BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan terdiri atas laporan keuangan komersial yang bertujuan untuk memberikan informasi keuangan kepada manajer, pemegang saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal sebagai dasar pemungutan pajak. Perbedaan laporan keuangan ini disebabkan karena perbedaan tujuan dan dasar hukumnya (Persada dan Martani, 2010). Pada laporan keuangan terdapat item laba. Laba dapat menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuangan internal dan eksternal seperti pembagian bonus atau insentif kepada manajer, pengukur prestasi atau kinerja manajemen dan dasar penentuan besarnya pengenaan pajak oleh pihak internal dan eksternal perusahaan (Wijayanti, 2006). Perusahaan melakukan penghitungan laba pada setiap periode untuk dua tujuan yaitu tujuan pelaporan keuangan (financial reporting) dan penetapan kewajiban pajak (tax liabilities) (Sovdan, 2012). Penyusunan laba akuntansi (pelaporan keuangan) berdasarkan pada aturan/standar akuntansi, sedangkan penyusunan laba fiskal (pelaporan pajak) berdasarkan peraturan pajak (Fontanella dan Martani, 2014). Standar akuntansi untuk pajak penghasilan diatur dalam PSAK 46 dan peraturan pajak diatur menurut UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Persada dan Martani (2010) mengatakan

2 2 perbedaan laba menurut akuntansi dan pajak dikenal sebagai Book Tax Gap (BTG). BTG sering dianggap sebagai ukuran perencanaan pajak, tax avoidance, dan manajemen laba untuk tujuan pajak (Persada dan Martani, 2010). Serupa dengan Martani et al. (2011) yang mengatakan BTG dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan kegiatan manajemen laba di perusahaan. Perusahaan melakukan perencanaan pajak karena ingin memberikan pengembalian yang maksimal kepada pemegang saham dan mengurangi risiko pengawasan pajak oleh negara, dan memberikan motivasi kontrak berbasis pajak seperti skema kompensasi setelah pajak (Tang dan Firth, 2011). Scott (2012) juga berpendapat bahwa perusahaan melakukan manajemen laba atau peraturan laba karena bonus, perjanjian utang, memenuhi harapan invetor terhadap laba, menjaga reputasi perusahaan, dan sedang melakukan Initial Public Offering (IPO). Penelitian yang membuktikan bahwa BTG dapat digunakan sebagai proksi manajemen laba telah banyak dilakukan. Mills dan Newberry (2001) membuktikan manajemen insentif yang besar untuk mengelola pendapatan, akan menghasilkan BTG yang besar. Phillips et al. (2003, dalam Yulianti, 2005) menggunakan model distribusi laba untuk mengukur manajemen laba di Amerika Serikat. Mereka menemukan bukti bahwa beban pajak tangguhan dan akrual secara signifikan dapat mendeteksi manajemen laba. Serupa dengan Tang dan Firth (2011) yang memberikan kesimpulan BTG berkaitan dengan manajemen laba, manajemen pajak, dan interaksi keduanya di China.

3 3 Ada banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan manajemen laba antar perusahaan. Cornett et al (2009) mendeteksi manajemen laba dengan akrual dikresioner. Cornett et al. (2009) menunjukkan bahwa faktor manajemen laba yaitu kepemilikan institusional berpengaruh negatif. Hal ini serupa dengan Balsam et al. (2002, dalam Siregar dan Utama, 2005) serta Widyastuti (2007) bahwa kepemilikam institusional dapat menurunkan atau mengurangi manajemen laba. Selain struktur kepemilikan, terdapat faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap manajemen laba. Yulianti (2005) menguji penggunaan beban pajak tangguhan berdasarkan undang-undang pajak tangguhan di Indonesia dan akrual perusahaan untuk mendeteksi manajemen laba di perusahaan. Faktor yang mempengaruhi manajemen laba yang digunakan dalam penelitian Yulianti (2005) yaitu profitabilitas, liabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan kualitas auditor dengan menilai ukuran KAP (Kantor Akuntan Publik). Berdasarkan penjelasan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah faktor spesifik yang dianggap mempengaruhi manajemen laba dapat mempengaruhi BTG di perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Variabel independen terdiri dari total akrual sebagai proksi manajemen laba, kepemilikan institusional, likuiditas, profitabilitas, leverage, dan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Variabel dependen pada penelitian ini yaitu book tax gap (BTG). Penelitian ini mengacu pada penelitian Martani et al. (2011) yang dilakukan di Indonesia dengan sampel perusahaan yang terdaftar di bursa saham pada

