BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam dunia bisnis, perusahaan dihadapkan persaingan keras untuk selalu

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, perusahaan dihadapkan persaingan keras untuk selalu berkembang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal perusahaan khususnya untuk industri manufaktur di Indonesia. Dalam rangka untuk kuat bersaing, perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan kompetitif dari perusahaan lain tidak hanya sebatas menghasilkan produk yang bermutu bagi konsumen, tetapi juga mengelola keuangannya dengan baik, artinya kebijakan pengelolaan keuangan harus dapat menjamin keberlangsungan perusahaan. Fenomena yang terjadi adalah timbulnya masalah keagenan, yakni dalam perkembangannya perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya menghadapi kendala dimana pemilik tidak mampu menjalankan roda perusahaan. Pemilik mendelegasikan wewenang kepada manajer untuk melakukan pengelolaan, namun pendelegasikan sering mengakibatkan asimetri informasi antara pemilik dan manajer. (Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract. (Sumber : 1

2 2 Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi bagi manajemen atau agent yang mengelola perusahaan. Penilaian kinerja prestasi suatu perusahaan atau company performance diukur untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang diperlukan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan tersebut. Definisi company perfomance adalah suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. (Sumber : Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. (Sumber : Media yang dapat dipakai untuk menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar lainnya yang sehingga dapat digunakan untuk membantu para pemakai di dalam menilai kinerjanya. (Andra, 2006) Terdapat dua jenis laporan keuangan, yaitu laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal, keduanya memiliki fungsi yang berbeda bagi perusahaan. Laporan keuangan komersial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

3 3 Indonesia disusun menurut standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Kedua laporan keuangan tersebut sebenarnya sama secara fundamental, namun dalam hal penilaian kinerja, laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar adalah laporan keuangan komersial (I Made Dwi Harmana, 2014) Dengan laporan keuangan komersial, pengurus atau dewan pengawas dapat melihat sejauh mana kinerja perusahaan dapat mencapai hasilnya sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan laporan keuangan fiskal hanya digunakan perusahaan yang akan melaporkan kewajiban perpajakannya yakni penyusunan pelaporan SPT Tahunan. (Sumber: Dalam pencapaian target yang ditetapkan manajer selalu berusaha memberikan penilaian kinerja yang baik. Banyak manajer yang memanfaatkan peluang untuk merekayasa angka laba pada perusahaannya dengan rekayasa akrual untuk mempengaruhi hasil akhir dari berbagai keputusan antara lain adanya motivasi bonus, dianggap kinerjanya lebih baik atau meminimalkan beban pajak penghasilan yang harus dibayar oleh perusahaan (Suranggane, 2007). Sebagai contoh kasus pajak yang dilakukan oleh Group Bakri, salah satunya kasus PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang diduga terkait tindak pidana pada tahun Dimana KPC diduga (setelah penyelidikan) oleh Ditjen Pajak memiliki kurang bayar Rp 1,5 triliun dan ditemukan adanya indikasi tindak pidana pajak berupa rekayasa penjualan yang dilakukan oleh KPC untuk meminimalkan pajak. ( Hal inilah yang dapat menimbulkan adanya praktek manajemen laba dalam mempengaruhi besarnya pajak penghasilan yang harus dibayarkan.

4 4 Irfan Fakhtur (2013) dalam penelitiannya mengenai pengaruh perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal terhadap persistensi laba menyatakan dalam penyusunan laporan keuangan fiskal dan komersial, perusahaan tidak perlu melakukan pembukuan ganda. Namun, ketika perusahaan akan menyusun laporan keuangan fiskal maka terlebih dahulu melakukan rekonsiliasi terhadap laporan keuangan komersial atau lebih dikenal dengan koreksi fiskal. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi fiskal adalah untuk menyesuaikan laba komersial (yaitu laba dihitung menurut Prinsip Akuntansi Berlaku Umum) dengan ketentuan-ketentuan perpajakan sehingga diperoleh laba fiskal. Dalam rekonsiliasi fiskal akan ditemukan perbedaan-perbedaan mendasar penyusunan penghitungan laba menurut komersial dengan penghitungan laba menurut perpajakan yang menyebabkan perbedaan jumlah antara penghasilan kena pajak (laba fiskal). Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal disebut dengan book-tax differences. Perbedaan laba akuntansi (book income) yang dilaporkan menjadi terdistorsi yang pada gilirannya memberi ketidakpastian bagi analisis kredit dan lembaga pemeringkat dalam menilai company performance di masa depan. Sedangkan Saputro (2010) dalam penelitiannya membuktikan tingkat pertumbuhan laba satu periode kedepan dipengaruhi oleh book-tax differences yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Pajak tangguhan dalam hal ini merupakan perhitungan laba-rugi akuntansi yang timbul dalam suatu periode berjalan dan diakui sebagai beban atau manfaat pajak tangguhan. Beban pajak tangguhan (deffered tax) timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan

