RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN"

Transkripsi

1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN - 3 PEMERINTAHAN KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN

2 K A T A P E N G A N TA R Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

3 K a t a P e n g a n t a r D a f t a r Isi KATA PENGANTAR Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 Buku Materi Teknis ini adalah merupakan buku sebagai salah satu persyaratan dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Datar,. Pada intinya buku ini berisi tentang Pendahuluan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang, Struktur Ruang, Pola Ruang, Arahan Pemanfaatan Ruang, Pengendalian, Kawasan Strategis dan Hak, Kewajiban dan Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan serta dalam Penyusunan Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Datar, Tahun - 3 ini, diucapkan terima kasih dan semoga laporan ini berguna bagi semua pihak yang berkepentingan. Batusangkar, Oktober Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar i

4 D A F T A R I S I Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

5 D a f t a r Isi D A F T A R I S I Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii ix xiv BAB PENDAHULUAN.. Dasar Hukum Penyusunan RTRW... I -.. Profil Tata Ruang... I Gambaran Umum Kabupaten Tanah Datar... I Topografi... I -... Hidrologi... I Kemiringan... I Penggunaan Lahan... I - 8 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar ii

6 D a f t a r Isi... Kependudukan... I Jumlah dan Perkembangan Penduduk... I Distribusi dan Kepadatan Penduduk.. I Perkembangan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk... I Proyeksi Penduduk... I Potensi Bencana Alam... I Gempa... I Gerakan Tanah... I Gunung Api... I Potensi Sumber Daya Alam... I Sektor Pertanian... I Sektor Pertambangan... I Potensi Ekonomi Wilayah... I Konstribusi Kabupaten Tanah Datar Terhadap Perekonomian Sumatera Barat... I Struktur Perekonomian Kabupaten Tanah Datar... I Sektor Basis... I Pariwisata... I Infrastruktur dan Pariwisata Wilayah. I Isu-isu Strategis Kabupaten Tanah Datar... I - 5 BAB TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR.. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar... II -.. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar... II Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten... II Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kabupaten... II - Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar iii

7 D a f t a r Isi... Kebijakan Dan Strategi Pola Ruang Kawasan Lindung... II -... Kebijakan Dan Strategi Pola Ruang Kawasan Budidaya... II Kebijakan dan Strategi Untuk Kawasan Strategis Kabupaten... II - BAB 3 RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR 3.. Umum... III Sistem Pusat-Pusat Kegiatan... III Rencana Struktur Ruang Nasional, Provinsi, dan Kabupaten Berbatasan... III Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Tanah Datar... III Sistem Jaringan Prasarana... III Rencana Sistem Jaingan Transportasi Darat... III Jaringan Prasarana Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan... III Sistem Jaringan Kereta Api... III Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan Permukiman... III Rencana Sistem Energi... III Pembangkit Tenaga Listrik... III Jaringan Prasarana Energi... III Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi... III Sistem Jaringan Kabel... III Sistem Jaringan Nirkabel... III Rencana Sumber Daya Air... III Wilayah Sungai Lintas Kabupaten... III Wilayah Sungai Strategis Nasional... III Wilayah Sungai Kabupaten... III Daerah Irigasi... III Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih.. III Jaringan Air Bersih ke Kelompok Pengguna... III Sistem Pengendalian Banjir... III - 5 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar iv

8 D a f t a r Isi Sistem Prasarana Lingkungan Permukiman... III Sistem Pengelolaan Samapah... III Sistem Jaringan Air Minum... III Sistem Jaringan Drainase... III Jalur Evakuasi Bencana... III - 8 BAB 4 RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR 4.. Umum... IV Kawasan Lindung... IV Kawasan Hutan Lindung... IV Kawasan Perlindungan Setempat... IV Garis Sempadan Sungai... IV Sempadan Danau... IV Kawasan Sekitar Mata Air... IV Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya... IV Cagar Alam... IV Taman Wisata Alam... IV Kawasan Cagar Budaya... IV Kawasan Rawan Bencana Alam... IV Kawasan Rawan Bencana Alam Tanah Longsor... IV Kawasan Rawan Banjir... IV Kawasan Lindung Geologi... IV Kawasan Cagar Alam Geologi... IV Kawasan Rawan Bencana Geologi... IV Kawasan Lindung Lainnya... IV Kawasan Budidaya... IV Kawasan Peruntukan Hutan Produksi... IV Hutan Produksi... IV Hutan Produksi Konversi... IV Kawasan Peruntukan Pertanian... IV Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah... IV - 4 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar v

9 D a f t a r Isi Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering/Holtikultura... IV Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan... IV Kawasan Budidaya Peternakan... IV Kawasan Budidaya Perikanan... IV Kawasan Perikanan Tangkap... IV Budiaya Perikanan... IV Kawasan Pertambangan... IV Kawasan Industri... IV Pengembangan Pariwisata... IV Kawasan Wisata Budidaya... IV Kawasan Wisata Alam... IV Kawasan Wisata Minat Khusus... IV Kawasan Permukiman... IV Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan... IV Rencana Pengembangan Sistem Permukiman Perdesaan... IV - 43 BAB 5 RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN TANAH DATAR 5.. Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Ekonomi... V Kawasan Danau Singkarak... V Kawasan Koto Baru... V Kawasan Tabek Patah... V Kawasan balai Tangah... V Kawasan Andaleh... V Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Sosial Budaya... V Istano Basa Pagaruyung... V Kawasan Pendidikan Bukit Gombak... V Kawasan Strategi Dari Sudut Daya Dukung Lingkungan. V Kawasan Lembah Anai... V Kawasan Strategis Perbatasan... V - Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar vi

10 D a f t a r Isi BAB 6 RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN TANAH DATAR 6.. Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Ekonomi... VI Perwujudan Rencana Struktur Ruang... VI Perwujudan Pusat-pusat Kegiatan... VI Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal... VI Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal Promosi Balai Tengah... VI Perwujudan Pusat Pelayanan Kawasan... VI Perwujudan Pusat Pelayanan Lingkungan... VI Perwujudan Sistem Jaringan Prasana... VI Sistem Jaringan Transportasi Darat... VI Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan... VI Sistem Jaringan Telekomunikasi... VI Sistem Jaringan Sumber Daya Air... VI Sistem Jaringan Drainase... VI Sistem Jaringan Persampahan... VI Perwujudan Rencana Pola Ruang... VI Perwujudan Kawasan Lindung... VI Perwujudan Kawasan Hutan Lindung VI Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan di Bawahnya... VI Kawasan Perlindungan Setempat... VI Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya... VI Kawasan Rawan Bencana Alam dan Gerakan Tanah... VI Kawasan Lindung Geologi... VI Kawasan Lindung Lainnya... VI Perwujudan Kawasan Budidaya... VI Kawasan Peruntukan Hutan Produksi VI - 6 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar vii

11 D a f t a r Isi Kawasan Peruntukan Pertanian... VI Kawasan Budidaya Perikanan... VI Kawasan Pertambangan... VI Kawasan Industri... VI Pengembangan Pariwisata... VI Kawasan Permukiman... VI Perwujudan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten... VI Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Ekonomi... VI Kawasan Danau Singkarak... VI Kawasan Koto Baru... VI Kawasan Tabek Patah... VI Kawasan Andaleh... VI Kawasan Balai Tangah... VI Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Sosial Budaya... VI Istano Basa Pagaruyung... VI Kawasan Pendidikan Bukit Gombak... VI Kawasan Strategis Dari Sudut Daya Dukung Lingkungan... VI Kawasan Strategis Perbatasan... VI Indikasi Program Utama... VI - 44 BAB 7 ARAHAN PENGENDALIAN DAN PEMANFAATAN RUANG 7.. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang... VII Ketentuan dan Peraturan Zonasi... VII Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten pada Kawasan Lindung... VII Hutan Lindung... VII Kawasan Yang Dapat Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya. VII Kawasan Perlindungan Setempat... VII Kawasan Suaka Alam Pelestarian Alam dan Cagar Budaya... VII Kawasan Rawan Bencana Alam... VII - 8 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar viii

12 D a f t a r Isi Kawasan Lindung Geologi... VII Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya... VII Kawasan Hutan Produksi... VII Kawasan Perkebunan... VII Kawasan Pertanian Lahan Basah... VII Kawasan Pertanian Lahan Kering... VII Kawasan Perikanan... VII Kawasan Pertambangan... VII Kawasan Industri... VII Kawasan Pariwisata... VII Kawasan Permukiman... VII Kawasan Peruntukan Lainnya... VII Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Sekitar Sistem Nasional, Sistem Provinsi, dan Sistem Kabupaten di Kabupaten Tanah Datar... VII Sistem Perkotaan... VII Sistem Jaringan Transportasi... VII Sistem Jaringan Prasarna Energi... VII Prasarana Telekomunikasi... VII Sistem Jaringan Sumber Daya Air... VII Sistem Prasarana Lingkungan (TPA Regional)... VII Perizinan... VII Arahan Perizinan... VII Mekanisme Perizinan... VII Kelembagaan Perizinan... VII Ketentuan Insentif dan Disinsentif... VII Arahan Umum Insentif dan Disinsentif... VII Arahan Khusus Insentif dan Disinsentif... VII Sanksi... VII Sanksi Administrasi... VII Sanksi Pidana... VII Sanksi Perdata... VII - 34 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar ix

13 D a f t a r Isi BAB 8 HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN 8.. Hak dan Kewajiban Masyarakat... VIII Hak Masyarakat... VIII Kewajiban Masyarakat... VIII Peran Serta Masyarakat... VIII - 6 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar x

14 D A F T A R T A B E L Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

15 D a f D t a a r f T t a a r b Isi e l D A F T A R T A B E L Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tabel :. Jumlah Kecamatan, Nagari, dan Jorong di Kabupaten Tanah Datar... I - 9 Tabel :. Ketinggian Kabupaten Tanah Datar di Rinci Per Kecamatan... I - Tabel :.3 Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Lahan Di Kabupaten Tanah Datar... I - 8 Tabel :.4 Luas Lahan Menurut Penggunaan Tanah di Kabupaten Tanah Datar... I - 8 Tabel :.5 Luas Lahan Menurut Penggunaan Di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9... I - 9 Tabel :.6 Distribusi Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 9... I - Tabel :.7 Kepadatan Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 5 9 Dirinci Per Kecamatan... I - 3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar xi

16 D a f t D a a r f T t a r b Isi e l Tabel :.8 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun I - Tabel :.9 Proyeksi Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 3... I - 6 Tabel Tabel Tabel :. Luas Panen, Produksi Padi Sawah di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9... I - 3 :. Luas Panen, Produksi Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, dan Kacang Tanah di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9. I - 3 :. Luas dan Produksi Perikanan Darat Per Kecamatan Tahun 8... I - 33 Tabel :.3 Produksi Sub Sektor Perikanan Tahun 8... I - 34 Tabel :.4 Populasi Ternak di Kabupaten Tanah Datar Tahun I - 34 Tabel :.5 Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Perkebunan Per Kecamatan Tahun 8... I - 36 Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel :.6 Peranan PDRB Kabupaten Tanah Datar Terhadap PDRB Provinsi Sumbar Berdasarkan Sektor Tahun 9... I - 39 :.7 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanah Datar Tahun 4 8 Atas Dasar Harga Konstan Tahun... I - 4 :.8 Location Question (LQ) Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tanah Datar... I - 4 :.9 Panjang Jalan Menurut Status dan Jenis Permukaan Per Kecamatan Tahun 9... I - 44 :. Panjang Jalan Menurut Status Per Kecamatan Tahun 8... I - 46 :. Unit PDAM, Sumber Air, Sistem dan Kapasitas Sumber Dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9... I - 47 Tabel :. Banyaknya Pelanggan dan Pemakaian Air di Kabupaten Tanah Datar... I - 48 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar xii

17 D a f t D a r a f T t a r b e Isi l Tabel : 3. Rencana Struktur Kota-kota di Kabupaten Tanah Datar III - 4 Tabel : 4. Luas Rencana Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Tanah Datar Tahun IV - 4 Tabel : 4. Gempa Yang Terjadi di Sumatera Barat... IV - 5 Tabel : 4.3 Intensitas Gempa di Kabupaten Tanah Datar Tahun 7... IV - 7 Tabel : 4.4 Luas Rencana Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Tanah Datar Tahun IV - 3 Tabel : 4.5 Luas Rencana Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah di Kabupaten Tanah Datar Tahun IV - 6 Tabel : 4.6 Luas Rencana Kawasan Pertanian Pangan Lahan Kering di Kabupaten Tanah Datar Tahun IV - 7 Tabel : 4.7 Luas Rencana Kawasan Perkebunan di Kabupaten Tanah Datar Tahun IV - 3 Tabel : 4.8 Nama Objek dan Lokasi Budaya di Kabupaten Tanah Datar... IV - 38 Tabel : 4.9 Nama Objek dan Lokasi Wisata Alam Kabupaten Tanah Datar... IV - 39 Tabel : 4. Nama Objek dan Lokasi Wisata Minat Khusus Kabupaten Tanah Datar... IV - 4 Tabel Tabel : 4. Luas Rencana Kawasan Permukiman di Kabupaten Tanah Datar Tahun IV - 4 : 4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Datar Tahun 3... IV - 45 Tabel : 6. Indikasi Program Pembangunan Kabupaten Tanah Datar Tahun 3... VI - 46 Tabel : 7. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten Tanah Datar... VII - 7 Tabel : 7. Insentif dan Disinsentif Pemanfaatan Ruang... VII - 9 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar xiii

18 D A F T A R G A M B A R Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

19 D a f t a r D G a f a t m a r b a Isi r D A F T A R G A M B A R Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Gambar :. Peta Orientasi Kabupaten Tanah Datar... I - Gambar :. Peta Administrasi Kabupaten Tanah Datar... I - Gambar :.3 Peta Topografi... I - 3 Gambar :.4 Peta Hidrologi... I - 5 Gambar :.5 Peta Lereng... I - 7 Gambar :.6 Peta Penggunaan Lahan... I - Gambar :.7 Gambar :.8 Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 9... I - Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Datar dari Tahun I - 4 Gambar :.9 Peta Potensi Bencana Gerakan Tanah... I - 9 Gambar :. Peta Sistem Jaringan Jalan... I - 45 Gambar :. Persentasi Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9... I - 46 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar xiv

20 D a f t a r Isi Gambar : 3. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tanah Datar III - 6 Gambar : 3. Peta Rencana Sistem Jariangan Transportasi... III - 3 Gambar : 3.3 Peta Rencana Sistem Jaringan Energi Litrik... III - 6 Gambar : 3.4 Peta Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi... III - 8 Gambar : 3.5 Metode Area Sanitary Landfil... III - 7 Gambar : 3.6 Peta Rencana Jalur Evakuasi... III - 9 Gambar : 4. Peta Kawasan Rawan Bencana Alam Tanah Longsor... IV - Gambar : 4. Peta Rawan Bencana Geologi Letusan Gunung Api... IV - 6 Gambar : 4.3 Lokasi Gempa dan Jalur Sesar Semangko... IV - 7 Gambar : 4.4 Foto Kerusakan Bangunan Akibat Gempa... IV - 8 Gambar : 4.5 Peta Rawan Bencana Gerakan Tanah... IV - Gambar : 4.6 Peta Kawasan Pertanian Berkelanjutan... IV - 8 Gambar : 4.7 Peta Potensi Sebaran Galian... IV - 36 Gambar : 4.8 Peta Kepadatan Penduduk... IV - 45 Gambar : 4.9 Gambar : 5. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Datar Tahun 3... IV - 46 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Tanah Datar... V - Gambar : 7. Kedudukan Peraturan Zonasi Dalam Penataan Ruang.. VII - 3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar xv

21 Bab P E N D A H U L U A N Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

22 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar D alam rangkaian proses pembangunan suatu wilayah sebagai acuan untuk berbagai keperluan investasi pembangunan maupun keperluan perencanaan sosial, ekonomi masyarakat perkotaan maupun perdesaan (nagari) serta aspek kelestarian lingkungan, maka penyusunan RTRW diharapkan dapat menjadi pedoman dalam arahan Rencana Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanah Datar atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah. Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang yang digunakan dimasa yang akan datang untuk mewujudkan tujuan pembangunan di suatu wilayah. Berdasarkan peraturan yang tertuang dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), program-program pembangunan di daerah untuk jangka panjang dan menengah perlu disusun dan dituangkan dalam program 5 tahunan dimana Rencana Tata Ruang Wilayah dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan program tersebut. Pada Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar sebelumnya, telah dilakukan pengkajian aspek-aspek Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Buatan, perumusan konsep dan strategi yang didasarkan pada asumsi tertentu dan faktor dinamika sosial ekonomi yang bersifat internal maupun eksternal terhadap wilayah, tetapi sejalan dengan berlalunya masa berlaku perencanaan yang cukup lama telah terjadi berbagai perubahan baik secara internal maupun eksternal seperti pertumbuhan penduduk dengan segala kegiatannya yang menyebabkan berubahnya struktur dan pola pemanfaatan ruang yang ada saat ini sehingga dokumen I - Bab PENDAHULUAN

23 rencana yang sudah ada menjadi tidak relevan lagi untuk dijadikan acuan dalam pemanfaatan ruang. Faktor eksternal lain yang menuntut disusunnya kembali RTRW Kabupaten Tanah Datar adalah dengan dikeluarkannya undang-undang baru sebagai landasan dasar penyusunan tata ruang yaitu UU No.6 tahun 7 tentang penataan ruang yang sebelumnya masih mengacu pada UU No. 4 tahun 99. Sesuai dengan peraturan baru, produk RTRW Kabupaten Tanah Datar merupakan produk Rencana Tata Ruang dengan masa berlaku perencanaan selama tahun (9 9) yang di evaluasi setiap 5 (lima) tahun sekali.. Dasar Hukum Penyusunan RTRW Beberapa dasar hukum peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Datar ini, meliputi:. Pasal 8 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 945;. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 956 Nomor 5); 3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 96 tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 96 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 43); 4. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 99 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 99 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469); 5. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 99 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 99 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 347); 6. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 996 tentang Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); I -

24 7. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 999 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 349); 8. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 999 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); sebagaiman telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 4 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor Tahun 4 tantang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 999 tentang Kehutanan menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4 Tahun 86, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44); 9. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 447);. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 4 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3477);. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 4 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undang Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 4 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44); 3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 4 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44); 4. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)sebagaimana telah diubah dua kali terakhir dengan Undang-Undang republik Indonesia Nomor Tahun 8 I - 3

25 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 4 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); 6. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 7 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 7 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47); 7. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 7 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 7 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 473); 8. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 7 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 475); 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 7 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 7 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 9 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 9 Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 9 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 9 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4955);. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 9 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 9 Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 9 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 9 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 54); I - 4

26 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 9 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 9 Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 9 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 9 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 9 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 568); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 9 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 4 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 9 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 574); 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 588); 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor Tahun tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 533); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 998 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tahun tentang ketelitian Peta untuk Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 334); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 4 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385); I - 5

27 33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 4 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4 Nomor 46,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 445); 34. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 5 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 33,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 449); 35. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 5 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 5 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tahun 6 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 6 Nomor 46,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 464); 37. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 6 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 966 Nomor 86,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655); 38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 7 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 7 Nomor 86,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 39. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 8 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 6 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tahun tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 598); 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tahun tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 599); I - 6

28 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 5 Tahun tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 53); 43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tahun tentang Wilayah Pertambangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5); 44. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5); 45. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5); 46. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun tentang Bentuk Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 56); 47. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 7 tentang Pegawasan Peraturan daerah dan Peraturan Kepala Daerah; 48. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 7 tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah; 49. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 8 tentang Tata cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 8 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/9 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/9 tentang Pedoman persetujuan Subsatansi Dalam Penetapan Rancanagan Peraturan Daerah tentang I - 7

29 Rencana Umum Tata Ruang Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya; 53. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 63/KPTS/M/8 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Fungsi; 54. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 63/KPTS/M/9 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Status; 55. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 8 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang. 56. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 5 tahun tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tanah Datar (Lembaran daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun ); 57. Penanaman Modal dalam Negeri No. 5 Tahun 7 tentang Jenis dan bnetuk produk hokum kepala daerah; dan 58. Penanaman Modal dalam Negeri No. 53 Tahun 7 tentang Pengawasan Perda dan Peraturan Kepala Daerah.. Profil Tata Ruang.. Gambaran Umum Kabupaten Tanah Datar Kabupaten Tanah Datar yang memiliki luas wilayah 33.6 Ha, secara geografis berada pada º 7 - º 39 LS dan º 9 - º 5 BT. Wilayah Kabupaten Tanah Datar membawahi 4 Kecamatan dan 75 Jorong serta memiliki sebagian Danau Singkarak. Luas Danau Singkarak yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Datar adalah seluas 6.4 Ha. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel. I - 8

30 Tabel. Jumlah Kecamatan, Nagari dan Jorong di Kabupaten Tanah Datar No Kecamatan Nagari Jorong X Koto Koto Baru 9 4 Batipuh Batipuah Baruah Batipuh Selatan Batu Taba Pariangan Simabur 6 5 Rambatan Rambatan Lima Kaum Lima Kaum Tanjung Emas Saruaso Padang Ganting Padang Ganting 7 9 Lintau Buo Buo 4 Lintau Buo Utara Tanjung Bonai 5 63 Sungayang Sungayang 5 4 Sungai Tarab Sungai Tarab 3 3 Salimpaung Tabek Patah Tanjung Baru Barulak 7 Jumlah Sumber : Tanah Datar Dalam Angka Luas (Km) Persentase (%) Ibukota Kecamatan Jumlah, Berdasarkan tabel tersebut, Kabupaten Tanah Datar Tahun 9 terdiri dari 4 kecamatan, 75 nagari, 395 jorong. Kecamatan terluas yaitu Kecamatan Lintau Buo Utara dengan luas 4,3 Km atau 5.9 % dari luas Kabupaten Tanah Datar secara keseluruhan. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Tanjung Baru dengan luas 43.5 Km atau sekitar 3.3 % dari luas Kabupaten Tanah Datar. Dilihat dari jumlah nagari yang ada, Kecamatan Sungai Tarab memiliki jumlah nagari terbanyak yaitu sebanyak nagari, sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah nagari terkecil adalah Kecamatan Padang Ganting, Tanjung Baru, sebanyak nagari. Berdasarkan posisinya Kabupaten Tanah Datar terletak diantara 3 buah gunung, yaitu Gunung Merapi, Singgalang dan Gunung Sago serta secara administrasi wilayahnya berbatasan dengan daerah lain. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada peta orintasi dan peta administrasi. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Agam dan 5 Kota Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Solok Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Sawahlunto dan Kabupaten Sijunjung. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman I - 9

31 Gambar. Peta Orientasi Kabupaten Tanah Datar I -

32 Gambar. Peta Administrasi Kabupaten Tanah Datar I -

33 ... Topografi Kabupaten Tanah Datar merupakan wilayah dengan kondisi topografi bervariasi mulai dari datar, bergelombang hingga berbukit dengan elevasi ± - m di atas permukaan laut. Untuk lebih jelas mengenai topografi lihat tabel. dan peta topografi Tabel. Ketinggian Kabupaten Tanah Datar di Rinci Per Kecamatan No. Kecamatan Ketinggian (M) X Koto 7 Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Buo 75 Lintau Buo Utara 75 Sungayang 4 75 Sungai Tarab Salimpaung 75 4 Tanjung Baru 75 Sumber : Hasil Pengolahan Data Kontur Ketinggian wilayah terbagi dalam 3 bagian, yaitu; ketinggian antara 75 - dpl (Kecamatan X Koto, Salimpaung dan Tanjung Baru) antara dpl (Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting dan Sungai Tarab) dan antara - 7 dpl (Kecamatan Batipuh, Batipuh Selatan, Pariangan, Rambatan, Lintau Buo, Lintau Buo Utara dan Sungayang). Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar.3 Kabupaten Tanah Datar dialiri oleh 5 buah sungai yang saat ini pemanfaatannya adalah selain untuk kebutuhan pengairan (pertanian) juga dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk keperluan mandi dan cuci. Temperatur udara Kabupaten Tanah Datar rata-rata berkisar antara o C - 33 o C. I -

34 Gambar.3 Peta topografi I - 3

35 ... Hidrologi Hidrologi merupakan data yang berkaitan dengan kondisi keairan baik air permukaan maupun air tanah yang ada pada suatu wilayah. Kondisi hidrologi suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan, jenis batuan, jenis tanah serta tingkat kelerengan dan kondisi tutupan lahan. Kondisi hidrologi yang ada di Kabupaten Tanah Datar cukup baik dengan pola aliran bersifat dendritik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sumber air baik di Kabupaten Tanah Datar. A. Air Permukaan Air permukaan adalah air yang muncul atau mengalir di permukaan seperti mata air, danau, sungai dan rawa. Potensi air permukaan dipengaruhi oleh kondisi topografi, jenis batuan dan material penyusun tanah, penggunaan lahan, curah hujan dan aktifitas manusia. Potensi air permukaan sebagian besar berasal dari berbagai mata air yang banyak terdapat di kawasan ini mengalir malalui sungai-sungai kecil di sekitar perbukitan dengan pola aliran berbentuk radial serta berbentuk dendritik untuk cabang-cabang sungai besar. Kabupaten Tanah Datar memiliki 5 (lima) buah sungai besar dan 8 (dua ratus delapan) buah sungai kecil yang tersebar di seluruh kecamatan. Kebanyakan dari air sungai-sungai tersebut bersumber dari lereng-lereng gunung seperti; Gunung Marapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago serta Gugusan Bukit Barisan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Datar merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengalir ke arah timur yatu DAS Indragiri dengan pola dendritik, namun untuk sungai disekitar Danau Singkarak pola aliran sungai yang terbentuk adalah pola rectangular dengan sungai utama adalah Batang Ombilin dan sebagian mengalir dengan pola dendritik terutama cabangcabang sungai besar. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar.4 B. Air Tanah Air tanah terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal adalah air tanah yang umumnya digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur gali. Potensi air tanah dapat diketahui dari kedalaman sumur gali masyarakat dan sifat fisik tanah/batuan dalam kaitannya sebagai pembawa air. I - 4

