BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

P r o f i l K e m i s k i n a n P B D T i

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 123 TAHUN 2013 TENTANG PENUNJUKAN BAPAK/IBU ASUH PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

Gbr.1 Jaringan di Ruang Sekpri Bupati

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 229 TAHUN 2011 TENTANG

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 143 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAMBANGLIPU A. DATA PEMILIH NAMA DAN TANDA TANGAN ANGGOTA KPU KABUPATEN/KOTA

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul. Alokasi Kebutuhan, Pupuk Bersubsidi, Sektor Pertanian.

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Tingkat Kemiskinan Jawa Barat Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul. Unit pelaksana, satuan polisi pamong praja, kecamatan.

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PEMANFAATAN DATA UNTUK PENAJAMAN INTERVENSI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN DAN ORGANISASI KECAMATAN SE- KABUPATEN BANTUL

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

BAB I PENDAHULUAN. miskin di dunia berjumlah 767 juta jiwa atau 10.70% dari jumlah penduduk dunia

Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Hilir tahun adalah Indragiri Hilir berjaya dan gemilang Pada

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan berbagai masalah di daerah. Hasil dari sumber daya alam yang

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 104 A TAHUN 2011 TENTANG

Mewujudkan Perekonomian Masyarakat Bengkulu yang berdaya saing Melalui Penurunan Angka Kemiskinan 13 Persen Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:

TINGKAT KEMISKINAN DI LUWU TIMUR KEADAAN MARET TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah ini juga harus disertai

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

Kalimantan Timur. Lembuswana

Sumatera Barat. Jam Gadang

BPS KABUPATEN MALINAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

REKAPITULASI HARDWARE DAN SOFTWARE PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan infrastruktur dasra, gender, dan lokasi geografis. kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi

KEMISKINAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini kemiskinan masih merupakan masalah maupun tantangan

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam penanganannya membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Kemiskinan dikarenakan kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka dari itu kemiskinan meliputi banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum, kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi sosial politik, dan pengetahuan serta keterampilan. Aspek sekunder meliputi miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut terwujud dalam bentuk kekurangan gizi, perumahan yang sehat, dan tingkat pendidikan yang rendah (Arsyad, 2010: 299). Menurut Khandker dan Haughton (2012: 159) diperlukan penjelasan logis mengapa beberapa orang tergolong miskin, apabil ingin memberantas akar masalah kemiskinan. Beberapa penyebab utama yang berhubungan dengan kemiskinan seperti karakteristik wilayah, karakteristik masyarakat, karakteristik rumah tangga, dan individu. Tingkat wilayah-wilayah banyak sekali sifat yang bisa dihubungkan dengan kemiskinan. Kemiskinan yang tinggi terjadi pada daerah dengan isolasi geografi, basis sumber daya rendah, kerentanan terhadap bencana dan institusi domestik. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan 1

kemiskinan antarwaktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi masyarakat. Badan Pusat Statsitik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang dapat diukur dari sisi pengeluaran (BPS, 2011: 31). Tabel 1.1 Data PPLS 2011 dan PBDT 2015 No Nama Kecamatan Rumah Tangga (Kepala Keluarga) Individu (Jiwa) PPLS 2011 PBDT 2015 PPLS 2011 PBDT 2015 1 Srandakan 4,916 3,998 17,117 12,606 2 Sanden 5,180 4,287 17,232 12,908 3 Kretek 4,441 3,151 14,410 9,003 4 Pundong 6,155 5,097 21,263 15,768 5 Bambanglipuro 6,803 5,444 23,146 16,706 6 Pandak 8,836 7,469 31,951 25,077 7 Bantul 6,469 5,447 22,502 16,767 8 Jetis 7,307 6,173 25,829 19,608 9 Imogiri 7,849 7,598 27,674 24,334 10 Dlingo 6,374 5,466 22,649 17,979 11 Pleret 6,109 5,832 20,893 17,745 12 Piyungan 6,085 5,616 20,481 16,823 13 Banguntapan 7,416 6,553 27,461 21,052 14 Sewon 8,640 8,253 31,875 26,223 15 Kasihan 7,999 7,457 31,074 25,340 16 Pajangan 6,155 5,571 23,251 19,041 17 Sedayu 5,566 5,192 20,757 16,751 Jumlah 112,300 98,604 399,565 313,731 Sumber : BPS 2016 2

