BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengambilan keputusan di dalam suatu perusahaan selalu membutuhkan informasi, baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan. Informasi keuangan diperoleh dari laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk tanggungjawab manajemen atas penggunaan sumber daya yang telah dipercayakan oleh para investor. Oleh karena itu, dalam pengambilan keputusan, stakeholder dapat berpedoman pada laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2007). Tujuan laporan keuangan ini sejalan dengan yang diuraikan oleh Mautz dan Angell (2006) bahwa laporan keuangan dibuat untuk membantu investor dan kreditur dalam memahami peristiwa-peristiwa/historis terkait keuangan perusahaan dan menggunakannya untuk memprediksi jumlah, waktu dan ketidakpastian arus kas mendatang serta untuk apresiasi harga. Untuk itu, laporan keuangan harus memenuhi karakteristik kualitatif agar informasinya dapat lebih berguna bagi pengguna laporan keuangan. Selain itu, Ghozali dan Chariri (2003:349) menjelaskan bahwa salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah 1
2 memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Laba adalah hasil dari suatu periode yang telah dicapai oleh perusahaan sebagaimana disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) nomor 1, laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan, untuk melakukan penaksiran earning power perusahaan dimasa yang akan datang. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earning) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya (Wijayanti, 2006). Informasi mengenai kualitas laba dapat dilihat dari perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Hal ini didasari karena adanya peraturan yang lebih ketat dalam pengukuran laba fiskal. IAI (2007:19) menyatakan bahwa laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurankan pada penghasilan. Kalau beban bersih melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih. Sedangkan laba menurut perpajakan adalah penghasilan kena pajak atau laba fiscal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan. Dari pengertian tersebut, menunjukkan perbedaan antara penghasilan kena pajak dengan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Hal ini
3 dikarenakan terdapat perbedaan perlakuan pengakuan dalam perhitungan laba menurut akuntansi (book income) dengan laba / penghasilan menurut pajak (taxable income) atau sering disebut dengan istilah book-tax differences. Book-tax differences berperan dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan pihak manajemen karena adanya sedikit kebebasan dalam penentuan laba akuntansi dibandingkan dalam penentuan laba fiskal sehingga perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences) dapat memberikan informasi tentang kebijakan manajemen (management discretion) dalam proses akrual. Book-tax differences juga dapat mengungkapkan peristiwa-peristiwa ekonomi yang mendasari atau informasi pribadi manajemen tentang kinerja masa depan atau hanya memprediksi masa depan atas pembalikan tarif pajak efektif (reveals in effective tax rates). Lev dan Nissim (2004) mengembangkan suatu pengukuran Book-tax differences yang ditujukan untuk menggambarkan semua perbedaan dalam pengukuran laba setelah pajak menurut akuntansi dan pajak penghasilan. Kedua perbedaan laba akuntansi dan laba pajak digunakan oleh Lev dan Nissim (2004) dalam tax-based fundamental, yaitu pertama, perbedaan temporer yang berasal dari beda laba akuntansi sebelum pajak dan laba kena pajak karena adanya perbedaan waktu yang diatur dalam standar akuntansi dan aturan pajak (misal depresiasi). Kedua, perbedaan permanen berasal dari akrual sebelum pajak yang tidak dapat dikurangkan (misal penurunan nilai goodwill). Maksud Lev dan Nissim (2004) di sini adalah aturan pajak mengatur secara tegas biaya apa saja yang tidak dapat mengurangi penghasilan sedangkan di dalam standar akuntansi