36 Gambar.4 Peta Das I - 5

37 Di Kabupaten Tanah Datar sebagian kecil masyarakat masih menggunakan sumur gali sebagai cadangan persedian air bersih pada saat air PDAM mengalami gangguan. Kawasan masyarakat yang mengunakan sumur gali sebagai sumber air bersih tersebar di Kabupaten Tanah Datar khususnya daerah perkotaan....3 Kemiringan Sementara berdasarkan kemiringan lereng di Kabupaten Tanah Datar dikelompokkan menjadi 6 bagian yaitu :. Daerah dengan kemiringan lahan -3% (Datar) sebagian besar tersebar di Kecamatan Tanjung Emas, Rambatan, Lintau Buo, Tanjung Baru dan Kecamatan Padang Ganting.. Daerah dengan kemiringan lahan 3-8% (Agak Landai) sebagian besar tersebar di Kecamatan Lima Kaum, Rambatan, Sungai Tarab, Salimpaung dan Kecamatan Sungayang. 3. Daerah dengan kemiringan lahan 8-5% (Bergelombang), sebagian besar tersebar di Kecamatan Lintau Buo Utara, Pariangan, Sungai Tarab, X Koto dan Kecamatan Batipuh. 4. Daerah dengan kemiringan lahan 5-5% (Agak Curam), penyebarannya hampir di seluruh kecamatan sama, kecuali bagian tengah wilayah Kabupaten Tanah Datar meliputi; sebelah utara Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas dan Kecamatan Rambatan, sebelah selatan Kecamatan Lintau Buo Utara, Sungayang, Pariangan dan Kecamatan Sungai Tarab. Lahan dengan kemiringan 5-5 % ini merupakan wilayah paling luas dan dominan di Kabupaten Tanah Datar. 5. Daerah dengan kemiringan lahan 5-45% (Curam), sebagian besar tersebar di Kecamatan X Koto, Batipuh Selatan, Sungayang dan Tanjung Emas. 6. Daerah dengan kemiringan lahan > 45% (Sangat Curam), sebagian besar tersebar di sebelah barat, utara dan bagian timur wilayah Tanah Datar. Komponen kelerengan diatas 45 % ini menjadikan kendala dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Tanah Datar karena kawasan dengan kelerengan sangat curam berpotensial terancam bahaya longsor dan erosi. Untuk lebih jelas mengenai kemiringan lahan dapat dilihat pada tabel.3 dan Gambar.5 I - 6

38 Gambar.5 Peta Lereng I - 7

39 Tabel.3 Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan Lahan Di Kabupaten Tanah Datar No. Klasifikasi Kemiringan Lereng (%) Luas (Ha) Prosentase (%) Datar dan Agak Landai - 3 6, Landai - 8 3, Bergelombang , Agak Curam , Curam Sangat Curam > 45 Jumlah 33,6. Sumber : Hasil Pengolahan Data Kontur...4 Penggunaan Lahan Berdasarkan data BPS tahun 5 sampai dengan 9 diketahui bahwa pola penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Datar masih didominasi oleh lahan hutan yaitu seluas 37.5 ha atau sekitar 7,73 % dari luas wilayah keseluruhan, sementara untuk penggunaan lainnya adalah masing-masing Perkebunan seluas ha atau sekitar, %, Sawah seluas Ha atau sekitar,54 %, Kebun Campuran seluas 3.4 Ha atau sekitar 9.76 %, Permukiman seluas.95 Ha atau sekitar 9.5 %. Untuk lebih jelas mengenai perubahan pola ruang Kabupaten Tanah Datar dapat lihat pada tabel.4 Tabel.4 Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kabupaten Tanah Datar Tahun 5 9 Tahun No Penggunaan Tanah Luas % Luas % Luas % Luas % Luas % (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Kampung/Permukiman.95, 9,5.7, 9,.7, 9,.95,6 8,9.88,7 8,89 Pertambangan 9,, 3 Sawah 7.437,, ,, ,, ,, ,,54 4 Tanah Kering 6.467, 4,84 6.3,5 4,49 6.3,5 4, , 4, ,9 5, 5 Kebun Campuran 3.4, 9, ,, ,, ,39,7 8.48,39,7 6 Perkebunan 8.355,, 3.6, 9,89 3.6, 9,89.963, 9,7.963,9 9,7 7 Hutan 37.5, 7,73 4.9, 7,99 4.9, 7, , 7, ,6 7,49 8 Padang/Semak/Alang-alang.84,, ,5, ,5,36,,.535,,9 9 Danau 6.66, 4, , 4, , 4, , 4, , 4,99 Lainnya 4,, 38,,9 38,,9,,, Jumlah 33.6,, 33.6,, 33.6,, 33.6,, 33.6,, Sumber : Tanah Datar Dalam Angka I - 8

40 Berdasarkan interprestasi peta citra spot 5 luas penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Datar berbeda dengan data yang dikeluarkan oleh BPS. Berdasarkan analisis peta diketahui bahwa guna lahan yang paling luas adalah guna lahan hutan primer yaitu 53.94,79 Ha atau 4,38 % dari luas Kabupaten Tanah Datar sedangkan yang terkecil adalah guna lahan perkebunan rakyat. Peta penggunaan lahan ini yang menjadi dasar dalam menyusun rencana pola ruang Kabupaten Tanah Datar tahun 3. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar.6. Tabel.5 Luas Lahan Menurut Penggunaan di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9 No Guna Lahan Luas (Ha) (%) Permukiman 3, Pertanian Lahan Kering 8, Pertanian Lahan Basah 5, Danau/Telaga Tanah terbuka sementara Hutan Primer 53, Hutan Sekunder 3, Tegalan/Ladang, Perkebunan rakyat Hutan Tanaman, Tutupan Awan 9, Danau/Telaga 6, Total Sumber: Peta Citra Tahun 7 33,6.... Kependudukan... Jumlah dan Perkembangan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 5 tercatat jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar adalah jiwa dan pada tahun 9 meningkat menjadi jiwa. Dari jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar pada tahun 5, sekitar 48,6 % atau 6.49 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan 5,99 % atau 74.4 jiwa penduduk perempuan, sedangkan pada tahun 9 jumlah penduduk laki-laki meningkat menjadi 48,73 % atau jiwa dan penduduk perempuan menjadi 5,7 % atau jiwa. I - 9

41 Gambar.6 Peta Penggunaan Lahan I -

42 Hal lain yang perlu dicermati dalam aspek spatial kependudukan adalah sebaran penduduk menurut tempat tinggal untuk melihat ketimpangan pembangunan antara daerah perkotaan dan daerah perdesaan. Di Kabupaten Tanah Datar pada tahun 4 jumlah penduduk perkotaan telah mencapai 3,3 % atau sekitar 77.6 jiwa dan penduduk perdesaan sebesar 76,87 % atau jiwa. Angka ini tidak mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 9 karena pada tahun ini tercatat jumlah penduduk perkotaan di Kabupaten Tanah Datar hanya 3,53 % atau 8.9 jiwa dan penduduk perdesaan 76,47 % atau jiwa. Dilihat dari penyebaran penduduk, tidak terjadi ketimpangan antara daerah perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Tanah Datar karena jumlah penduduk yang tinggal di perdesaan lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk di perkotaan.... Distribusi dan Kepadatan Penduduk Besar kecilnya jumlah penduduk yang tersebar disetiap kecamatan dan tingkat kepadatan penduduk yang terdistribusi akan menunjukan pola distribusi penduduk pada suatu wilayah. Kemudahan aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas /utilitas menjadi faktor utama dalam mempengaruhi sebaran penduduk. Kawasan yang mudah dicapai dan memiliki fasilitas/utilitas yang lengkap akan menjadi pilihan utama mayarakat dalam menentukan tempat tinggal, bahkan kawasan ini menjadi tujuan bagi penduduk pendatang. Untuk kawasan dengan ketersediaan fasilitas/utilitas yang rendah dan sulit dicapai hanya akan tumbuh secara alami sesuai dengan perkembangan penduduk setempat. Jumlah Penduduk Kabupaten Tanah Datar pada tahun 8 adalah jiwa yang tersebar di 4 (empat belas) kecamatan. Jumlah penduduk paling banyak terdistribusi di Kecamatan X Koto yaitu 4.47 jiwa atau,6 %, Kecamatan Lima Kaum yaitu jiwa atau,7 % dan Kecamatan Rambatan yaitu 35.6 jiwa atau,9 % sedangkan terendah di Kecamatan Batipuh Selatan yaitu.995 jiwa atau 3,44 %, Kecamatan Tanjung Baru yaitu 3.74 jiwa atau 3,94 % dan Kecamatan Padang Ganting yaitu 4.4 jiwa atau 4,3 %. Untuk lebih jelas mengenai distribusi penduduk di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada tabel.6 dan gambar grafik distribusi penduduk. I -

43 Tabel.6 Distribusi Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 9 Wilayah Jumlah Penduduk Distribusi jiwa (%) Kab. Tanah Datar - Sepuluh Koto 4, Batipuh 3, 9. - Batipuh Selatan, Pariangan, Rambatan 35,6.9 - Lima Kaum 35, Tanjung Emas, Padang Ganting 4, Lintau Buo 6, Lintau Buo Utara 34, Sungayang 7, Sungai Tarab 3, Salimpaung, Tanjung Baru 3, Jumlah 348,997. Sumber: Tanah Datar Dalam Angka Tahun 8 Gambar.7 Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 9 9,68% 4,97%,% 4,6% 4,7% 6,7% 3,9% 6,5%,54% 9,% 3,% 9,7%,% Sepuluh Koto Batipuh Batipuh Selatan Pariangan 6,6% Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Buo Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab I -

44 Berdasarkan kepadatan penduduk per Km Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar terlihat kepadatan penduduk Kabupaten Tanah Datar mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 5 kepadatan penduduk Kabupaten Tanah Datar tercatat 5 jiwa/km dan pada tahun 9 menjadi 55 jiwa/km. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Lima Kaum yaitu 686 jiwa/km pada tahun 5 menjadi 696 jiwa/km pada tahun 9 dan yang terendah di Kecamatan Batipuh Selatan yaitu 4 jiwa/km pada tahun 5 menjadi 3 jiwa/km pada tahun 9. Untuk lebih jelas mengenai kepadatan penduduk di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada tabel.7 Tabel.7 Kepadatan Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 5 9 Dirinci Per Kecamatan Tahun No Kecamatan Luas Lahan (%) Kepadatan Kepadatan Kepadatan Kepadatan Kepadatan Sepuluh Koto 5, Batipuh 44, Batipuh Selatan 8, Pariangan 76, Rambatan 9, Lima Kaum 5, Tanjung Emas, Padang Ganting 83, Lintau Buo 6, Lintau Buo Utara 4, Sungayang 65, Sungai Tarab 7, Salimpaung 6, Tanjung Baru 43, Jumlah 335, Sumber: Tanah Datar Dalam Angka Tahun Perkembangan Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar mengalami peningkatan dari tahun 5 sampai tahun 9. Pada tahun 5 jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar berjumlah jiwa dan pada tahun 9 menjadi jiwa. Berdasarkan data pada tahun 5 maupun 9 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak I - 3

45 adalah Kecamatan X Koto yaitu jiwa pada tahun 5 meningkat menjadi jiwa pada tahun 9, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Batipuh Selatan yaitu.63 jiwa pada tahun 5 dan.96 jiwa pada tahun 9. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanah Datar dari tahun 4 sampai dengan tahun 9 dapat dilihat pada tabel. 8 dan gambar grafik rata-rata laju pertumbuhan penduduk. Gambar.8 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Datar Dari Tahun 4 9,44,44,43,43,4,4,4,4,4,4 8-9 Sepuluh Koto Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Buo Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru...4 Proyeksi Penduduk Proyeksi penduduk dilakukan, guna menemukenali tingkat perkembangan penduduk untuk Tahun kedepan. Sehingga diharapkan dari hasil proyeksi tersebut dapat di ketahui kebutuhankebutuhan saran dan prasarana yang diperlukan, termasuk kebutuhan lahan yang harus disediakan. Dari hasil proyeksi yang dilakukan berdasarkan metode bunga berganda, dapat diketahui bahwa pada tahun 3, diperkirakan penduduk Kabupaten Tanah Datar berjumlah jiwa. I - 4

46 Tabel.8 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 4-9 Wilayah Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Kab. Tanah Datar - Sepuluh Koto 39,87 39,359 39,459 38,988 39,45 39, Batipuh 3,353 3,384 3,47 3,88 3,5 3, Batipuh Selatan,6,63,656,837,88, Pariangan,5,46,44,5,38, Rambatan 34,75 34, 34,8 3,843 3,976 33, Lima Kaum 34,38 34,3 34,539 34,57 34,66 34, Tanjung Emas,768,87,95,3,, Padang Ganting 3,684 3,79 3,884 3,748 3,84 3, Lintau Buo 5,58 5,6 5,67 5,53 5,596 5, Lintau Buo Utara 3,93 33,96 33,78 34,496 34,639 34, Sungayang 6,686 6,75 6,796 6,89 6,877 6, Sungai Tarab 8,95 9,7 9,34 3,7 3,834 3, Salimpaung,44,49,86,859,944, Tanjung Baru 3,64 3,96 3,7 3,7 3,6 3, Jumlah 334,6 335,47 336, , ,74 34, Sumber: Tanah Datar Dalam Angka Tahun 4-9 I - 5

47 Kecamatan Tabel.9 Proyeksi Penduduk Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 Proyeksi Jumlah Penduduk Sepuluh Koto Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Buo Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru Jumlah : Hasil Analisis Penduduk Tahun 9 I - 6

48 ..3 Potensi Bencana Alam Kondisi Kabupaten Tanah Datar yang memiliki bentang alam yang bervariasi, seperti; posisinya berada di antara (dua) gunung yang masih aktif yaitu Gunung Marapi dan Gunung Singgalang, morfologi bergelombang, banyak dilalui sungai-sungai besar serta dilalui jalur sesar besar Sumatera (Sesar Semangko) menyebabkan Kabupaten Tanah Datar rentan terhadap bencana. Potensi bencana yang ada di Kabupaten Tanah Datar diantaranya adalah :..3. Gempa Bumi Gempa bumi atau juga sering disebut gempa tektonik di Kabupaten Tanah Datar disebabkan oleh adanya jalur sesar aktif yang melalui wilayah Tanah Datar yang memanjang mulai dari Teluk Semangko di tenggara hingga Banda Aceh. Kejadian gempa tektonik yang baru-baru terjadi mengguncang Kota Padang Panjang dan Kabupaten Tanah Datar terjadi pada tanggal 6 9 maret 7 hingga 8 kali guncangan serta hampir mencapai 5 kali gempa susulan, kekuatan terbesar terjadi pada tanggal 6 Maret 7 dengan kekuatan 6,3 SR. Dari kejadian gempa tersebut memakan korban jiwa sebanyak orang dan menghancurkan bangunan sebanyak 7.77 unit bangunan mulai dari rusak berat hingga rusak ringan. Daerah yang mengalami kerusakan cukup berat yaitu di Nagari Gunung Rajo dan Nagari Pitalah, karena kedua nagari tersebut berada tepat di jalur sesar, daerah yang harus diwaspadai dengan gempa tektonik ini adalah Kecamatan Batipuh, Batipuh Selatan, Salimpaung dan Kecamatan X Koto bagian Timur...3. Gerakan Tanah (Longsoran) Wilayah Kabupaten Tanah Datar yang merupakan bagian dari jajaran Pegunungan Bukit Barisan secara geologi memiliki potensi terjadinya gerakan tanah. Beberapa penyebab terjadinya gerakan, antara lain : a. Faktor keairan (curah hujan) yang tinggi dan geologi yang kompleks pada wilayah ini, b. Faktor aktivitas manusia merupakan faktor yang paling dominan sebagai penyebab terjadinya bencana gerakan tanah, misalnya: tataguna lahan yang tidak sesuai I - 7

49 dengan topografi dan struktur geologi setempat, pemotongan kaki bukit untuk wilayah pemukiman, pemotongan dan pelebaran jalan, c. Kondisi morfologi yang bergelombang. Jenis Gerakan tanah yang sering terjadi adalah jenis longsoran bahan rombakan (debris slide) dan aliran bahan rombakan (debris avalance). Berdasarkan hasil studi pemetaan mengenai gerakan tanah di Kabupaten Tanah Datar dan sekitarnya, jenis gerakan tanah yang dijumpai berupa longsoran bahan rombakan dan nendatan, selain itu dijumpai juga beberapa gawir gerakan tanah lama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar.9 Di bawah akan diuraikan mengenai kondisi lahan yang memiliki potensi bencana gerakan tanah serta lokasi penyebarannya dapat dilihat pada peta gerakan tanah. a. Breksi, lapuk, bersifat berai - mudah tererosi, fragmen andesit dan material vulkanik lainnya dengan ukuran fragmen kerikil-bongkah berada di zona patahan sehingga sangat labil terhadap gerakan tanah terdapat di sekitar Jalan Padang Panjang - Singkarak, Nagari Subang Anak Kecamatan Batipuh. b. Pengamatan lapangan dari formasi endapan Kuarter Marapi yang relatif labil terhadap gerakan tanah, terdapat di Jalan Padang Panjang - Batusangkar, Bukit Tampang Biaro, Sikaladi, Kecamatan Pariangan c. Pempaprasan tebing yang tidak mengikuti kaidah kestabilan lereng sangat berbahaya bagi pengguna fasilitas jalan, terdapat di Desa Baruah Bukik Kecamatan Sungayang. d. Granit, coklat-putih, tergerus kuat, bidang gerusan terisi oleh lempung, lapukan granit berukuran pasir kasar - kerikil kasar, mineral lapuk: kuarsa, feldspar, biotit (inset: kontak antara granit lapuk dan masif yang dibatasi oleh bidang patahan) e. Gerakan tanah bersifat rayapan terdiri dari material halus (klastik) berupa lahar, abu-abu, fragmen rempah-rempah volkanik terdiri dari andesit dan material gunung api lainnya. Lokasi terdapat di perbatasan Kota Padang Panjang Kabupaten Tanah Datar I - 8

50 Peta gerakan tanah I - 9

51 ..3.3 Gunung Marapi Selain gempa bumi dan gerakan tanah, potensi gempa lainnya yang di Kabupaten Tanah Datar adalah letusan gunung api aktif yaitu Gunung Marapi. Bahaya yang ditimbulkan letusan gunung api adalah terjadinya aliran lava, awan panas, gas beracun, lahar primer pada letusan gunung api yang mempunyai danau kawah, lahar sekunder atau sering disebut lahar hujan dan gelombang pasang. Daerah rawan letusan gunung api terdapat pada daerah sekitar lembah sungai yang berhulu di lereng atas Gunung Marapi memanjang hingga ke lereng bawah. Daerah-daerah yang perlu diwaspadai jika aktifitas Gunung Marapi kembali aktif diantaranya adalah; Balan Sarik, Guguk, Labuatan dan Batur (Kecamatan Pariangan), Lumbung Bapereng, Tanjung Lateh Bukik, Pasir Jawa dan Talang Tangah (Kecamatan Sungai Tarab) serta Koto Baru, Kayuandok, Marapi, Hilia Balai, Andaleh dan Sabu (Kecamatan X Koto), daerah-daerah tersebut diindikasikan sebagai jalur lahar jika terjadi letusan. Klasifikasi pengamanan untuk daerah rawan letusan gunung api dapat diklasifikasikan sebagai berikut :. Kawasan Bahaya I dengan radius 3 Km dari puncak gunung.. Kawasan Bahaya II dengan radius 3 7 Km dari puncak gunung. 3. Kawasan bahaya III dengan radius 8 4 Km dari puncak gunung. Dari pembahasan mengenai potensi bencana di atas, sesuai dengan kriteria kawasan lindung untuk kawasan rawan bencana alam yaitu kawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi dan tanah longsor serta gelombang pasang dan banjir, maka kawasan-kawasan yang berada pada jalur atau radius bencana diarahkan menjadi kawasan berfungsi lindung...4 Potensi Sumber Daya Alam Bagi Kabupaten Tanah Datar, pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Dari setiap sub sektor tersebut memiliki komoditas unggulan yang mempunyai prospek perkembangan yang baik di masa yang akan datang. Adapun perkembangan setiap subsektor sebagai berikut: I - 3

52 ..4. Sektor Pertanian A. Subsektor Tanaman Pangan Padi dan Ubi kayu merupakan tanaman pangan yang dominan. Tanaman padi yang diusahakan Kabupaten Tanah Datar adalah tanaman padi sawah, dengan jumlah produksi pada tahun 8 sebesar 8.383, ton. Produksi terbesar tanaman padi sawah ini terdapat di Kecamatan Batipuh yaitu 7.7,6 ton, sedangkan untuk jumlah produksi paling sedikit adalah sebesar 8.64,3 ton di Kecamatan Batipuh Selatan. Tanaman palawija yang diusahakan di Kabupaten Tanah Datar pada tahun 8 Dari keseluruhan tanaman palawija tersebut, jagung merupakan tanaman yang memiliki produksi terbesar dengan jumlah ton yang diikuti oleh tanaman ubi kayu 5.86,77 ton yang terdapat di Kecamatan Rambatan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel. dan tabel. Tabel. Luas Panen, Produksi Padi Sawah di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9 No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Ha) X Koto 3,56 9, Batipuh 4,997 7, Batipuh Selatan,489 8, Pariangan 3,88, Rambatan 3,355 8, Lima Kaum,57 4, Tanjung Emas 3,45 8, Padang Ganting,846, Lintau Buo,, Lintau Buo Utara 3,65 9, Sungayang,54, Sungai Tarab 3,95, Salimpaung,4, Tanjung Baru,3, Jumlah 4,99 8, Sumber : Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka, 8 B. Subsektor Perikanan Tanah Datar memiliki luas areal perikanan darat mencapai.,53 Ha dengan produksi.65,96 ton pada tahun 8. Jika dilihat dari jenis ikan, produksi perikanan darat di Kabupaten Tanah Datar pada tahun 8 terbanyak adalah ikan Mas yang mencapai 865,7 ton. I - 3

53 No Kecamatan Tabel. Luas Panen, Produksi Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Kacang Tanah di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9 Luas Panen (Ha) Jagung Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Ubi Kayu Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Ha) X Koto, 363,6 3,6,,, 35,.565, 9,,,5,5 Batipuh 79, 38, 3,9 8, 6,, 4, 456, 9, 6, 6,4,4 3 Batipuh Selatan 75, 337,5 4,5 3, 63,96 9,78 39, 7, 8, 83, 45,5,75 4 Pariangan 73, 77,4 3,8,,, 9, 3.56, 6, 39, 54,75,75 5 Rambatan.66, 5.436,6 5, 33, 5.86,77 5,67 8, 8, 6, 78, 4,8,6 6 Lima Kaum 98,.43,4 4,8 8, 495,3 7,69 54, 864, 6, 55, 48,,6 7 Tanjung Emas 95, 38, 4, 6,.6,6 7,3,,,, 7,3,3 8 Padang Ganting, 8, 4, 6, 387,4 4,9,,,, 4,4, 9 Lintau Buo 9, 4,5 4,5 8, 8, 6, 8, 8, 6, 5, 7,,4 Lintau Buo Utara 6,.7, 4,5 49, 784, 6, 8, 88, 6, 3, 44,8,4 Sungayang, 55, 4,6 4, 76,56 9,6 74,., 5, 89, 4,6,4 Sungai Tarab 7,.49, 5, 98,.9,94,53 8,.65, 7,5 94, 5,4,6 3 Salimpaung 66, 3.9,6 5, 6, 56, 6, 35, 595, 7, 97, 45,5,5 4 Tanjung Baru 6, 8, 5, 8, 64, 4,67, 9, 6,, 33,,5 Jumlah 3., 5.646, 4,86 76,.9, 7,8 76,.49, 6,97.4,.769,45,59 Sumber : Tanah Datar Dalam Angka, 9 Luas Panen (Ha) Ubi Jalar Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Kacang Tanah Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Ha) I - 3

54 Sub sektor perikanan terutama perikanan darat di Kabupaten Tanah Datar masih memberikan harapan yang cukup baik dan dapat dijadikan salah satu mata pencaharian masyarakat. Daerah yang bukan merupakan sentra produksi perikanan di Kabupaten Tanah Datar meliputi Kecamatan Sungai Tarab, Kecamatan Tanjung Emas, Kecamatan Salimpaung, Kecamatan Padang Ganting. Kegiatan budidaya ikan di kolam banyak yang masih dikelola dengan sederhana dan sebagian kecil yang telah menerapkan teknologi seperti benih dan pakan. Tingkat produktivitas budidaya ikan kolam masih konstan. Budidaya ikan di sawah yang banyak diusahakan oleh petani, sangat tergantung pada kelancaran air irigasi. Kegiatan ini banyak dilakukan pada areal persawahan yang berpengairan setengah teknis dan teknis. Beberapa daerah yang cukup banyak membudidayakan ikan di kolam dan sawah dalam luasan yang cukup besar adalah Kecamatan Tanjung Emas. Sedangkan Budidaya ikan karamba belum banyak diusahakan. Daerah yang mengusahakan ini juga masih sedikit, antaralain kecamatan Batipuh Selatan, Rambatan, Tanjung Emas. Jelasnya dapat dilhat pada tabel. dan tabel.3. Tabel. Luas dan Produksi Perikanan Darat Per Kecamatan Tahun 8 Produksi Budidaya Ikan No Kecamatan Jumlah Kolam Keramba Sawah X Koto Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Buo Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru Jumlah Sumber : Tanah Datar Dalam Angka, 8, ,44.5 I - 33

55 Tabel.3 Produksi Sub sektor Perikanan Tahun 8 No Kecamatan Luas (Ha) Produksi (Ton) X Koto Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Buo Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru Jumlah,.53,65.97 Sumber : Tanah Datar Dalam Angka, 8 C. Sub sektor Peternakan Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah yang potensi perekonomiannya terkosentrasi di sektor pertanian. Sub sektor peternakan juga menunjukan perkembangan yang cukup menjanjikan. Hal ini dapat dilihat dari populasi ternak tahun 8 menunjukan peningkatan dibandingkan tahu sebelumnya. Lebih Jelas dapat dilihat pada tabel.4 Tabel.4 Populasi Ternak di Kabupaten Tanah Datar Tahun 5 9 Tahun No Jenis Populasi Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) (Ekor) Kerbau,34. 8,844.,73.,.,35. Sapi Perah Sapi Potong 46, , ,66. 5,687. 5,4. 4 Kuda Kambing,83. 3,634. 4,754. 5,66. 5,74. 6 Ayam Buras 473,84. 86,88. 3, ,767. 4,. 7 Ayam Ras Petelur 45, ,34. 68,59. 6,7. 65,7. 8 Ras Pedaging 3,56. 6, ,487. 5, ,43. 9 Itik 56, ,4. 89,5. 9,5. 9,5. Sumber : Tanah Datar Dalam Angka I - 34

