LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN. PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

Laporan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA CIREBON

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

LAMPIRAN I DOKUMEN PEMUTAKHIRAN SSK KABUPATEN TANAH DATAR 2015

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN KOTA PADANG PANJANG

LAPORAN STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN WAY KANAN

LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI... 1 DAFTAR SINGKATAN DAFTAR TABEL... 2 DAFTAR GRAFIK... 6 DAFTAR FOTO

TAR BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 15 TAHUN 2013

BAB 3 HASIL STUDI EHRA TAHUN 2013 KABUPATEN MOJOKERTO 3.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Toraja Utara RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

adalah pembersihan data (data cleaning). Pembersihan data perlu dilakukan sebelum data di analisis. Pembersihan data yang dimaksud adalah mencakup

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG TAHUN 2015

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

LAPORAN STUDI EHRA BANJARBARU

KATA PENGANTAR. Bantaeng, 7 Desember 2016 Pokja AMPL/Sanitasi Kabupaten Bantaeng Ketua, ABDUL WAHAB, SE, M.Si Sekretaris Daerah

KATA PENGANTAR. Cimahi, 2015 Ketua Pokja AMPL Kota Cimahi (...)

DINAS PEKERJAAN UMUM PEJABAT PENGADAAN BIDANG PSDA Jln. Sultan Alam Bagarsyah Telp Batusangkar (27281)

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Wr. Wb.

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA BONTANG

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

LAPORAN STUDI EHRA (ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT)

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

3.1. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/RESPONDEN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KOTA TERNATE TAHUN 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

KATA PENGANTAR. Bontang, November 2011 TIM STUDI EHRA KOTA BONTANG. Laporan Studi EHRA Kota Bontang

Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Pohuwato.

KATA PENGANTAR LAPORAN STUDI EHRA KABUPATEN BANGGAI 2014

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment)

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

( ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESMENT ) KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

BAB 4 PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN TAPIN

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

1.2 Maksud. 1.3 Tujuan dan Manfaat. 1.4 Pelaksana Studi EHRA

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan mobilitas penduduk semakin pesat serta lingkungan dan

Profil Sanitasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN STUDI EHRA (Environmental Health Risk Assessment) KABUPATEN POSO PROVINSI SULAWESI TENGAH

ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SUMENEP

Laporan Pelaksanaan dan Hasil STUDI EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN LUWU

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB. V Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Kabupaten Jembrana

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI KABUPATEN PAMEKASAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten/kota karena:

BAB V Area Beresiko Sanitasi

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS KESEHATAN Jalan Jemursari No. 197 SURABAYA 60243

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Alamat Kabupaten/Kota

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

5.1. Area Beresiko Sanitasi

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM Tirta Alami Jln Jend.Sudirman Kubu Rajo Batusangkar No. 120 Telp (0752) Fax

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III PROFIL SANITASI KOTA BIMA

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 HALAMAN PENGESAHAN... II PERNYATAAN... III ABSTRACT... IV INTISARI... V KATA PENGANTAR... VI DAFTAR ISI...

DINAS PEKERJAAN UMUM PEJABAT PENGADAAN BIDANG PSDA Jln. Sultan Alam Bagarsyah Telp Batusangkar (27281)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

LAMPIRAN I HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO

LAPORAN STUDY EHRA KOTA GORONTALO. BULAN MEI 06-May-2013 KOTA GORONTALO ENVIROMENTAL HEALTH RISK ASSISMENT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

Pasir Pengaraian, Mei Bupati Rokan Hulu. H. Achmad, M.Si

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

BAB III Profil Sanitasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

No. Kriteria Ya Tidak Keterangan 1 Terdapat kloset didalam atau diluar. Kloset bisa rumah.

