KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KRITERIA IDEAL MENTERI DAN EVALUASI ATAS KINERJA PEMERINTAHAN SBY MENJELANG TERBENTUKNYA KABINET BARU

DEBAT CAPRES-CAWAPRES DAN KECENDERUNGAN SIKAP PEMILIH

PELUANG DAN HARAPAN DPD RI: SEBUAH EVALUASI PUBLIK

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

AMANDEMEN UUD 45 UNTUK PENGUATAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEBUAH EVALUASI PUBLIK. LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI)

DUKUNGAN TERHADAP CALON INDEPENDEN

Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik

KONTROVERSI PUBLIK TENTANG LGBT DI INDONESIA

KEPERCAYAAN PUBLIK PADA PEMBERANTASAN KORUPSI

Kekuatan Elektoral Partai-Partai Islam Menjelang Pemilu 2009

PEMILIH MENGAMBANG DAN PROSPEK PERUBAHAN KEKUATAN PARTAI POLITIK

SPLIT VOTING DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2009

ISU KEBANGKITAN PKI SEBUAH PENILAIAN PUBLIK NASIONAL. Temuan Survei September 2017

LEGITIMASI DEMOKRATIK WAKIL RAKYAT: PARTAI, DPR DAN DPD

Konsolidasi Demokrasi. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

Menurunnya Kinerja Pemerintah dan Disilusi terhadap Partai Politik

KESENJANGAN PENDAPATAN: Harapan Publik terhadap Pemerintahan Jokowi-JK SURVEI NASIONAL

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

Lampu Kuning Negara Hukum Indonesia

ISU-ISU PALING MENDESAK DAN POSITIONING CITRA CAPRES-CAWAPRES

EFEK PENCAPRESAN JOKO WIDODO PADA ELEKTABILITAS PARTAI POLITIK

PROSPEK KABINET DAN KOALISI PARPOL

Mencari Calon Presiden 2014

HASIL EXIT POLL PEMILU LEGISLATIF Rabu, 9 April 2014

RASIONALITAS PEMILIH: KONTESTASI PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

PREDIKSI PEROLEHAN SUARA PEMILIH PADA PILKADA DKI JAKARTA 2007

KUALITAS PERSONAL DAN ELEKTABILITAS CALON PRESIDEN DI MATA PEMILIH

MEDIA MASSA DAN SENTIMEN TERHADAP PARTAI POLITIK MENJELANG PEMILU 2014

RASIONALITAS PILKADA DAN CALON INDEPENDEN UNTUK PILKADA DKI JAKARTA

AKUNTABILITAS POLITIK: EVALUASI PUBLIK ATAS PEMERINTAHAN. Temuan Survei Nasional

TREND ORIENTASI NILAI-NILAI POLITIK ISLAMIS VS NILAI-NILAI POLITIK SEKULER DAN KEKUATAN ISLAM POLITIK

KAMPANYE DAN PERILAKU PEMILIH DALAM PILKADA GUBERNUR DKI JAKARTA. Temuan Survei Juli 2007

EVALUASI 13 TAHUN REFORMASI DAN 18 BULAN PEMERINTAHAN SBY - BOEDIONO

KINERJA PEMERINTAHAN SBY-BOEDIONO SEBUAH EVALUASI PUBLIK

PRO-KONTRA PILKADA LANGSUNG. Temuan Survei: 25 Oktober 3 November 2014

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Kedaerahan dan Kebangsaan dalam Demokrasi Sebuah Perspektif Ekonomi-Politik. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 20 Maret 2007

ARAH BARU PERILAKU PEMILIH

KASUS BANK CENTURY DI MATA PUBLIK

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

EVALUASI PUBLIK TERHADAP DPR DAN KETUA DPR PILIHAN MASYARAKAT

Disabilitas. Website:

PROSPEK KEPEMIMPINAN NASIONAL EVALUASI PUBLIK TIGA TAHUN PRESIDEN

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

KEMUNGKINAN GOLPUT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DKI JAKARTA

Assalamu alaikum Wr. Wb.