56 Untuk tahun 9 Kabupaten Tanah Datar populasi terbesar adalah ayam ras petelur mencapai 65.7 ekor sedangkan populasi terkecil adalah sapi perah yang hanya berjumlah 77 ekor. Pada umumnya ternak yang diusahakan oleh penduduk bervariasi, mulai dari ternak besar hingga unggas. D. Sub sektor Perkebunan Sekalipun pertumbuhan produksi perkebunan relatif cukup rendah, namun peningkatan produksi yang dialami hampir oleh semua komoditi memberikan harapan yang cukup baik dalam menunjang perekonomian masyarakat Tanah Datar. Untuk produksi karet di Tanah Datar tahun 8 produksinya mencapai.3 ton dengan Kecamatan Lintau Buo sebagai penghasil terbesar, sedangkan kakao penghasil tertinggi adalah kecamatan Padang Ganting dengan jumlah produksi, 4 ton diikuti oleh kecamatan Rambatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel Sektor Petambangan Sumber daya alam lain yang dimiliki oleh Kabupaten Tanah Datar adalah potensi tambang. Meskipun analisis LQ menunjukan bahwa sektor tambang merupakn sektor non basis, namun potensi tambang yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar cukup potensial. Pada saat ini Kabupaten Tanah Datar memiliki potensi tambang migas dan potensi tambang mineral baik mineral logam maupun mineral non logam. Pada saat ini PT. ICCI dengan luas 49,6 Ha dan PT. Inkalko Agung dengan luas 38,8 Ha telah memiliki Izin Usaha Pertambangan dan telah melakukan eksploitasi marmer dengan kapasitas produksi mencapai.6, CBM/tahun yang berlokasi di Kecamatan Lintau Buo Utara. Selain perusahaan-perusahaan yang mengeksplorasi bahan tambang/mineral di atas, terdapat (dua) perusahaan lain yang telah memiliki Izin Usaha Tambang di Kabupaten Tanah Datar. Perusahan tersebut bergerak dibidang penelitian untuk eksplorasi tambang/bahan mineral Bijih Besi. Dua perusahaan tersebut adalah: a. PT. Selaras Bumi Banua, berlokasi di Nagari Tanjung Barulak Kecamatan Batipuh dengan luas IUP yaitu 356, Ha. b. PT SILO, berlokasi di Kecamatan Padang Ganting, luas IUP adalah.548,9 Ha. I - 35

57 Tabel.5 Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Perkebunan Per Kecamatan Tahun 8 No Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) X Koto Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting, Lintau Buo,343., Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru Jumlah 4,45., ,589.,5.,9.,655. Sumber : Tanah Datar Dalam Angka, 8 Karet Kakao Cengkeh Kulit Manis Kelapa I - 36

58 Berdasarkan data Dinas Koperindagpastam Kabupaten Tanah Datar, pada saat ini Kabupaten Tanah Datar juga memiliki potensi tambangan mineral lainnya yaitu: a. Mineral logam berupa Tembaga, Litium, Kobalt, Timah Hitam, Seng dan Mangan dengan lokasi tersebar di Kabupaten Tanah Datar b. Mineral non logam berupa Andesit, Basalt, Batu Gamping, Batu Sabak, Bentonit, Dolomit, Granit, Karbonan, Pasir/Batupasir, Pasir Kuarsa, Posfat, Tanah Liat, Tanah Urug dan Tras. Potensi tambangan mineral non logam yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar terletak secara menyebar di Kabupaten Tanah Datar. Potensi tambang lain yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar selain mineral adalah adalah potensi migas. Potensi Migas Tanah Datar merupakan bagian dari Potensi Migas Blok Singkarak yang tersebar di 5 (lima) kabupaten yaitu Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Tanah Datar. Lokasi blok singkarak telah dimulai dirintis semenjak tahun 984 di Kabupaten Tanah Datar terdapat di Kecamatan Rambatan, Kecamatan Tanjung Emas, Kecamatan Padang Ganting, Kecamatan Batipuh dan Kecamatan Batipuh Selatan. Untuk potensi mineral. Luas Kawasan Blok Singkarak yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar adalah.544,9 Ha..5 Potensi Ekonomi Wilayah..5. Kontribusi Kabupaten Tanah Datar terhadap Perekonomian Sumatera Barat Peranan PDRB kabupaten terhadap PDRB Provinsi menunjukan kinerja ekonomi kabupaten terhadap pembentukan PDRB Provinsi. Berdasarkan data PDRB atas dasar harga konstan tahun. Tercatat pada tahun 9, peranan PDRB Kabupaten Tanah Datar terhadap Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 6.7 %. Sumbangan sektor pertanian Kabupaten Tanah Datar didominasi oleh subsektor tanaman pangan. Sektor bangunan juga merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap PDRB Sumbar yaitu 9.83%. Untuk Jelasnya dapat dilihat pada tabel.6 I - 37

59 ..5. Struktur Perekonomian Kabupaten Tanah Datar Struktur perekonomian suatu daerah merupakan gambaran tentang komposisi perekonomian daerah yang terdiri atas Sembilan sector ekonomi. Sehingga struktur ekonomi sekaligus dapat menunjukan tinggi rendahnya kontribusi atau peran serta seluruh sector ekonomi terhadap pembetukan PDRB. Melihat struktur yang ada di PDRB Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat bahwa potensi sector pertanian dan Jasa-jasa menjadi potensi yang paling besar di Kabupaten Tanah Datar, sehingga kedepannya harus lebih ditingkatkan pengelolaannya terutama sector pertanian. (Tabel.7)..5.3 Sektor Basis Sektor basis merupakan sektor yang menjadi spesialisasi disuatu daerah.untuk mengukur spesialisasi relatif pada sektor atau kegiatan ekonomi tertentu diwilayah digunakan metode Location Question (LQ). Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ (Tabel.8) terdapat 3 sektor yang menjadi sector basis di Kabupaten Tanah Datar yaitu sektor Pertanian (,56), Bangunan (,45), dan Jasa-jasa (,3). Nilai LQ > ini artinya ketiga sektor ini menjadi basis atau sumber pertumbuhan. Sektor ini memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kabupaten Tanah Datar namun dapat juga di ekspor ke luar wilayah. Sedangkan 6 sektor lainnya yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor Perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan,persewaan dan jasa perusahaan yang nilai LQ nya < menunjukan bahwa sektor ini tidak memiliki keunggulan komparatif artinya sektor ini tidak mampu memenuhi kebutuhan wilayah sendiri untuk itu diperlukan pasokan/impor dari luar wilayah. I - 38

60 Tabel.6 Peranan PDRB Kabupaten Tanah Datar Terhadap PDRB Provinsi Sumbar Berdasarkan Sektor Tahun 9 LAPANGAN USAHA % Dalam Wilayah Kabupaten % per Sektor Dalam Regional * 9** * 9** PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN a Perdagangan Besar dan Eceran b Hotel c Restoran PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI a Angkutan Jalan Raya (darat) Kereta Api Angkutan Jalan Raya (darat) Angkutan Laut Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan Angkutan Udara Jasa Penunjang Angkutan b Pos dan Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN a Bank b Lembaga Keuangan Tanpa Bank c Sewa Bangunan d Jasa Perusahaan JASA-JASA a Pemerintahan Umum b Swasta Sosial Kemasyarakatan Hiburan dan Rekreasi Perorangan dan Rumah Tangga Sumber : PDRB Kab. Tanah Datar 4-9 dan Hasil Analisis I - 39

61 Tabel.7 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanah Datar Tahun 4 8 Atas Dasar Harga Konstan Tahun Kabupaten Tanah Datar LAPANGAN USAHA Laju Pertumbuhan r 5 6 r 6 7 r 7 8* r 8** 9 r 9 PERTANIAN 697, , , , , , PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 34, , , , , , INDUSTRI PENGOLAHAN 3, , , , , , LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 5, , , , , , BANGUNAN 38, , , , , , PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 44,5.7-58, , , , , PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI,56.5-6, , , , , KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 6, , , , , , JASA-JASA 344, , , , , , PDRB,863, ,96, ,76, ,, ,33, ,468, I - 4

62 Tabel.8 Location Question (LQ) Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tanah Datar Tahun 4 9 LAPANGAN USAHA * 9** Keterangan PERTANIAN Sektor Basis a Tanaman Bahan Makanan b Perkebunan c Peternakan dan hasil-hasilnya d Kehutanan e Perikanan PERTAMBANGAN & PENGGALIAN Sektor Non Basis a Penggalian INDUSTRI PENGOLAHAN Sektor Non Basis a Industri Tanpa Migas LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH Sektor Non Basis a Listrik b Air Bersih BANGUNAN Sektor Basis 6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Sektor Non Basis a Perdagangan Besar dan Eceran b Hotel c Restoran PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Sektor Non Basis a Angkutan Jalan Raya (darat) b Jasa Penunjang Angkutan c Pos dan Telekomunikasi KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN Sektor Non Basis a Bank b Lembaga Keuangan Tanpa Bank c Sewa Bangunan d Jasa Perusahaan JASA-JASA Sektor Basis a Pemerintahan Umum b Swasta Sosial Kemasyarakatan Hiburan dan Rekreasi Perorangan dan Rumah Tangga Sumber : Hasil Analisis..5.4 Pariwisata Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki potensi pariwisata cukup banyak dan beragam. Selain Istano Basa Pagaruyung yang dikenal dengan Rumah Gadang, Danau Singkarak yang cukup terkenal bukan saja di wilayah Tanah Datar atau di Provinsi Sumatera Barat saja melainkan di tingkat nasional serta masih banyak potensi yang belum digali dan terekspose dimasyarakat luas. Potensi-potensi yang ada diantaranya adalah Objek Wisata Puncak Pato (Marapalam), Bukit Payo Rapuih, Kuburan Panjang Dt. Tantejo Gurhano, Pemandian Air Panas Pariangan Tuo dan sebagainya. Secara keseluruhan objek wisata yang ada di Kabupaten Tanah Datar tercatat sebanyak 34 buah objek wisata yang terdiri dari; I - 4

63 . Objek Wisata Alam sebanyak 36 buah. Objek Wisata Sejarah/Budaya sebanyak 9 buah 3. Objek Wisata Minat Khusus sebanyak 8 buah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Pada dasarnya hampir seluruh objek wisata yang ada mempunyai daya tarik masingmasing, namun demikian masih banyak yang belum dikenal/diketahui sehingga belum bisa menjadi wisata andalan bagi Daerah serta belum memiliki nilai jual karena ajang promosi daerah sangat minim dalam memperkenalkan potensi-potensi wisata yang ada. Upaya-upaya yang diperlukan guna memperkenalkan potensi wisata Kabupaten Tanah Datar perlu melakukan kerjasama antar daerah melalui program paket wisata, pengenalan melalui media cetak/elektronik, brosur-brosur maupun penyediaan work shop khusus mengenai potensi Kabupaten Tanah Datar seperti; di Bandara Minangkabau atau di pelabuhan laut Teluk Bayur dan sebagainya. Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki banyak potensi pariwisata, objek-objek wisata tersebut tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Datar, diantara jenis wisata tersebut diantaranya adalah; wisata budaya/sejarah, wisata alam, wisata minat khusus dan bendabenda cagar budaya. Objek wisata yang ada di Kabupaten Tanah Datar pada tahun 8, terbagi kedalam wisata budaya, wisata alam dan dan wisata minat khusus.. Wisata Budaya Jumlah dan jenis objek wisata budaya terdapat sebanyak 9 jenis objek yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Pada umumnya jenis objek wisata budaya ini adalah berbentuk bangunan seperti makam, mesjid, rumah gadang dll. Untuk jenis objek wisata budaya penyebaran terbanyak terdapat di Kecamatan Sungai Tarab yaitu sebanyak 4 buah objek wisata, sedangkan paling sedikit berada di Kecamatan Batipuh Selatan dan Kecamatan Tanjung Baru masing-masing hanya buah objek wisata. I - 4

64 . Wisata Alam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Keberadaan potensi wisata alam di Kabupaten Tanah Datar tidak sebanyak jenis objek wisata budaya serta penyebarannya pun hanya terdapat di kecamatan. Secara keseluruhan jumlah objek wisata alam sebanyak 36 objek wisata dan untuk jenis wisata ini sebagian besar tersebar di Kecamatan X Koto sebanyak 9 buah objek wisata. 3. Wisata Minat Khusus Sama halnya dengan keberadaan objek wisata alam yang tidak tersebar di seluruh kecamatan. Untuk jenis wisata minat khusus pun demikian, bahkan hanya tersebar di 7 kecamatan, yaitu; Kecamatan Batipuh Selatan, Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting, Sungai Tarab, Sungayang dan Kecamatan Lintau Buo. Jenis wisata minat khusus ini kebanyakan berupa tempat pemandian Infrastruktur dan Prasarana Wilayah A. Prasarana Transpotasi Panjang jalan di Kabupaten Tanah Datar untuk jalan Nasional pada tahun 8 tercatat sepanjang 55 km, jalan Propinsi 38.9 km, dan jalan Kabupaten.379, km, secara keseluruhan panjang jalan nasional, propinsi, dan kabupaten di Kabupaten Tanah Datar tercatat sepanjang.573,4 km. Berdasarkan jenis permukaannya pada tahun 8, 7 km adalah jalan di aspal, 5.45 km jalan krekel, km jalan dengan permukaan tanah. Sedangkan menurut kondisinya, selama tahun 8 ini jalan di Kabupaten Tanah Datar mengalami sedikit perubahan, jalan dengan kondisi baik yang tercatat sepanjang km pada tahun 7 naik menjadi km pada tahun 8. Jalan dengan kondisi rusak ringan juga mengalami kenaikan dari Km pada tahun 7 naik menjadi sepanjang Km. Sedangkan jalan dengan kondisi rsak berat pada tahun 8 tercatat sepanjang 8. Km. Jelasnya dapat dilihat pada tabel.9 dan Tabel. serta Gambar. I - 43

65 Tabel.9 Panjang Jalan Menurt Status dan Jenis Permukaan Per Kecamatan Tahun 9 Kecamatan Status Aspal Berbatu Kerikil Tanah X Koto Batipuh Batipuh Selatan Pariangan Rambatan Lima Kaum Tanjung Emas Padang Ganting Lintau Lintau Buo Utara Sungayang Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru Jumlah Sumber : Tanah Datar Dalam Angka Jumlah Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten Nasional Propinsi Kabupaten ,6.3 I - 44

66 Peta system jaringan jalan I - 45

67 Tabel. Panjang Jalan Menurut Status Per Kecamatan Tahun 8 Jenis Perkerasan Panjang Jalan Menurut Status Jumlah Nasional % Propinsi % Kabupaten % Km % Aspal Berbatu Kerikil Tanah Jumlah , , Sumber : Tanah Datar Dalam Angka Gambar. Persentase Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9 Tanah 3% Aspal Kerikil 8% Berbatu 3% Aspal 58% Berbatu Kerikil Tanah B. Sumber Daya Air Kondisi alam yang bergelombang dan berbukit serta kondisi batuan yang kedap air di Kabupaten Tanah Datar mengakibatkan mata air banyak dijumpai kaki perbukitan atau lembah. Mata air dapat dimanfaatkan sebagai cadangan sumber air bersih. Secara keseluruhan, pemanfaatan sumber mata air di Kabupaten Tanah Datar dimanfaatkan dan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tanah Datar dan PDAM Kota Padang Panjang. Berdasarkan statistik tahun 9 PDAM Kabupaten Tanah Datar hanya menjangkau kecamatan dengan kapasitas sumber sebesar 9,5 liter/detik dan panjang sambungan pipa m. Sedangkan Tiga kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Batipuh, Kecamatan Pariangan dan Kecamatan Tanjung Baru belum terlayani oleh sambungan pipa PDAM. Kebutuhan air bersih masyarakat di tiga kecamatan ini di I - 46

68 layani oleh air sumur dan sambungan pipa yag dikelola langsung oleh masyarakat setempat. Untuk lebih jelas mengenai sumber air PDAM dapat dilhat pada tabel. No. Tabel. Unit PDAM, Sumber Air, Sistem dan Kapasitas Sumber Dirinci Per Kecamatan Di Kabupaten Tanah Datar Tahun 9 Kecamatan Unit PDAM X Koto Jaho Pincuran Bungo Garvitasi 5.,68 7 Sungai Maruok Garvitasi. Batipuh Batipuh Selatan Malalo Muaro Ambius Garvitasi 5., Tanjung Sawah Garvitasi.5 4 Pariangan Rambatan Simawang Kubang Cancang Garvitasi 5. 9,44 3 Jambu Aia Garvitasi.5 Rambatan Tumanggung Garvitasi.5 7,36 48 Kiambang Pompanisasi 5. 6 Lima Kaum Batusangkar Kiambang Garvitasi , ,63 Sitakuk Garvitasi 5. Saruni Garvitasi 5. Lima Kaum Surau Gadang Garvitasi.5 5,3,577 Tabek Tinggi Garvitasi.5 Sitakuk Garvitasi 7. Kiambang Pompanisasi. 7 Tanjung Emas Tanjung Emas Kiambang Garvitasi 5. 5,63 4,75 Saruni Garvitasi. 8 Padang Ganting Padang Ganting Saruni Garvitasi 5., Lintau Buo Aia Tabik I Garvitasi. 38,6,39 Lintau Buo/Lintau Buo Utara Sumber Air Sistem Kapasitas Liter/detik Aia Tabik II Garvitasi. Bar-Bar Garvitasi 5. Aia Janih Pompanisasi. Panjang Jaringan (m) Hidran Umum Sambungan Cubadak Pantai Garvitasi Lintau Buo Utara Sungayang Sungayang Minang Garvitasi 5. 34,6,75 Baburai Garvitasi 5. Sungai Tarab Koto Hiliang Sungai Jambu Garvitasi.5,98 89 Sitakuk Pompanisasi.5 3 Salimpaung Tabek Patah Gunung Kacik Garvitasi.5, Pincuran Dalimo Garvitasi.5 4 Tanjung Baru Jumlah ,3 3 3,74 Sumber : Tanah Datar Dalam Angka Tahun 9 Jumlah pelanggan air minum pada tahun 9 mengalami peningkatan. Pada tahun 7 jumlah pelanggan mencapai 3.5 pelanggan, maka pada tahun 8 naik menjadi 3.74 Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 479 pelanggan. Kemudian kalau dilihat jumlah pelanggan non niaga atau rumah tangga pada tahun 8 tercatat.63 pelanggan. Jumlah pelanggan ini diiringi dengan kenaikan jumlah pemakaian air bersih. Volume air bersih yang terjual pada tahun 8 mencapai.93.9 M³. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel. I - 47

69 Tabel. Banyaknya Pelanggan dan Pemakaian Air di Kabupaten Tanah Datar No Jenis Pelanggan Banyaknya Jumlah Pemakaian Air (M³) Rumah Tangga,63.,384,778. Perkantoran 64. 3, Niaga , Kran Umum 3.,78. 5 Badan Sosial 8. 38, Hotel/Penginapan 9. 7, Hilang.. Jumlah 8 3,74.,93,9. 7 3,55.,75,38. 6,966.,73,3. 5,48.,435,. 4,96.,494,383. Sumber : Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka C. Prasarana Telekomunikasi Sarana telekomunikasi merupakan salah satu sistem teknologi yang paling cepat perkembangannya. Satu dasawarsa yang lalu masyarakat masih familier dengan telegram, akan tetapi saat ini mesin telegram hampir tidak digunakan lagi karena sudah muncul teknologi yang lebih praktis seperti telepon seluler. Perkembangan yang sama juga terjadi di Kabupaten Tanah Datar. Saat ini di Kabupaten Tanah Datar, khususnya di Kota Batusangkar sudah berkembang penggunaan telepon seluler. Perusahaan telekomunikasi (Telkomsel) telah memasang Tower di Batusangkar, sehingga pengguna telkomsel mampu menangkap sinyal dengan baik. Pendirian Tower ini tentunya menggairahkan usaha perdagangan handphone dan aksesorisnya serta perdagangan pulsa handphone. I - 48

70 D. Listrik Hampir sebagian besar kecamatan yang ada di Kabupaten Tanah Datar sudah terlayani oleh jaringan listrik. Dari jumlah pelanggan yang ada, jumlah sambungan terbesar diperuntukkan untuk sambungan rumah tangga, yaitu mencapai 95 % dari total jumlah sambungan. Selebihnya merupakan sambungan non rumah tangga, seperti sosial dan pemerintahan. Guna memenuhi kebutuhan pelayanan energi listrik ini, maka diperlukan sumber pemasok energi lain karena untuk sumber yang ada saat ini masih dirasa sangat kurang. Pada saat ini sumber energi listrik untuk melayani kebutuhan penduduk di Kabupaten Tanah Datar dipasok dari sumber;. UPP Salimpaung. UPP Simabur 3. UPP Sumanik 4. UPP Sungayang 5. UPP Rambatan Dalam waktu dekat, daya listrik dari Gardu Induk Sumanik akan diganti dengan sumber daya energi (listrik) yang berkapasitas 3 MVA dari sumber yang ada saat ini sebesar MVA. Dengan digantinya sumber daya listrik ini diharapkan dapat mencukupi kebutuhan daya listrik di Kabupaten Tanah Datar. Selain tersebut di atas, penambahan jaringan transmisi direncanakan juga pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dengan kapasitas daya 75 KV dan merupakan peningkatan yang ada sekarang dengan kapasitas 66 KV dan 5 KV. E. Drainase Keberadaan jaringan drainase di Kabupaten Tanah Datar secara umum belum terkelola dengan baik, hal ini masih terlihat untuk sistem pengaliran air masih memanfaatkan saluran alami dan kurang perawatan, hanya di pusat-pusat perkotaan (pusat kabupaten dan kecamatan) yang umumnya sudah menggunakan jaringan drainase buatan (terbangun) itupun kebanyakan dengan menggunakan sistem drainase terbuka yang seringkali dimanfaatkan untuk pembuangan sampah. I - 49

71 Arahan mengenai kebutuhan pengembangan jaringan drainase di Kabupaten Tanah Datar diarahkan pada sistem, yaitu; jaringan darinase tertutup dan jaringan terbuka. Sistem jaringan tertutup diarahkan pada lokasi-lokasi yang memiliki intensitas kegiatan tinggi, terutama di pusat-pusat perkotaan, seperti; kawasan perdagangan, perkantoran, terminal serta kegiatan kawasan kota lainnya. Sementara untuk sistem jaringan terbuka diarahkan pada daerah-daerah yang memiliki intensitas kegiatan rendah, seperti sepanjang jalur jalan di luar kawasan pusat kota, daerah permukiman dengan kepadatan rendah, kawasan pertanian dan sebagainya. F. Persampahan Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Tanah Datar saat ini belum terkoordinasi dengan baik oleh kelompok masyarakat maupun pemerintah. Memang saat ini persoalan sampah belum menjadi sebuah persoalan yang serius dan kompleks karena pola kehidupan masyarakat yang relatif belum banyak memproduksi sampah, tetapi jika dari sekarang tidak direncanakan, maka pesoalan sampah akan membesar seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perkotaan Guna mengatasi peningkatan produksi sampah, diperlukan organisasi yang melibatkan penduduk dengan pemerintah dalam menangani perkembangan produksi sampah. Selain diperlukan adanya organisasi pengelola, juga fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan dalam penanganan sampah harus tersedia, program penyadaran masyarakat dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan perlu ditingkatkan. Dalam upaya peningkatan pengelolaan persampahan, saat ini pemerintah sudah menyediakan sarana TPA baru yang berlokasi di Bukit Sangkiang (Kecamatan Rambatan) dengan luas areal seluas 3 Ha. Daerah yang dilayani untuk fasilitas TPA baru adalah melayani penduduk di wilayah Kota Batusangkar..3 Isu - Isu Strategis Kabupaten Tanah Datar Isu-isu strategis Kabupaten Tanah Datar antara lain: a. Bidang Pendidikan & Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggaraan pendidikan yang berkarakter untuk lebih meningkatkan kualitas SDM di Kabupaten Tanah Datar. b. Bidang Kesehatan I - 5

72 Peningkatan akses dan keterjangkauan masyarakat dalam layanan kesehatan di nagari-nagari dan kecamatan untuk meningkatakan derajat kesehatan masyarakat. c. Bidang Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanah Datar relatif rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. d. Bidang Pertanian Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman mengancam eksentifikasi pertanian serta sistem pengelolaan pertanian yang masih secara rendah. e. Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah serta Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Peningkatan sarana dan prasarana seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar. f. Bidang Agama, Sosial dan Budaya Rendahnya minat generasi muda dalam mempelajari nilai-nilai adat dan budaya g. Bidang Hukum dan Pemerintahan Percepatan penegasan tapal batas kabupaten, kecamatan dan nagari serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hukum dan peraturan- peraturan perundang-undangan yang berlaku. I - 5

73 Tahun

74 Bab TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

75 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Bab TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar T ujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tanah Datar merupakan arahan perwujudan ruang wilayah Kabupaten Tanah Datar yang ingin dicapai dari tahun sampai dengan tahun 3 ( tahun). Berdasarkan Permen Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/9 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tanah Datar memiliki fungsi:. sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Kabupaten Tanah Datar;. memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW Kabupaten Tanah Datar; dan 3. sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tanah Datar dirumuskan berdasarkan:. Visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten; Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Tanah Datar Tahun 5, visi Kabupaten Tanah Datar adalah: II -

76 Terwujudnya Masyarakat yang Maju, Sejahtera, Dan Berkeadilan Dilandasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Misi Kabupaten Tanah Datar sesuai dengan RPJM adalah: a. Meningkatkan pendidikan, pemahaman dan pengamalan ajaran agama, adat, dan budaya serta kapasitas kelembagaan sosial budaya. b. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan pemerataan dan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan serta kesejahteraan sosial. c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan pemerataan pendapatan sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran, melalui a). peningkatan pembangunan sektor pertanian dalam arti luas, sektor pariwisata dan sektor usaha kecil, menengah dan koperasi, b). pengembangan kawasan strategis, dan c). meningkatkan pemerataan dan kualitas sarana dan prasarana serta mewujudkan lingkungan yang mendukung pembangunan berkelanjutan. d. Mewujudkan masyarakat sadar hukum dan berkeadilan melalui a). regulasi, b). peningkatan sosialisasi dan penegakan hukum. e. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih melalui a) peningkatan kemampuan pemerintahan mulai di tingkat nagari, kecamatan dan kabupaten b) peningkatan pelayanan publik.. Karakteristik wilayah kabupaten; Disamping visi dan misi Kabupaten Tanah Datar, karakteristik wilayah Kabupaten Tanah Datar juga menjadi dasar dalam merumuskan tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar. Karakteristik wilayah Kabupaten Tanah Datar mencakup karakteristik fisik geografis, sosial kependudukan dan sosial ekonomi. Kabupaten Tanah Datar yang berada di sekitar Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan Gunung Sago adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang terkenal dengan sebutan Luhak Nan Tuo dengan ibu kota kabupaten adalah Kota Batusangkar. Secara geografis Kabupaten Tanah yang terletak pada posisi º 7 - º 39 LS dan º 9 - º 5 BT mempunyai luas.336 Km, sedangkan secara wilayah administrasi Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 4 kecamatan dan 75 nagari. Bentuk morfologi wilayah yang berbukit dan bergelombang terletak pada ketinggian II -