RINCIAN BELANJA LANGSUNG PER PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2014 PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

HOTEL RESORT DI KAWASAN WISATA ISTANO BASA PAGARUYUNG

PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN DI PULAU LUMU-LUMU KOTA MAKASSAR. Environmental Health Risk Assessment in Lumu-Lumu Island Makassar

Transkripsi:

LAPORAN PENILAIAN RESIKO KESEHATAN LINGKUNGAN/ EHRA (Environmental Health Risk KABUPATEN TANAH DATAR 1

DAFTAR ISI 1. PENGANTAR 2 2. CATATAN METODOLOGI. 3 3. KARAKTERISTIK RUMAH / RESPONDEN. 4 4. SUMBER AIR MINUM. 5. 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS). 6 6. SAMPAH RUMAH TANGGA. 8 7. JAMBAN DAN PEMBUANGAN AKHIR. 11 8. SALURAN AIR (DRAINASE LINGKUNGAN)... 14 9. GRAFIK INDEKS RESIKO SANITASI TOTAL.. 17 10. PETA RESIKO SANITASI KABUPATEN.. 21 11. TABEL RESIKO SANITASI PER KECAMATAN. 22 2

1 PENGANTAR EHRA (Environmental Health Risk atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah studi yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku-perilaku yang memiliki risiko pada kesehatan warga. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup, sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban, dan Drainase lingkungan. Sementara, perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi, antara lain, cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak, dan pemilahan sampah rumah tangga. Data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan dokumen Sanitasi Kabupaten TANAH DATAR yang kemudian akan dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. Selain itu, data pun dapat dimanfaatkan sebagai benchmark pencapaian pembangunan sanitasi ke depan, baik di tingkat Kabupaten sampai di tingkat Nagari. Pelaksanaan studi EHRA banyak melibatkan kelompok perempuan. Untuk pengumpulan data, EHRA berkolaborasi (secara fungsional) dengan Kader-Kader di tingkat Nagari. Kolaborasi dengan Kader Nagari dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, yakni : 1. memiliki akses yang lebih leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh Kepala Kampung dan warga penghuni rumah. Pertimbangan ini terkait erat dengan karakteristik responden, yakni Ibu berusia antara 20-65 tahun dan juga pertanyaanpertanyaan di dalam kuesioner yang banyak mengandung hal-hal yang dalam norma masyarakat dinilai sangat privat dan sensitif, seperti tempat dan perilaku BAB 2. Kader-Kader Nagari umumnya memahami wilayah Nagari sehingga mempermudah mencari rumah yang terpilih secara acak. Perempuan atau ibu dipilih sebagai responden karena mereka adalah kelompok warga yang paling memahami kondisi lingkungan di rumahnya EHRA di Kabupaten Tanah Datar yang kegiatan dimulai Juni s/d Agustus. Dimulai dengan pelatihan Enumerator dilaksanakan pada 1 9 Juni dilanjutkan dengan pelatihan Entri data EHRA yang dilaksanakan pada 10-12 Juni, analisis Data dilakukan di akhir Agustus. Seluruh kegiatan EHRA dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar. 3

2 CATATAN METODOLOGI EHRA adalah studi yang relatif pendek (sekitar 2-3 bulan) yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA Kabupaten Tanah Datar adalah Kader Nagari yang dipilih secara kolaboratif oleh Puskesmas-Puskesmas yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Sebelum turun ke lapangan, para kader diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator- indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Studi EHRA mencakup 14 Kecamatan, yakni Kecamatan Lima Kaum, Sungai Tarab, Rambatan, Tanjung Emas, Lintau Buo Utara, Lintau Buo, Batipuh, Batipuh Selatan, Padang Ganting, X Koto, Salimpaung, Tanjung Baru, Pariangan dan Sungayang. 75 Nagari yang ada di Kabupaten Tanah Datar disurvey dengan cara seluruh jorong dilibatkan dan diambil 8% Penduduk setiap jorongnya untuk studi EHRA, Kabupaten Tanah Datar memiliki 14 kecamatan 75 Nagari dan 395 Jorong, Jumlah responden 7.484 KK yang direncanakan dan finalnya menjadi 7500 KK. Yang menjadi unit analisis dalam EHRA adalah rumah tangga. Sementara, yang menjadi unit respon adalah ibu rumah tangga. Ibu dipilih dengan asumsi bahwa mereka relatif lebih memahami kondisi lingkungan berkaitan dengan isu sanitasi serta mereka relatif lebih mudah ditemui dibandingkan bapak-bapak. Ibu dalam EHRA didefinisikan sebagai perempuan berusia 20-65 tahun yang telah atau pernah menikah. Untuk memilih Ibu di setiap rumah, enumerator menggunakan matriks prioritas yang mengurutkan prioritas Ibu di dalam rumah. Prioritas ditentukan oleh status Ibu yang dikaitkan dengan kepala rumah tangga. Bila dalam prioritas tertinggi ada dua atau lebih Ibu, maka usia menjadi penentunya. Pelaksanaan entri data dilaksanakan oleh Sanitarian Puskesmas yang jumlahnya 23 Puskesmas yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Sebelum melakukan entri data, tim data entri terlebih dahulu mengikuti pelatihan singkat data entry EHRA yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan dan Fasilitator Kabupaten, Selama pelatihan itu tim data entri dikenalkan pada perangkat lunak yang digunakan serta langkah-langkah untuk uji konsistensi. Untuk quality control, tim spot mendatangi 20% rumah yang telah disurvai. Tim spot check adalah Suvervisor Puskesmas secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benar-benar terjadi dengan standar yang ditentukan. Quality control juga dilakukan di tahap data entri. Hasil entri di-re-check kembali oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Datar. diambil 5% entri kuesioner diperiksa kembali. 4