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

BRR Gagal, Aceh Hilang dari Peta NKRI Evaluasi Publik Aceh dan Nias Setahun Pasca Tsunami

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

TERORISME, PESANTREN, DAN TOLERANSI AGAMA: PERSPEKTIF KAUM MUSLIM INDONESIA

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

REFLEKSI 17 TAHUN REFORMASI EVALUASI PUBLIK KINERJA INSTITUSI DEMOKRASI

EFEK CALON TERHADAP PEROLEHAN SUARA PARTAI MENJELANG PEMILU 2009

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini

KESEHATAN ANAK. Website:

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDONESIA Percentage below / above median

Tiga Tahun Partai Politik : Masalah Representasi Aspirasi Pemilih

KECENDERUNGAN SIKAP & PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014

INTERNET, APATISME, DAN ALIENASI POLITIK

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

EVALUASI PUBLIK TERHADAP KINERJA 6 BULAN PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN IV-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN I-2017

Survei Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 16 Maret 2005

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

KECENDERUNGAN SWING VOTER MENJELANG PEMILU LEGISLATIF 2009

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

LAPORAN SURVEI NASIONAL MEMBACA PETA DUKUNGAN & ELEKTABILITAS CAPRES-CAWAPRES 2014

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Konstitusionalitas dan Problematika Alokasi Kursi DPR RI Pemilu Indonesia

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

1. Perkembangan Indeks Demokrasi Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan 2016

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH TERHADAP POLITIK UANG

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

DUA TAHUN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI ACEH DAN NIAS PASCA-TSUNAMI : EVALUASI PUBLIK

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Refleksi dan Harapan Ekonomi-Politik Evaluasi Publik Nasional. Lembaga Survei Indonesia (LSI)

Transkripsi:

KOMUNALISME DAN POPULISME MASYARAKAT INDONESIA Temuan Survei 18-28 Juli 2009 Jalan Lembang Terusan No. D 57 Menteng, Jakarta 10340, Telp. (021) 3919582 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id

LATAR BELAKANG 1. Saat kampanye pemilihan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres), masyarakat disuguhi perdebatan antara kebijakan ekonomi neo-liberal dan ekonomi kerakyatan. Oleh banyak pihak, pengkutuban konsep ekonomi ke dalam dua istilah ini dipandang tidak tepat, karena sejak dulu pemerintah Indonesia tidak pernah menerapkan salah satu dari keduanya. Bahkan beberapa kalangan memandang neo-liberal sebagai istilah yang tidak jelas dalam ilmu ekonomi. Meskipun demikian, perdebatan ini menyiratkan sebuah dikotomi antara kebijakan yang berorientasi populis dan yang menekankan pasar. Lebih jauh lagi, keduanya merepresentasikan pandangan yang menekankan kepentingan komunal dan kebebaan individu. Oleh pesaingnya, rejim SBY dinilai mengutamakan pasar dan mengabaikan kepentingan masyarakat miskin. 2

LATAR BELAKANG 2. Beberapa waktu sebelumnya, masyarakat juga menyaksikan perseteruan keagamaan yang berpangkal pada dikotomi antara kebebasan beragama atau berkeyakinan dan keharusan mengikuti institusi agama yang mapan. Kasus yang paling menonjol adalah penyerangan terhadap jamaah Ahmadiyah dan penangkapan kelompok Eden, yang duaduanya dianggap sesat oleh otoritas agama Islam, yakni MUI. Tidak seperti dalam kebijakan ekonomi, pemerintah dipandang lebih membela institusi agama yang mapan dengan melarang Ahmadiyah sambil membawa kelompok Eden ke pengadilan. Dalam hal ini, rejim SBY dianggap mengabaikaan hak-hak individu untuk memilih keyakinan keagamaan yang dijamin dokumen hukum internasional. 3

LATAR BELAKANG 3. Sebenarnya perdebatan antara kepentingan individu dan kelompok sudah muncul jauh sebelum kejadian-kejadian ini mengemuka. Sejak Orde Lama masyarakat sudah terbiasa mendengar berbagai dikotomi yang diproyeksikan dari pertentangan antara kebebasan individu dan keharusan sosial. Namun demikian, pemerintah sebelumnya selalu menekankan pentingnya harmoni sosial dengan memberi tempat yang lebih tinggi pada tuntutan komunal. Kecenderungan ini tercermin dalam berbagai kebijakan, seperti negara kekeluargaan, ekonomi koperasi, atau musyawarah mufakat. Baik Orde Lama dan Orde Baru yang non-demokratis sama-sama menekankan pentingnya menjunjung kepentingan masyarakat banyak dibandingkan individu warga. 4

