pertanyaan tersebut dengan cara mengetahui pengertian dan ciri-ciri dari tanah dan air yang tercemar atau tidak tercemar. Dalam hal pengamatan pengaruh air tercemar terhadap kehidupan aquatik, siswa dituntut untuk mengamati ketiga percobaan pada masing-masing air yang diisi dengan hewan aquatik (ikan komet) dapat bertahan sampai beberapa waktu yang dihitung dengan menggunakan alat penghitung waktu. Kategori yang didapat dari tes uraian pada ragam indikator pengamatan langsung yaitu dengan kategori cukup. Berdasarkan kategori yang telah diketahui tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa dari masing-masing kegiatan di atas. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan praktikum pencemaran air dan pencemaran tanah yaitu masih banyak siswa yang kurang teliti dalam mengamati percobaan sehingga masih ada siswa yang kurang tepat dalam menjawab pertanyaan yang disediakan, dalam hal ini seharusnya guru pembimbing praktikum mengarahkan siswa untuk mengamati percobaan dengan benar dan tepat, sehingga dapat

101 mengetahui bagaimana keadaan air atau tanah yang tercemar dan tidak tercemar dengan mengetahui ciri-cirinya dengan teliti dan mudah cara membedakannya. Hasil penelitian ini ditemukan pula suatu pola yang kelihatan berbeda dengan yang dikemukakan Brotosiswojo (2001) yaitu keterampilan generik untuk pengamatan langsung. Keterampilan generik pengamatan langsung termasuk kategori mudah dikuasai menurut kategori Brotosiswojo. Kenyataannya hasil penelitian ini adalah keterampilan generik untuk pengamatan langsung sulit terkembangkan. Hal ini disebabkan tuntutan dari hasil penelitian ini tidak sebatas kemampuan melihat (observer), tetapi dituntut kecermatan dan kemampuan menganalisis hasil pengamatan, mengintegrasikan hasil pengamatan, kemampuan sintesis dalam merumuskan kesimpulan, serta mempresentasikan hasil pengamatan. Berdasarkan seluruh rangkaian kegiatan tersebut, diketahui bahwa untuk mengembangkan keterampilan generik sains pada ragam pengamatan langsung memang dibutuhkan praktikum untuk meningkatkan keterampilan mengamati dan memahami metode pengamatan yang baik. Dalam kegiatan praktikum siswa dihadapka dengan suatu objek yang memenuhi unsur-unsur penginderaan yang baik. Pembelajaran praktikum memang sangat dianjurkan karena melalui kegiatan praktikum siswa akan memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, jadi kegiatan praktikum dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa. Sejumlah kriteria dan indikator capaian dari keterampilan generik pengamatan langsung tersebut mengacu pada kompetensi dasar yang semestinya dikuasai oleh siswa.

102 b. Pengamatan Tidak Langsung Kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa pada ragam indikator pengamatan tidak langsung dalam penelitian ini dijaring melalui praktikum pencemaran air dan pencemaran tanah. Indikator pengamatan tidak langsung dalam penelitian ini adalah: 1) Mengumpulkan fakta hasil pengamatan dengan gambar, 2) Mengamati objek yang karakteristiknya tidak dapat teramati langsung melalui indera tetapi melalui alat bantu gambar. Pada indikator pertama pengamatan tidak langsung, siswa dituntun untuk mengamati air sungai yang sudah tecemar oleh limbah deterjen akan mempengaruhi kehidupan hewan akuatik yang ada di sungai melalui sebuah gambar yang dicantumkan pada butir soal. Persentase ragam pengamatan tidak langsung pada indikator pertama ini dapat dijaring melalui tes uraian adalah sebesar 68,75% dengan kategori cukup. Pada sebagian besar siswa menjawab soal dengan benar meski demikian harus ditingkatkan lagi agar dapat mencapai predikat yang lebih tinggi. Pada indikator kedua pengamatan tidak langsung, siswa dituntun untuk mengamati gambar sebab objek tidak dapat teramati langsung oleh indera manusia. Persentase ragam pengamatan tidak langsung pada indikator kedua ini dapat dijaring melalui tes uraian adalah sebesar 80,58% dengan kategori kurang sekali. Kegiatan tersebut dikatakan pengamatan tidak langsung karena karakteristik objek tidak dapat teramati langsung melalui indera tetapi melalui gambar sehingga kegiatan di atas dimasukkan dalam ragam pengamatan tidak langsung.