3 KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA/ RESPONDEN Variabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan dan juga ketersediaan kamar yang disewakan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga kuat memiliki rasa memiliki (sense of ownership) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikinya sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi. Secara mendasar, perbedaan-perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda. Grafik III-1 Usia Responden Survey EHRA Kabupaten Tanah Datar Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar Dari sisi aspek usia, kebanyakan adalah Ibu-ibu yang berusia > 45 tahun, yakni sekitar 38,4% dari total responden. Sekitar 16,5% berada di usia 41 45 tahun, Sementara mereka yang berada di rentang 36 40 tahun mencakup sekitar 17%, Untuk 31 35 tahun jumlah responden sebanyak 14,6%. Sebanyak 9,4% berada pada rentang umur 26 30 tahun, sedang antara umur 21 25 tahun sebanyak 3,7%. Proporsi yang paling kecil adalah yang berusia paling muda, yakni 20 tahun. Proporsi mereka hanya mencakup sekitar 0,5% dari total responden yang terpilih. 5

Studi EHRA juga mengidentifikasi keberadaan balita di sebuah rumah tangga. Keberadaan balita menjadi penting sebab dibandingkan kelompok lain, balita adalah segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang terkait dengan sanitasi. Diare, misalnya, adalah pembunuh balita nomor dua di Indonesia setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dengan korban sekitar 40.000 balita per tahun. Karena itu, sebaran balita dapat memberi gambaran tentang kerentanan wilayah tertentu. Terkait dengan status rumah yang ditempati responden, survai EHRA menjumpai mayoritas atau sekitar 52,5% dari total populasi menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah yang dimiliki sendiri, Sekitar 0,5% yang melaporkan rumahnya adalah rumah dinas, 1,9% adalah berbagi dengan keluarga lain, sedang untuk sewa sebesar 1,7%. lalu 3,1% menyatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah kontrakan. dan 37,9% masih menempati rumah milik orang tua, serta lainnya sebesar 2,4%. Grafik III- 3 Status kepemilikan rumah yang saat ini Ibu tempati Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar 4 SUMBER AIR MINUM Bab ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum bagi rumah tangga di Kabupaten Tanah Datar. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni : 1) jenis sumber air minum yang digunakan rumah tangga 2) kelangkaan air yang dialami rumah tangga dari sumber 6

Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi dan mata air terlindungi. Di lain pihak, terdapat sumber- sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai dan waduk. Hasil Survey EHRA terlihat bahwa sebagian besar responden mendapatkan air bersih untuk minum dari Air isi ulang dengan rincian 21,3%, sumur gali terlindungi sebanyak 21,2%, ledeng PDAM 19,7%, Mata air terlindungi 16,4%, Mata air tidak terlindungi sebanyak 9,2% sisanya dari sumber lainnya seperti terlihat pada tabel dibawah ini Grafik IV-I Akses Terhadap Air minum pada Lokasi EHRA di Kabupaten Tanah Datar Tahun Sumber : EHRA Kab. Kabupaten Tanah Datar Kelangkaan air di Kabupaten Tanah Datar 76,4% mengatakan tidak pernah ini disebabkan warga sudah punya sumur gali baik yang terlindungi maupun yang tidak terlindungi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pada grafik IV-2 tentang kelangkaan air di Kabupaten Tanah Datar menurut EHRA, yang menjawab tidak pernah 76,4%, Beberapa jam saja 5,4%, satu sampai beberapa hari 6,8%, seminggu 2%, lebih dari seminggu 6,6% dan tidak tahu 2,9%. 7

Sumber : EHRA Kab. Kabupaten Tanah Datar 5 PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) Gejala diare seringkali dipandang sepele. Di beberapa daerah, balita yang terkena diare malah dipandang positif. Katanya, diare adalah tanda akan berkembangnya anak, seperti akan segera bisa berjalan, bertambah tinggi badan, atau tumbuhnya gigi baru di rahangnya. Meski tidak dijumpai istilah khusus, sejumlah kelompok masyarakat pun mempercayai hal-hal semacam itu (Laporan ESP Formative Research, 2007). Sekitar 40.000 anak Indonesia meninggal setiap tahun akibat diare (Unicef, 2002; dikutip dari facts sheet ISSDP, 2006). Bukan hanya itu, diare juga ikut menyumbang pada angka kematian balita yang disebabkan faktor gizi buruk. Dalam studi global disimpulkan bahwa dari 3,6 juta kematian akibat gizi buruk, sekitar 23% ternyata disebabkan oleh diare (Fishman, dkk., 2004). Diare sebetulnya dapat dicegah dengan cara yang mudah. Sekitar 42-47% risiko terkena diare dapat dicegah bila orang dewasa, khususnya pengasuh anak mencuci tangan pakai sabun pada waktuwaktu yang tepat. Bila dikonversikan, sekitar 1 juta anak dapat diselamatkan hanya dengan mencuci tangan pakai sabun (Curtis & Cairncross, 2003). Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah prevensi cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. 8

Hasil Survey EHRA memperlihatkan bahwa kebiasaan masyarakat Kabupaten Tanah Datar pada umumnya belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting pada keluarga. Pada Grafik berikut terlihat hanya 1,0 % saja yang melakukan praktek cuci tangan pakai sabun. Grafik V-1 Praktek CTPS Pada keluarga Berdasarkan Survey EHRA Kabupaten Tanah Datar Tahun Sumber EHRA Kabupaten Tanah Datar Pada keluarga yang memiliki balita hendaknya melakukan praktek cuci tangan pakai sabun setidaknya di lima waktu utama antara lain : 1. Setelah menceboki anak 2. Setelah BAB 3. Sebelum Makan 4. Sebelum menyiapkan masakan 5. Sebelum menyuapi anak Berdasarkan Survey EHRA kebiasaan mencuci tangan pakai sabun pada keluarga yang mempunyai balita belum membudaya, umumnya Hanya 12,7% yang melakukan setelah menceboki anak, yang melakukan setelah BAB 42,3%, sebelum makan 37,9%, sebelum menyiapkan makanan 14,3%, sebelum menyuapi anak/bayi 4,1%. Seperti terlihat pada grafik dibawah ini : 9

Sumber EHRA Kabupaten Tanah Datar 6 SAMPAH RUMAH TANGGA EHRA mempelajari sejumlah aspek terkait dengan masalah penanganan sampah, yakni: 1. cara pembuangan sampah yang utama 2. frekuensi & pendapat tentang ketepatan pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah 3. praktik pemilahan sampah 4. penggunaan wadah sampah sementara di rumah. Cara utama pembuangan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasi melalui jawaban verbal yang disampaikan responden. Dalam kuesioner tersedia 22 (duapuluh dua) opsi jawaban. Duapuluh dua opsi itu dapat dikategorikan dalam 4 (empat) kelompok besar, yakni 1) Dikumpulkan di rumah lalu diangkut keluar oleh pihak lain, 2) Dikumpulkan di luar rumah/ di tempat bersama lalu diangkut oleh pihak lain, 3) Dibuang di halaman/ pekarangan rumah, dan 4) Dibuang ke luar halaman/ pekarangan rumah. Di antara empat kelompok itu, cara-cara yang berada di bawah kategori 1 dan 2 atau yang mendapat layanan pengangkutan merupakan cara- cara yang memiliki risiko kesehatan paling rendah. Beberapa literatur menyebutkan bahwa cara pembuangan sampah di lobang sampah khusus, baik di halaman atau di luar rumah, merupakan cara yang aman pula. Namun, dalam konteks wilayah Kabupaten, 10