LATAR BELAKANG 4. Warisan rejim lama ini seharusnya mulai surut sejalan dengan perkembangan pendidikan, urbanisasi, industrialisasi dan terakhir demokratisasi. Khususnya di perkotaan, individu sudah seharusnya tidak lagi terbelenggu oleh tradisi serta institusi sosial dan keagamaan. Arus ini diperkirakan semakin kuat dengan munculnya demokrasi, dimana individu berkesempatan luas untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik. 5

LATAR BELAKANG 5. Melihat kuatnya arus perubahan yang terjadi selama 10 tahun belakangan, harapan untuk terjadinya pergeseran nilai-nilai masyarakat cukup beralasan. Sistem ekonomi kita sudah semakin terbuka, begitu juga sistem politik dan arus informasi lainnya. Meskipun demikian, aspirasi politik dan sosial untuk terus menekankan kepentingan komunal melaui semboyan-semboyan populis juga tidak bisa disepelekan. Dalam beberapa hal, rejim SBY sendiri juga mengadopsi kerangka pemikiran ini, seperti tercermin dalam kebijakan agama dan pendidikan, yakni pendidikan gratis. Untuk mengevaluasi sejauhmana sudah terjadi pergeseran dalam masyarakat terhadap orientasi nilai-nilai komunal dan individual, berikut temuan LSI: 6

METODOLOGI Survei opini publik nasional dengan populasi: semua penduduk Indonesia yang punya hak pilih. Sampel: Sampel asal sebanyak 1270 dipilih dengan teknik multistage random sampling. Sampel akhir yang yang dapat dianalisis, respond rate (berhasil diobservasi) sekitar: 1.265 responden (sangat baik). Dengan jumlah sampel ini, dengan memasukan faktor cluster dalam sampling design, margin of error sebesar +/ 2,8% pada tingkat kepercayaan 95%. Wawancara dilakukan tatap muka. Kontrol kualitas: 50% responden yang dipilih secara random dimonitor dan diverifikasi lewat telpon (setelah wawancara selesai, pewawancara lapor ke superviser untuk memastikan telah dilakukan wawancara dengan responden dimaksud); dan 20% secara random dilakukan spot check/didatangi kembali secara langsung oleh superviser. Waktu wawancara lapangan 18 28 Juli 2009.

Prosedur Multistage Random Sampling dalam pemilihan sampel Startifikasi 1 = populasi pemilih dikelompokan menurut provinsi dan masing-masing provinsi diberi kuota sesuai dengan total pemilih di masing-masing provinsi. Starifikasi 2: popuasi pemilih dikelompokan menurut jenis kelamin: 50% laki-laki, dan 50% perempuan. Startifikasi 3: populasi pemlih dikelompokan ke dalam kategori yang tinggal di pedesaan (desa, 60%) dan perkotaan (kelurahan, 40%).

Lanjutan Cluster 1: Di masing-masing provinsi ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing-masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki-laki, dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat prosentase pemilih 17%, dan di Gorontalo 1%, maka kalau di Jabar dipilih 17 desa/kelurahan maka di Gorontalo dipilih hanya 1 desa/kelurahan, dst. Cluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masing-masing RT akan dipilih secara random dua Keluarga.

Lanjutan Cluster 3: Di masing-masing RT terpilih, didaftar populasi keluarga, dan dipilih secara random 2 keluarga. Cluster 4: Di masing-masing keluarga terpilih, kemudian didaftar seluruh anggota keluarga yang punya hak pilih laki-laki atau perempuan, dan kemudian dipilih secara random siapa yang akan menjadi responden di antara mereka. Bila pada keluarga pertama yang dipilih adalah responden perempuan, maka pada keluarga berikutnya harus laki-laki.