103 Kegiatan yang didapat dari hasil tes uraian pada ragam indikator pengamatan tidak langsung memperoleh kategori baik. Dari kategori yang telah diketahui tersebut dapat dilihat bahwa pada tes uraian siswa mengalami peningkatan keterampilan generik sains pada ragam indikator pengamatan tidak langsung. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan yaitu kurang ketelitian saat memperhatikan gambar. Hasil penelitian ini diketemukan pula suatu pola yang kelihatan berbeda dengan yang dikemukakan Brotosiswojo (2001) yaitu keterampilan generik untuk pengamatan langsung. Keterampilan generik pengamatan langsung termasuk kategori mudah dikuasai menurut kategori Brotosiswojo. Kenyataannya hasil penelitian ini adalah keterampilan generik untuk pengamatan tidak langsung sulit terkembangkan. Hal ini disebabkan tuntutan dari hasil penelitian ini tidak sebatas kemampuan melihat (observer), tetapi dituntut kecermatan dan kemampuan menganalisis hasil pengamatan, mengintegrasikan hasil pengamatan, kemampuan sintesis dalam merumuskan kesimpulan, serta mempresentasikan hasil pengamatan. Berdasarkan seluruh rangkaian kegiatan tersebut, diketahui bahwa untuk mengembangkan keterampilan generik sains pada ragam pengamatan langsung memang dibutuhkan praktikum untuk meningkatkan keterampilan mengamati dan memahami metode pengamatan yang baik. 2 Dalam kegiatan praktikum siswa dihadapka dengan suatu objek yang memenuhi unsur-unsur penginderaan yang baik. Pembelajaran praktikum 2 Ibid, h. 198.

104 memang sangat dianjurkan karena melalui kegiatan praktikum siswa akan memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, jadi kegiatan praktikum dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa. Sejumlah kriteria dan indikator capaian dari keterampilan generik pengamatan langsung tersebut mengacu pada kompetensi dasar yang semestinya dikuasai oleh siswa. c. Sebab Akibat Kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa pada ragam indikator sebab akibat dalam penelitian ini hanya terjaring melalui tes uraian yang terbagi dalam praktikum pencemaran air dan pencemaran tanah. Soal yang pertama pada praktikum pencemaran air ragam indikator sebab akibat yang dikerjakan siswa adalah air limbah cucian yang sengaja dibuang sudah bercampur deterjen mengalir ke sungai. Sehingga sungai menjadi keruh dan kotor, dengan demikian apakah air sungai tersebut dapat dikatakan air tercemar. Soal yang kedua membaca tabel yang menunjukkan bahwa respon yang terjadi pada ikan saat dimasukkan ke dalam ketiga air dalam percobaan dan mengamati gerakan mulut pada ikan, kemudian mencari penyebabnya. Soal selanjutnya adalah apabila ikan yang di dalam air limbah cucian mengalami susah bergerak dan bernafas, maka akibat yang ditimbulkan. Soal yang pertama pada praktikum pencemaran tanah ragam indikator sebab akibat yang dikerjakan siswa adalah membuang sampah plastik bekas jajannya

105 dihalaman sekolah. Sehingga halamannya menjadi bau dan kotor, dengan demikian apakah tanah tersebut dapat dikatakan tercemar. Kegiatan tersebut dikatakan sebab karena siswa harus mengetahui akibat dari suatu penyebab-penyebab yang terjadi, atau sebaliknya mengetahui sebab dari suatu akibat yang terjadi sehingga kegiatan ini dimasukkan dalam ragam indikator sebab akibat. Kategori yang didapat dari hasil tes uraian ragam indikator sebab akibat ini yaitu kategori kurang. Sehingga hal-hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa pada ragam indikator sebab akibat berdasarkan kegiatan-kegiatan di atas yaitu siswa harus dapat mengetahui setiap permasalahan, sehingga dapat diketahui akibat dari suatu penyebab atau sebaliknya mengetahui sebab dari suatu akibat yang terjadi. Ragam indikator sebab akibat ini merupakan perolehan kategori terendah dari indikator lainnya. Keterampilan generik ragam hukum sebab akibat menurut kategori Brotosiswoyo (2001) sebagai keterampilan generik dalam kategori sedang atau cukup sulit dikembangkan. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan pemahaman aturan, hukum, atau kelompok dari prestasi rendan dan tinggi. Keterampilan hukum sebab akibat berkaitan dengan menghubungkan dua atau lebih hukum, teori, dan prinsip dengan suatu fenomena alam masih pada tingkat keterampilan dasar. d. Pemodelan Pemodelan merupakan kemampuan generik sains yang nilainya dapat dicapai dengan kategori cukup oleh siswa. Keterampilan generik ini meliputi mengubah tabel