5 5 menurut SAK untuk kepentingan eksternal ) dengan laba fiskal (laba menurut aturan perpajakan Indonesia yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak). Adanya deffered tax yang timbul dari perbedaan tersebut cenderung disebabkan karena laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal melayani pemangku kepentingan yang berbeda dan tujuan yang berbeda, hal ini mengakibatkan manajer memiliki kebijakan berbeda dalam menghitung baik penghasilan secara akuntansi dan penghasilan kena pajak. Manajer memiliki kebijakan untuk melaporkan pendapatan yang lebih tinggi untuk tujuan pelaporan yang ada kaitannya untuk ikatan perjanjian, kontrak kompensasi, persyaratan modal, dan lain-lain. Sedangkan untuk tujuan pajak, manajer memiliki kebijakan untuk melaporkan penghasilan kena pajak yang lebih rendah. Meminimalisir beban pajak dapat melalui berbagai cara, mulai dengan penghindaran pajak bahkan sampai dengan penggelapan pajak yang mana keduanya adalah bagian dari perencanaan pajak. Perencanaan pajak (tax planning) adalah tahap awal dari manajemen pajak yang merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari manajemen stategik suatu perusahaan (sumber : Berdasarkan hal tersebut, tidak salah jika perencanaan pajak turut menentukan berhasil tidaknya manajemen strategik yang dibuat oleh perusahaan yang dapat dilihat dari company performance melalui laporan keuangan yang disajikan (I Made Dwi Harmana, 2014). Penerapan perencanaan pajak yang baik dapat berhasil menghemat pajak dan meningkatkan company performance dengan mengelola tax saving yang diperoleh untuk program yang bermanfaat bagi peningkatan karyawan di masa mendatang.

6 6 I Made Dwi Harmana (2014) dalam penelitiannya menyatakan selain pajak tangguhan, tax to book ratio juga mungkin mempengaruhi company performance. Perusahaan yang melakukan perencanaan pajak yang baik tercermin dari adanya perbedaan yang tidak terlalu besar antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Hal tersebut dapat dilihat dari rasio laba pajak terhadap laba akuntansi (Tax to Book Ratio). Tax to book ratio adalah perbandingan antara rasio laba penghasilan kena pajak (Taxable Income) terhadap Laba Akuntansi (Book Income) dimana penjelasan tentang rasio pajak terdapat pada pencatatan atas laporan keuangan suatu perusahaan. Kemudian besarnya perbedaan laba akuntansi dengan laba pajak (laba akuntansi > laba pajak) yang terlihat pada semakin besarnya pajak tangguhan bernilai positif pada perusahaan akan menunjukkan semakin besar pula kemungkinan pihak manajemen melakukan tindakan manajemen laba. Tindakan tersebut mengakibatkan laba akuntansi (book income) yang dilaporkan menjadi tidak berkualitas sehingga company performance dikhawatirkan dapat mengalami penurunan dimasa yang akan datang. Namun semakin kecil perbedaan laba akuntansi dengan laba pajak (laba akuntansi < laba pajak) yang terlihat dari semakin besarnya pajak tangguhan bernilai negatif pada perusahaan menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang mengakibatkan semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk gulung tikar karena ketidakmampuannya membayar kewajiban jangka panjang di masa yang akan datang. Ukuran perusahaan dapat menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan,

7 7 rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. (Sumber: Calisir et al (2010) dalam penelitiannya menemukan adanya pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap company performance sektor teknologi informasi dan komunikasi. Sedangkan penelitian Khaira Amalia Fachrudin (2010) justru membuktikan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap company performance. Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar total asset yang dimiliki perusahaan. Total asset yang dimiliki perusahaan menggambarkan permodalan, serta hak dan kewajiban yang dimilikinya. Semakin besar ukuran perusahaan, dipastikan semakin besar juga dana yang dikelola. Ukuran juga bisa mempengaruhi company performance, karena semakin besar ukuran perusahaan maka mengindikasikan perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan yang menunjukkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding dengan total asset yang lebih kecil. Perusahaan besar cenderung mendapatkan perhatian lebih besar dari masyarakat luas. Dengan melihat adanya aktivitas manajer dalam usahanya mencapai kinerja perusahaan yang baik maka peneliti merasa perlu mengkaji kembali penelitian I Made Dwi Harmana (2014) tentang company performance (kinerja perusahaan) dengan variabel independen Deffered Tax dan Tax to Book Ratio. Selain itu perbedaan dari penelitian sebelumnya, peneliti menambahkan satu variabel yaitu firm size. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun

8 8 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi judul pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Pengaruh Deffered Tax,Tax to Book Ratio dan Firm Size Terhadap Company Performance Pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini akan merumuskan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Apakah deffered tax berpengaruh secara signifikan terhadap company performance pada perusahaan sektor manufaktur di bursa efek Indonesia periode ? 2. Apakah tax to book ratio berpengaruh secara signifikan terhadap company performance pada perusahaan sektor manufaktur di bursa efek Indonesia periode ? 3. Apakah firm size berpengaruh secara signifikan terhadap company performance pada perusahaan manufaktur di bursa efek Indonesia periode ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

9 9 1. Mengukur dan mengetahui pengaruh deffered tax terhadap company performance pada perusahaan sektor manufaktur di bursa efek Indonesia periode Mengukur dan mengetahui pengaruh tax to book ratio terhadap company performance pada perusahaan sektor manufaktur di bursa efek Indonesia periode Mengukur dan mengetahui pengaruh firm size terhadap company performance pada perusahaan sektor manufaktur di bursa efek Indonesia periode Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis 1). Memperluas pengetahuan penulis mengenai pengaruh deffered tax,tax to book ratio dan firm size terhadap company performance pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI tahun ) Penelitian ini merupakan sarana untuk menerapkan teori yang telah penulis peroleh selama kuliah sehingga dapat memperluas wawasan serta memperdalam teori dengan melihat ke dalam prakteknya. 3) Menjadi referensi-referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang relevan. b. Kegunaan Praktis 1) Bagi Penulis Merupakan syarat untuk menempuh ujian Program Strata Satu (S1) pada Universitas Mercu Buana Jakarta 2) Universitas Mercu Buana

10 10 Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah referensi kepustakaan bagi angkatan selanjutnya dalam penyusunan Skripsi. 3) Perusahaan Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi perusahaan dalam identifikasi peran penting company performance dalam perusahaan.