Data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011 dan sumber data lain yang dikelola oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dari 2012-2014, merupakan rumah tangga pengganti penerima Kartu Perlindungan Sosial (KPS) hasil dari musyawarah desa/kelurahan (musdes/muskel) di seluruh Indonesia. Kegiatan PBDT 2015 dilakukan karena selama periode 2011-2015 besar kemungkinan telah terjadi perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat khususnya penerima bantuan program perlindungan sosial (Inpres No. 7 tahun 2014). Berdasarkan data PPLS 2011, Kabupaten Bantul memiliki jumlah rumah tangga dan individu 40 persen terbawah (warga miskin) sebesar 112.300 rumah tangga dan 399.565 jiwa. Data hasil Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015, data warga miskin Kabupaten Bantul turun menjadi 98.604 Rumah Tangga dan 313.731 jiwa. PBDT 2015 memuat 40 persen penduduk berpenghasilan terendah yang terbagi menjadi 4 desil, di mana desil 1 (10 % kondisi kesejahteraan terendah) dikategorikan penduduk sangat miskin. Hasil pendataan PPLS 2011 sama dengan hasil PBDT 2015, tetapi dalam PBDT 2015 ada penambahan indikator baru yaitu berkaitan dengan kepesertaan program. Jika dilihat dari data tersebut, dalam kurun waktu 5 tahun warga Kabupaten Bantul turun sebesar 13.696 rumah tangga dan sebesar 85.834 jiwa. Basis Data Terpadu berisi seluruh data dari 14 indikator yang dipergunakan untuk melaksanakan pendataan. 3

Gambar 1.1 Grafik Kesejahteraan Warga Kabupaten Bantul Tahun 2011 Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat tingkat kesejahteraan warga Kabupaten Bantul dibagi dalam 4 desil. Desil tersebut merupakan 40 persen terbawah tingkat kesejahteraan di Kabupaten Bantul. Desil 1 merupakan warga dengan tingkat kesejahteraan 10 persen terbawah, desil 2 merupakan warga dengan tingkat kesejahteraan 20 persen terbawah, desil 3 merupakan warga dengan tingkat kesejateraan 30 persen terbawah dan desil 4 merupakan warga dengan tingkat kesejahteraan 40 persen terbawah. Data tersebut merupakan hasil dari Pendataan Basis Terpadu tahun 2015. Penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Bantul tentu dikarenakan oleh berbagai macam faktor maupun peran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti melalui penelitian ini ingin melihat faktor-faktor yang memengaruhi penurunan angka kemiskinan dan pemetaan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bantul selama Tahun 2011 dan 2015. 4

1.2 Keaslian Penelitian Dalam penelitian-penelitian sebelumnya telah banyak menggunakan berbagai pendekatan. Dengan adanya penelitian tersebut memberikan referensi kepada penulis mengenai metode dan sudut pandang dalam menganalisis kemiskinan. Berikut berbagai penelitian tersebut. Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Lokasi Alat Analisis Hasil Penelitian 1 Corcoran dan Hill (1980) Amerika Serikat (1967 1975) Regresi data panel Pengangguran kepala rumah tangga berkontribusi terhadap kemiskinantetapi bukan menjadi penyebab utama kemiskinan. 2 Datt dan Ravalliom (1997) India (1957 1991) Regresi data panel Perbedaan tren di dalam pengurangan angka kemiskinan dikaitkan dengan perbedaan tingkat pertumbuhan hasil pertanian dan kondisi awal yang berbeda. Negara bagian yang dimulai dengan infrastruktur yang lebih baik dan sumber daya manusia yang terlihat mempunyai efek pengurangan kemiskinan dalam jangka panjang yang lebih signifikan. Penyimpangan dari tren pengurangan angka kemiskinan disebabkan oleh inflasi dan guncangan ke PDRB pertanian maupun non pertanian. 3 Fan, Hazell dan Thorat (2000) India (1970 1993) Regresi data panel Pengeluaran untuk infrastuktur jalan, riset pertanian dan pendidikan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap penurunan angka kemiskinan. 5