77 sd. meter dpl membuat Kabupaten Tanah Datar sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Barat dengan potensi wisata antara lain Danau Singkarak, Panorama Alam dan Istano Basa Pagaruyung. Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar pada tahun 9 tercatat jiwa yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar. Sejalan dengan potensi perekonomian Kabupaten Tanah Datar didominasi oleh sektor pertanian dan penduduk usia kerja yang terserap oleh sektor ini cukup signifikan yaitu mencapai 5 % dari jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar atau sekitar 86.7 jiwa. 3. Isu strategis; dan Isu-isu strategis Kabupaten Tanah Datar antara lain: a. Bidang Pendidikan & Sumber Daya Manusia (SDM) Penyelenggaraan pendidikan yang berkarakter untuk lebih meningkatkan kualitas SDM di Kabupaten Tanah Datar. b. Bidang Kesehatan Peningkatan akses dan keterjangkauan masyarakat dalam layanan kesehatan di nagari-nagari dan kecamatan untuk meningkatakan derajat kesehatan masyarakat. c. Bidang Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanah Datar relatif rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. d. Bidang Pertanian Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan permukiman mengancam eksentifikasi pertanian serta sistem pengelolaan pertanian yang masih secara rendah. e. Bidang Sarana dan Prasarana Wilayah serta Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Peningkatan sarana dan prasarana seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar. f. Bidang Agama, Sosial dan Budaya Rendahnya minat generasi muda dalam mempelajari nilai-nilai adat dan budaya g. Bidang Hukum dan Pemerintahan Percepatan penegasan tapal batas kabupaten, kecamatan dan nagari serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hukum dan peraturan- peraturan perundang-undangan yang berlaku. II - 3

78 4. Kondisi objektif yang diinginkan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Terakhir yang menjadi dasar dalam menentukan tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar adalah kondisi objektif yang diinginkan. Sedangkan kriteria yang menjadi dasar perumusan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Tanah Datar yaitu:. mengacu pada tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional;. jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan 3. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Perkembangan kawasan secara makro dan mikro akan mempengaruhi penentuan tujuan perencanaan tata ruang wilayah. Faktor-faktor makro atau faktor eksternal kawasan yang mempengaruhi perumusan tujuan Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar adalah: a. Penetapan beberapa kawasan di Kabupaten Tanah Datar sesuai arahan RTRWN seperti: Pengembangan sistem jaringan transportasi nasional yang melintasi Kabupaten Tanah Datar dengan ruas Bukittinggi Padang sebagai jalan bebas hambatan. Penatapan Wilayah Sungai (WS) Indragiri dan WS Anai-Kuranji-Arau-Mangau- Antokan sebagai wilayah sungai strategis nasional Menetapkan Lembah Anai sebagai Kawasan Cagar Alam b. Penetapan beberapa kawasan di Kabupaten Tanah Datar sesuai arahan RTRWP seperti: Penetapan Kota Batusangkar sebagai PKL Pembangunan dan Pengembangan sistem jaringan transportasi darat terdiri dari jaringan jalan, jaringan jalur kereta api dan sistem terminal di Kabupaten Tanah Datar. Penetapan dan pengembangan kawasan lindung, kawasan budidaya dan kawasan strategis di Kabupaten Tanah Datar sesuai dengan RTRWP. Faktor internal kawasan juga ikut mempengaruhi perumusan tujuan RTRW Kabupaten disamping faktor eksternal. Faktor-faktor ini berupa potensi dan kendala yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar yaitu: II - 4

79 a. Potensi Kabupaten Tanah Datar Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Posisi Kabupaten Tanah Datar yang terletak di tengah-tengah Provinsi Sumatera Barat memungkinkan aksesibilitas Kabupaten Tanah Datar dari dan ke kabupaten/kota lain maupun provinsi lain lebih mudah. Memiliki objek-objek wisata potensial baik wisata sejarah dan budaya maupun wisata alam. Memiliki lahan yang subur untuk pengembangan pertanian tanaman pangan, hortikultura dan palawija. b. Kendala Kabupaten Tanah Datar Dilalui patahan aktif Sesar Semangko, yang menyebabkan wilayahnya rawan gempa dan memiliki gunung api aktif yaitu Gunung Marapi sehingga rawan bahaya letusan gunung api. Memiliki morfologi bentang alam yang agak curam, curam dan sangat curam lebih dari 5 % dari luas wilayah, sehingga menjadi kendala dalam pengembangan kawasan permukiman. Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka tujuan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 dapat dirumuskan sebagai berikut: Terwujudnya ruang wilayah kabupaten yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan alam dan lingkungan binaan melalui pengaturan, pengendalian serta pemanfaatan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten, yang berbasis pertanian dan pariwisata untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan masyarakat yang dilandasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Sedangkan strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. II - 5

80 Kebijakan dan strategi Penataan Ruang wilayah Kabupaten Tanah Datar, meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah... Kebijakan & Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kebijakan dan Strategi pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Tanah Datar meliputi kebijakan berkaitan dengan hirarki pusat-pusat kegiatan dan prasarana wilayah.. Penetapan dan pengembangan pusat-pusat kegiatan dalam kerangka tata ruang wilayah kabupaten untuk menunjang pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan administrasi masyarakat. Strategi penetapan dan pengembangan pusat-pusat kegiatan dirumuskan sebagai berikut: a. Menetapkan dan mengembangkan Kota Batusangkar sebagai PKL sesuai arahan RTRWP. b. Menetapkan dan mengembangkan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Tanah Datar sesuai potensi sumber daya alam dan sumber daya buatan pada masing-masing kawasan. c. Menetapkan dan mengembangkan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di Kabupaten Tanah Datar untuk melayani nagari maupun jorong yang tidak ditetapkan sebagai PPK maupun PPL. d. Mendorong perkembangan wilayah lain yang tidak masuk dalam PPK dan PPL di Kabupaten Tanah Datar. Pengembangan jaringan prasarana wilayah kabupaten sebagai pembentuk struktur ruang wilayah kabupaten yang mengintegrasikan seluruh wilayah dalam memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan terutama pusat-pusat kegiatan perkotaan. Strategi pengembangan jaringan prasarana wilayah kabupaten dapat dirumuskan sebagai berikut: II - 6

81 a. Mendukung pengembangan jaringan transportasi darat meliputi jaringan jalan, terminal, jaringan kereta api, jaringan sungai, danau dan penyeberangan serta pengembangan jalan baru yang menjadi kewenangan pusat maupun Provinsi Sumatera Barat. b. Mengembangkan Pengembangan sistem jaringan jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan wilayah meliputi PKL, PPK dan PPL dengan wilayah layanannya dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tanah Datar. c. Pengembangan Sistem Jaringan Energi/Listrik, melalui: Mendukung pengembangan pembangkit Listrik Nasional dan Provinsi di Wilayah Kabupaten Tanah Datar. Mendorong percepatan pembangunan dan pengembangan pembangkit Listrik Mikro-Hidro Batang Sinamar di Kecamatan Lintau Buo Utara. Meningkatkan jaringan distribusi listrik dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik jangka panjang di wilayah Kabupaten Tanah Datar untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. d. Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi, melalui: Mendukung pengembangan sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Tanah Datar yang menjadi kewenangan Pusat dan Provinsi Sumatera Barat. Mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi nirkabel di Seluruh Wilayah Kabupaten Tanah Datar melalui menetapkan lokasi menara telekomunikasi seperti Base Transceiver Station (BTS) dengan sistem menara bersama kecuali untuk penutupan wilayah blankspot. Memelihara dan mengembangkan sistem jaringan kabel telepon terutama di pusat kegiatan utama kabupaten atau PKL Batusangkar. e. Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air Mendukung pengembangan sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Tanah Datar yang menjadi kewenangan Pusat dan Provinsi Sumatera Barat. Menjaga keberlangsungan ketersediaan air permukaan baik sungai, waduk, situ dan embung. II - 7

82 Membangun dan mengembangkan jaringan irigasi primer, sekunder dan tersier yang berfungsi mendukung produktifitas usaha tani baik bangunan, bangunan pelengkap maupun saluran yang merupakan satu kesatuan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi. Menjaga keberlangsungan ketersediaan air baku dalam rangka pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat. f. Pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya Mengembangkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bukit Sangkiang. Mengembangkan penyediaan sumber air bersih untuk pemenuhan kebutuhan air bersih layak minum bagi penduduk pada pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Tanah Datar. Mengembangkan jaringan perpipaan air baku untuk air minum dan pengolahan air minum untuk wilayah-wilayah yang sulit air. Menyediakan jalur evakuasi bencana untuk kawasan rawan bencana gempa, gunung api dan longsor. Membangun dan mengembangkan drainase sesuai kebutuhan penduduk terutama di pusat kegiatan lokal Kota Batusangkar. 3. Peningkatan kesejahteraan dan keadilan masyarakat dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan sektor pertanian dan sektor pariwisata sesuai daya dukung lingkungan. Strategi dalam peningkatan kesejahteraan dan keadilan masyarakat dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pembangunan sektor pertanian dan sektor pariwisata sesuai daya dukung lingkungan dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Membatasi alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman terutama pertanian lahan basah dengan menetapkan sawah beririgasi teknis sebagai lahan pertanian yang berkelanjutan. b. Mengembangkan sistem agribisnis pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan melalui: II - 8

83 Menyediakan sarana produksi menyangkut perencanaan, pengelolaan sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu serta tepat produk. Melakukan usaha tani yang intensif dan sustainable dalam rangka meningkatkan produktifitas lahan secara intensifikasi Merencanakan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usaha tani dalam rangka meningkatkan produksi primer untuk pemenuhan kebutuhan pasar dengan penekanan pada usaha tani yang lestari atau peningkatan produktivitas lahan secara maksimal melalui intensifikasi pertanian yang mempertimbangkan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan. Melakukan penanganan pasca panen produk pertanian untuk mendapatkan nilai tambah melalui proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu. Melakukan pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri di pasar domestik maupun ekspor serta mengembangkan kemampuan petani untuk melakukan pemantauan dan pengembangan informasi pasar domestik dan luar negeri. Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang sistem agribisnis pertanian meliputi pembangunan infrastruktur agribisnis dan pembentukan kelembagaan agribisnis pertanian. c. Pengembangan pariwisata menjadi sebuah industri pariwisata di Kabupaten Tanah Datar untuk menunjang perkembangan ekonomi melalui: Mengembangkan kawasan wisata unggulan utama Kabupaten Tanah Datar Melakukan promosi kawasan wisata unggulan Tanah Datar Mengembangkan jasa hotel dan restoran Menyediakan jasa angkutan dan transportasi untuk menunjang perkembangan sektor pariwisata Mengembangkan Usaha Kecil Menengah (UKM) terutama industri kerajinan untuk pasokan cederamata. Memberikan jaminan keamanan bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik. II - 9

84 .. Kebijakan & Strategi Pengembangan Pola Ruang Wilayah Kabupaten... Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Kawasan Lindung. Pemeliharaan kawasan lindung yang berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Tanah Datar Pemantapan dan pengendalian kawasan lindung Strategi pemeliharaan kawasan lindung yang berkelanjutan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan hidup di Kabupaten Tanah Datar melalui: a. Memantapkan dan mengendalikan fungsi kawasan lindung; b. Membatasi kegiatan budidaya yang dapat menimbulkan kerusakan kawasan lindung; dan c. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan memelihara ekosistem wilayah.. Pencegahan kerusakan lingkungan hidup yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Strategi untuk pencegahan kerusakan lingkungan hidup yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan melalui: a. Menyelengarakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan terutama di kawasan lindung. b. Melakukan upaya terpadu untuk melestarikan lingkungan hidup. c. Membatasi kegiatan-kegiatan yang menjadi sumber kerusakan lingkungan hidup d. Memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana terutama sumber daya alam yang tak terbarukan agar terjaga ketersediaannya.... Kebijakan dan Strategi untuk Pola Ruang Kawasan Budidaya. Peningkatan pemanfaatan kawasan budidaya sesuai daya tampung dan dukung lingkungan untuk mewujudkan keterpaduan setiap kegiatan budidaya dakam rangka mendukung pengembangan ekonomi berbasis pertanian dan pariwisata. II -

85 Strategi untuk mencapai kebijakan tersebut, melalui: Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar a. Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional, provinsi maupun kabupaten untuk mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah yang serasi, selaras, dan seimbang. b. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budidaya agar sesuai dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan. c. Membatasi perkembangan kegiatan budidaya pada kawasan rawan bencana. d. Mengembangan ruang terbuka hijau paling sedikit 3% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan e. Mengembangkan kawasan budidaya pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan untuk menjamin ketersedian pangan daerah. f. Mengembangkan kawasan wisata unggulan serta kawasan untuk pengembangan kegiatan-kegiatan yang menunjang industri pariwisata dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat. g. Mengembangkan kawasan permukiman terutama di pusat-pusat kegiatan sehingga terbentuk struktur ruang wilayah kabupaten yang berhirarki...3 Kebijakan dan Strategi untuk Kawasan Strategis Kabupaten Penetapan kawasan strategis kabuapaten Tanah Datar dalam rangka peningkatan perkembangan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Strategi untuk mencapai kebijakan tersebut, melalui: a. Mengembangkan simpul-simpul pertumbuhan ekonomi yang dapat membangkitkan kawasan hinterland secara menyeluruh. b. Meningkatkan ketersediaan sarana dan infrastruktur yang dapat meningkatkan pengembangan kawasan. c. Meningkatkan hubungan interkoneksitas antar wilayah untuk memacu mobilitas pembangunan secara integral d. Mendorong kelembagaan formal dan non formal dalam meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan kawaan strategis e. Memberdayakan program investasi pada kawasan strategis melalui kontribusi sektor pemerintah, masyarakat dan swasta. II -

86 Bab 3 RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

87 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Bab 3 RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang terbentuk oleh hirarki pusat-pusat kegiatan dimana satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana utama maupun prasarana lainnya terutama jaringan transportasi. 3. Umum Rencana struktur ruang wilayah kabupaten diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 6/PRT/M/9 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten. Dalam permen ini dijelaskan mengenai fungsi, dasar perumusan dan kriteria dalam menyusun rencana struktur ruang wilayah kabupaten. Fungsi dari rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah: a. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan disekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan b. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada. III -

88 Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b. kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi; c. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan d. ketentuan peraturan perundang-undangan. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria: a. mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; b. jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan; c. pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi ketentuan sebagai berikut: terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada Pemerintah Pusat dan pemerintah provinsi; memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan lingkungan (PPL); dan harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten. d. memuat pusat-pusat kegiatan selain dengan ketentuan sebagai berikut: pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL (dengan notasi PKLp); pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan kawasan (PPK); dan III -

89 pusat kegiatan yang akan dijadikan PKLp harus ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL. e. sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Sistem Pusat-Pusat Kegiatan Berbagai aspek perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan pusat-pusat kegiatan di wilayah kabupaten mengingat pusat-pusat kegiatan merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan administrasi masyarakat. Pusat-pusat kegiatan yang dimaksud adalah Pisat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang terdapat di wilayah kabupaten serta pusat kegiatan yang menjadi kewenangan kabupaten yaitu Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). 3.. Rencana Struktur Ruang Nasional, Provinsi dan Kabupaten Berbatasan PKN dan PKW dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan kembali dijelaskan dalam RTRWP, sedangkan PKL tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Kota Batusangkar sebagai ibukota Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu PKL yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Barat tahun 9-9 dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari PKW maupun PKN yang ada disekitarnya sebagai suatu kontelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Tanah Datar merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten. Dalam hal ini Kota Bukittinggi dan Kota Sawahlunto sebagai PKW sesuai RTRW Provinsi Sumatera Barat ikut berperan dalam memberi pelayanan bagi PKL-PKL lain yang ada disekitarnya termasuk Kota Batusangkar. III - 3

90 3.. Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Tanah Datar Penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan kewenangan kabupaten sesuai dengan potensi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing kawasan. Sistem pusat-pusat permukiman di Kabupaten Tanah Datar ditentukan dengan pembobotan luas kawasan, jumlah penduduk, kepadatan, fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan yang terdapat pada setiap kecamatan. Hasil identifikasi dan pertimbangan kriteria-kriteria penentuan pusat-pusat kegiatan maka rencana sistem perkotaan di Kabupaten Tanah Datar adalah dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rencana Struktur Kota-Kota Di Kabupaten Tanah Datar No Nama Skala Pelayanan Wilayah Pelayanan Batusangkar PKL Kabupaten Tanah Datar Balai Tangah PKLp Kecamatan Lintau Buo Utara, Kecamatan Lintau Buo 3 Saruaso PPK Kecamatan Tanjung Emas dan Kecamatan Padang Ganting 4 Simabur PPK Kecamatan Pariangan dan Kecamatan Rambatan 5 Tabek Patah PPK Kecamatan Salimpaung dan Kecamatan Tanjung Baru 6 Koto Baru PPL Kecamatan X Koto 7 Sumpur PPL Kecamatan Batipuh Selatan 8 Kubu Kerambil PPL Kecamatan Batipuh 9 Sungai Tarab PPL Kecamatan Sungai Tarab Rambatan PPL Kecamatan Rambatan Sungayang PPL Kecamatan Sungayang Tigo Jangko PPL Kecamatan Lintau Buo 3 Padang Gantiang PPL Kecamatan Padang Ganting 4 Tajung Alam PPL Kecamatan Tanjung Baru Sumber: Hasil Analisis. Pusat Kegiatan Lokal Dengan mengacu pada RTRWN dan RTRW Provinsi Sumatera Barat maka Kota Batusangkar diarahkan sebagai Pusat Kegitan Lokal (PKL) di Kabupaten Tanah Datar. Dalam menunjang kebijakan bagi peningkatan kesejahteraan dan keadilan masyarakat melalui pembangunan sektor-sektor unggulan, maka PKL Batusangkar diarahkan sebagai pusat pelayanan utama yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan jasa, simpul transportasi utama. III - 4

91 . Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Kabupaten Tanah Datar adalah Kecamatan Lintau Buo Utara dengan pusat kegiatan di Nagari Balai Tangah. Fungsi utama dari pusat kegiatan lokal promosi (PKLp) adalah sebagai berikut: a. Pusat perdagangan wilayah yang ditandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis b. Pusat kegiatan agro-industri berupa pengolahan barang pertanian jadi dan setengah jadi serta kegiatan agro-bisnis. c. Pusat pelayanan agro-industri khusus ( special agro industry services), pendidikan, pelatihan dan pemuliaan tanaman unggulan. 3. Pusat Pelayanan Kawasan Pusat Pelayanan Kawasan di Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Pariangan dengan pusat di Nagari Simabur, Kecamatan Tanjung Emas dengan pusat di Nagari Saruaso dan Kecamatan Salimpaung dengan pusat di Nagari Tabek Patah. Fungsi utama dari pusat pelayanan kawasan ini adalah sebagai berikut: a. Pusat perdagangan lokal yang ditandai dengan adanya pasar harian b. Pusat koleksi komoditas pertanian yang dihasilkan sebagai bahan mentah industri c. Pusat penelitian, pembibitan dan percontohan komoditas d. Pusat pemenuhan pelayanan kebutuhan permukiman pertanian. 4. Pusat Pelayanam Lingkungan (PPL) Pusat Pelayanan Lingkungan di Kabupaten Tanah Datar terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan X Koto dengan pusat di Nagari Koto Baru, Kecamatan Batipuh Selatan dengan pusat di Nagari Sumpur, Kecamatan Batipuh dengan pusat di Nagari Batipuh Baruah, Kecamatan Rambatan dengan pusat di Nagari Rambatan, Kecamatan Sungai Tarab dengan pusat di Nagari Sungai Tarab, Kecamatan Sungayang dengan pusat di Nagari Sungayang, Kecamatan Padang Ganting dengan pusat di Nagari Padang Ganting, Kecamatan Lintau Buo dengan pusat di Nagari Buo, dan Kecamatan Tanjung Baru dengan pusat di Nagari Tanjung Alam. Pusat-pusat ini berfungsi sebagai pusat yang melayani kegiatan skala antar nagari. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. III - 5

92 Gambar 3. Peta hirarki pusat-pusat pelayanan III - 6

93 3.3 Sistem Jaringan Prasarana 3.3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi Darat Rencana sistem jaringan transportasi darat terdiri atas:. Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan meliputi: a. Jaringan jalan, b. Jaringan prasarana lalu lintas, dan c. Jaringan layanan lalu lintas.. Jaringan kereta api Jaringan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan A. Jaringan Jalan Rencana pengembangan jaringan jalan menjadi perhatian dalam pengembangan pembangunan kabupaten karena jaringan jalan merupakan akses menuju dan keluar dari Kabupaten Tanah Datar. Diharapkan dengan semakin tinggi tingkat akses antar wilayah memungkinkan terjadinya pemanfaatan dan optimalisasi berbagai potensi pengembangan pembangunan di Kabupaten Tanah Datar. Rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Tanah Datar bertujuan untuk menguatkan orientasi struktur pelayanan terhadap PPK dan PPL di wilayah Kabupaten Tanah Datar serta untuk mendukung kegiatan sektor ekonomi seperti aliran komoditas hasil pertanian mulai dari sentra produksi pertanian ke daerah pemasaran dan aliran wisata ke Kabupaten Tanah Datar.. Sistem Jaringan Jalan Arteri Primer Berdasarkan Undang-Undang No 38 Tahun 4 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 6 tentang Jalan dijelaskan bahwa fungsi jalan arteri primer wewenang pemerintah baik pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan. Ruas jalan nasional di Kabupaten Tanah Datar adalah sebagai berikut Jaringan jalan arteri primer dikembangkan secara menerus dan berhirarki berdasarkan kesatuan sistem orientasi untuk menghubungkan antar PKN, antar PKN dan PKW dan atau antar PKN dan atau PKW dengan bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer/sekunder/tersier dan pelabuhan internasional atau nasional. Sesuai III - 7

94 dengan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/KPTS/M/9 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya di Kabupaten Tanah Datar yang termasuk jalan arteri primer antara lain: a. ruas jalan Padang Luar Batas Kota Padang Panjang, b. ruas jalan Batas Kota Padang Panjang - Kubu Karambil, c. ruas jalan Kubu Kerambil Batas Kabupaten Tanah Datar, d. ruas jalan Batas Kabupaten Tanah Datar Batas Kota Solok, dan e. ruas jalan Batas Kota Padang Panjang - Sicincin.. Jaringan jalan kolektor primer (K) Jaringan jalan kolektor primer (K) merupakan kewenangan provinsi sesuai dengan Undang-Undang No 38 Tahun 4 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 6 tentang Jalan. Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No 375/KPTS/M/4 tentang Penetapan Ruas- Ruas Jalan Dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya Sebagai Arteri Kolektor, Jalan Kolektor dan Jalan Kolektor 3 yang menjelaskan bahwa jaringan jalan kolektor primer (K) dikembangkan untuk menghubungkan antara PKW Ibukota Provinsi dengan PKW Ibukota Kabupaten. Jaringan jalan K di Kabupaten Tanah Datar antara lain: a. ruas jalan A. Yani, Soekarno Hatta, b. ruas jalan Sudirman, c. ruas jalan Baso Batas kota Batusangkar, d. ruas jalan Hamka, e. ruas jalan Batas Kota Batusangkar Guguk Cino, f. ruas jalan Suprapto, Benteng, Sutoyo, g. ruas jalan Malana Batas Kota Batusangkar, h. ruas jalan Guguk Cino Batas Kota Sawahlunto, i. ruas jalan Guguk Cino Sitangkai, dan j. ruas jalan Batas Kota Payakumbuh Sitangkai. III - 8

95 3. Jaringan jalan kolektor primer 3 (K3) Sesuai peraturan perundang-undangan tentang jalan menjelaskan bahwa jaringan jalan kolektor 3 (K3) juga merupakan kewenangan provinsi. Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No 375/KPTS/M/4 tentang Penetapan Ruas- Ruas Jalan Dalam Jaringan Primer Menurut Peranannya Sebagai Arteri Kolektor, Jalan Kolektor dan Jalan Kolektor 3 dijelaskan bahwa jaringan jalan K3 digunakan untuk menghubungkan antar-pkw yang keduanya ibukota Kabupaten. Jaringan jalan K3 yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar antara lain: a. ruas jalan Imam Bonjol, b. ruas jalan Batusangkar Ombilin, dan c. ruas jalan Lintas ke Ombilin. d. Ruas Kubu Kerambil - Batusangkar 4. Jaringan jalan kolektor primer 4 (K4) Sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang jalan dijelaskan bahwa pengembangan dan pembangunan jaringan jalan kolektor primer 4 menjadi kewenangan kabupaten. Jaringan jalan K4 digunakan untuk menghubungkan PKL Batusangkar dengan PPK yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar dan antar PPK. Jaringan jalan K4 di Kabupaten Tanah Datar antara lain: a. Batusangkar Sungayang Lintau Buo Utara, b. Batusangkar Tanjung Emas Lintau Buo Utara, c. Batusangkar Gurun Sungai Tarab Salimpaung Tanjung Baru, d. Batusangkar Balimbing Batas Kab. Solok, e. Batusangkar Rambatan Padang Luar Sumpur Batas Kab. Solok, f. Pariangan Paninjauan, g. Piliang Bukit Gombak, dan h. Lima Kaum Batu Batikam Sungai Tarab 5. Jaringan jalan lokal Jaringan jalan lainnya yang menjadi kewenangan kabupaten adalah jaringan jalan lokal. Jaringan jalan lokal digunakan untuk menghubungkan PPL dengan pusat-pusat nagari. III - 9