4 4 periode Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah (1) variabel independen manajemen laba dengan ketentuan surat ketetapan pajak (dummy), variabel independen insentif persediaan, dan variabel perusahaan berafiliasi (dummy) dihilangkan karena dalam penelitian tersebut tidak terbukti mempunyai hubungan yang signifikan dengan book tax gap. (2) Variabel kepemilikan institusional ditambahkan karena varibel ini dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi manajemen laba menurut Cornett et al. (2009); Balsam et al. (2002, dalam Siregar dan Utama, 2005); serta Widyastuti (2007). (3) Variabel independen profitabilitas diukur dengan profit margin dan variabel ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) ditambahkan dalam penelitian karena merupakan faktor manajemen laba menurut Yulianti (2005). B. Perumusan Masalah Penelitian terdahulu menyatakan bahwa BTG dapat digunakan sebagai proksi dari manajemen laba (Mills dan Newberry, 2001 serta Tang dan Firth, 2011). Phillips et al. (2003, dalam Martani et al., 2011) mendeteksi BTG sebagai manajemen laba menggunakan model beban pajak tangguhan atau Deferred Tax Expenses (DTE) yang dikomparasikan dengan model akrual. DTE timbul karena perbedaan temporer antara laba akuntansi (Yulianti, 2005). Penelitian di Indonesia yang serupa dengan Phillips et al. (2003) dilakukan oleh Yulianti (2005) yaitu menguji BTG sebagai proksi dari manajemen laba dengan Deferred Tax Expenses (DTE) dan akrual. Hasil

5 5 penelitiannya menunjukkan DTE dan akrual dapat digunakan untuk mendeteksi usaha manajemen laba oleh perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu yaitu menghindari kerugian. Namun besarnya R square yang relatif kecil menunjukkan adanya variabel lain yang mempengaruhi probabilitas manajemen laba, walaupun kedua variabel tersebut merupakan proksi manajemen laba. Kelemahan lain dari penelitian Yulianti (2005) yaitu faktor faktor yang menyebabkan manajemen laba tidak dapat menjelaskan variabel DTE. Penelitian dengan hasil yang berbeda dilakukan oleh Wiryandari dan Yulianti (2009) yang menemukan DTE dan akrual tidak dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba menghindari kerugian. Wiryandari dan Yulianti (2009) menduga perbedaan hasil penelitian disebabkan karena perusahaan mulai menyadari untuk mematuhi peraturan dan ketatnya regulasi dari BAPEPAM. Penelitian yang menggunakan kedua perbedaan laba akuntansi, yaitu perbedaan permanen dan temporer dilakukan oleh Martani et al. (2011). Hasil penelitiannya membuktikan jika total akrual berpengaruh positif terhadap BTG. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan manajemen laba di Indonesia dapat dicerminkan baik melalui perbedaan permanen maupun temporer. Namun terdapat faktor dari manajemen laba menurut Yulianti (2005) yaitu variabel kualitas audit dengan proksi ukuran KAP yang tidak dimasukkan dalam penelitian Martani et al. (2011). Berdasarkan pada penelitian terdahulu dan latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah manajemen laba mempengaruhi book tax gap?

6 6 2. Apakah kepemilikan institusional mempengaruhi book tax gap? 3. Apakah likuiditas perusahaan mempengaruhi book tax gap? 4. Apakah profitabilitas perusahaan mempengaruhi book tax gap? 5. Apakah leverage perusahaan mempengaruhi book tax gap? 6. Apakah ukuran KAP perusahaan mempengaruhi book tax gap? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menguji pengaruh langsung manajemen laba terhadap book tax gap untuk mendapatkan bukti empiris bahwa book tax gap dapat dijadikan proksi dari manajemen laba melalui perhitungan total akrual. 2. Mengetahui bukti empiris tentang pengaruh kepemilikan institusional, likuiditas, profitabilitas, leverage, dan ukuran KAP terhadap book tax gap yang menunjukkan faktor faktor dari manajemen laba tersebut dapat dijadikan faktor yang mempengaruhi book tax gap. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai implikasi teoritis dan praktis. Implikasi teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperkuat perkembangan ilmu akuntansi khususnya yang terkait dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal (book tax gap) yang dapat

7 7 dideteksi oleh kepemilikan institusional, likuiditas, profitabilitas, leverage, dan ukuran KAP. Beberapa implikasi praktis yang diharapakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang kepemilikan saham perusahaan oleh institusional, likuiditas perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage perusahaan, dan ukuran KAP yang dipilih perusahaan untuk mengaudit perusahaan serta interaksinya terhadap book tax gap. Penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan mengenai jenis proksi yang dapat dipakai untuk mendeteksi manajemen laba. 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperdalam dan memahami teori akuntansi perpajakan mengenai rekonsiliasi fiskal, aset dan kewajiban pajak tangguhan, serta dapat meningkatkan kompetensi keilmuan akademisi. 3. Bagi investor Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi tambahan mengenai praktik perbedaan pembukuan pajak dan pembukuan akuntansi yang dilakukan perusahaan, sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan tambahan dalam mengambil keputusan investasi terhadap perusahaan yang memiliki book tax gap.

8 8 4. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan informasi bagi pemerintah untuk mengkaji lebih dalam mengenai peraturan kebijakan fiskal agar dapat menekan angka kecurangan yang terjadi dan untuk tercapainya kesejahteraan rakyat.