Lanjutan Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu 4 Zakaria (2014) Jawa Tengah (2003 2013) Autokorelasi Wilayah kabupaten yang memiliki Spasial (indeks tingkat kemiskinan lebih tinggi Moran dan LISA), Tipologi cenderung mengelompok, sebelah selatan Jawa Tengah bagian barat spatial outlier. Dengan indikator wilayah, kemiskinan moneter, kesehatan Regresi panel dan pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, sehingga menunjukkan bahwa kebijakan sudah pro poor growth dan pro poor budgeting. 5 Ayadi dan Amara (2009) Tunisia (2001 dan 2005) Autokorelasi spasial dan GWR Terdapat hubungan antara kemiskinan pada wilayah yang berdekatan. Aspek spasial menjadi pertimbangan dalam penyusunan program kegiatan pengentasan kemiskinan. 6 Sari dan Kawashima (2010) Kabupaten/kota se- Indonesia (2005 2007) GIS dan Regresi Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan tersebar di bagian seluruh kabupaten/ kota, menunjukkan kecenderungan kemiskinan yang lebih tinggi dan lebih parah di pulau-pulau timur Indonesia. Pengeluaran untuk makanan, ketersediaan kamar kecil, akses air bersih, pelayanan kesehatan umum, dan pendidikan, mempengaruhi kemiskinan. 7 Odeyemi dan Olamide (2013) Nigeria (2005 dan 2010) Aukorelasi spasial dan Regresi Terdapat hubungan antara kemiskinan wilayah yang berdekatan dan terjadi peningkatan pengolompokan pada tahun 2010 dibanding tahun 2005. 6

Beberapa hal mendasar yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut. 1. Lokasi penelitian meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Bantul dengan unit analisis pada tingkat desa. Dengan lokasi penelitian tersebut diharapkan dapat melihat keterkaitan antardesa. 2. Variabel pengaruh yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 5 aspek yaitu aspek pendidikan, aspek ketenagakerjaan, APBDES, aspek belanja modal, dan subsidi pemerintah. 3. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi regresi panel data, GIS, dan keterkaitan spasial. 4. Data yang digunakan merupakan data panel meliputi 75 Desa dengan periode tahun tahun 2011 dan 2015. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dilihat bahwa angka kemiskinan di Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun terus menurun. Hal tersebut menjadi indikasi awal bahwa jumlah warga miskin di Kabupaten Bantul dari tahun ke tahun cenderung semakin menurun, tetapi masih terjadi kesenjangan distribusi kemiskinan. Penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan kemiskinan di Kabupaten Bantul dan pemetaan tingkat kemiskinan dari sudut pandang spasial. 7

1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut. 1. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap kemiskinan Kabupaten Bantul? 2. Bagaimana pemetaan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bantul? 3. Bagaimana keterkaitan pemetaan dengan analisis kemiskinan di Kabupaten Bantul? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan kabupaten Bantul. 2. Menganalisis pemetaaan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bantul. 3. Menganalisis keterkaitan pemetaan tingkat kemiskinan kabupaten Bantul. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memperkaya penelitian dengan konsentrasi bidang kemiskinan, berdasarkan studi empiris di Kabupaten Bantul. 2. Bahan referensi bagi peneliti lain yang akan mendalami dan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemiskian. 8

3. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten, Kecamatan dan Pemerintah Desa dalam merumuskan kebijakan pembangunan daerah dalam rangka menurunkan angka kemiskinan. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab 1 Pendahuluan, menjelaskan latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab 2 Landasan Teori, menjelaskan teori yang menjadi landasan dalam penelitian, kajian terhadap penelitian terdahulu, formulasi hipotesis, dan model penelitian. Bab 3 Metode Penelitian, menjelaskan desain penelitian, metode pengumpulan data, definisi operasional, dan metode analisis data. Bab 4 Analisis, menjelaskan deskripsi data yang diperoleh, hasil regresi, uji hipotesis, dan pembahasan. Bab 5 Simpulan dan Saran, menjelaskan simpulan, rekomendasi, keterbatasan, dan saran penelitian 9