di mana kebanyakan rumah tangga memiliki keterbatasan dalam hal lahan, penerapan cara-cara itu dinilai dapat mendatangkan risiko kesehatan yang cukup besar. Dari sisi layanan pengangkutan, EHRA melihat aspek frekuensi atau kekerapan dan ketepatan waktu dalam pengangkutan. Meskipun sebuah rumah tangga menerima pelayanan, risiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lebih lama dari satu minggu sekali. Sementara, ketepatan pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan/ kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku. Di banyak Kabupaten di Indonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat Kabupaten, banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan/ pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Dengan latar belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan yang tertuju pada kegiatan-kegiatan pengomposan. kebiasaan membuang sampah masyarakat di Kabupaten Tanah Datar juga masih menimbulkan pencemaran tanah dan air. Rata-rata masyarakat membuang sampah di halaman, kali/sungai kecil, di lubang sampah tetapi tidak melakukan pengolahan selanjutnya. Kebiasaan masyarakat membuang sampah dapat dilihat selengkapnya pada grafik berikut: Grafik VI-1 Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah Survey EHRA di Kabupaten Tanah Datar Tahun Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar 11

Dari hasil survey EHRA diatas sebagian besar masyarakat di Kabupaten Tanah Datar membuang sampah dengan cara di bakar yaitu sebanyak 70,1 %, kemudian yang dibuang ke sungai sebanyak 12,1% dan yang dibuang ke lahan kosong sebanyak 9,6%. Pembuangan sampah yang dibuang ke TPS sebesar 4,9% Selanjutnya yang dibuang dan dikubur dilobang sebanyak 0,5 %, sedangkan yang dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditimbun sebanyak 1,9 %. ini menunjukkan pelayanan sampah di Kabupaten Tanah Datar belum maksimal dikarenakan daerah yang luas dan tingkat kesadaran warga yang memilih dengan cara dibakar lebih efektif dibandingkan harus jalan terlebih dahulu ke TPS terdekat. Grafik VI-2 Penanganan sampah oleh Pemerintah Daerah Berdasarkan Survey EHRA di Kabupaten Tanah Datar Tahun Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar Dari diagram diatas dapat dilihat berapa sering petugas sampah datang dan yang paling banyak menjawab tidak tahu 40% dikarenakan layanan sampah untuk saat ini masih melayani pasar di kota Batusangkar dan beberapa Pasar di Kecamatankecamatan yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar, yang menjawab tiap hari 20% itu yang tinggal di daerah sekitar kota Batusangkar, adapun yang menjawab sekali dalam saminggu itu daerah pasar-pasar kecamatan yang ada dikabupaten Tanah Datar. 7 JAMBAN DAN PEMBUANGAN AKHIR Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang 12

mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan, dan kondisinya. Berdasarkan hasil Study EHRA jumlah keluarga yang Buang Air Besar di Jamban Pribadi 68,6%, MCK/WC umum 10,9%, WC helicopter 15,8%, ke sungai 5,4%, selokan 1,5%, lubang galian 1,0%, lainnya dan yang menjawab tidak tahu 1%. Hasil lengkap tempat BAB di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada grafik VII-1 Grafik VII-1 : Tempat BAB Kabupaten Tanah Datar di Lokasi Survey EHRA Tahun Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar sementara tempat penyaluran akhir Tinja di Kabupaten Tanah Datar yang ke Tanki Septick sebesar 7,3%, Yang Cubluk 49,5%, langsung ke drainase 1,3%, yang langsung membuang ke sungai 3,0%, ke sawah/kolam 7,2% tempat Penyalurannya di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada grafik VII-2 dan grafik VII-3 berikut 13