106 data kedalam bentuk uraian pada pencemaran air dan engubah grafik data kedalam bentuk uraian pada pncemaran tanah. Soal yang pertama pada praktikum pencemaran air ragam indikator pemodelan yang dikerjakan siswa adalah menjelaskan respon yang terjadi pada ikan saat dimasukkan ke dalam ketiga air tersebut dan diamati gerakan mulut pada ikan. Sedangkan soal tentang praktikum pencemaran tanah adalah menjelaskanlah bentuk grafik yang menunjukan pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap ketersediaan lahan hijau di pemukiman. Kegiatan tersebut dikatakan pemodelan karena sesuai dengan indikator ragam pemodelan yaitu mengubah tabel data kedalam bentuk uraian atau sebaliknya sehingga kegiatan di atas dimasukkan dalam ragam pemodelan. Pada indikator pemodelan ini, siswa dituntun untuk menafsirkan hasil percobaannya dalam bentuk grafik, siswa memberikan keterangan pada grafik dengan benar. Persentase ragam pemodelan pada indikator ini dapat dijaring melalui tes uraian adalah sebesar 62,28% dengan kategori cukup. Kemampuan siswa tergolong baik dalam menjawab soal bentuk ragam pemodelan ini, meski demikian siswa harus dapat meningkatkan lagi agar dapat mencapai predikat yang lebih tinggi. Kategori yang didapat pada ragam indikator pemodelan hasil tes uraian adalah kategori kurang sekali. Hal-hal yang perlu diperhatikan siswa pada keterampilan generik sains ragam pemodelan ini pada umumnya terletak pada penentuan spesifikasi, penentuan kebutuhan jumlah alat dan bahan perkelompok. Disamping itu, umumnya siswa lebih mampu menyusun prosedur praktikum dalam bentuk tabel atau

107 grafik dalam bentuk kata-kata daripada bentuk gambar, panah, dan label. Jadi strategi kognitif siswa dalam aspek-aspek ini terus dilatih. Kekuatan siswa pada ragam pemodelan antara lain karena kemampuannya dalam memahami panduan praktikum yang tersedia. Hal ini dikarenakan siswa kurang teliti pada saat pelaksanaan kegiatan praktikum, sehingga keterampilan generik sains siswa harus ditingkatan lagi agar mencapai predikat yang lebih tinggi. e. Konsistensi Logis Kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa pada ragam indikator sebab akibat dalam penelitian ini hanya terjaring melalui tes uraian yang terbagi dalam praktikum pencemaran air dan pencemaran tanah. Soal pada praktikum pencemaran air ragam indikator sebab akibat yang dikerjakan siswa adalah setelah melakukan percobaan, apakah yang dimaksud dengan air tercemar. Sedangkan soal yang pertama pada pencemaran tanah adalah setelah melakukan percobaan, apakah yang dimaksud dengan tanah tercemar. Selanjutnya soal yang kedua yaitu menyimpulkan tentang pencemaran tanah yang telah di lakukan. Kegiatan tersebut dikatakan konsistensi logis karena sesuai dengan indikator ragam konsistensi logis yaitu menarik kesimpulan hasil percobaan sehingga kegiatan di atas dimasukkan dalam ragam konsistensi logis. Kategori yang didapat dari hasil tes uraian pada ragam konsistensi logis ini yaitu kategori cukup. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimpulkan hasil setiap percobaan yang telah dilakukan.