96 B. Jaringan Prasarana Lalu Lintas Sesuai dengan Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No SK.36/AJ.6/DRJD/3 tentang Penetapan Simpul Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penampung Tipe A Di Seluruh Indonesia dijelaskan bahwa Terminal Piliang Batusangkar merupakan terminal Tipe A. Hal ini juga tertuang dalam arahan RTRW Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No KM 3 Tahun 995 tentang Terminal Transportasi Jalan dijelaskan bahwa terminal Tipe A berfungsi melayani kendaraan umum angkutan antar provinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Penetapan lokasi terminal Tipe A ini harus mempertimbangkan antara lain: a. Rencana umum tata ruang b. Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal c. Keterpaduan intra dan antar moda transportasi jalan d. Kondisi topografi lokasi terminal e. Kelestarian lingkungan Disamping hal-hal tersebut diatas lokasi terminal harus memenuhi syarat-syarat lokasi sebagai berikut: a. Terletak dalam jaringan trayek AKAP b. Terletak di jalan arteri kelas III.A c. Memiliki lahan minimal 3 Ha d. Berjarak Km dengan terminal Tipe A lainnya e. Akses jalan masuk terminal minimal 5 meter Untuk menunjang Kota Batusangkar sebagai kota tani utama maka perlu dilakukan pengembangan dan optimalisasi terminal angkutan perdesaan (terminal Tipe C) agar dapat meningkatkan aliran barang dan orang ke dan dari Kota Batusangkar. Terminal Tipe C di Kabupaten Tanah Datar adalah Terminal Jati dengan kriteria sesuai Keputusan Menteri Perhubungan No KM 3 Tahun 995 tentang Terminal Transportasi Jalan yaitu sebagai berikut: a. Terletak dalam wilayah kabupaten dan dalam jaringan trayek pedesaan b. Terletak dijalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi kelas III.A c. Ketersediaan lahan sesuai dengan permintaan angkutan III -

97 d. Mempunyai akses jalan masuk atau keluar ke dan dari terminal sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal Optimalisasi Terminal Piliang tidak hanya menunjang Kota Batusangkar sebagai kota pusat kegiatan lokal serta menunjang Kota Batusangkar sebagai daerah tujuan wisata. C. Jaringan Layanan Lalu Lintas Peranan sistem transportasi yang ada, secara spatial belum dapat menunjukan perkembangan di Kabupaten Tanah Datar khususnya Kota Batusangkar karena jalur yang dilalui angkutan, umumnya berada jauh di luar Kota Batusangkar atau hanya di pinggiran wilayah Kabupaten Tanah Datar terutama jalur yang melayani pergerakan regional (AKAP dan AKDP). Pada saat ini rute/trayek yang ada maupun yang melalui Kabupaten Tanah Datar dapat dikelompokkan dalam 3 bagian dengan jumlah trayek masing-masing adalah sebagai berikut :. Trayek angkutan di dalam wilayah Tanah Datar, meliputi; a. Angkutan dalam kota (Angkot) terdiri dari: - Jati Lima Kaum, dan - Jati Piliang. b. Angkutan pedesaan terdiri dari : - Jati Cubadak, - Jati Saruaso Tanjung Barulak, - Jati Padang Ganting, - Jati Sungayang Sungai Patai Tanjung Andaleh, - Jati Rao Rao Salimpaung - Tabek Patah, - Jati Simabua, - Jati Situmbuak Sumaniak, - Jati Ludai, - Jati Lintau, - Jati Sungai Tarab Koto Baru, - Jati Kumango, - Jati Pasia Laweh, - Jati Ombilin, dan III -

98 - Jati Turawan Padang Lua.. Trayek angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP) terdiri dari: - Piliang Padang Panjang, - Piliang Bukit Tinggi, - Piliang Solok, - Piliang Sawahlunto, - Piliang Padang, dan - Piliang Payakumbuh. 3. Trayek angkutan kota antar provinsi (AKAP) terdiri dari: - Piliang - Pakan Baru Sistem Jaringan Kereta Api Rencana induk perkerataapian kabupaten yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 56 Tahun 9 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian menjelaskan bahwa rencana jalur perkeretaapian antar kota dikembangkan sesuai dengan perkiraan jumlah perpindahan barang dan orang menurut asal tujuan perjalanan. Sistem jaringan kereta api yang dalam Rencana Induk Perkeretaapian kabupaten harus mengacu pada RTRWN, maupun RTRW Provinsi sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 7 tentang Perkerataapian. Kabupaten Tanah Datar secara keseluruhan tidak terkoneksi dengan jaringan perkeretaapian Sumatera Barat. Wilayah Kabupaten Tanah Datar yang dilewati oleh jalur kereta api hanya Kecamatan Rambatan (Nagari Simawang, Nagari III Koto), Kecamatan Batipuh Selatan (Nagari Batu Taba), Kecamatan Batipuh (Nagari Tanjung Barulak, Nagari Bungo Tanjung, Nagari Pitalah, Nagari Batipuh Baruah) dan Kecamatan X Koto (nagari Singgalang). Rencana jaringan kereta api yang melintasi Kabupaten Tanah Datar merupakan pengembangan jaringan jalur kereta api berikut prasarananya pada lintas barat Sumatera yaitu Padang (Teluk Bayur) - Lubuk Alung - Padang Panjang - Solok Sawahlunto dan Jaringan jalan kereta api jalur Padang Panjang Bukittinggi Payakumbuh sesuai dengan RTRW Provinsi Sumatera Barat Tahun 9-9. Dapat dilihat pada Gambar 3. III -

99 Gambar 3. Peta sistem jariangan transportasi III - 3

100 3.4 Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan Permukiman 3.4. Rencana Sistem Energi Listrik merupakan sumber penerangan dan energi yang sangat krusial dalam menunjang perkembangan perekonomian daerah. Untuk itu pembangunan ketenagalistrikan sangat dibutuhkan dalam rangka menjamin ketersedian tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas baik, dan harga yang wajar. Untuk pemenuhan kebutuhan listrik bagi penduduk Pemerintah maupun pemerintah daerah mempunyai wewenang dalam upaya penyediaan tenaga listrik meliputi penyediaan pembangkit tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik dan penjualan tenaga listrik yang saling terintegrasi satu sama lainnya sesuai Undang-Undang No 3 Tahun 9 tentang Ketenagalistrikan. Sistem jaringan prasarana energi terdiri atas pembangkit tenaga listrik dan jaringan prasarana energi Pembangkit Tenaga Listrik Sumber energi listrik untuk Kabupaten Tanah Datar terkoneksi pada jaringan listrik sumatera yang dikelola oleh PLN. Kondisi Sumber energi listrik di Sumatera Barat berasal dari beberapa pembangkit listrik yaitu tenga air, tenaga gas dan pembangkit listrik tenaga uap. Total kasitas sumber mencapai 57,58 MW. Nama Pembangit di Sumatera Barat yang melayani Kabupaten Tanah Datar terdiri atas :. PLTA Maninjau dengan kapasitas 4 x 7 MW. PLTA Singkarak dengan kapasitas 4 x 43,75 MW 3. PLTG Pauh Limo dengan kapasitas 3 x,36 MW 4. PLTA Batang Agam dengan kapasitas 3 x 3,5 MW 5. PLTU Ombilin dengan kapasitas x MW Pengembangan pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Tanah Datar meliputi: a. Pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) Batang Sinamar yang terdapat di Nagari Lubuk Jantan Kecamatan Lintau Buo Utara, dan b. pembangkit listrik tenaga surya dikembangkan di Jorong Pamusian Nagari Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara III - 4

101 3.4.. Jaringan Prasarana Energi Berdasarkan data statistik Tanah Datar Dalam Angka tahun 9 daya tersambung listrik di Kabupaten Tanah Datar mencapai ± KW yang dirinci menurut golongan tarif. Upaya pemerintah dalam meningkatkan sistem pelayanan kebutuhan listrik adalah dengan meningkatkan kapasitas sumber dan peningkatan kapasitas jaringan transmisi. Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 9 8 gardu induk yang terdapat Kecamatan Salimpaung Nagari Sumanik Kota Batusangkar Kabupaten Tanah Datar akan ditingkatkan dayanya dari MVA menjadi 3 MVA agar kebutuhan daya listrik di Kabupaten Tanah Datar dapat dipenuhi hingga akhir tahun rencana. Sistem jaringan listrik di Kabupaten Tanah Datar terkoneksi dengan jaringan transmisi listrik sumatera yaitu jaringan transmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) dengan kapasitas daya 5 kv dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dengan kapasitas daya 7 kv. Terkait dengan rencana pengembangan jaringan listrik yang menggunakan daya listrik tegangan tinggi (SUTET), perlu adanya pengaturan ruang pada jalur yang akan dilewati jaringan, hal ini dimaksudkan untuk keamanan penduduk dari pengaruh radiasi listrik yang ditimbulkan serta untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan terjadinya roboh tiang Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Sistem Jaringan Kabel Pengelolaan sistem jaringan kabel merupakan pengembangan sistem jaringan telekomunikasi yang ditujukan untuk melayani kebutuhan jasa telekomunikasi berupa telepon (selular maupun non selular), faxsimile, telegram dan lainnya di Kabupaten Tanah Datar terutama di pusat-pusat kegiatan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sistem jariangan kabel di Kabupaten Tanah Datar mengikuti pola jaringan jalan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3 III - 5

102 Gambar 3.3. Peta jariangan energi listrik III - 6

103 3.4.. Sistem Jaringan Nirkabel Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi nirkabel dikembangkan melalui pengembangan menara telekomunikasi (tower) baik berupa menara Base Transceiver Station (BTS), namun demikian dalam pengembangan menara (tower) perlu memperhatikan aspek-aspek keamanan penduduk sekitar menara, jalur penerbangan, efisiensi biaya, pemanfaatan lahan, estetika/keindahan dan sebagainya. Untuk itu rencana pengembangan menara (tower) harus mengacu pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia No. /PER/M.KOMINFO/3/8, tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. tahun 7 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Sampai tahun jumlah menara BTS di Kabupaten Tanah Datar telah mencapai 9 buah yang dimiliki oleh berbagai provider dan tersebar di seluruh Kabupaten Tanah Datar. Semenjak keluar aturan tentang pembangunan dan penggunaan menara bersama telekomunikasi, maka pembangunan menara BTS di Kabupaten Tanah Datar dibatasi hanya untuk pembangunan menara bersama kecuali untuk daerah blankspot Rencana Sumber Daya Air Undang-Undang No. 7 tahun 4 tentang Sumber Daya Air menjelaskan bahwa sumber daya air adalah terdiri dari air, sumber air dan daya air yang terkandung di dalamnya baik berupa air permukaan maupun air tanah yang dapat memberikan manfaat maupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungan. Agar sumber daya air yang ada memberi manfaat terhadap kehidupan masyarakat, maka sumber daya air harus dikelola secara baik melalui perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Usaha yang dilakukan dalam pengelolaan sumber daya air harus menyeluruh dan terpadu serta berwawasan lingkungan baik pengelolaan wilayah sungai (WS), daerah aliran sungai (DAS) maupun cekungan air berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas. Untuk jelasnya dapat dilihat Gambar 3.4 III - 7

104 Gambar 3.4 Peta Sistem Jariangan Telekomunikasi III - 8

105 Wilayah sungai yang dimaksud dalam Undang-Undang 7 Nomor 4 tentang Sumber Daya Air adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan. Km², sedangkan daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau dan atau kelaut secara alami, yang batas didarat merupakan pemisah topografis dan batas dilaut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 4 Tahun 8 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air menjelaskan bahwa rencana pengelolan sumber daya air disusun secara terpadu pada setiap wilayah sungai baik wilayah sungai strategis nasional, wilayah sungai litas negara, wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas kabupaten/kota dan wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota Wilayah Sungai Lintas Kabupaten Wilayah sungai lintas kabupaten di Kabupaten Tanah Datar berdasarkan yaitu Batang Ombilin dan Batang Sinamar Wilayah Sungai Strategis Nasional; Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 8 tentang RTRWN terdapat (dua) Wilayah Sungai (WS) strategis nasional di Kabupaten Tanah Datar yaitu WS Indragiri dan WS Akuaman (Anai, Kuranji, Arau, Mangau dan Antokan). Wilayah sungai strategis nasional harus memenuhi kriteria yang diamanatkan dalam PP No 4 Tahun 8 tentang Pengelolaan sumber Daya Air yaitu: a. Potensi sumber daya air pada wilayah sungai yang bersangkutan lebih besar atau sama dengan % dari potensi sumber daya air pada provinsi b. Banyaknya sektor dan jumlah penduduk dalam wilayah sungai yang bersangkutan c. Besarnya dampak terhadap pembangunan nasional baik sosial, lingkungan maupun ekonomi. d. Dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi mengakibatkan kerugian ekonomi paling sedikit % dan PDRB tingkat provinsi. III - 9

106 Wilayah Sungai Kabupaten A. Sungai Kabupaten Tanah Datar secara hidrologis banyak memiliki sumber daya air terutama air permukaan, seperti yang dialirkan oleh sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil. Wilayah sungai kabupaten yang berada di Kabupaten Tanah Datar meliputi sungai yaitu A. Agang Gadang A. SItangkai B. Kalamuntung B. Mutogading A. Agang Ketek A. SItatang B. Kalarian B. Nareh A. Airbiso A. Sumpahan B. Kaling B. Ombilin A. Asampulausani A. Taganang B. Kalokoh B. Pagias A. Barduo A. Tajun B. Kapuyuk B. Pamicikan A. Batanang A. Talang B. Kasai B. Pandan A. Batu A. Tambangminuang B. Kasik B. Panta A. Bulukan A. Tarbilik B. Kinandan B. Pantarbawah A. Imbangun A. Targanang B. Kuantan B. Pantarbawah A. Kalek A. Tarusan B. Kumanis B. Paramancubadak A. Kandi A. Tungkan B. Kumus B. Kinandan A. Kulampi A.Lunto B. Kuok B. Kuantan A. Kumarang B. Kiah B. Landia B. Kumanis A. Kumarung B. Abu B. LAndir B. Kumus A. Limaukambing B. Agam B. Landir B. Kuok A. Limaupaka B. Agam B. Landir B. Landia A. Lolo B. Airampuh B. Langau B. LAndir A. Lotoruhur B. Airjernih B. Lankur B. Landir A. Lunto B. Airlabuh B. Lasi B. Landir A. Lunto B. Airlubukitan B. Lasi B. Langau A. MAncur B. Airparaman B. Lawang B. Lankur A. Mangkopo B. Ampang B. Lubukbunta B. Lasi A. Manjuru B. Ampang Nago B. Lubukbunta B. Lasi A. Manjuru B. Ampu B. Lunang B. Lawang A. Maraman B. Ampuh B. Lurahdalam B. Lubukbunta A. Mati B. Ampuh B. Malakutan B. Lubukbunta A. Murus B. Antokan B. Malalak B. Lunang A. Pakannama B. Antokan B. Malalak B. Lurahdalam A. Pakbauang B. Antokan B. Malalo B. Malakutan A. Patah B. Asampulau B. Mamak B. Malalak A. Perhantian Mati B. Bangkaweh B. Mangawai B. Malalak A. Perhantian Mati B. Barus B. Manggambanang B. Malalo A. Perhantian Mati B. Cangkring B. Manggas B. Mamak A. Piruko B. Duku B. Mantobak B. Mangawai A. Pisang Karang B. Gosan B. Manyuruk B. Manggambanang III -

107 A. Pisang Utan B. Gumanti B. Masang Gadang B. Manggas A. Rahu B. Jabur B. Matua B. Mantobak A. Siasam B. Jabur B. Muarobalam B. Manyuruk A. Sigalutgadang B. Jabur B. Muaroselo B. Masang Gadang A. SIlasung B. Jaran B. Muarotambang B. Matua A. Sipang B. KAcik B. Murai B. Muarobalam B. Kasai B. Paramangadang BA. Manggeh B. Muaroselo B. Kasik B. Paramangadang BA. Ampuah B. Muarotambang B. Murai B. Sinamar BA. Katik S. Limausundai B. Mutogading B. Singgalangkacik BA. Katik S. Lurah Dalam B. Nareh B. Singgalangketek BA. Matur S. Lurahdalam B. Ombilin B. Sipisang BA. Ngalau S. Napar B. Pagias B. Suir BA. Pdg Bubus S. Ngalai B. Pamicikan B. Sungaipingai BA. Pulai S. Ngalaupanjang B. Pandan B. Surantihkecil BA. Silasung S. Paninggahan B. Panta B. Taban-taban D. Pinggan S. Paraman B. Pantarbawah B. Tabo S. Aiabatumbuak S. Pondoklimbek B. Pantarbawah B. Talago S. Airpampan S. Rampak B. Paramancubadak B. Talang S. Amas S. Rimbosaniak S. Paraman B. Talenggok S. Ambatan S. Rio S. Pintikayu B. Tambuo S. Arang S. Rio B. Parambahan B. Tanjung S. Barlawan S. Rumbai B. Pariaman Gadang B. Tapakis S. Beremas S. Sago B. Pertumpangan B. Tapan S. buluhrotan S. Sasai B. Pulau B. Tapan S. Dareh S. Silasung B. Sabu B. Tekongtekong S. Durian S. Simalabuah B. Salibutan B. Tikampung S. Durian S. Sitao B. Sangkar Rawang B. Tikayu S. Gaduang Batuang S. Sumpur B. Sangkir B. Timbarau S. GAring S. Tabat B. Sariak B. Tingkap S. Gatah S. Talampuang B. Sarik B. Tingkuak S. Ibua S. Talampuang B. Sasapan B. Ulakan S. Jerinjing S. Tandikek B. Sekali B. Ulakan S. Kajai S. Tapan Kecil B. Sialang B.Panta S. Kandang Harimau S. Teguhbesar B. Sianok B. Mutogading S. Kelaban S. Tiga B. Sibaladi B. Nareh S. Kumpat S. Upui B. Sibanangbanang BA. Arau S. Labuah B. SIkakoh BA. Jernih S. Lasi B. Silasuang BA. Kabu S. Limau B. Sinamar BA. Kabu S. Limau III -

108 B. Danau dan Telaga Selain terdapat beberapa alur sungai, Kabupaten Tanah Datar juga memiliki sebagian wilayah Danau Singkarak, dari seluruh luas wilayah danau. Ha membagi dua wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Tanah Datar dimana yang masuk dalam wilayah Tanah Datar seluas 6.4 Ha dan wilayah Kabupaten Solok seluas 4.78 Ha. Ciri hidrologis lainnya adalah terdapat beberapa buah Telaga. Danau dan telaga yang dapat dioptimalisasikan dan direhabilitasi di Kabupaten Tanah Datar meliputi: - Danau Singkarak di Kecamatan Rambatan dan Kecamatan Batipuh Selatan - Talago Koto Baru, Kayu Tanduak dan Dewi di Kecamatan X Koto - Talago Payorapuih di Kecamatan Batipuh Selatan - Talago Rawang, Landak, Bendang Aia Janiah, Pulai dan Bonta di Kecamatan Rambatan - Talago Biru di Kecamatan Padang Ganting - Talago Sianak, Buju, Tanah Sirah, Bunduang, Anguih, Anguih I, Pandan, Ranggung, Patameh, Duo, Sikubung, Gudang, Basuang, Rawang, Batu, Tabek Panjang dan Mangkudu di Kecamatan Lintau Buo - Talago Pakis dan Aia Taganang di Kecamatan Salimpaung - Talago Tabek Ganggam di Kecamatan Lima Kaum Daerah irigasi Kabupaten Tanah Datar harus melakukan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai untuk pendayagunaan sumber daya air yang ada. Pendayagunaan sumber air harus diselenggarakan secara terpadu dan adil baik antar sektor, antar wilayah maupun antar kelompok masyarakat dengan mendorong pola kerja sama sehingga pemanfaatan sumber daya air secara berkelanjutan dapat dilakukan dengan mengutamakan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat. Pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai bertujuan untuk peningkatan pemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariwisata, pertahanan, pertambangan, ketenagaan, III -

109 perhubungan dan lain-lain. Di Kabupaten Tanah Datar pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai yang ada lebih banyak digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air baku rumah tangga dan pertanian karena sektor pertanian merupakan sektor utama dalam menunjang perekonomian masyarakat. Pengembangan kebutuhan air baku untuk pertanian dilakukan dengan pengembangan sistem irigasi yang berfungsi untuk mendukung produktivitas usaha tani pada suatu wilayah, dimana jaringan irigasi terdiri atas bangunan, bangunan pelengkap dan saluran yang berupa saluran penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi. Jaringan irigasi sendiri terdiri atas jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier dalam satu daerah irigasi. Berdasarkan wewenang dan tanggung jawab pengembangan sistem irigasi merupakan wewenang pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang No 7 Tahun 4 tentang Sumber Daya Air dengan ketentuan: a. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder lintas provinsi menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah. Sistem irigasi yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah di Kabupaten Tanah Datar adalah Daerah Irigasi Batang Sinamar dengan luas 3. Ha. b. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no. 39 tahun 7 tentang penetapan status daerah irigasi yang pengelolaannya menjadi kewenangan dan tanggung jawab pemerintah, dijelaskan bahwa pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder lintas kabupaten menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah provinsi. Pengembangan sistem irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi di Kabupaten Tanah Datar meliputi: - D.I. Batang Parika - D.I. Bdr. Bulaan Dalam - D.I. Bdr. Gadang Darek - D.I. Bdr. Gadang II Paninjauan - D.I. Bdr. Rupik - D.I. Bdr. Jambu - D.I. Bdr. Sigando - D.I. Bdr. Muko Air c. Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder yang utuh pada suatu kabupaten/kota menjadi wewenangan dan tanggung jawab pemerintah III - 3

110 kabupaten/kota bersangkutan. Dalam hai ini Kabupaten Tanah Datar memiliki 86 daerah irigasi yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar meliputi: D.I. Bandar Baru Batipuh D.I. Bandar Capo D.I. Bandar Jambu Kaling D.I. Bandar Jambu Kubu Duri D.I. Bandar Lolo Ts Batanang D.I. Bandar Lubuk Jagaan D.I. Bandar Patai Sungai Tarab D.I. Bandar Pinc. VII D.I. Bandar VII Balai Pagaruyung D.I. Bd. Pinc. VII Limau Kbg. D.I. Bdr Air Tabit D.I. Bdr Ambacang Tinggi D.I. Bdr Badinah D.I. Bdr Bakareh D.I. Bdr Balai Luar D.I. Bdr Bangunan D.I. Bdr Baringin D.I. Bdr Baru Sungayang D.I. Bdr Basiku D.I. Bdr Batanang* D.I. Bdr Batu Sirah* D.I. Bdr Btg Gadis D.I. Bdr Btg Limau Kambing D.I. Bdr Btg Mangus D.I. Bdr Btg Sangki I D.I. Bdr Btg Sukam D.I. Bdr Bulaan Gadang D.I. Bdr Bulakan D.I. Bdr Burai D.I. Bdr Cikandik D.I. Bdr Darek D.I. Bdr Ekor Koto D.I. Bdr Ekor Tabung D.I. Bdr Gadang Gurun D.I. Bdr Gadang Hilir D.I. Bdr Gadang Pata D.I. Bdr Baringin II D.I. Bdr Baru D.I. Bdr Batu Atas Kawai* D.I. Bdr Batu Manangi* D.I. Bdr Batukaluan D.I. Bdr Batutu D.I. Bdr Bayang Bayang Air D.I. Bdr Binjai D.I. Bdr Btg Buo* D.I. Bdr Btg Parabungan* D.I. Bdr Cirampung D.I. Bdr Cubadak Pulai D.I. Bdr Ekor Koto Kubu D.I. Bdr Gadang D.I. Bdr Gadang II Lintau D.I. Bdr Galung Panjang D.I. Bdr Gobah D.I. Bdr Guguk D.I. Bdr Guguk D.I. Bdr Jambu Atas* D.I. Bdr Gadang Sei Jambu D.I. Bdr Gadang Tengah D.I. Bdr Gdg Swh Tangah D.I. Bdr Guguk Gading D.I. Bdr Gulang Gulang D.I. Bdr Gurun D.I. Bdr Kabun D.I. Bdr Kayu Tanduk D.I. Bdr Kinawai D.I. Bdr Kodok D.I. Bdr Kubang Sei Jambu D.I. Bdr Kubang Sei Tarab D.I. Bdr Kubu Duri D.I. Bdr Kubu/jirek D.I. Bdr Ladang Laweh D.I. Bdr Lakung / Sei Maruak D.I. Bdr Lalo D.I. Bdr Layah D.I. Bdr Liang Ular D.I. Bdr Lubuk D.I. Bdr Minang D.I. Bdr Nan Gadang D.I. Bdr Nan Tujuh D.I. Bdr Padadih D.I. Bdr Padang Ganting D.I. Bdr Painban D.I. Bdr Pakan Tuo D.I. Bdr Pakarak* D.I. Bdr Pandan D.I. Bdr Panjang Gurun D.I. Bdr Panti D.I. Bdr Pinang/balai D.I. Bdr Pinc. Tjh Situmbuk D.I. Bdr Pjg Batu Basa D.I. Bdr Rajo D.I. Bdr Rayo D.I. Bdr Koto Basa D.I. Bdr Koto Ruyung D.I. Bdr Koto* D.I. Bdr Koto* D.I. Bdr Kubu Karambil D.I. Bdr Kubu Tapi D.I. Bdr Kuok D.I. Bdr Ladang D.I. Bdr Limau Kapeh Ateh D.I. Bdr Limau Kapeh Bwh D.I. Bdr Limau Kapeh Tgh D.I. Bdr Limau Manis D.I. Bdr Limau Sundai D.I. Bdr Malanai D.I. Bdr Malintang D.I. Bdr Mata Air Bulakan D.I. Bdr Mejan Panjang D.I. Bdr Munggu D.I. Bdr Nan Panjang D.I. Bdr Ngarai III - 4 D.I. Bdr Sabu/jawi Badur D.I. Bdr Sawah Bodi D.I. Bdr Sawah Jauh D.I. Bdr Sawah Nunang D.I. Bdr Sawah Pinang D.I. Bdr Sawah Tabing D.I. Bdr Sawah Tanjung D.I. Bdr Sei Emas D.I. Bdr Sempit D.I. Bdr Simpang D.I. Bdr Sipulut D.I. Bdr Sisiau D.I. Bdr Situgar D.I. Bdr Swah Batur D.I. Bdr Tagak D.I. Bdr Timbaran Bawah D.I. Bdr Titi Gadang D.I. Bdr Ujung Sao D.I. Bandar Baru Lintau D.I. Bandar Dalam Koto D.I. Bandar Datar Atas D.I. Bandar Kampar D.I. Bandar Nan Gadang Tanjung Alam D.I. Bandar Patai Tanjung Alam D.I. Bandar Sialang D.I. Bandar Siampek D.I. Bandar Tangah Gurun D.I. Bdr Air Babar* D.I. Bdr Ampaleh D.I. Bdr Asam Jawa D.I. Bdr Aur Duri D.I. Bdr Baburai Tinggi D.I. Bdr Baduih D.I. Bdr Baringin D.I. Bdr Pinc Pasu D.I. Bdr Sanggirik D.I. Bdr Sawah Batu Tagak D.I. Bdr Sawah Bukur D.I. Bdr Sawah Darek D.I. Bdr Sawah Darek D.I. Bdr Sawah Diaur D.I. Bdr Sawah Gadang D.I. Bdr Sawah Gadang D.I. Bdr Sawah Like D.I. Bdr Sawah Like* D.I. Bdr Sawah Lua D.I. Bdr Sawah Manenggek D.I. Bdr Sawah Pamatang* D.I. Bdr Sawah Panjang D.I. Bdr Silambing D.I. Bdr Solok Betung D.I. Bdr Sumpur D.I. Bdr Swah Tabuh D.I. Bdr Swh Taluak Bwh*