Grafik VII-1 : Tempat BAB Kabupaten Tanah Datar di Lokasi Survey EHRA Tahun Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar Secara umum kondisi keluarga yang menggunakan tanki septick berdasarkan Survey EHRA sebesar 7,3% tetapi dari 7,3% hanya 21% yang tergolong suspec aman, berarti yang benar-benar aman sebesar 1,5% saja, sisa pengurangan masuk kategori cubluk. Grafik VII. 2 Tangki Septic Suspeck aman dan tidak aman di Kabupaten Tanah Datar pada lokasi Survey EHRA Tahun Sumber EHRA Kabupaten Tanah Datar Kriteria suspek aman adalah sebagai berikut: 1. Dibangun kurang dari lima tahun lalu 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras/ dikosongkan kurang dari lima tahun lalu 14

Kriteria suspek tidak aman adalah sebagai berikut: 1. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan tidak pernah dikuras 2. Dibangun lebih dari lima tahun lalu dan pernah dikuras lebih dari lima tahun lalu Grafik VII.3 Kondisi Tangki Septik di Kabupaten Tanah Datar EHRA Tahun Sumber EHRA Kabupaten Tanah Datar Pada grafik diatas dapat dilihat tanki septick terbangun 0-12 bulan sebesar 5,0%, 1-5 tahun 23,3%, yang dibangun 5-10 tahun 27,8%, lebih sepuluh tahun 35,9%, tidak tahu 8%. Grafik VII-15 Praktek Pembuangan Isi Tangki Septik di Kabupaten Tanah Datar Tahun Sumber EHRA Kabupaten Tanah Datar Tabel diatas menganalisa Praktek pengosongan Tanki septic yang menggunakan 15

layanan Sedot tinja 20,3%, membayar tukang 4,1%, dikosongkan sendiri 5,4% serta yang menjawab tidak tahu sebesar 70,2% 8 Saluran Air (Drainase) Bagian ini menyediakan informasi mengenai kondisi saluran air rumah tangga di Kabupaten Tanah Datar. Saluran air merupakan salah satu objek yang diperhatikan EHRA karena saluran yang tidak memadai berisiko memunculkan berbagai penyakit, termasuk polio yang sempat merebak kembali di satu Kabupaten di Indonesia beberapa tahun lalu. EHRA mengamati keberadaan saluran air di sekitar rumah terpilih. Saluran yang dimaksud adalah saluran yang digunakan untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga (grey water), seperti air dapur (bekas cuci piring/ bahan makanan), air cuci pakaian maupun air bekas mandi. Seperti kebanyakan terjadi di Kabupaten - Kabupaten di Indonesia, saluran grey water dapat pula berfungsi menjadi saluran bagi pengaliran air hujan (drainage). Bila suatu rumah didapati memiliki saluran, akan mengamati lebih dekat apakah air di saluran itu mengalir, warna airnya, dan melihat apakah terdapat tumpukan sampah di dalam saluran air itu. Saluran yang memadai ditandai dengan aliran airnya yang lancar atau tidak ada air, warna airnya yang cenderung bening atau bersih, dan tidak adanya tumpukan sampah di dalamnya. Sementara itu berdasarkan hasil survey EHRA menyebutkan bahwa sebanyak 76,9% masyarakat Kabupaten Tanah Datar memiliki SPAL dan 23,1 % tidak memiliki SPAL. Grafik VIII-1 Keluarga yang memiliki SPAL di Kabupaten TANAH DATAR Berdasarkan Survey EHRA Tahun Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar 16

8.1 KEJADIAN BANJIR Untuk kejadian banjir sebanyak 94,9 % tidak pernah mengalami, 0,2% mengalami setahun sekali, 0,4% mengalami beberapa kali dalam setahun, 0,1% mengalami beberapa kali dalam sebulan, dan 4.3% tidak mengetahui. Grafik VIII-2 Kejadian Banjir di Kabupaten Tanah Datar Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar Grafik VIII-4 Lamanya Genangan dan ketinggian air disekitar Lingkungan Rumah Berdasarkan Survey EHRA di Kabupaten Tanah Datar Tahun Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar 17