108 Pada ragam keterampilan generik sains konsistensi logis cenderung lebih rendah dibanding keterampilan yang lain karena siswa kurang mampu untuk menghubungkan antara satu aturan dengan aturan lain, sehingga tidak mampu menarik kesimpulan berdasarkan aturan tersebut, dalam hal ini siswa kurang mampu menentukan dan menjelaskan tercemar dan tidak tercemar. Hal ini karena pemahaman konsep siswa tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya masih kurang, padahal keterampilan konsistensi logis membutuhkan pemahaman konsep untuk memecahkan suatu masalah, ini menyebabkan siswa kesulitan untuk menentukan tercemar dan tidak tercemar. Oleh karena itu, siswa kurang mampu untuk menghubungkan pencemaran dengan sifatnya. 2. Lembar Observasi Berdasarkan data yang dapat diambil dari rerata keterampilan generik siswa melalui lembar observasi dalam penelitian ini dengan kategori cukup. Ragam pengamatan langsung memiliki rerata tertinggi dibanding ragam lainnya. Ragam pengamatan tidak lansung berada dalam urutan kedua, dan ragam pemodelan berada dalam posisi terendah. Rerata keterampilan generik sains siswa dalam penelitian ini melalui lembar observasi adalah sebesar 60,57% dengan kategori cukup, artinya keterampilan generik sains siswa masih harus ditingkatkan lagi agar dapat mencapai predikat yang lebih tinggi yaitu pada kategori baik-sangat baik. Namun, untuk mengembangkan keterampilan generik sains memerlukan waktu yang tidak sebentar, siswa memerlukan tahap pengenalan dahulu terhadap kegiatan-kegiatan yang dapat

109 mengembangkan kemampuan generiknya, misalkan pengenalan alat praktikum dan cara menggunakan alat praktikum. Rerata capaian persentase tiap ragam berbeda, namun dalam kategori cukup, kurang, dan kurang sekali, maka dari itu sangat diperlukan kegiatan pembelajaran yang dapat melatih siswa meningkatkan keterampilan generiknya. Adapun secara terperinci penjelasan atas setiap ragam keterampilan generik yang dapat dijaring melalui penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut: a. Pengamatan Langsung Kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa pada ragam indikator pengamatan langsung dalam penelitian ini terjaring dari praktikum pencemaran air dan praktikum pencemaran tanah. Indikator pengamatan langsung pada lembar observasi penelitian ini adalah mengamati objek yang karakteristiknya dapat diobservasi langsung oleh indera baik menggunakan alat ataupun tidak. Pengamatan langsung merupakan ragam keterampilan generik sains yang nilainya dapat dicapai (69,60%) dengan kategori cukup oleh siswa. Pada lembar observasi penelitian ini ragam pengamatan langsung pada praktikum pencemaran air meliputi mengamati warna air dengan teliti dan tanpa bantuan guru, mengamati endapan pada air dengan teliti dan tanpa bantuan guru, dan menghirup aroma air dengan benar dan cepat. Sedangkan pada praktikum pencemaran tanah meliputi mengamati warna tanah dengan teliti dan tanpa bantuan guru, dan menghirup aroma tanah dengan benar dan cepat.

110 Kategori yang didapat dari lembar observasi pada ragam indikator pengamatan langsung yaitu dengan kategori cukup. Berdasarkan kategori yang telah diketahui tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa dari masing-masing kegiatan di atas. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan praktikum pencemaran air dan pencemaran tanah yaitu masih banyak siswa yang kurang teliti dalam mengamati percobaan sehingga masih ada siswa yang kurang tepat dalam menjawab pertanyaan yang disediakan, dalam hal ini seharusnya guru pembimbing praktikum mengarahkan siswa untuk mengamati percobaan dengan benar dan tepat, sehingga dapat mengetahui bagaimana keadaan air atau tanah yang tercemar dan tidak tercemar dengan mengetahui ciri-cirinya dengan teliti dan mudah cara membedakannya. Hasil penelitian ini diketemukan pula suatu pola yang kelihatan berbeda dengan yang dikemukakan Brotosiswojo (2001) yaitu keterampilan generik untuk pengamatan langsung. Keterampilan generik pengamatan langsung termasuk kategori mudah dikuasai menurut kategori Brotosiswojo. Kenyataannya hasil penelitian ini adalah keterampilan generik untuk pengamatan langsung sulit terkembangkan. Hal ini disebabkan tuntutan dari hasil penelitian ini tidak sebatas kemampuan melihat (observer), tetapi dituntut kecermatan dan kemampuan menganalisis hasil pengamatan, mengintegrasikan hasil pengamatan, kemampuan sintesis dalam merumuskan kesimpulan, serta mempresentasikan hasil pengamatan. Berdasarkan seluruh rangkaian kegiatan tersebut, diketahui bahwa untuk mengembangkan keterampilan generik sains pada ragam pengamatan langsung memang dibutuhkan