111 D.I. Bdr Janjang Kambing D.I. Bdr Kalumpang D.I. Bdr Kandang Panjang D.I. Bdr Kapalo Koto* D.I. Bdr Kasiak D.I. Bdr Kayu Masrunduk I* D.I. Bdr Koto D.I. Bdr Nyiur* D.I. Bdr Paninjauan D.I. Bdr Parik D.I. Bdr Patai* D.I. Bdr Pdg Lws Simpang D.I. Bdr Pdg Sialahan D.I. Bdr Pinang/balai D.I. Bdr Taluak Bawah D.I. Bdr Tambangan D.I. Bdr Tarok D.I. Bdr Ujung Tanjung D.I. Talago Atar D.I. Tangah Gurun Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih Prasarana air baku untuk air bersih di Kabupaten Tanah Datar yaitu distribusi pengairan yang dilakukan dengan memanfaatkan mata air meliputi mata air Pincuran Bungo, Sungai Maruok, Muaro Ambius, Tanjung Sawah, Kubang Cancang, Jambu Aia, Tumanggung, Kiambang, Sitakuak, Saruni, Surau Gadang, Tabek Tinggi, Aia Tabik I, Aia Tabik II, Bar-Bar, Aia Janiah, Cubadak Pantai, Minang, Baburai, Sungai Jambu, Gunung Kaciak, Pincuran Dalimo Jaringan Air Bersih ke Kelompok Pengguna jaringan air bersih ke kelompok pengguna di Kabupaten Tanah Datar yaitu pendistribusian air bersih melalui sistem pipanisasi yang melayani sebagian wilayah Kecamatan X Koto, Batipuh Selatan, Rambatan, Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting, Lintau Buo, Sungayang, Sungai Tarab, dan Salimpaung Sistem Pengendalian Banjir Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang dapat diduga maka rekayasa teknik pengendalian kerusakan air dapat dilakukan disamping dibangunnya sistem peringatan dini. Namun untuk mencegah banjir limpasan karena deforestasi tentu hanya dapat dilakukan dengan rehabilitasi Kawasan hulu dan sistem pengendalian banjir. Sistem pengendalian banjir di Kabupaten Tanah Datar terdiri atas: a. perlindungan daerah tangkapan air, b. normalisasi sungai; dan c. perbaikan drainase. III - 5

112 3.4.4 Sistem Prasarana Lingkungan Permukiman Sistem Pengelolaan Sampah Persoalan mengenai sampah merupakan persoalan yang cukup serius dihampir semua tempat, terutama yang perkembangannya cukup pesat dari waktu ke waktu. Rencana penanganan sampah di Kabupaten Tanah Datar yang diperlukan adalah sistem pengelolaannya yang melibatkan unsur pemerintah dan masyarakat serta memperluas jangkauan pelayanannya, karena pada saat ini pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah masih terbatas pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Lima Kaum dan Tanjung Emas. Permasalahan sampah di Kabupaten Tanah Datar pada saat ini belum menjadi persoalan yang komplek, karena produksi sampah yang dihasilkan masih relatif rendah. Produksi sampah yang paling besar saat ini adalah sampah yang dihasilkan dari pasar. Sejalan dengan lajunya jumlah penduduk dan kegiatannya, maka produksi sampah yang dihasilkan akan semakin besar dan permasalahan pun akan semakin komplek. Agar tidak terjadi permasalahan dikemudian hari, perlu diperhatikan dan direncanakan mulai saat ini hingga masa yang akan datang. Sebagai upaya peningkatan pengelolaan persampahan, saat ini pemerintah telah meningkatkan jumlah TPS yang tersebar di bebarapa kecamatan dan membangun sarana TPA baru yang berlokasi di Bukit Sangkiang (Kecamatan Lima Kaum) dengan luas areal seluas 3 Ha. Pembangunan TPA baru ini sebagai antisipasi terjadinya lonjakan produksi sampah yang dihasilkan penduduk Kota Batusangkar, sedangkan TPA Rimbo Panti di Nagari Balimbing Kecamatan Rambatan hanya diperuntukan untuk melayani sampah yang berasal dari Pasar Ombilin. Sistem pengolahan sampah yang diterapkan di Bukit Sangking adalah sistem Sanitary Landfil yaitu penimbunan sampah pada suatu lubang tanah. Metode sanitary landfil yang diterapkan di TPA Bukik Sangking adalah metode area. Pemilihan metode area dilakukan karena lokasi landfil berada pada daerah yang memiliki lembah atau ngarai. Dengan metode ini dua lubang digali secara bersamaan, setelah sampah dimasukan kesalah satu lubang, maka tanah dari salah satu lubag pertama dijadikan sebagai penutup. III - 6

113 Gambar 3.5 Metode Area Sanitary Landfil Dengan beroperasinya TPA Bukitsangking pelayanan pengelolaan sampah oleh pemerintah tidak hanya terbatas pada lingkup Kecamatan Lima Kaum dan Tanjung Emas saja, melainkan daerah-daerah lain khususnya daerah-daerah yang termasuk dalam wilayah Kota Batusangkar yang mencakup 5 wilayah kecamatan ( nagari) Sistem Jaringan Air Minum Sistem Jaringan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat () huruf b, terdiri atas: a. sistem sambungan langsung yang melayani kawasan perkotaan; b. sistem sambungan langsung yang melayani kawasan pedesaan; dan c. sistem hidran umum yang tersebar di masing-masing kecamatan Sistem Jaringan Drainase Keutuhan sistem jaringan drainase sangat diperlukan guna kepentingan pengaliran air, terutama limpasan air hujan untuk mengantisipasi/menghindari genangan. Arahan mengenai kebutuhan pengembangan jaringan drainase di Kabupaten Tanah Datar direncanakan dengan (dua) sistem, yaitu; jaringan darinase tertutup dan jaringan terbuka. Sistem jaringan tertutup diarahkan pada lokasi-lokasi yang memiliki intensitas III - 7

114 kegiatan tinggi, seperti di pusat-pusat perkotaan, sedangkan sistem jaringan terbuka diarahkan pada daerah-daerah yang memiliki intensitas kegiatan rendah, seperti kawasan di luar pusat kota, kawasan permukiman kepadatan rendah, kawasan pertanian dan sebagainya. Sistem Jaringan drainase di Kabupaten Tanah Datar meliputi: a. pemanfaatan sungai sebagai saluran primer melalui program perawatan sungai lainnya, b. penyediaan saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem jaringan jalan melalui program pembangunan baru dan pemeliharaan, c. pembangunan sistem drainase secara terpadu dengan pembangunan prasarana kota lainnya, dan d. Pembangunan dan pengembangan drainase sesuai kebutuhan penduduk terutama di pusat kegiatan lokal Kota Batusangkar Jalur Evakuasi Bencana Kabupaten Tanah Datar secara kebencanaan merupakan daerah patahan yang dilalui oleh sesar semangko terutama di Kecamtan X Koto, Kecamatan Batipuh dan Kecmatan Batipuh Selatan. Bencana yang timbul akibat kondisi ini adalah gempa tektonik. Disamping itu Kabupaten Tanah Datar juga memiliki (dua) gunung api aktiv yaitu Gunung Marapi dan Gunung Tandikek. Untuk mengantisipasi dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh gempa maupun letusan gunung api maka perlu disiapkan jalur evakuasi bencana dan shelter. Rencana jalur evakuasi bencana di Kabupaten Tanah Datar adalah sebagai berikut: Berkaitan dengan kondisi Kabupaten Tanah Datar yang memiliki potensi bencana Gunung Api, Gempa dan Longsor, maka perlu penyediaan jalur evakuasi bencana dan shelter untuk kawasan rawan bencana gempa, letusan gunung api dan longsor. Dapat dilihat pada Gambar 3.6 III - 8

115 Gambar 3.5 Peta jalur evakuasi bencana III - 9

116 Bab 4 RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

117 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Bab 4 RENCANA Pola RUANG WILAYAH KABUPATEN TANAH DATAR Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 4. Umum Rencana pola pemanfaatan ruang wilayah menurut UU No. 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang adalah merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 6/PRT/M/9 tentang Pedoman Penysunan RTRW Kabupaten. Dalam permen ini dijelaskan mengenai fungsi, dasar perumusan dan kriteria dalam menyusun rencana pola ruang wilayah kabupaten. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi: a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten; b. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; IV -

118 c. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan d. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: a. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; c. kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan d. ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria: a. merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya; b. merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya; c. mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah kabupaten bersangkutan; d. memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; e. mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya sebagai berikut: Dalam menentukan arahan pola pemanfaatan ruang wilayah di Kabupaten Tanah Datar, dasar-dasar pertimbangan yang digunakan selain hasil analisis juga dengan tanpa mengindahkan kebijakan-kebijakan yang telah ada dan ditetapkan serta kebijakan lain yang berperan sebagai landasan hukum (peraturan) yang mengatur berbagai aspek-aspek kepentingan yang berkaitan dengan rencana pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Tanah Datar. 4. Kawasan Lindung Penetapan kawasan lindung di wilayah Kabupaten Tanah Datar mengacu pada beberapa peraturan perundang-undangan. Undang-Undang No 4 Tahun 999 tentang Kehutanan menjelaskan bahwa penetapan atau pengukuhan kawasan hutan terlebih dahulu melalui proses inventarisasi kawasan hutan, setelah itu dilakukan proses penunjukan kawasan hutan, pemetaan batas kawasan hutan, pemetaan kawasan hutan dan penetapan IV -

119 kawasan hutan. Dalam penetapan kawasan hutan perlu memperhatikan rencana tata ruang wilayah. Untuk itu Undang-undang No 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang juga harus menjadi pertimbangan dalam menetapkan kawasan hutan di Kabupaten Tanah Datar. Pada saat ini kawasan hutan di Kabupaten Tanah Datar ditunjuk berdasarkan peta rekomendasi hasil penelitian terpadu usulan perubahan kawasan hutan dalam revisi RTRW Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 6/PRT/M/9 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten membagi kawasan lindung menjadi kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi dan kawasan lindung lainnya. Dan ini mengacu pada Undang-undang No 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 8 tentang RTRWN. 4.. Kawasan Hutan Lindung Berdasarkan peta lampiran keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No SK.34/Menhut-II/ tanggal 9 Juni tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas ± (Sembilan Puluh Enam Ribu Sembilan Ratus Empat) Hektar, Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 47.3 (Seratus Empat Puluh Tujuh Ribu Dua Ratus Tiga Belas) Hektar dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan Seluas ± 9.96 (Sembilan Ribu Sembilan Ratus Enam) Hektar Di Propinsi Sumatera Barat di ketahui bahwa Kabupaten Tanah Datar memiliki hutan lindung.4,79 Ha atau 5, % dari luas wilayah Kabupaten Tanah Datar. Untuk mendapatkan kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar terkait dengan kehutanan, maka penyelenggaraan kehutanan dilakukan oleh pemerintah dengan mempertimbangkan dan memperhatikan hak masyarakat hukum adat yang ada pada masing-masing nagari. Kawsan hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar tersebar pada setiap kecamatan. Kawasan hutan paling luas terdapat di Kecamatan Lintau Buo Utara yaitu 6.878,5 Ha atau 33,8 % dari total kawasan hutan lindung. Untuk lebih jelas mengenai sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada tabel 4. IV - 3

120 Tabel 4. Luas Rencana Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 No Kecamatan Luas (Ha) (%) Kec. Batipuh Kec. Batipuh Selatan 3, Kec. Lintau Buo 3, Kec. Lintau Buo Utara 6, Kec. Padang Ganting Kec. Sungayang Kec. Tanjung Emas, Kec. X Koto,8.3.3 Total, Sumber: Hasil Analisis 4.. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan-kawasan khusus setempat seperti sungai dan danau. Berdasarkan analisis terhadap kondisi lahan di Kabupaten Tanah Datar, khususnya areal sempadan danau dan sungai ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat. Pengelolaan kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Tanah Datar meliputi: 4... Garis Sempadan sungai Garis sempadan sungai, berdasarkan pengertian sebagaimana diuraikan dalam Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 99 tentang Sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai, ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan. Aturan mengenai sempadan sungai meliputi: a. Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar sekurangkurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul b. Garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh pejabat yang berwenang c. Garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul yang berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri oleh pejabat yang berwenang Di Dalam Keputusan Presiden No. 3 tahun 99 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, sempadan sungai didefinisikan sebagai kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk IV - 4

121 sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sempadan Sungai ini masuk dalam lingkup kawasan perlindungan setempat dengan kriteria sempadan sungai adalah; a. Sekurang-kurangnya meter di kiri kanan sungai besar dan 5 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. b. Untuk sungai di kawasan permukiman, sempadan sungai diperkirakan cukup dibangun jalan inspeksi antara 5 meter. Disamping Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 99 tentang Sungai dan Keputusan Presiden No. 3 tahun 99 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, peraturan lain yang menjelaskan tentang daerah sempadan sungai adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Sempadan sungai sebagaimana yang diatur dalam Permen PU yaitu: a. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurangkurangnya 5 (lima) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul. b. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurangkurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. c. Garis sempadan sungai tak bertanggul diluar kawasan perkotaan didasarkan pada: Sungai besar dengan daerah pengaliran 5 Km atau lebih sekurang-kurangnya meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sungai kecil dengan daerah pengaliran kurang dari 5 Km sekurang-kurangnya 5 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. d. Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada: Sungai dengan kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, sekurang-kurangnya (sepuluh) meter dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan. Sungai dengan kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan (dua puluh) meter, sekurang-kurangnya 5 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan. Sungai dengan kedalaman lebih dari (dua puluh) meter, sekurang-kurangnya 3 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan. IV - 5

122 Di Kabupaten Tanah Datar terdapat 5 sungai besar, yaitu Batang Anai, Batang Sinamar, Batang Selo, Batang Ombilin dan Batang Sumpur dan beberapa sungai kecil lainnya. Pada areal sepanjang sempadan sungai tersebut harus diberikan sempadan antara 5 m dan ditetapkan sebagai kawasan lindung, sehingga kelestarian sungai sebagai sebuah satu kesatuan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat terjaga. Untuk sungai-sungai yang melewati kawasan permukiman sempadan sungai antara 3 meter dan dapat berupa jalan inspeksi Sempadan Danau Kriteria kawasan lindung untuk sempadan danau adalah sebagai berikut; sempadan danau yaitu daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau yaitu 5 - meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat Danau yang ada di Kabupaten Tanah Datar adalah Danau Singkarak, seluruh kawasan sepanjang danau harus ditetapkan sebagai sempadan danau dan berfungsi sebagai kawasan lindung, baik sempadan berupa tutupan vegetasi maupun sempadan danau berupa pasir. Tujuan penetapan sempadan danau sebagai kawasan lindung adalah untuk meminimalisir terjadinya abrasi serta untuk melindungi terjadinya luapan air (banjir). Langkah yang harus ditempuh adalah dengan menjaga eksitensi seluruh jenis vegetasi yang ada serta membangun tanggul-tanggul pemecah gelombang pada daerah-daerah yang rawan abrasi Kawasan Sekitar Mata Air Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden No. 3 tahun 99 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Untuk menjaga kelestariannya, maka di sekitar mata air tersebut direncanakan diberi perlindungan dari berbagai kegiatan penduduk yang dapat mengganggu kerusakan lingkungan di sekitarnya, kawasan perlindungan di sekitar mata air sekurang-kurangnya berdiameter 4 meter di sekitar mata air atau berjari-jari meter dari sumber mata air. IV - 6

123 Berdasarkan data, jumlah mata air di Kabupaten Tanah Datar terdapat buah mata air dengan kapasitas yang cukup besar dan masih banyak mata air dengan kapasitas kecil seperti; mata air Sei Tabik, Talago Atar, Bulaan, Bulakan, Badinah, Minang, Gugun, Sempit, Bonta, Bulaan Dalam, Sei Marouk dan lain-lain. Keberadaan mata air tersebut saat ini merupakan sumber air yang digunakan untuk kebutuhan bahan baku air bersih yang dikelola oleh PDAM dan Masyarakat melaui Program Pansimas (penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat) yang telah dilaksanakan dari tahun Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Perlindungan terhadap kawasan suaka alam dilakukan untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plsma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka maragsatwa, hutan wisata. Daerah perlindungan plasma nutfah dan daerah pengungsian satwa. Kawasan suaka alam yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar yaitu cagar alam, taman wisata alam, taman buru dan kawasan cagar budaya. Kawasan suaka alam yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar juga tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 6 tahun 8 tentang RTRWN dan dalam RTRW propinsi Cagar Alam Kawasan cagar alam yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar mempunai luas kurang lebih yaitu.5,6 Ha yang terdiri dari cagar alam yang ditetapkan oleh pusat melalui RTRWN dan yang ditetapkan oleh provinsi melalui RTRW Provinsi Sumatera Barat Tahun 9-9. Cagar alam yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar sesuai ketetapan dalam Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 8 tentang RTRWN sebanyak 6 (enam) buah kawasan cagar alam tersebut adalah sebagai berikut: a. Cagar Alam Lembah Anai dengan luas 383,87 Ha b. Cagar Alam Singgalang Tandikek dengan luas area 4.7,8 Ha c. Cagar Alam Marapi dengan luas area 6.35,9 Ha IV - 7

124 d. Cagar Alam Gunung Sago dengan luas area.89,7 Ha e. Cagar Alam Barisan I dengan luas area 7.374,8 Ha f. Cagar Alam Baringin Sakti dengan luas area,3 Ha. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Agar cagar alam yang ada di Kabupaten Tanah Datar dapat terjaga dengan baik dan berkelanjutan maka perlu dilakukan suatu rencana pengelolaan dan pengewetan cagar alam melalui perlindungan dan pengawasan kawasan, inventarisasi potensi kawasan dan penelitian serta pengembangan dalam menunjang pengawetan cagar alam Taman Wisata Alam di Kabupaten Tanah Datar meliputi; Panorama Tabek Patah, Puncak Pato dan Payo Rapuih dapat dikembangkan untuk pengembangan wisata alam/ekowisata. Salah satu sudut keindahan panorama alam Tabek Patah dan Payo Rapuih dengan karakter kawasan yang masih alami dilihat dari ketinggian/puncak kawasan, dapat dikembangkan sebagai kawasan pelestarian alam Agar kawasan taman wisata alam tidak mengalami perubahan fungsi dan berkelanjutan maka perlu perlindungan dan pengamanan, inventarisasi potensi kawasan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi serta pembinaan habitat dan populasi satwa. Untuk itu dilarang melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Berburu, penebangan pohon, pengangkutan kayu dan satwa atau bagian-bagiannya di dalam dan ke luar kawasan, serta memusnahkan sumber daya alam di dalam kawasan. b. Melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan pencemaran kawasan. c. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah dapat persetujuan dari pejabat yang berwenang. IV - 8

125 Kawasan Cagar Budaya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Sesuai dengan kriteria penetapan kawasan lindung untuk cagar budaya yaitu, Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan, maka dapat dikembangkan sebagai kawasan lindung. Mengenai objek atau lokasi yang sesuai dengan kriteria di atas, ada beberapa lokasi maupun objek yang dapat dikembangkan sebagai kawasan lindung cagar budaya, diantaranya adalah Prasasti Puncak Pato, situs kepurbakalaan Balai Adat Balairung Sari Nagari Tabek, Istana Basa Pagaruyung, Prasati Pariangan Tuo, Kuburan Panjang Gurhano Tantejo dan lain-lain merupakan objek-objek yang memiliki nilai sejarah terutama berkaitan dengan sejarah perkembangan daerah dan budaya Kabupaten Tanah Datar. Untuk itu objek-objek tersebut perlu dilestarikan keberadaannya. Lokasi/objek yang memiliki nilai-nilai sejarah bagi Kabupaten Tanah Datar 4..4 Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan Rawan Bencana Alam Tanah Longsor Berdasarkan Permen PU No /PRT/M/7 tentang Pedoman Pentaan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor dijelaskan bahwa kawasan rawan bencana longsor adalah Kawasan rawan bencana longsor adalah kawasan lindung atau kawasan budi daya yang meliputi zona-zona berpotensi mengalami proses perpindahan massa tanah/batuan dengan arah miring dari kedudukan semula, sehingga terpisah dari massa yang mantap, karena pengaruh gravitasi, dengan jenis gerakan berbentuk rotasi dan translasi IV - 9

126 Pada umumnya kawasan rawan bencana longsor merupakan kawasan dengan curah hujan rata-rata yang tinggi (di atas 5 mm/tahun), kemiringan lereng yang curam (lebih dari 4%), dan/atau kawasan rawan gempa. Pada kawasan ini sering dijumpai alur air dan mata air yang umumnya berada di lembah-lembah yang subur dekat dengan sungai. Di samping kawasan dengan karakteristik tersebut, kawasan lain yang dapat dikategorikan sebagai kawasan rawan bencana longsor adalah:. Lereng-lereng pada kelokan sungai, sebagai akibat proses erosi atau penggerusan oleh aliran sungai pada bagian kaki lereng.. Daerah teluk lereng, yakni peralihan antara lereng curam dengan lereng landai yang di dalamnya terdapat permukiman. Lokasi seperti ini merupakan zona akumulasi air yang meresap dari bagian lereng yang lebih curam. Akibatnya daerah tekuk lereng sangat sensitif mengalami peningkatan tekanan air pori yang akhirnya melemahkan ikatan antar butir-butir partikel tanah dan memicu terjadinya longsor. 3. Daerah yang dilalui struktur patahan/sesar yang umumnya terdapat hunian. Dicirikan dengan adanya lembah dengan lereng yang curam (di atas 3%), tersusun dari batuan yang terkekarkan (retakan) secara rapat, dan munculnya mata air di lembah tersebut. Retakan batuan dapat mengakibatkan menurunnya kestabilan lereng, sehingga dapat terjadi jatuhan atau luncuran batuan apabila air hujan meresap ke dalam retakan atau saat terjadi getaran pada lereng. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan kriteria tersebut diatas maka kawasan rawan bencana tanah longsor di Kabupaten Tanah Datar terdapat pada: Kecamatan Sungayang yaitu Nagari Andaleh Baruah Bukik, Nagari Tanjung dan Nagari Sungai Patai. Kecamatan X Koto yaitu Nagari Tambangan dan Nagari Singgalang (lembah anai).. Kecamatan Batipuh Selatan yaitu Nagari Padang Laweh Malalo, Nagari Guguak Malalo dan Nagari Sumpur 3. Kecamatan Batipuh yaitu Nagari Gunung Rajo 4. Kecamatan Salimpaung yaitu Nagari Tabek Patah 5. Kecamatan Padang ganting yaitu Nagari Atar IV -

127 Peta 4. Kawasan rawan bencana alam tanah longsor IV -

128 4..4. Kawasan Rawan Banjir Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Kabupaten Tanah Datar merupakan kawasan rawan banjir, namun banjir yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar memiliki ciri khusus yaitu aliran air yang diikuti dengan tanah longsor, sering juga disebut Galodo. Kawasan rawan banjir di Kabupaten Tanah Datar adalah sebagai berikut:. Kecamatan Sungai Tarab. Kecamatan Salimpaung 3. Kecamatan Sungayang 4..5 Kawasan Lindung Geologi Kawasan Cagar Alam Geologi Dari tiga kelompok kawasan cagar alam geologi, yaitu kawasan keunikan batuan dan fosil, kawasan keunikan bentang alam, dan kawasan keunikan proses geologi, untuk wilayah Kabupaten Tanah Datar yang ditemukan adalah kawasan keunikan bentang alam berupa kawasan karst di daerah kubah Batusangkar yang terdapat di Kecamatan Lintau Buo Utara, kawasan ini dilindungi untuk menjaga pasokan ketersediaan air tanah dari air hujan Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi A. Letusan Gunung Api Bencana Alam geologi yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar adalah letusan gunung api aktif yaitu Gunung Marapi dan Gunung Tandikek. Bahaya yang ditimbulkan letusan gunung api adalah terjadinya aliran lava, awan panas, gas beracun, lahar primer pada letusan gunung api yang mempunyai danau kawah, lahar sekunder atau sering disebut lahar hujan dan gelombang pasang. Seperti telah dikemukakan pada laporan fakta dan analisis, bahwa klasifikasi pengamanan untuk daerah rawan letusan gunung api dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Kawasan Bahaya I dengan radius 3 Km dari puncak gunung. b. Kawasan Bahaya II dengan radius 3 7 Km dari puncak gunung. c. Kawasan bahaya III dengan radius 8 4 Km dari puncak gunung. IV -

129 . Letusan Gunung Tandikek Hasil sosialisasi kawasan rawan bencana letusan gunungapi Tandikek Tahun diketahui bahwa Gunung Tandikek memiliki nama lain yaitu Tandikai atau Tandike. Gunung ini memiliki 3 (tiga) kawah yaitu Kawah A, B dan K. Secara geografis gunung Tandikek berada pada posisi 5 57 LS dan 9,69 BT yang terletak di Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Ketinggian gunung yaitu.438 dpl dan.74 dari Kota Padang Panjang. Tercatat Gunung Tandikek pernah mengalami letusan yaitu pada: a. Tahun 889 yaitu pada tanggal 9 Februari yang terjadi di kawah B, membentuk tiang asap tinggi yang menyala, terasa getaran gempa dan suara letusan. Kegiatan berlangsung hingga tanggla 7 April. b. Tahun 94 yaitu pada tanggal 3 Mai berupa letusan-letusan bahan lepas yang berjatuhan di sekitar puncak. c. Tahun 97 yaitu bulan Juni yang terjadi di kawah B berupa hembusan solfatar pada tebing sebalah utara sebanyak 7 buah dengan suhu 79 hingga 9 C dan kegiatan fumarola pada tebing kawah baratdaya. d. Tahun 977 yaitu bulan Oktober dimana solfatar pada kawah B yang berjumlah 7 buah masih aktif dengan suhu 83 hingga 89 C. Asap fumarola tipis dengan tekanan lemah, tinggi asap mencapai sekitar 5 meter dari permukaan gua. Kawasan rawan bencana Gunungapi Tandikat dibagi menjadi 3 (tiga) kawasan rawan bencana yaitu: a. Kawasan rawan bencana I yaitu kawasan yang selalu terancam aliran larva dan gas beracun dan kemungkinan terkena aliran awan panas serta selalu terancam lontaran batu pijar dan hujan abu lebat. Kawasannya yait 3 km dari pusat kegiatan b. Kawasan rawan bencana II yaitu kawasan yang selalu terancam aliran lava dan kemungkinan awan panas serta hujan debu lebat dan lontaran batu panas. Daerahnya berjarak 3 8 km dari pusat kegiatan terutama daerah topografi rendah di sepanjang aliran sungai yang berhulu di sekitar puncak seperti Batang Singgalang Kecil dan Batang Singgalang Gandang yang bersatu ke Batang Anai, sehingga dalam musim hujan dapat dilanda lahar dingin berupa galodo. IV - 3