Dari chart diatas lama genangan diwilayah terkena banjir di Kabupaten Tanah Datar kurang dari 1 jam 15,4%, antara 1 3 jam 25,6%, setengah hari 17,9%, satu hari 28,2%, lebih satu hari 5,1%, selebihnya 7,7% menjawab tidak mengetahui kejadian banjir. Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar Dari chart diatas diketahui ketinggian banjir yang pernah terjadi di Kabupaten Tanah Datar setumit orang dewasa 71,8%, setengah lutut orang dewasa 5,4%, selutut orang biasa 7,7%, selebihnya 5,1% menjawab tidak mengetahui Umumnya wilayah Kabupaten Tanah Datar jarang terjadi banjir walaupun ada kejadian banjir itu tidak diwilayah permukiman. 18

INDEKS RESIKO SANITASI TOTAL KABUPATEN TANAH DATAR Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar 19

Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar DIAGRAM RESIKO SANITASI SUB BIDANG AIR BERSIH Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar DIAGRAM RESIKO SANITASI SUB BIDANG AIR LIMBAH DOMESTICK 20

Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar DIAGRAM RESIKO SANITASI SUB BIDANG PERSAMPAHAN Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar DIAGRAM RESIKO SANITASI SUB BIDANG DRAINASE LINGKUNGAN 21

Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar DIAGRAM RESIKO SANITASI SUB BIDANG PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) Sumber : EHRA Kabupaten Tanah Datar 22

PETA AREA BERESIKO SANITASI KABUPATEN TANAH DATAR 23

TABEL RESIKO SANITASI PER SUBSEKTOR DAN PER KECAMATAN RESIKO AIR BERSIH RESIKO AIR LIMBAH RESIKO PERSAMPAHAN RESIKO GENANGAN RESIKO PHBS NO KECAMATAN NAGARI 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 1 LIMA KAUM 1 Lima Kaum 1 1 1 1 1 2 Baringin 1 3 1 1 1 3 Cubadak 1 2 1 4 2 4 Parambahan 1 1 1 1 1 5 Labuh 1 2 1 1 1 Jumlah 5 2 SUNGAI TARAB 1 Koto Tuo 1 1 1 1 3 2 Pasie Laweh 1 2 1 1 2 3 Rao-Rao 1 3 1 1 3 4 Kumango 3 1 1 2 2 5 Koto Baru 2 2 2 1 4 6 Sungai Tarab 1 4 2 1 1 7 Padang Laweh 2 1 1 2 2 8 Simpuruik 1 4 2 1 2 9 Gurun 2 3 1 1 2 10 Talang Tangah 2 1 2 1 3 Jumlah 10 3 RAMBATAN 1 Balimbiang 2 3 4 4 1 2 Simawang 3 2 2 1 2 3 Rambatan 2 2 2 1 2 4 Padang Magek 2 1 2 1 1 5 III Koto 2 4 1 1 3 Jumlah 5 4 TANJUNG EMAS 1 Pagaruyung 1 3 1 1 2 2 Saruaso 2 2 4 1 1 3 Tanjung Barulak 2 1 2 1 1 4 Koto Tangah 2 4 2 1 3 Jumlah 4

5 LINTAU BUO UTARA 1 Batu Bulek 2 4 2 1 4 2 Tanjuang Bonai 2 4 2 1 3 3 Balai Tangah 1 2 2 1 2 4 Lubuak Jantan 2 2 1 2 3 5 Tepi Selo 1 2 2 1 1 Jumlah 5 6 LINTAU BUO 1 Taluak 2 4 2 1 3 2 Buo 3 4 2 2 3 3 Pangian 3 2 2 1 2 4 Tigo Jangko 2 3 2 1 2 Jumlah 4 7 BATIPUH 1 Gunung Rajo 4 4 2 1 3 2 Andaleh 3 2 2 1 1 3 Sabu 2 2 2 2 1 4 Batipuh Ateh 1 4 2 1 4 5 Batipuh Baruah 2 4 4 1 3 6 Pitalah 1 3 1 2 2 7 Tanjung Barulak 3 4 2 1 1 8 Bungo Tanjung 1 4 1 1 1 Jumlah 8 8 BATIPUH SELATAN 1 Sumpur 2 3 3 2 4 2 Guguak Malalo 3 4 2 1 4 3 Batu Taba 2 4 2 1 2 4 Padang Laweh Malalo 2 3 2 1 1 Jumlah 4 9 PADANG GANTING 1 Atar 2 3 4 1 1 2 Padang Ganting 2 4 2 1 3 Jumlah 2