Metodologi Survei Populasi desa/kelurahan tingkat Nasional Prop. 1 Ds 1 Ds n Prop. k Ds 1 Ds m Desa/kelurahan di tingkat Propinsi dipilih secara random dengan jumlah proporsional RT1 RT2 RT3. RT5 Di setiap desa/kelurahan dipilih sebanyak 5 RT dengan cara random KK1 KK2 Di masing-masing RT/Lingkungan dipilih secara random dua KK Laki-laki Perempuan Di KK terpilih dipilih secara random Satu orang yang punya hak pilih laki-laki/perempuan 11

VALIDASI SAMPEL 12

PROFIL DEMOGRAFI SAMPEL LSI DIBANDING POPULASI KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS JENIS KELAMIN AGAMA LAKI-LAKI 50.0 50.0 Islam 87.0 87.0 PEREMPUAN 50.0 50.0 Kristen 10.5 10.0 DESA-KOTA Lainnya 2.5 2.0 DESA 59.8 59.0 ETNIS KOTA 40.2 41.0 Jawa 43.4 41.6 Sunda 15.9 15.4 Melayu 5.4 3.4 Madura 3.2 3.4 Bugis 3.4 2.5 Betawi 1.9 2.5 Minang 2.7 2.7 Lainnya 23.6 28.5 13

PROFIL DEMOGRAFI SAMPEL LSI DIBANDING POPULASI KATEGORI SAMPEL BPS KATEGORI SAMPEL BPS PROPINSI PROPINSI NAD 1.7 1.9 BALI 1.5 1.5 SUMATERA UTARA 5.4 5.3 NTB 1.9 2.0 SUMATERA BARAT 1.9 2.1 NTT 1.6 2.0 RIAU 2.1 2.2 KALBAR 1.8 1.9 JAMBI 1.3 1.3 KALTENG 0.9 0.9 SUMATERA SELATAN 3.0 3.2 KALSEL 1.5 1.5 BENGKULU 0.7 0.8 KALTIM 1.4 1.4 LAMPUNG 3.1 3.4 SULUT 1.0 1.0 BANGKA BELITUNG 0.5 0.5 SULTENG 1.0 1.1 KEPULAUAN RIAU 0.7 0.6 SULSEL 3.3 3.5 DKI JAKARTA 4.4 3.5 SULTRA 0.9 0.9 JAWA BARAT 17.2 17.4 GORONTALO 0.4 0.4 JAWA TENGAH 15.0 15.2 SULBAR 0.4 0.5 DI YOGYAKARTA 1.6 1.6 MALUKU 0.6 0.6 JAWA TIMUR 17.0 16.7 MALUKU UTARA 0.4 0.4 BANTEN 4.1 4.1 PUPUA 1.2 0.9 IRJABAR 0.3 0.3 14

SIKAP KOMUNAL INDIVIDUAL 15

Pengukuran Untuk mengukur kecenderungan komunalisme-individualisme masyarakat, survei ini mengajukan dua pernyataan yang bersifat dikotomis. Responden diminta memberikan nilai berdasarkan skala 1 sampai 10 terhadap dua pernyataan tersebut. Nilai 1 menunjukkan keberpihakannya yang kuat terhadap salah satu pernyataan, dan nilai 10 menunjukkan keberpihakannya pada pernyataan yang berlawanan. Adapun nilai 5 menunjukkan sikap responden yang berada di antara dua ekstrim pertanyaan tersebut. 16

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL: NILAI AGAMA KEBEBASAN INDIVIDU 109. Ada dua kelompok di masyarakat. Kelompok pertama berpendapat bahwa nilai-nilai agama, moral dan tradisi harus diutamakan dan diperjuangkan dibanding kebebasan individu untuk memilih keyakinan masing-masing dan saling menghormati. Kelompok kedua berpendapat sebaliknya. Jika skala 10 artinya: Setuju Kebebasan Individu dan skala 1 artinya Nilai Agama harus diperjuangkan. Dari skala 1 10 berikut ini, di mana Ibu/Bapak meletakan posisi ibu/bapak sendiri: Nilai Agama Skor rata rata Kebebasan Individu 1 10 3.83 17