130 c. Kawasan rawan bencana III yaitu kawasan yang rawan terhadap aliran lahar dingin serta rawan terhadap hujan debu lebat dan berkemungkinan terkena lontaran batu panas. Kawasannya adalah 8-4 km dari pusat kegiatan. Berdasarkan kawasan rawan bencana tersebut nagari-nagari atau jorong yang masuk kedalam kawasan rawan bencana yaitu nagari Singgalang Jorong Aia Mancua dan Jorong Luhuang masuk dalam kawasan rawan bencana I dan II sedangkan Untuk kawasan rawan bencana I yaitu 5 (lima) jorong di Nagari Singgalang yaitu Jorong Subarang, Jorong Solok, Jorong Koto dan Jorong Gantiang, (satu) jorong di Nagari Pandai Sikek yaitu Jorong Pagu-Pagu dan 3 (tiga) jorong di Nagari Koto Laweh yaitu Jorong Kapalo Koto, Jorong Pincuran VII dan Jorong Kandang Di Guguk.. Letusan Gunung Marapi Kawasan rawan bencana Gunungapi Marapi dibagi menjadi 3 (tiga) kawasan rawan bencana yaitu: d. Kawasan rawan bencana I yaitu kawasan yang selalu terancam aliran larva dan gas beracun dan kemungkinan terkena aliran awan panas serta selalu terancam lontaran batu pijar dan hujan abu lebat. Kawasannya yait 3 km dari pusat kegiatan e. Kawasan rawan bencana II yaitu kawasan yang selalu terancam aliran lava dan kemungkinan awan panas serta hujan debu lebat dan lontaran batu panas. Daerahnya berjarak 3 8 km dari pusat kegiatan terutama daerah topografi rendah di sepanjang aliran sungai yang berhulu di sekitar puncak Gunung Marapi, sehingga pada musim hujan berpotensi dilanda lahar dingin berupa galodo. a. Kawasan rawan bencana III yaitu kawasan yang rawan terhadap aliran lahar dingin serta rawan terhadap hujan debu lebat dan berkemungkinan terkena lontaran batu panas. Kawasannya adalah 8-4 km dari pusat kegiatan. Kawasan rawan bencana letusan gunung api terdapat pada daerah sekitar lembah sungai yang berhulu di lereng atas Gunung Marapi memanjang hingga ke lereng bawah. Nagari-nagari yang perlu diwaspadai jika aktifitas Gunung Marapi meningkat diantaranya adalah: a. Kecamatan X Koto yaitu Nagari Aia Angek dan Nagari Paninjauan IV - 4

131 b. Kecamatan Batipuh yaitu Nagari Andaleh dan Nagari Sabu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar c. Kecamatan Pariangan yaitu Nagari Pariangan dan nagari Sungai Jambu d. Kecamatan Sungai Tarab yaitu Nagari Pasia Laweh, Nagari Talang Tangah dan Nagari Rao-Rao. e. Kecamatan Salimpaung yaitu Nagari Tabek Patah dan Nagari Salimpaung f. Kecamatan Tanjung Baru yaitu Nagari Tanjung Alam. Berdasarkan peta kawasan rawan bencana alam gunung api nagari-nagari yang dijelaskan diatas adalah kawasan yang masuk dalam kawasan rawan bencana I hingga kawasan rawan bencana III. Untuk lebih jelas mengenai kawasan rawan bencana letusan gunung api Tandikek dan Marapi dapat dilihat pada peta rawan bencana alam letusan gunung api. B. Gempa Bumi Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasanya disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukan daerah asal terjadinya gempa bumi tersebut. Wilayah sumatera cukup sering dilanda gempa bahkan akibat gempa terjadi tsunami di aceh pada tahun 4. Sumatera Barat sendiri tercatat mengalami gempa yang cukup besar yaitu sebanyak 4 kali, bahkan pada tahun 7 salah satunya episentrum gempa berada di Kabupaten Tanah Datar. Untuk lebih jelas mengenai gempa di Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel 4. dan gambar 4. Tabel 4. Gempa yang terjadi di Sumatera Barat Tanggal Kekuatan Episentrum Area Tewas Keterangan 6 Maret '4'' S Kab. Solok, Kota Solok, > '44'' E 49 LS.59 BT Tanah Datar, Kota Bukittinggi September ''' S Kepulauan mentawai 3'44'' E.49 LS.38 BT 3 September '3'' S Padang Pariaman, Kota,5 99 5''' E.75 LS BT Pariaman, Kota Padang dan Agam 5 Oktober ' S 48 Sumber: Wikipedia 99 56' E 3.6 LS BT Metawai, Padang Pariaman dan Kota Padang IV rumah rusak berat, rusak sedang dan rusak ringan

132 Gambar 4. Peta rawan bencana letusan gunung api IV - 6

133 Kejadian gempa tektonik yang mengguncang Kota Padang Panjang dan Kabupaten Tanah Datar terjadi pada tanggal 6 9 maret 7 dengan 8 kali guncangan serta hampir mencapai 5 kali gempa susulan, kekuatan terbesar terjadi pada tanggal 6 Maret 7 dengan kekuatan 6,3 SR. Daerah yang mengalami kerusakan cukup berat yaitu di Nagari Gunung Rajo dan Nagari Pitalah, karena kedua nagari tersebut terletak di jalur sesar. Berdasarkan data yang dihimpun kekuatan gempa dapat dilihat pada tabel 4.. Tabel 4.3 Intensitas Gempa di Kabupaten Tanah Datar Tahun 7 Waktu Kekuatan (SR).3 WIB 4,4 SR.49 WIB 5,8 SR.49 WIB 6,3 SR 5.3 WIB 4,6 SR 5.6 WIB 4,5 SR 5.4 WIB 4,3 SR 7. WIB 4,3 SR 9.53 WIB 5,4 SR Sumber : Bahan Pidato Gubernur Gambar 4.3 Lokasi Gempa dan Jalur Sesar Semangko.49 WIB 6,3 SR.49 WIB,5,8 SR IV - 7

134 Gambar 4.4 Foto Kerusakan Bangunan Akibat Gempa Berhubung sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi baik waktu, tempat dan intensitas gempa di Indonesia, maka zona-zona yang masuk rawan gempa harus menjadi perhatian baik dalam perencanaan maupun dalam tahap pembangunan. Karena itu ada dua pendekatan untuk mengantisipasi terjadinya gempa agar tidak menimbulkan dampak yang besar yaitu, pendekatan struktural yakni mengikuti kaidahkaidah konstruksi yang benar dan memasukan parameter kegempaan dalam mendirikan bangunan dan pendekatan nonstruktural dengan membuat peta rawan bencana gempa dalam perencanaan wilayah serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap pemahaman dan pelatihan penyelamatan dampak gempa. Daerah-daerah yang rawan gempa di Kabupaten Tanah Datar adalah Kecamatan X Koto bagian timur, Kecamatan Batipuh Selatan, Kecamatan Batipuh dan Kecamatan Salimpaung. Diharapkan melalui pendekatan struktur serta sosialisasi intensif kepada masyarakat akan dapat mengurangi dampak jika terjadi gempa di Kabupaten Tanah Datar. C. Kawasan Rawan Gerakan Tanah Kondisi Kabupaten Tanah Datar yang memiliki bentang alam yang bervariasi, seperti; posisinya berada di antara (dua) gunung yang masih aktif yaitu Gunung Marapi dan Gunung Singgalang, morfologi bergelombang, banyak dilalui sungai-sungai besar serta dilalui jalur sesar besar Sumatera (Sesar Semangko) menyebabkan Kabupaten Tanah Datar rentan terhadap bencana. Salah satunya adalah bahaya gerakan tanah. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.5 IV - 8

135 Gerakan tanah merupakan pergerakan massa tanah dan batuan atau kombinasi dari keduanya ketempat/daerah yang lebih rendah. Beberapa penyebab terjadinya gerakan tanah di Kabupaten Tanah Datar antara lain :. Faktor Geologi Kabupaten Tanah Datar Kondisi geologi yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah yaitu: a. Tanah pelapukan yang tebal pada daerah yang terjal. b. Batuan lempung dan nasal yang mempunyai sifat pecah-pecah dalam keadaan kering dan mudah hancur serta licin dalam keadaan basah c. Posisi kemiringan lapisan batuan yang searah dengan kemiringan lereng bukit/gunung. d. Daerah yang dilalui oleh struktur geologi, bantuannya hancur dan merupakan bidang lemah. e. Bidang kontak antara batuan yang kedap air dan batuan yang meluluskan air. Batuan yang kedap air dapat menjadi media luncur longsoran.. Faktor Kemiringan Lereng di Kabupaten Tanah Datar Pengaruh kemiringan lereng terhadap kejadian gerakan tanah cukup dominan di Kabupaten Tanah Datar. Makin terjal kemiringan lereng pada suatu kawasan makin banyak terjadi gerakan tanah. 3. Faktor Curah Hujan Kabupaten Tanah Datar Keairan merupakan factor penting lainnya yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah. Air permukaan yang berasal dari curah hujan, sebagian akan meresap kedalam tanah/batuan melalui pori-pori tanah atau retakan yang terdapat pada tanah/batuan dan sebagian lagi akan mengalir diatas permukaan tanah. Hal ini akan menyebabakan perubahan terhadap sifat fisik tanah yaitu menurun nilai kohesi tanah, berkurangnya kuat geser tanah dan bertambahnya bobot massa tanah. Seiring dengan meningkatnya bobot massa tanah, maka kuat geser tanah akan menurun. Keadaan ini jika ditunjang oleh kemiringan lereng yang terjal dan atau tata lahan yang kurang sesuai serta tingginya curah hujan maka akan dapat memicu gerakan tanah. 4. Faktor Penggunaan Lahan Gerakan tanah yang umumnya terjadi di Kabupaten Tanah Datar terdapat pada guna lahan kebun campuran, persawahan dan hutan. Pada kebun campuran, gerakan IV - 9

136 tanah terjadi karena lapisan tanah gebur akibat teralu sering diolah, hal ini menyebabkan air permukaan mudah meresap melaui pori-pori tanah sehingga tanah cepat jenuh. Daerah rawan gerakan tanah di Kabupaten Tanah Datar yang disebabkan oleh factorfaktor diatas adalah sebagai berikut:. Sebaran Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Tinggi Zona kerentanan gerakan tanah sangat tinggi umumnya tersebar di Kecamatan Batipuh Selatan (menyebar dari Nagari Sumpur, Padang Laweh, Duo Koto Hingga Bahiang), sebagian Kecamatan X Koto (sebalah utara dan selatan Kecamatan X Koto) sebelah utara Kecamatan Batipuh (Nagari Sabu dan Nagari Andaleh). Umumnya batuan/tanah telah mengalami pelapukan yang tinggi dengan ketebalan mencapai ± 5 meter. Struktur yang berkembang adalah adalah kekar-kekar dengan arah yang beragam dan dipengaruhi oleh lintasan sesar besar sumatera yang aktif serta vegetasi yang yang tidak produktif.. Sebaran Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi Zona kerentanan gerakan tanah tinggi umumnya tersebar di Kecamatan X Koto yang meliputi hamper di seluruh nagari, Kecamatan Batipuh mulai dari bagian tengah Sabu, Andaleh hingga kebagian tengah Batu Basa serta di Barat Daya Kecamatan Batipuh Selatan. Kemiringan lereng berkisar antara 45 8 %. Litologi juga merupakan batuan yang telah mengalami pelapukan yang tinggi. Sebagain daerah dilewati oleh sesar besar sumatera yang aktif seperti Nagari Pitalah dan Nagari Bungo Tanjung serta tutupan lahan berupa vegetasi yang tidak produktif. 3. Sebaran Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sedang Zona gerakan tanah menengah umumnya tersebar mulai dari Selatan Kubu Karambia hingga Batu Basa. Kemiringan lereng berkisar 5 45 %. Umumnya berupa permukiman, sawah dan ladang. Walaupun dilewati oleh sesar Semangko tatapi karena tingkat kemirngan lereng yang tidak terlalu tinggi mengakibatkan gerakan tanah tidak terlalu membahayakan. IV -

137 4. Sebaran Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Zona kerentanan gerakan tanah rendah tersebar hanya pada morfologi yang relative datar dengan kemiringan lereng yang kecil yaitu berkisar antara 5 %. Zona ini tersebar di sebagian Kecamatan Batipuh Selatan. IV -

138 Gambar 4.5 Peta rawan bencana gerakan tanah IV -

139 4..6 Kawasan Lindung Lainnya Salah satu kawasan perlindungan lainnya yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar yaitu Taman Buru dan Cekungan Air Tanah. a. Taman Buru merupakan satu kawasan perlindungan lainnya sesuai dengan ketetapan dalam Peraturan Pemerintah No 6 tahun 8 tentang RTRWN adalah Taman Buru. Taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu sesuai Undang-Undang No 4 Tahun 999 tentang Kehutanan.Taman buru di Kabupaten Tanah Datar yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Barat adalah Taman Buru Bukit Siduali. b. Kawasan imbuhan air tanah, berupa Cekungan Air Tanah (CAT) yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar yaitu CAT Batusangkar, CAT Alang Lawas, dan CAT Solok. 4.3 Kawasan Budidaya Kawasan budidaya menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 7 tentang Pentaan Ruang serta Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 8 tentang RTRWN adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 6/PRT/M/9 tentang Pedoaman Penyusunan RTRW Kabupaten menjelaskan bahwa terdapat (sepuluh) jenis kawasan budi daya Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Undag-Undang No 4 tahun 999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah No Tahun tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan menjelaskan bahwa hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi dapat dibagi menjadi: Hutan Produksi IV - 3

140 Hutan produksi tetap sesuai Peraturan Pemerintah No Tahun tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan adalah kawasan hutan dengan faktorfaktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunai jumlah nilai dibawah 5 diluar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru. Berdasarkan peta lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No SK.34/Menhut-II/ tanggal 9 Juni tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas ± (Sembilan Puluh Enam Ribu Sembilan Ratus Empat) Hektar, Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 47.3 (Seratus Empat Puluh Tujuh Ribu Dua Ratus Tiga Belas) Hektar dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan Seluas ± 9.96 (Sembilan Ribu Sembilan Ratus Enam) Hektar Di Propinsi Sumatera Barat diketahui luas kawasan hutan produksi di Kabupaten Tanah Datar adalah 9.359,6 Ha atau 7, % dari luas Kabupaten Tanah Datar. Sebaran kawasan hutan produksi di Kabupaten Tanah Datar terdapat di 6 (enam) kecamatan. Kecamatan Tanjung Emas tercatat memiliki kawasan hutan produksi terluas yaitu 3.759, Ha atau 4,7 % dari luas hutan produksi Kabupaten Tanah Datar. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Luas Rencana Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 No Kecamatan Luas (Ha) (%) Kec. Lintau Buo Kec. Padang Ganting Kec. Rambatan Kec. Salimpaung Kec. Sungayang Kec. Tanjung Baru Kec. Tanjung Emas Total Sumber: Hasil Analisis Hutan Produksi Konversi Hutan produksi konversi adalah adalah kawsan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pembangunan di luar kegiatan kehutanan sebagaimana yang IV - 4

141 dikelaskan dalam Peraturan Pemerintah No Tahun tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan. Hutan Konversi di Kabupaten Tanah Datar berdasarkan peta lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No SK.34/Menhut-II/ tanggal 9 Juni tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas ± (Sembilan Puluh Enam Ribu Sembilan Ratus Empat) Hektar, Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 47.3 (Seratus Empat Puluh Tujuh Ribu Dua Ratus Tiga Belas) Hektar dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan Seluas ± 9.96 (Sembilan Ribu Sembilan Ratus Enam) Hektar Di Propinsi Sumatera Barat adalah seluas kurang lebih 3,9 Ha, yang terdapat di Kecamatan Padang Ganting. Sebaran hutan produksi baik hutan produksi tetap maupun hutan produksi konversi di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada peta rencana pola ruang Kabupaten Tanah Datar tahun Kawasan Peruntukan Pertanian Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No 4/Mempertan/OT.4/9/9 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian menjelaskan bahwa penetapan kawasan peruntukan pertanian ini diperlukan untuk memudahkan dalam penumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian berbasis agribisnis mulai dari penyediaan sarana produksi, budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran serta kegiatan pendukungnya secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Peruntukan kawasan pertanian di Kabupaten Tanah Datar dibagi menjadi 4 (empat) bagian yaitu kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah, kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering/hortikultura, kawasan perkebunan dan kawasan peternakan dan perikanan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah Pertanian lahan basah adalah kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan lahan basah dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis. Peruntukan kawasan pertanian lahan basah yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar telah memenuhi IV - 5

142 karakteristik kawasan peruntukan pertanian lahan basah sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4/PRT/M/7 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Sesuai dengan rencana pola ruang Kabupaten Tanah Datar tahun 3 luas lahan pertanian tanaman pangan lahan basah adalah 7.94,5 Ha atau,35 % dari luas Kabupaten Tanah Datar. Kawasan pertanian pangan lahan basah tersebar di 4 (empat belas) kecamatan. Tanah yang subur, sumber air yang berlimpah menjadi potensi yang tak ternilai bagi Kabupaten Tanah Datar dalam pengembangan kawasan pertanian pangan lahan basah. Akan tetapi perkembangan jumlah dan aktivitas penduduk menjadi ancaman terhadap keberlangsungan lahan pertanian tanaman pangan berkelajutan. Untuk itu perlu pertimbangan-pertimbangan lebih lanjut dalam hal alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan menjadi kawasan permukiman sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terkait dengan rencana pengembangan Kabupaten Tanah Datar (dua puluh) tahun kedepan tetap menjadi sektor pertanian sebagai sektor andalannnya, maka kabupaten Tanah Datar harus menetapkan kawasan pertanian pangan berkelanjutan. Undanng- Undang No 4 Tahun 9 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan memberikan arahan yang jelas terkait dengan penetapan kawasan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLPPB). Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah budi daya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Untuk memberikan perlindungan terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan perlu sebuah sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, serta mengawasi lahan pertanian pangan secara berkelanjutan baik pada kawasan pertanian lahan basah maupun kawasan pertanian lahan kering/hortikultura. Untuk itu Kabupaten Tanah Datar merencanakan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan lahan basah di 6 (enam) kecamatan dari 4 (empat belas) kecamatan yang potensial untuk pengembangan kawasan pertanian IV - 6

143 pangan lahan basah. Kecamatan yang direncanakan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yaitu Kecamatan Sungai Tarab, Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas, Kecamatan Lintau Buo, Kecamatan Lintau Buo Utara dan Kecamatan Salimpaung Untuk lebih jelas tentang sebaran lahan pertanian pangan basah berkelanjutan dapat dilihat pada tabel 4.5 dan peta kawasan pertanian pangan berkelanjutan. No Tabel 4.5 Luas Rencana Kawasan Pertanian Pangan Lahan Basah di Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 Kecamatan Lahan Basah (Ha) Lahan Basah Berkelanjutan (Ha) Total (%) Kec. Batipuh,543. -, Kec. Batipuh Selatan,4.44 -, Kec. Padang Ganting,38.6 -, Kec. Pariangan,55.7 -, Kec. Rambatan, , Kec. Sungayang, , Kec. Tanjung Baru Kec. X Koto Kec. Lintau Buo -,59.33, Kec. Lintau Buo Utara - 3,76.5 3, Kec. Salimpaung -,47.55, Kec. Sungai Tarab - 3, , Kec. Tanjung Emas -,9.96, Kec. V Kaum -,57.78, Total,79.5 4,4.73 7,94.5. Sumber: Hasil Analisis Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Kering/Holtikultura Tanaman Pangan Lahan Kering adalah kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan lahan kering seperti; tanaman palawija dan hortikultura. Kriteria kawasan budi daya pertanian lahan kering di Kabupaten Tanah Datar telah sesuai Keputusan Presiden No 57 Tahun 989 tentang Kawasan Budidaya dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4/PRT/M/7 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. IV - 7

144 Luas rencana kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering/holtikultura di Kabupaten Tanah Datar seluas kurang lebih 8.87,3 Ha atau 4,3 % dari luas Kabupaten Tanah Datar. Kawasan pertanian pangan lahan kering/hortikultura tersebar pada setiap Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar. Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan ketahan pangan nasional adalah melalui diversifikasi konsumsi pangan yang telah dicanangkan semenjak tahun 6-an. Pada saat ini pemerintah menganjurkan untuk mengkonsumsi bahan pangan pokok non beras. Untuk menjembatani kebijakan pemerintah terkait diversivikasi pangan serta pengembangan potensi pertanian di Kabupaten Tanah Datar, maka perlu merencanakan lahan pertanian pangan berkelanjutan lahan kering/hortikultura. Di Kabupaten Tanah Datar komoditi yang potensial untuk dikembangkan pada kawasan pertanian lahan kering/hortikultura adalah jagung di Kecamatan Rambatan, Sayuran Dataran Tinggi di Kecamatan X Koto dan Kecamatan Salimpaung. Rencana Kabupaten Tanah Datar (dua) puluh tahun kedepan kawasan kawasan tersebut akan direncanakan sebagai kawasan pertanian tanaman berkelanjutan untuk pertanian lahan kering. Untuk lebih jelas mengenai sebaran kawasan pertanian lahan kering/hortikultura berkelanjutan di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada tabel 4.6 dan peta rencana kawasan pertanian berkelanjutan. Dapat dilihat pada gambar 4.6 Tabel 4.6 Luas Rencana Kawasan Pertanian Pangan Lahan Kering di Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 IV - 8

145 No Kecamatan Lahan Kering (Ha) Lahan Kering Potensial (Ha) Lahan Hortikultura Berkelanjutan (Ha) Total (%) Kec. Batipuh , Kec. Batipuh Selatan Kec. Lintau Buo, , Kec. Lintau Buo Utara Kec. Padang Ganting Kec. Rambatan 4, , Kec. Salimpaung Kec. Sungai Tarab 5.57,699. -, Kec. Sungayang Kec. Tanjung Emas, , Kec. V Kaum Kec. X Koto ,74.7 4, Kec.Tanjung Baru Kec.Pariangan Total Sumber: Hasil Analisis, , ,8. 8,87.3. Gambar 4.6 Peta kawasan pertanian berkelanjutan IV - 9

146 Kawasan Budidaya Tanaman Perkebunan Kawasan perkebunan sesuai UU No. 8 Tahun 4 adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4/PRT/M/7 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 4/PRT/M/7 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya juga menjelaskan bahwa: a. Pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk usaha perkebunan, luas maksimum dan luas minimumnya ditetapkan oleh Menteri dengan berpedoman pada jenis tanaman, ketersediaan tanah yang sesuai secara agroklimat, modal, kapasitas pabrik, tingkat kepadatan penduduk, pola pengembangan usaha, kondisi geografis,dan perkembangan teknologi; IV - 3

147 b. Hak guna usaha untuk usaha perkebunan diberikan dengan jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun; c. Lahan perkebunan besar swasta yang terlantar (kelas V) yang tidak berupaya untuk melakukan perbaikan usaha setelah dilakukan pembinaan, pemanfaatan lahannya dapat dialihkan untuk kegiatan non perkebunan. Rencana pola ruang kawasan pertanian perkebunan di Kabupaten Tanah Datar direncanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Luas rencana kawasan pertanian perkebunan di Kabupaten Tanah Datar yaitu kurang lebih 5.483,9 Ha atau 9,7 % dari luas total Kabupaten Tanah Datar. Bentuk perkebunan yang berkembang pada saai ini dan cenderung mengalami oeningkatan adalah perkebunan rakyat dengan komoditi utama adalah karet dan tebu. Kawasan perkebunan yang paling luas terdapat di Kecamatan Lintau Buo Utara yaitu 5.578,8 Ha atau,89 % dari total kawasan perkebunan. Sebaran kawasan perkebunan di Kabupaten Tanah Datar yang terdapat di 3 (tiga belas) kecamatan. Kecamatan Lima Kaum yang secara hirarki berada pada pusat kota tidak memiliki kawasan perkebunan. Untuk lebih jelas menganai sebaran kawasan dan luas kawasan perkebunan di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Luas Rencana Kawasan Pertanian Perkebunan di Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 No Kecamatan Luas (Ha) (%) Kec. Batipuh, Kec. Batipuh Selatan, Kec. Lintau Buo Kec. Lintau Buo Utara 5, Kec. Padang Ganting, Kec. Pariangan Kec. Rambatan, Kec. Salimpaung, Kec. Sungai Tarab Kec. Sungayang, Kec. Tanjung Baru, Kec. Tanjung Emas, Kec. X Koto,3. 5. Total 5, IV - 3

148 Sumber: Hasil Analisis Kawasan Budidaya Peternakan Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara khusus diperuntukkan untuk kegiatan peternakan atau terintegrasi dengan subsektor Iainnya sebagai komponen usahatani (berbasis tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan perikanan) beronientasi ekonomi dan berakses industri hulu sampai hilir. Kawasan budidaya peternakan pada saat ini relatif semakin sulit dijumpai ditingkat kabupaten/kota, karena kompetisi penggunaan lahan semakin tinggi dan dukungan pemerintah daerah yang terbatas. Di lain pihak, kebutuhan dan konsumsi daging semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan usia serta kesejahteraan penduduk yang semakin baik. Pada saat ini diperkirakan masih terdapat sekitar juta ha luas lahan padang penggembalaan dan hijauan makan ternak sebagai sumber kawasan budidaya peternakan yang dapat dijadikan dan ditingkatkan menjadi kawasan peruntukan peternakan. Klasifikasi Kawasan Peruntukan Perternakan sesuai Peraturan Menteri Pertanian No 4/Mempertan/OT.4/9/9 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian dapat dibedakan berdasarkan: a. Komoditas yang terdiri atas kawasan sapi perah, sapi potong, kambing/domba, ayam buras, itik, babi dan ayam ras petelur dan pedaging. b. Sistem Usaha Peternakan yang meliputi sistem ekstensifikasi (kawasan pastura/padang penggembalaan) dan Sistem Intensifikasi (kawasan usaha peternakan). Kawasan pastura terdiri atas kawasan pengembalaan umum dan kawasan rand. Kawasan ranci sebagai kawasan peternakan yang sama dengan kawasan umum hanya pada umumnya dimiliki oleh sebuah badan usaha, sudah memanfaatkan teknologi sistem pemberian pakan yang baik dan pemagaran kawasan. Sistem intensifikasi (kawasan usaha peternakan). Sistem intensifikasi adalah kawasari peternakan dalam suatu hamparan lahan dan umumnya meliputi satu jenis ternak yang dimiliki oleh perorangan, kelompok atau badan usaha peternakan (KUNAK) dan yang sudah mengarah kepada indüstrialisasi disebut kawasan industni peternakan (KINAK). IV - 3

