BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simvastatin merupakan obat antihiperlidemia yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk kolesterol dengan bantuan katalis enzim HMG-CoA reduktase. Obat ini mempunyai aktivitas menghambat pembentukan kolesterol atau mempromosikan degradasi kolesterol sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol dan serum trigliserida dalam darah serta meningkatkan kadar HDL dalam darah (Yassin, 2007), namun kelebihan dosis dari simvastatin dapat menyebabkan myophaty (Brenner dan Stevens, 2010). Pada pembuatan obat, pemeriksaan kadar zat aktif merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjamin kualitas obat. Sediaan obat yang berkualitas baik akan mendukung tercapainya efek terapeutik yang diharapkan. Salah satu persyaratan mutu adalah kadar yang dikandung harus memenuhi persyaratan kadar yang tercantum dalam literatur yang berlaku seperti Farmakope Indonesia (Depkes RI, 1989). Tablet simvastatin dalam perdagangan dijumpai dengan nama dagang dan generik, dimana obat dengan nama generik harganya jauh lebih murah dibanding dengan obat dengan nama dagang. Sementara masyarakat cenderung menilai bahwa kualitas obat identik dengan harga yang lebih tinggi, obat yang lebih mahal mutunya lebih baik daripada obat yang lebih murah harganya (Depkes RI, 1989). 1
Monografi simvastatin tablet tidak terdapat pada Farmakope Indonesia edisi IV, tetapi terdapat pada USP 32 tahun 2009 yaitu penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet secara kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan fase gerak asetonitril : buffer (65:35) dengan sistem elusi isokratik. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penetapan kadar simvastatin tablet dengan menggunakan kolomphenomenex ODS Luna (250 mm x 4,6 mm) pada suhu 50ºC dengan laju alir 1,5 ml/menit pada panjang gelombang 238 nm secara sistem elusi gradien. Metode tersebut menggunakan larutan buffer sebagai pelarut pada perbandingan fase gerak asetonitril : air (40:60) yang dimulai pada menit ke 0 dan berakhir pada menit ke 10 dengan perbandingan fase gerak asetonitril : air (100:0) menghasilkan waktu retensi diantara menit ke 9 sampai 10 (Guzik dkk, 2010). Metode dengan prosedur tersebut di atas memiliki berbagai kelemahan, seperti pemakaian larutan buffer bersamaan dengan asetonitril yang tidak ramah terhadap kolom (USP, 2009) dan sistem elusi gradien yang lebih rumit dari sistem isokratik (Guzik dkk, 2010). Sistem elusi isokratik lebih disukai karena komposisi fase gerak tetap konstan selama pengujian, sehingga sistem dan kolom dalam keadaan yang seimbang sepanjang waktu dan terjaga dari kemungkinan kerusakan akibat terjadinya perubahan kimia yang cepat seperti pada sistem elusi gradien, tetapi sistem gradien lebih banyak dipakai karena menghasilkan pemisahan yang lebih baik (Anonim, 1997). Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk mengembangkan suatu metoda penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet yang lebih sederhana, murah dan lebih ramah terhadap kolom dengan menggunakan pelarut dan fase 2
gerak asetonitril-air. Pengembangan metode tersebut dilakukan dengan menggunakan metode elusi isokratik dengan berbagai perbandingan komposisi fase gerak untuk memperoleh hasil yang optimal. Untuk menguji validitas dari metode ini dilakukan pengujian antara lain uji akurasi dengan parameter %recovery, uji presisi dengan parameter koefisien variasi (RSD), uji sensitifitas dengan parameter limit deteksi (LOD) dan limit kuantitasi (LOQ), selanjutnya metode yang tervalidasi ini diaplikasikan pada penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet dengan nama dagang dan nama generik yang beredar di pasaran. 1.2 Perumusan Masalah Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Berapakah perbandingan komposisi fase gerak asetonitril : air yang optimal (waktu elusi lebih cepat) dengan sistem elusi isokratik secara KCKT pada penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet dan memenuhi uji persyaratan validasi metode? 2. Apakah kadar simvastatin dalam sediaan tablet baik nama dagang maupun nama generik yang beredar dipasaran memenuhi persyaratan kadar menurut USP 32 tahun 2009? 3
1.3 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Metode KCKT menggunakan fase gerak asetonitril : air dengan perbandingan tertentu dan sistem elusi isokratik akan memberikan hasil yang optimal untuk digunakan pada penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan uji validasi metode. 2. Kadar simvastatin dalam sediaan tablet baik nama dagang maupun nama generik yang beredar dipasaran memenuhi persyaratan kadar menurut USP 32 tahun 2009. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menentukan perbandingan yang optimal dari fase gerak asetonitril : air dengan sistem elusi isokratik pada penetapan kadar simvastatintabletsecara KCKT dan menguji dari validitas metode tersebut. 2. Untuk mengetahui kesesuaian kadar simvastatin dalam sediaan tablet nama dagang dan nama generik yang beredar dipasaran dengan persyaratan kadar menurut USP 32 tahun 2009. 4
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat digunakan sebagai metode alternatif pada penetapan kadar simvastatin dalam sediaan tablet secara KCKT untuk industri farmasi dan Badan Pengawas Obat dan Makanan karena lebih hemat dan efisien. 5