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL : RAMAH LINGKUNGAN - PERTUMBUHAN EKONOMI 110. Ada dua pendapat dalam masyarakat. Yang pertama menyatakan bahwa yang lebih penting adalah bagaimana agar ekonomi rakyat lebih baik meskipun terpaksa harus merusak lingkungan. Sebaliknya ada yang berpendapat bahwa pelestarian lingkungan lebih penting dari pada kemajuan ekonomi rakyat, dan karena itu tidak boleh merusak lingkungan dengan alasan memperbaiki kehidupan ekonomi. Jika skor makin mendekati 1 adalah semakin pro pelestarian lingkungan meskipun menghambat kemajuan ekonomi rakyat, dan mendekati skor 10 menunjukan makin pro dengan perbaikan ekonomi rakyat meskipun harus merusak lingkungan, di mana ibu/bapak kira-kira menilai sikap ibu/bapak sendiri dalam masalah tersebut: Ramah Lingkungan Skor rata rata Pertumbuhan Ekonomi 1 10 4.72 18

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL : Meningkatkan Pajak Mengurangi Pajak 111. Di masyarakat ada dua pendapat yang bertentangan. Yang pertama mengatakan Kita harus meningkatkan pelayanan kepentingan masyarakat umum meski dengan menaikkan pajak dari masyarakat. Pendapat sebaliknya mengatakan: Kita harus mengurangi pajak meski dengan resiko pelayanan bagi kepentingan masyarakat umum kurang baik. Jika angka 1 menunjukan semakin setuju dengan perbaikan pelayanan kepentingan umum meskipun harus menaikan pajak masyarakat, dan 10 menunjukan semakin setuju dengan mengurangi pembayaran pajak dari masyarakat meskipun pelayanan kepentingan masyarakat umum menjadi kurang baik. Di mana posisi Ibu/Bapak dalam dua pandangan yang bertentangan tersebut? Meningkatkan pajak untuk memperbaiki pelayanan masyarakat umum Skor rata rata 4.19 Mengurangi pajak meski harus mengurangi pelayanan masyarakat umum 1 10 19

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL : Pemerataan Pendapatan Bekerja lebih keras lebih banyak pendapatan 112. Di masyarakat ada dua kelompok yang berbeda pendapat. Yang pertama menekankan lebih pentingnya pemerataan pendapatan secara seimbang di antara warga. Kelompok kedua berpendapat, siapa yang bekerja keras maka ia harus menjadi lebih banyak pendapatannya. Bila angka 1 menunjukan semakin cenderung pada pendapat yang pertama, dan angka 10 cenderung pada pendapat kedua, maka di mana ibu/bapak meletakan sikap ibu/bapak sendiri? Pemerataan pendapatan Skor rata rata 6.22 Yang bekerja lebih keras harus lebih banyak pendapatannya 1 10 20

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL : Hukum dan keteraturan Kebebasan Sipil 113. Ada dua pendapat dalam masyarakat. Yang pertama lebih menekankan ketertiban dan penegakan hukum. Yang kedua lebih menekankan pentingnya kekebasan individu warga. Angka 1 menunjukan semakin pro dengan pendapat pertama, dan angka 10 menunjukan semakin pro dengan pendapat kedua. Di mana ibu/bapak meletakan sikap ibu/bapak sendiri dalam masalah ini? Setuju hukum & Keteraturan Skor rata rata 3.30 Setuju Kebebasan Sipil 1 10 21

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL : Negara tetap memiliki perusahaan Menjual perusahaan Negara Kepada Rakyat 114. Ada dua pendapat dalam masyarakat. Yang pertama berpendapat sebaiknya negara kita menjual perusahaan-perusahaan milik negara kepada masyarakat. Yang kedua sebaliknya agar negara tetap memiliki perusahaan-perusahaan negara tersebut. Angka 10 menunjukan semakin pro dengan pendapat pertama, dan angka 1 menunjukan semakin pro dengan pendapat kedua. Di mana ibu/bapak meletakan sikap ibu/bapak sendiri dalam masalah ini? Negara tetap Memiliki perusahaan 1 Skor rata rata 3.42 Menjual perusahaan negara kepada masyarakat 10 22

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL : Hindari Persaingan Harus bersaing 115. Ada dua pendapat di masyarakat. Pendapat pertama menyatakan Kita harus kerja keras dan saling bersaing sesama teman sekalipun sehingga maju. Pendapat kedua, kita hindari persaingan antar teman kerja kita sehingga hubungan menjadi baik. Angka 10 menunjukan semakin pro dengan pendapat pertama, dan angka 1 menunjukan semakin pro dengan pendapat kedua. Di mana ibu/bapak meletakan sikap ibu/bapak sendiri dalam masalah ini? Hindari Persaingan Skor rata rata 5.18 Harus Bersaing 1 10 23