111 praktikum untuk meningkatkan keterampilan mengamati dan memahami metode pengamatan yang baik. Dalam kegiatan praktikum siswa dihadapka dengan suatu objek yang memenuhi unsur-unsur penginderaan yang baik. Pembelajaran praktikum memang sangat dianjurkan karena melalui kegiatan praktikum siswa akan memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, jadi kegiatan praktikum dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa. Sejumlah kriteria dan indikator capaian dari keterampilan generik pengamatan langsung tersebut mengacu pada kompetensi dasar yang semestinya dikuasai oleh siswa. b. Pengamatan Tidak Lansung Kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa pada ragam indikator pengamatan langsung dalam penelitian ini terjaring dari praktikum pencemaran air dan praktikum pencemaran tanah. Indikator pengamatan langsung pada lembar observasi penelitian ini adalah mengamati objek yang karakteristiknya tidak dapat di-observasi langsung oleh indra tapi efeknya yang terobservasi dengan alat atau melalui proses. Pengamatan tidak langsung merupakan ragam keterampilan generik sains yang nilainya dapat dicapai (57,54%) dengan kategori kurang oleh siswa. Pada penelitian ini ragam pengamatan langsung pada praktikum pencemaran air meliputi mengukur suhu air dengan menggunakan termometer dengan benar, cepat, tanpa bantuan guru dan mengukur ph air dengan benar, cepat, tanpa bantuan guru. Sedangkan praktikum

112 pencemaran tanah meliputi mengukur ph tanah dengan benar, cepat, tanpa bantuan guru. Kegiatan yang didapat dari hasil lembar observasi pada ragam indikator pengamatan tidak langsung memperoleh kategori kategori yang cukup. Dari kategori yang telah diketahui tersebut dapat dilihat bahwa pada lembar observasi siswa masih perlu meningkatkan lagi. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan praktikum pencemaran air dan pencemaran tanah yaitu siswa belum banyak mengetahui cara menggunakan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini seperti cara menggunakan termometer, dan kertas lakmus untuk mengukur ph pada air dan tanah, siswa juga terlalu terburu-buru dalam mengamati dan menyimpulkan perbedaan mana air dan tanah yang tercemar ataupun yang tidak tercemar. Jadi harus benar benar dan tanpa terburu-buru menyimpulkan perbedaan air atau tanah yang tercemar dan tidak tercemar sesuai dengan ciri-ciri yang telah ditentukan. Pada kegiatan kedua, adanya rasa keragu-raguan saat mengamati dengan menggunakan kertas lakmus untuk mengukur ph air atau tanah karena pada saat mengamati siswa kebanyakan belum mengetahui cara pemakaiannya. Oleh karena itu seharusnya siswa tidak boleh ragu dan mengamati secara seksama dan belajar cara menggunakan alat pembaca ph dengan baik dan benar. Hasil penelitian ini diketemukan pula suatu pola yang kelihatan berbeda dengan yang dikemukakan Brotosiswojo (2001) yaitu keterampilan generik untuk pengamatan langsung. Keterampilan generik pengamatan langsung termasuk kategori mudah dikuasai menurut kategori Brotosiswojo. Kenyataannya hasil penelitian ini