10 X KOTO 1 Singgalang 1 2 2 1 1 2 Paninjauan 2 4 2 1 1 3 Tambangan 1 3 4 2 4 4 Jaho 1 1 2 1 1 5 Panyalaian 2 3 1 1 2 6 Aie Angek 1 3 1 1 2 7 Pandai Sikek 1 1 2 1 1 8 Koto Baru 2 2 1 3 3 9 Koto Laweh 1 3 1 1 1 Jumlah 9 11 TANJUNG BARU 1 Barulak 2 2 2 1 3 2 Tanjuang Alam 2 2 2 1 2 Jumlah 2 12 SALIMPAUNG 1 Situmbuk 2 4 2 1 1 2 Lawang Mandahiliang 2 3 2 1 2 3 Supayang 1 2 2 1 1 4 Salimpaung 1 3 2 1 4 5 Sumanik 3 2 2 1 2 6 Tabek Patah 1 1 2 1 2 Jumlah 6 13 PARIANGAN 1 Sawah Tangah 3 2 2 1 2 2 Sungai Jambu 1 2 2 1 3 3 Simabur 1 1 1 1 2 4 Pariangan 2 4 4 2 1 5 Tabek 2 2 1 1 3 6 Batu Basa 1 2 2 2 3 Jumlah 6 14 SUNGAYANG 1 Minangkabau 2 3 2 4 3 2 Sungai Patai 2 2 2 2 3 3 Sungayang 2 2 2 2 2 4 Tanjung 1 2 2 1 1 5 Andaleh Baruah Bukik 1 4 2 1 3 Jumlah 5

DOKUMENTASI KEGIATAN EHRA KABUPATEN TANAH DATAR PEMBUKAAN PELATIHAN ENUMERATOR EHRA KABUPATEN TANAH DATAR DIBUKA OLEH IBU KADIS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR PESERTA PELATIHAN ENUMERATOR EHRA KABUPATEN TANAH DATAR PESERTANYA ADALAH IBU-IBU KADER PUSKESMAS YANG ADA DI KABUPATEN TANAH DATAR PESERTA PELATIHAN ENUMERATOR EHRA KABUPATEN TANAH DATAR PESERTANYA ADALAH IBU-IBU KADER PUSKESMAS YANG ADA DI KABUPATEN TANAH DATAR 27

NARA SUMBER PELATIHAN ENUMERATOR EHRA DARI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR DISAMPAIKAN OLEH IBU NINI DELVINA PELATIHAN ENTRI DATA EHRA YANG DIIKUTI OLEH SANITARIAN- SANITARIAN PUSKESMAS YANG ADA DI KABUPATEN TANAH DATAR. TEMPAT DI AULA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR PELATIHAN ENTRI DATA EHRA YANG DIIKUTI OLEH SANITARIAN- SANITARIAN PUSKESMAS YANG ADA DI KABUPATEN TANAH DATAR. TEMPAT DI AULA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR 28

PELATIHAN ENTRI DATA EHRA YANG DIIKUTI OLEH SANITARIAN- SANITARIAN PUSKESMAS YANG ADA DI KABUPATEN TANAH DATAR. TEMPAT DI AULA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR PELATIHAN ENTRI DATA EHRA YANG DIIKUTI OLEH SANITARIAN- SANITARIAN PUSKESMAS YANG ADA DI KABUPATEN TANAH DATAR. TEMPAT DI AULA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR PELATIHAN ENTRI DATA EHRA YANG DIIKUTI OLEH SANITARIAN- SANITARIAN PUSKESMAS YANG ADA DI KABUPATEN TANAH DATAR. TEMPAT DI AULA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TANAH DATAR 29

30