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL : Kepentingan Umum Kepentingan Pribadi 117. Ada dua pendapat di masyarakat. Pendapat pertama menyatakan Setiap orang harus mendahulukan kepentingan masyarakat umum daripada kepentingan pribadinya. Pendapat kedua menyatakan sebaliknya, setiap orang bebas menentukan yang terbaik bagi dirinya. Angka 1 menunjukan semakin pro dengan pendapat pertama, dan angka 10 menunjukan semakin pro dengan pendapat kedua. Di mana ibu/bapak meletakan sikap ibu/bapak sendiri dalam masalah ini? Kepentingan Umum Skor rata rata 3.30 Kepentingan Pribadi 1 10 24

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL : Masy. Diarahkan Negara Negara Melayani Masy. 119. Ada dua pendapat di masyarakat. Pendapat pertama menyatakan Masyarakat seperti anak kecil yang harus diarahkan oleh negara. Pendapat kedua menyatakan negara adalah pelayan masyarakat, dan masyarakat yang mengontrol pemerintah. Angka 1 menunjukan semakin pro dengan pendapat pertama, dan angka 10 menunjukan semakin pro dengan pendapat kedua. Di mana ibu/bapak meletakan sikap ibu/bapak sendiri dalam masalah ini? Masyarakat diarahkan negara 1 Skor rata rata 7.66 Negara melayani masyarakat 10 25

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL : Konflik harus dihindari Konflik biasa dalam masyarakat 120. Ada dua pendapat di masyarakat. Pendapat pertama menyatakan Konflik atau pertentangan harus semaksimal mungkin dihindari. Pendapat kedua menyatakan konflik atau pertentangan adalah sesuatu yang biasa dalam masyarakat. Angka 1 menunjukan semakin pro dengan pendapat pertama, dan angka 10 menunjukan semakin pro dengan pendapat kedua. Di mana ibu/bapak meletakan sikap ibu/bapak sendiri dalam masalah ini? Konflik harus dihindari 1 Skor rata rata 3.11 Konflik biasa dalam masyarakat 10 26

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL: Ringkasan Nilai agama kebebasan individu Ramah lingkungan - Pertumbuhan ekonomi Meningkatkan Pajak Mengurangi Pajak Pemerataan Pendapatan Bekerja lebih keras lebih banyak pendapatan Hukum dan keteraturan Kebebasan Sipil Negara tetap memiliki perusahaan Menjual perusahaan Negara Kepada Rakyat Hindari Persaingan Harus bersaing Kepentingan Umum Kepentingan Pribadi Masy. Diarahkan Negara Negara Melayani Masy. Konflik harus dihindari Konflik biasa dalam masyarakat GENDER Laki-laki 3.9 4.8 4.1 6.1 3.3 3.5 5.5 3.1 7.7 3.1 Perempuan 3.8 4.6 4.3 6.4 3.3 3.4 4.8 3.5 7.6 3.2 DESA-KOTA Pedesaan 3.8 4.7 4.3 6.0 3.3 3.5 4.9 3.2 7.8 3.1 Perkotaan 3.9 4.7 4.1 6.6 3.2 3.2 5.6 3.4 7.4 3.2 USIA <=19 tahun 4.2 4.4 3.6 6.2 3.8 3.3 5.2 2.9 7.7 3.5 20-29 tahun 4.1 4.8 3.8 6.2 3.3 3.2 5.1 3.4 7.5 3.3 30-39 tahun 3.8 4.7 4.3 6.3 3.3 3.5 5.3 3.2 7.6 3.1 40-49 tahun 3.7 4.9 4.4 6.2 3.3 3.4 5.1 3.5 7.8 3.1 >= 50 tahun 3.7 4.6 4.2 6.3 3.2 3.6 5.2 3.2 7.7 2.9 PENDIDIKAN <=SD 3.7 4.9 4.6 6.1 3.4 3.4 4.5 3.6 7.8 3.0 SLTP 3.6 4.5 4.0 6.4 3.3 3.5 5.2 3.2 7.4 3.2 SLTA 4.1 4.7 3.7 6.1 3.3 3.2 5.9 2.9 7.6 3.2 Kuliah 4.5 4.5 3.7 6.5 3.2 3.6 6.8 2.8 7.9 3.2 27