4 semua biaya dapat menjadi pengurang penghasilan, perbedaan perlakuan yang jelas bertentangan seperti inilah yang dinamakan perbedaan permanen. Untuk itu manajemen berkewajiban melakukan penyesuaian atas laba akuntansinya dengan ketentuan perpajakan yang berlaku untuk menghitung laba fiskal atau biasa disebut dengan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal merupakan mekanisme teknis yang dilakukan oleh wajib pajak PPh ketika menghitung pajak menggunakan basis pembukuan (Kiswara, 2009:107). Rekonsiliasi fiskal menyandingkan antara laporan laba rugi komersil dengan perhitungan laba kena pajak. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan konsep pengakuan, penilaian dan pengungkapan penghasilan dan biaya. Penyesuaian fiskal positif dalam komponen penghasilan terjadi bila mengakibatkan penghasilan komersil bertambah yang dikarenakan penghasilan tersebut belum diperhitungkan dalam penghasilan komersil. Dan untuk komponen biaya, maka penyesuaian fiskal positif terjadi apabila komponen biaya dalam perhitungan komersil berkurang, sebagai akibat tidak diperkenankannya suatu jenis biaya tertentu diperhitungkan sebagai biaya fiskal dalam perhitungan PPh. Adapun penyesuaian fiskal negatif atas penghasilan dan biaya adalah kebalikan pengertian dari penyesuaian fiskal positif. Penelitian yang berkaitan dengan hubungan pengaruh book-tax differences terhadap pertumbuhan laba dilakukan oleh Jackson (2009). Memberikan bukti empiris bahwa perbedaan permanen berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba, akan tetapi berpengaruh negatif dengan perubahan beban pajak. Sedangkan
5 untuk perbedaan temporer memiliki hubungan negatif terhadap pertumbuhan laba. Penelitian di Indonesia mengenai book-tax differences berkaitan dengan persistensi laba dilakukan oleh Martani dan Persada (2009). Martani dan Persada (2009) membuktikan bahwa perbedaan permanen memiliki hubungan negatif terhadap perubahan laba bersih. Hasil penelitian tersebut tidak konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya (Jackson,2009 ; Lev dan Nissim,2004). Jackson (2009) dan Lev and Nissim (2004) menemukan bahwa perbedaan permanen memiliki korelasi negatif dengan tax expenses. Jadi secara teoritis akan memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan laba (pertumbuhan laba bersih). Dengan adanya perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya maka peneliti melakukan pengujian kembali untuk meninjau kekonsistenan hasil penelitian dalam mengidentifikasikan pengaruh book-tax differences dengan pertumbuhan laba pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006 2010. Pemilihan perusahaan LQ45 dalam penelitian ini dikarenakan perusahaan LQ45 memiliki nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar sehingga diharapkan dapat mempresentasikan perusahaan-perusahaan yang ada. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil judul Analisis Book-Tax Differences Terhadap Persistensi Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010).
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan research gap dari hasil penelitian yang ada, maka peneliti mengkaji kembali pengaruh book-tax differences terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006 sampai dengan 2010. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah perbedaan temporer dan perbedaan permanen (Book Tax Differences) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Perubahan Laba (Net Income) perusahaan satu periode kedepan? 2. Apakah perbedaan temporer berpengaruh terhadap Perubahan Laba (Net Income) perusahaan satu periode kedepan? 3. Apakah perbedaan permanen berpengaruh terhadap Perubahan Laba (Net Income) perusahaan satu periode kedepan? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian - Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan bukti empiris: 1. Pengaruh perbedaan temporer dan perbedaan permanen (Book Tax Differences) secara bersama-sama terhadap Perubahan Laba (Net Income). 2. Pengaruh perbedaan temporer terhadap Perubahan Laba (Net Income). 3. Pengaruh perbedaan permanen terhadap Perubahan Laba (Net Income).
7 - Kegunaan penelitian : Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan. Selain itu sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Mercu Buana. 2. Bagi Emiten Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan dalam bidang keuangan terutama dalam memaksimumkan laba dengan memperhatikan komponen perpajakan yang diteliti dalam penelitian ini. 3. Bagi Stakeholder Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. 4. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat membantu memudahkan memahami tentang perbedaan temporer, perbedaan permanen dan book-tax differences yang berhubungan dengan Perubahan Laba perusahaan satu periode kedepan.