113 adalah keterampilan generik untuk pengamatan tidak langsung sulit terkembangkan. Hal ini disebabkan tuntutan dari hasil penelitian ini tidak sebatas kemampuan melihat (observer), tetapi dituntut kecermatan dan kemampuan menganalisis hasil pengamatan, mengintegrasikan hasil pengamatan, kemampuan sintesis dalam merumuskan kesimpulan, serta mempresentasikan hasil pengamatan. Berdasarkan seluruh rangkaian kegiatan tersebut, diketahui bahwa untuk mengembangkan keterampilan generik sains pada ragam pengamatan langsung memang dibutuhkan praktikum untuk meningkatkan keterampilan mengamati dan memahami metode pengamatan yang baik. Dalam kegiatan praktikum siswa dihadapka dengan suatu objek yang memenuhi unsur-unsur penginderaan yang baik. Pembelajaran praktikum memang sangat dianjurkan karena melalui kegiatan praktikum siswa akan memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, jadi kegiatan praktikum dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa. Sejumlah kriteria dan indikator capaian dari keterampilan generik pengamatan langsung tersebut mengacu pada kompetensi dasar yang semestinya dikuasai oleh siswa. c. Pemodelan Kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan keterampilan generik sains siswa pada ragam indikator pemodelan dalam penelitian ini terjaring dari praktikum pencemaran air dan praktikum pencemaran tanah. Indikator pemodelan pada lembar observasi penelitian ini adalah melakukan peragaan atau aktifitas tertentu untuk dicontoh.

114 Pemodelan merupakan ragam keterampilan generik sains yang nilainya dapat dicapai (54,59%) dengan kategori cukup oleh siswa. Pada penelitian ini ragam pemodelan pada praktikum pencemaran air dan praktikum pencemaran tanah meliputi Siswa benar melaksanakan kegiatan, cepat dalam melaksanakan, tanpa bantuan pembimbing praktikum, Siswa benar memilih alat, cepat dalam menggunakan alat dan bahan, tanpa bantuan guru praktikum, dan Siswa salah persepsi menyusun perangkat perangkat praktikum dengan benar, selesai <10 menit, tanpa bantuan pembimbing praktikum. Kategori yang didapat pada ragam indikator pemodelan hasil lembar observasi adalah dengan kategori kurang sekali. Hal-hal yang perlu diperhatikan siswa pada keterampilan generik sains ragam pemodelan ini pada umumnya terletak pada penentuan spesifikasi, penentuan kebutuhan jumlah alat dan bahan perkelompok. Disamping itu, umumnya siswa lebih mampu menyusun prosedur praktikum dalam bentuk tabel atau grafik dalam bentuk kata-kata daripada bentuk gambar, panah, dan label. Jadi strategi kognitif siswa dalam aspek-aspek ini terus dilatih. Kekuatan siswa pada ragam pemodelan antara lain karena kemampuannya dalam memahami panduan praktikum yang tersedia. Hal ini dikarenakan siswa kurang teliti pada saat pelaksanaan kegiatan praktikum, sehingga keterampilan generik sains siswa harus ditingkatan lagi agar mencapai predikat yang lebih tinggi. Secara umum penelitian yang telah dilakukan khususnya kelas X.7 SMA Negeri 15 Bandar Lampung telah diperoleh dengan kategori nilai yang cukup, hal ini dibuktikan oleh hasil tes uraian dan lembar observasi yang telah dibahas secara

115 terperinci di atas. Pada ragam keterampilan generik sains pengamatan tidak langsung memperoleh predikat nilai tertinggi dibandingkan dengan ragam keterampilan generik sains yang lainnya seperti pengamatan langsung, pemodelan, sebab akibat dan konsistensi logis. Sedangkan pada lembar observasi pengamatan langsung memperoleh kategori tertinggi dibandingkan dengan kategori ragam pengamatan tidaklangsung dan pemodelan. Hal ini dikarenakan penerapan pembelajaran praktikum berbasis kemampuan generik sains yang dilakukan secara berulang kali yakni pada materi pencemaran lingkungan (pencemaran air dan pencemaran tanah). Sebagaimana karakteristik pembelajaran keterampilan generik sains (strategi kognitif) yang perlu waktu lama (Gibb, 2001) sekalipun sudah dilatihkan berulang kali hasilnya belum seluruhnya tergolong kategori tinggi. Hal ini tentu pula karena faktor lain seperti intelegensi, kebiasaan belajar, motivasi siswa dan sebagainya.