SIKAP KOMUNAL-INDIVIDUAL: Ringkasan Nilai agama kebebasan individu Ramah lingkungan - Pertumbuhan ekonomi Meningkatkan Pajak Mengurangi Pajak Pemerataan Pendapatan Bekerja lebih keras lebih banyak pendapatan Hukum dan keteraturan Kebebasan Sipil Negara tetap memiliki perusahaan Menjual perusahaan Negara Kepada Hindari Persaingan Harus bersaing Kepentingan Umum Kepentingan Pribadi Masy. Diarahkan Negara Negara Melayani Masy. Konflik harus dihindari Konflik biasa dalam masyarakat PENDAPATAN < Rp. 400.000 3.7 4.9 4.6 6.1 3.5 3.7 4.3 3.6 7.8 3.3 Rp. 400.000 - < 1 Jt 3.8 4.7 4.3 6.0 3.4 3.4 5.2 3.3 7.6 3.2 >= Rp. 1 Jt 3.9 4.6 3.7 6.6 3.1 3.2 5.9 3.1 7.6 2.9 AGAMA Islam 3.7 4.8 4.2 6.3 3.3 3.4 5.1 3.4 7.6 3.1 Non Islam 4.6 4.0 4.0 5.9 3.1 3.7 5.5 2.9 7.8 2.9 WILAYAH SUMATERA 3.5 4.2 4.1 6.1 3.0 3.6 5.4 3.1 7.4 2.6 DKI+BANTEN 4.4 4.7 3.8 6.3 3.6 3.5 5.0 3.2 8.2 3.4 JABAR 3.2 5.0 4.8 6.7 3.4 3.3 5.5 4.0 7.9 3.3 JATENG+DIY 4.7 4.9 4.3 6.0 3.4 3.6 5.4 3.4 7.1 3.5 JATIM+BALI 3.6 4.8 4.1 5.8 3.1 2.9 4.9 3.1 7.8 3.2 SULAWESI 3.9 4.7 3.9 7.0 3.3 3.2 4.6 2.7 7.9 3.2 KALIMANTAN 3.7 4.4 2.8 7.0 3.2 3.3 5.1 2.7 7.9 2.3 LAINNYA 4.3 5.5 4.4 5.7 4.1 4.4 4.7 3.3 7.5 3.4 28

TEMUAN Sikap komunal yang ditandai oleh kuatnya komitmen terhadap institusi sosial cukup merata dipegang masyarakat. Faktor jenis kelamin, pendidikan, usia, dan pendapatan hampir-hampir tidak berpengaruh. Kalaupun terjadi perbedaan dalam variasi faktor demografis, nilainya sangat kecil dan di bawah angka 1 dari rentang 10. Satu pengecualian terjadi pada faktor pendidikan dan pendapatan. Mereka yang berpendidikan rendah dan yang berpendapatan rendah cenderung untuk menghindari persaingan. Perbedaan sikap mereka dari kalangan yang berpendidikan dan berpendapatan tinggi cukup besar, yakni 1.3 dan 1.6. 29

TEMUAN (Lanjutan ) Ketika kepentingan individu dibenturkan dengan kepentingan masyarakat, negara dan agama, hampir bisa dipastikan responden memilih untuk menomorduakan kepentingan individu. Hal ini tampak jelas dalam sikap mereka yang cenderung memilih tunduk pada tradisi agama, mementingkan keteraturan sosial, menjunjung kepentingan umum dan menghindari konflik dalam masyarakat. Sehubungan dengan ini, responden juga lebih suka kalau negara tetap mempertahankan kepemilikannya dalam berbagai perusahaan dibanding harus melakukan swastanisasi. 30

TEMUAN (Lanjutan ) Responden cenderung bersikap progresif hanya dalam kasus-kasus yang melibatkan kepentingan antarindividu dan bukan kepentingan institusi sosial lain. Dalam konteks ini, mereka cukup bisa menerima jika individu yang bekerja lebih keras mendapat penghargaan lebih, atau keharusan munculnya persaingan pada tingkat individu. 31