149 Komoditi peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Tanah Datar adalah jenis sapi perah, sapi potong, ayam buras dan ayam ras petelor dan pedaging. Untuk jenis sapi potong diusahakan dengan system pengembalaan umum, sedangkan ayam ras petelor dan pedaging dengan system pemberian pakan yang diusahakan secara perorangan. Sesuai dengan potensi dan prospek pengembangan peternakan dari hasil analisis, maka arahan pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Tanah Datar diarahkan sebagai berikut:. Pengembangan budi daya ternak besar secara wilayah di arahkan di Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Sungai Tarab, Tanjung Baru dan Kecamatan Salimpaung.. Pengembangan budi daya ternak unggas diarahkan di Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Lintau Buo, Lintau Buo Utara, Sungai Tarab, Salimpaung dan Kecamatan Tanjung Baru. 3. Dalam menunjang penyediaan makanan serta tempat bermain ternak besar dialokasikan lahan sebagai tempat penggembalaan seluas 6, Ha, penyebarannya disesuaikan dengan wilayah yang memiliki prospek pengembangan jenis ternak besar Kawasan Budidaya Perikanan Perikanan berdasarkan Undang-Undang No 45 Tahun 9 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 3 Tahun 4 Tentang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan Kawasan Perikanan Tangkap Undang-Undang juga menjelaskan bahwa kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun merupakan perikanan tangkap termasuk di dalamnya kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Mengingat kegiatan perikanan di yang dilakukan oleh nelayan di sekitar Danau Singkarak merupakan kegiatan perikanan yang tidak dibudidayakan, maka kegiatan tersebut dikategorikan sebagai kegiatan perikanan tangkap. IV - 33

150 Luas Danau Singkarak yang memiliki potensi perikanan tangkap adalah. Ha dan yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Tanah Datar adalah seluas 6.36,9 Ha atau 4,76 % dari total Kabupaten Tanah Datar. Dari total yang dimiliki oleh Kabupaten Tanah Datar 3.557, 3 Ha terletak di Kecamatan batipuh Selatan dan sisanya.83.6 Ha terletak di Kecamatan Rambatan. Potensi perikanan yang terdapat di Danau Singkarak potensial untuk pengembangan kawasan minapolitan. Pada saat ini hasil olahannya ikan bilih cukup populer dan mampu menembus pasaran regional, dimana pesies ikan bilih merupakan jenis ikan spesifik yang hanya hidup di Danau Singkarak. Diharapkan ikan bilih dapat menjadi icon minapolitan Guguak Malalo. Untuk menjaga keberlangsungan ikan bilih, maka pemanfaatan sumber daya ikan yang terdapat di Danau Singkarak tetap memperhatikan, mempertimbangkan serta menjaga kelestariannya. Untuk itu perlu upaya-upaya lain yang terus dapat menjaga kelestarian ikan bilih seiring dengan pengembangan minapolitan Guguak Malalo Budi Daya Perikanan Berdasarkan Undang-undang budidaya perikanan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Jenis perikanan yang ada dan dapat dikembangkan di Kabupaten Tanah Datar adalah perikanan darat, kawasan potensial untuk budi daya perikanan di Kabupaten Tanah Datar meliputi sungai, telaga, kolam dan danau. Jenis komoditas perikanan yang banyak diusahakan dan menjadi primadona yaitu ikan nila dan ikan mas, kecuali untuk Sementara wilayah-wilayah yang potensial bagi pengembagan budi daya ikan (nila dan mas) diantaranya adalah Kecamatan Lintau Buo Utara, Kecamatan X Koto, Kecamatan Pariangan, Kecamatan Rambatan, Kecamatan Lintou Buo, Kecamatan Sungai Tarab dan Kecamatan Salimpaung. IV - 34

151 4.3.4 Kawasan Pertambangan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No Tahun tentang Wilayah pertambangan dijelaskan bahwa Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari rencana tata ruang nasional sedangkan usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang. Pada saat ini PT. ICCI dengan luas 49,6 Ha dan PT. Inkalko Agung dengan luas 38,8 Ha telah memiliki Izin Usaha Pertambangan dan telah melakukan eksploitasi marmer dengan kapasitas produksi mencapai.6, CBM/tahun yang berlokasi di Kecamatan Lintau Buo Utara. Selain perusahaan-perusahaan yang mengeksplorasi bahan tambang/mineral di atas, terdapat (dua) perusahaan lain yang telah memiliki Izin Usaha Tambang di Kabupaten Tanah Datar. Perusahan tersebut bergerak dibidang penelitian untuk eksplorasi tambang/bahan mineral Bijih Besi. Dua perusahaan tersebut adalah:. PT. Selaras Bumi Banua, berlokasi di Nagari Tanjung Barulak Kecamatan Batipuh dengan luas IUP yaitu 356, Ha.. PT SILO, berlokasi di Kecamatan Padang Ganting, luas IUP adalah.548,9 Ha. Berdasarkan data Dinas Koperindagpastam Kabupaten Tanah Datar, pada saat ini Kabupaten Tanah Datar juga memiliki potensi tambangan mineral lainnya yaitu: a. Mineral logam berupa Tembaga, Litium, Kobalt, Timah Hitam, Seng dan Mangan dengan lokasi tersebar di Kabupaten Tanah Datar b. Mineral non logam berupa Andesit, Basalt, Batu Gamping, Batu Sabak, Bentonit, Dolomit, Granit, Karbonan, Pasir/Batupasir, Pasir Kuarsa, Posfat, Tanah Liat, Tanah Urug dan Tras. Potensi tambangan mineral non logam yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar terletak secara menyebar di Kabupaten Tanah Datar. Potensi tambang lain yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar selain mineral adalah adalah potensi migas. Potensi Migas Tanah Datar merupakan bagian dari Potensi Migas Blok Singkarak yang tersebar di 5 (lima) kabupaten yaitu Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Solok, Kabupaten Agam, Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Tanah Datar. Lokasi IV - 35

152 blok singkarak telah dimulai dirintis semenjak tahun 984 di Kabupaten Tanah Datar terdapat di Kecamatan Rambatan, Kecamatan Tanjung Emas, Kecamatan Padang Ganting, Kecamatan Batipuh dan Kecamatan Batipuh Selatan. Untuk potensi mineral. Luas Kawasan Blok Singkarak yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar adalah.544,9 Ha Mengenai potensi bahan tambang/sumber daya mineral di Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada peta potensi tambangan yaitu Gambar 4.7 Arahan pengembangan untuk meningkatkan sektor pertambangan adalah dengan melakukan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya mineral dan energi, pengembangan kelembagaan dalam mengelola sektor pertambangan, dan pengembangan saranaprasarana pendukung kegiatan pertambangan (aksesibilitas, energi, dan sebagainya). Untuk industri pertambangan mineral-mineral logam dapat dilanjutkan dan ditingkatkan hingga kearah realisasi industri pertambangan. Sedangkan penanganan bahan tambang yang terletak di kawasan lindung (hutan lindung) diarahkan melalui undang-undang pengelolaan kawasan lindung dan pengelolaan kawasan pertambangan. Gambar 4.7 Peta potensi tambangan IV - 36

153 4.3.5 Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 4 Tahan 9 tentang Kawasan Industri dijelaskan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Tanah Datar diharapkan mampu menunjang perkembangan sektor pariwisata. Dengan berkembangnya kawasan agroindustri diharapkan hasil pertanian Kabupaten Tanah Datar dapat diolah terlebih dahulu sebelum dipasarkan, sehingga dapat memberikan nilai tambah (value added) yang menguntungkan bagi masyarakat maupun pemerintah setempat. Pembangunan kawasan industri ini perlu ditunjang dengan sistem transportasi yang baik dari daerah-daerah penghasil bahan baku maupun ke daerah pemasaran. IV - 37

154 4.3.6 Pengembangan Pariwisata Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Disamping itu pengembangan pariwisata di Kabupaten Tanah Datar harus mengacu pada daerah tujuan pariwisata yang ditetapkan secara nasional maupun propinsi. Daerah tujuan pariwisata disebut juga Destinasi Pariwisata yaitu kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif, dimana didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dasar pertimbangan dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Tanah Datar yaitu:. Memperhatikan karakteristik geomorfologis wilayah serta mitigasi bencana. Terintegrasi secara sektoral dan spasial, mengacu pada rencana dan kebijakan di atasnya, dan sektor terkait lainnya 3. Terkait dengan sektor ekonomi lain yg ada di Kabupaten Tanah Datar Kabupaten Tanah Datar dengan bentang alam yang indah serta memiliki berbagai objek wisata sejarah dan budaya berpeluang untuk berkembang. Pada saat ini jumlah objek wisata yang ada di Kabupaten Tanah Datar mencapai 34 buah yang dikelompokan dalam objek wisata sejarah dan budaya, objek wisata alam dan objek wisata buatan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi tahun 9-9 menunjukan bahwa pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Tanah Datar masuk dalam kelompok Destinasi Pengembangan Pariwisata (DPP) III, meliputi karidor Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang dengan jenis wisata budaya, peninggalan sejarah, kesenian, rekreasi, danau, agro, olah raga, pegunungan, hutan, dan kerajinan dengan pusat layanan di Batusangar. Pengembangan kepariwisataan tidak hanya mempertimbangkan objek wisata yang ada, tetapi harus terintegrasi dengan sector-sektor ekonomi lainnya yang dapat menunjang kepariwisataan di Kabupaten Tanah Datar. IV - 38

155 Rencana pengembangan kawasan pariwisata di kabupaten Tanah Datar dipusatkan di Istano Basa Pagaruyung yaitu sebagai pusat pengembangan wisata alam dan budaya minangkabau. Hal ini karena kawasan Istano Basa Pagaruyung merupakan kawasan wisata unggulan utama Kabupaten Tanah Datar yang terintegrasi dalam Destinasi Pengembangan Pariwisata (DPP) III koridor Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang Panjang Kawasan Wisata Budaya Jumlah dan jenis objek wisata budaya di Kabupaten Tanah Datar terdapat sebanyak 9 jenis objek yang tersebar di seluruh kecamatan. Pada umumnya jenis objek wisata budaya ini adalah berbentuk bangunan seperti makam, mesjid, rumah gadang dll.untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 4.8 Recana pengembangan kawasan wisata budaya unggulan utama di Kabupaten Tanah Datar adalah Kawasan Istano Basa Pagaruyung untuk menunjang perkembangan DPP III koridor Tanah Datar dan Padang Panjang Tabel 4.8 Nama Objek dan Lokasi Wisata Budaya di Kabupaten Tanah Datar No. Nama Objek Wisata Lokasi (Nagari) No. Nama Objek Wisata Lokasi (Nagari) Kec. X Koto Tanjung 46 Ustano Rajo Saruaso Emas Mkm H. Miskin Pandai Sikek 47 Makam Indomo Saruaso Mkm Tuanku Pamansingan Koto Laweh 48 Prasasti Adityawarman Pagaruyung 3 Mesjid T. Pamansingan Koto Laweh 49 Menhir Tambun Tulang Saruaso 4 Kamp. Tenun Pandai Sikek Pandai Sikek 5 Makam Raja Ibadat Tangah Kec. Batipuh 5 Prasasti Saruaso I Saruaso 5 Surau Lubuak Bauak Batipuh Baruah 5 Megalit Talago Gunung Talago Gunung 6 Batu Sandaran Puti Sabu 53 Prasasti Pompongan Saruaso 7 Pemandian Tuan Batipuh Baruah 54 Istano Silinduang Bulan Pagaruyung 8 Batu Sandaran Rajo Sabu Kec. Padang Ganting 9 Makam Pahlawan Tanjung Barulak 55 Makam Tuan Kadhi Pdg. Gantiang Balai Saruang Batipuh Ateh 56 Batu Jajak Nabi Pdg. Gantiang Balai Tuan Gadang Batipuah Baruah 57 Makan Syech Ibrahim Pdg. Gantiang Megalit Gunung Bungsu Pincuran Tujuh Kec. Sungai Tarab Kec. Batipuh Selatan 58 Mesjid Rao-Rao Rao-Rao 3 Makan Tuanku Limo Duo Koto 59 Kincir Padi Tradisional Sungai Tarab IV - 39

156 Puluah Kec. Pariangan 6 Kurimbang Batu Alang Sungai Tarab 4 Kuburan Pjg. Tantejo Gurhano Pariangan 6 Makam Tuan Titah Sungai Tarab 5 Balairung Sari Tabek Tabek 6 Mesjid Sa'adah Gurun 6 Prasasti Pariangan Pariangan 63 Balerong Bunta Rao-Rao 7 Nagari Tuo Pariangan Pariangan 64 Kolam Ikan Legendaris Sungai Tarab 8 Makam Puti Indo Jalito Pariangan 65 Rumah Panitahan Sungai Tarab 9 Sawah Satampang Baniah Pariangan 66 Mkm Ninik Janggut Hitam Talang Tangah R. Gdg. Dt. Bandaro Kayo Pariangan 67 Rmh Adat Tiang Panjang Rao-Rao R. Gdng Dt. Bandaro Sati Pariangan 68 Medan Bapaneh Setangkai Talang Tangah Bukik Sirangkiang Guguk 69 Batu Tujuh Tapak Sungai Tarab 3 Monumen Api Porda Pariangan 7 Makam Syech Kumango Abdurrahman 4 Mesjid Tuo Pariangan Pariangan 7 Batu Sandaran Rajo Rao-Rao Kec. Rambatan Kec. Salimpaung 5 Prasasti Ombilin Simawang 7 Mkm Tuan Mangkudum Sumaniak 6 Megalit Simawang Simawang 73 R. Adat Tuan Mangkudum Sumaniak 7 Nisan Berukir Padang Magek 74 Makam H. Sumaniak Sumaniak R. Tuo Kampai Nan Kec. Tanjung Baru 8 Panjang Balimbing 9 Prasasti Rambatan Rambatan 75 Mdn Nan Bapaneh Koto Laweh Koto Laweh 3 Rumah Gadang Dt. Sati Padang Magek 76 Mkm Maulana Syech M. Taher Barulak 3 Prasasti Kantor Wali Padang Magek 77 Mesjid Tuo Barulak Barulak 3 Batu Jajak Nabi Balimbing 78 Mkm Syech Abdul Manan Tanjung Alam 33 Makam Siti Jamilah Simawang 79 Menhir Gunung Gunung 34 Kampung Tradisional Balimbing Kec. Sungayang Kec. Lima Kaum Mdn Nan Bapaneh Ateh 8 Lago Sungayang 35 Mesjid Limo Kaum Limo Kaum 8 Batu Angkek-Angkek Tanjung 36 Benteng Van Der Capellen Kampung Baru 8 Tanduk Kerbau Purba Minangkabau 37 Gedung Indo Jalito Kampung Baru 83 Air Menembus Batu Andaleh 38 Makam Sultan Muningsyah Bukit Gombak 84 Rumah Puti Reno Pinang Sungayang Medan Bapaneh Koto Kec. Lintau Buo 39 Baranjak Limo Kaum 4 Batu Batikam Limo Kaum 85 Gedung Controlleur Buo Buo 4 Prasasti Kubu Rajo Limo Kaum 86 Ustano Rajo Buo Buo 4 Prasasti Saruaso II Kampung Baru 87 Rumah Rajo Buo Buo R. Gdng Dt. Bandaro Kec. Lintau Buo Utara 43 Kuniang Limo Kaum Kec. Tanjung Emas 88 Rumah Tuanku Lintau Lubuk Jantan 44 Ustano Rajo Alam Pagaruyung 89 Makam Pahlawan Lubuk Jantan 45 Istano Basa Pagaruyung Pagaruyung 9 Makam Siti Hajir Lubuk Jantan Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar Tahun Kawasan Wisata Alam Potensi wisata alam di Kabupaten Tanah Datar berjumlah 36 objek yang tersebar di kecamatan seperti yang terdapat dalam tabel 4.9. Untuk menjadikan pariwisata alam IV - 4

157 menjadi setor andalan yang dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat di Kabupaten Tanah Datar, maka perlu penentuan objek wisata unggulan utama untuk wisata alam. Dalam hal ini wisata alam unggulan utama di Kabupaten Tanah Datar adalah Lembah Anai dan Panorama Tabek Patah yang harus ditunjang oleh sektor-sektor lain seperti usaha kecil mikro di bidang industri, sektor transportasi dan akomodasi lainnya. Tabel 4.9 Nama Objek dan Lokasi Wisata Alam Kabupaten Tanah Datar No. Nama Objek Lokasi Lokasi No. Nama Objek Wisata Wisata (Nagari) (Nagari) Kec. X Koto 5 Batu Balipai Sungai Tarab Talago Kanang Koto Baru Kec. Salimpaung Lembah Anai Aie Angek 6 Puncak Pella Tabek Patah 3 Talago Harapan Aie Angek 7 Panorama Tabek Patah Tabek Patah 4 Talago Kayu Tanduak Aie Angek 8 Bukik Simbatak Supayang Kec. Batipuh Selatan 9 Talago Pakih Tabek Patah 5 Batu Baraguang Sumpur Kec. Tanjung Baru 6 Duo Koto Duo Koto Panorama Puncak Alai Tanjung Alam Kec. Pariangan Kec. Sungayang 7 Aie Angek Pariangan Luak Sadino Sungayang 8 Pintu Angin Sikaladi Bukit Soda Tanjung Kec. Rambatan Kec. Lintau Buo 9 Aua Sarumpun Balimbing 3 Batang Sinamar Buo Tanjung Mutuih Simawang 4 Talago Anguih Pangian Kec. Padang Ganting 5 Talago Panjang Tigo Jangko Talago Biru Atar Atar Kec. Lintau Buo Utara 3 Bukit Walan Pdg Gantiang 6 Puncak Pato Pato Kec. Sungai Tarab 7 Air Terjun Tanjung Bonai Tanjung Bonai 4 Batu Baliang Sungai Tarab Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar Tahun Kawasan Wisata Minat khusus Sama halnya dengan keberadaan objek wisata alam yang tidak tersebar di seluruh kecamatan. Untuk jenis wisata minat khusus pun demikian, bahkan hanya tersebar di 5 kecamatan, yaitu; Kecamatan X Koto, Kecamatan Batipuh, Kecamatan Salimpaung, Kecamatan Sungayang dan Kecamatan Lintau Buo. Jenis wisata minat khusus ini kebanyakan berupa mendaki gunung, pertualangan goad an air terjun serta paralayang. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran dan jenis wisata minat khusus ini dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Nama Objek dan Lokasi Wisata Minat Khusus Kabupaten Tanah Datar IV - 4

158 No. Nama Objek Wisata Lokasi (Kecamatan) Lokasi (Nagari) Talago Dewi X Koto Pandai Sikek Talago Gunung X Koto Aie Angek 3 Cagar Alam Marapi X Koto Aia nagek 4 Goa Puti Bairiang X Koto Tambangan 5 Air Terjun Pakudoan X Koto Aie Angek 6 Bulakan Tabek X Koto Aie Angek 7 Goa Gunung Bungsu Batipuh Gunung Rajo 8 Talago Payo Rapuih Batipuh Batipuah Baruah 9 Goa Lansek Salimpaung Supayang Air Terjun Mayang Sungayang Taurai Andaleh Ngalau Indah Pangian Lintau Buo Pangian Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Tanah Datar Kegiatan wisata lain dapat dijadikan atraksi wisata di Kabuapten Tanah Datar untuk menunjang pengembangan kepariwisataan adalah Lomba Layangan Tradisional, lomba Pacu Jawi, Buru Babi, Batagak Penghulu, Shalawat Dulang dan Randai, Penggalian bendabenda purbakala. Untuk itu potensi-potensi yang ada saat ini perlu dikemas dalam suatu konsep pengembangan pariwisata yang mensinergikan antara pengembangan destinasi wisata, industry pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata Kawasan Permukiman Kawasan permukiman menurut Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 8 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Di dalam pengembangan kawasan permukiman secara garis besar pola pengembangan permukiman yang akan dikembangkan tidak jauh berbeda dengan pola yang sudah ada, yaitu :. Mengarahkan perkembangan permukiman ke arah jalan-jalan yang ada, untuk pengembangan sarana dan prasarana diarahkan pada jalan utama kawasan, kecuali pada jaringan jalan arteri. Sedangkan untuk sarana hunian (perumahan) diarahkan pada jalan-jalan lingkungan untuk meningkatkan aksesibilitas. IV - 4

159 . Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana permukiman serta meningkatkan akses antara satu lokasi dengan lokasi lain terutama antara kawasan perdesaan sebagai sentra produksi dengan perkotaan sebagai koleksi dan distribusi hasil produksi. 3. Dalam upaya mengembangan permukiman baru harus didasarkan pada pembentukan Kawasan Siap Bangun (KASIBA) dan Lingkungan Siap Bangun (LISIBA) sesuai dengan peraturan perundangan yang ditetapkan pemerintah. 4. Menetapkan hirarki pada setiap kawasan permukiman dengan mengikuti kaidah jaringan hirarkhi desa kota. Setiap kawasan permukiman harus terangkai dari satu jaringan kawasan yang menghubungkan antara kawasan dengan strata lebih rendah (kawasan produksi) dengan kawasan dengan strata lebih tinggi (kawasan distribusi dan konsumsi). Berdasarkan peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Tanah Datar sampai akhir tahun rencana, maka luas lahan permukiman yang dibutuhkan adalah 6.,88 Ha atau 4,49 % dari luas Kabupaten Tanah Datar. Arahan pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Tanah Datar lebih dititik beratkan pada Kecamatan Rambatan dan Kecamatan Lintau Buo Utara dengan alasan untuk mendukung perkembangan PKLp Lintau Buo. Dan mengurangi beban Kecamatan Lima Kaum sebagai Pusat Kegiatan Lokal Batusangkar. Rencana kawasan permukiman di Kecamatan Lintau Buo Utara adalah 995,45 Ha atau 6,58 % dari rencana kawasan permukiman sedangkan di Kecamatan Rambatan adalah 746,95 Ha atau,44 % dari rencana kawasan permukiman. Rencana sebaran penduduk pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel 4. dan peta rencana sebaran penduduk Kabupaten Tanah Datar tahun 3 Tabel 4. Luas Rencana Kawasan Permukiman di Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 IV - 43

160 No Kecamatan Luas (Ha) (%) Kec. Batipuh Kec. Batipuh Selatan Kec. Lintau Buo Kec. Lintau Buo Utara Kec. Padang Ganting Kec. Pariangan Kec. Rambatan Kec. Salimpaung Kec. Sungai Tarab Kec. Sungayang Kec. Tanjung Baru Kec. Tanjung Emas Kec. V Kaum Kec. X Koto Total 6,.88. Sumber : Hasil Analisis Rencana pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Tanah Datar dibagi menjadi permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Adapun arahan pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan seperti diuraikan di bawah ini Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 7 tennag Penataan Ruang kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan definisi dan ciri-ciri di atas, sesungguhnya di Kabupaten Tanah Datar secara riil belum ada yang dapat dikatakan sebagai kawasan perkotaan. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perkotaan saat ini masih harus dikembangkan baik dari segi prasarana perkotaan, tata permukiman maupun kelengkapan fasilitas dan utilitasnya. Adapun kawasan perkotaan yang diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan bagi wilayah di sekitarnya adalah sebagai berikut Kota Batusangkar meliputi kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas, Kecamatan Sungai Tarab, Kecamatan Rambatan dan IV - 44

161 Kecamatan Sungayang, serta ibu kota-ibu kota kecamtaan lainnya yang ditetapkan sebagai PKLp dan PPK Rencana Pengembangan Sistem Permukiman Perdesaan Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan perdesaan adalah kawasan di luar kawasan perkotaan. Pengelolaan kawasan perdesaan terutama diarahkan untuk meningkatkan produktivitas kawasan perdesaan tersebut sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya. Sistem permukiman dapat dibentuk sesuai dengan geomorfologi wilayahnya, seperti:. Memusat, untuk permukiman yang berlokasi di pusat kegiatan desa. Memanjang/linier mengikuti jaringan jalan, untuk permukiman yang ada di sepanjang jalan utama 3. Menyebar, perkembangan permukiman yang berorientasi pada tempat kegiatan/tempat bekerja (daerah pertanian) yang tersebar di seluruh wilayah, sehingga bentuk permukiman perdesaan dapat menyebar. Untuk lebih jelasnya mengenai arahan rencana pola ruang Kabupaten Tanah Datar tahun 3 dapat dilihat pada tabel 4. dan peta kepadatan penduduk Kabupaten Tanah Datar, yaitu gambar 4.8 Gambar 4.8 Peta Kepadatan penduduk IV - 45

162 4.3.8 Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Tanah Datar yaitu kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan tersebut) terdiri atas; a. Kantor Kepolisian Resort (Polres) terdapat di Kecamatan Tanjung Emas; dan b. Komando Rayon Militer (Koramil) tersebar di Kecamatan kecamatan. IV - 46

163 Tabel 4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Tanah Datar Tahun -3 No Pola Ruang Luas (Ha) (%) KSA/KPA, HL, HP 9, HPK Holtikultura Berkelanjutan 3, Perkebunan 5, Permukiman 6, Pertanian Lahan Basah, Pertanian Lahan Basah Berkelanjutan 4, Pertanian Lahan Kering, Pertanian Lahan Kering Potensial 3, Danau/Telaga 6, Total 33,6.. Sumber: Hasil Analisis IV - 47

164 Bab 5 RENCANA KAWASAN STATEGIS KABUPATEN TANAH DATAR Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

165 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Bab 5 RENCANA KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN TANAH DATAR Menurut Undang-Undang No 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang Kawasan strategis harus termuat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 8 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Karena itu untuk Wilayah Sumatera Barat hanya satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis dan tidak terdapat di Kabupaten Tanah Datar. Kawasan strategis propinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sumatera Barat tahun 9 9 ditetapkan bahwa ada 3 (tiga) yaitu:. Kawasan Poros Barat-Timur, yaitu koridor jalan nasional dari Kota Padang sampai batas Provinsi Riau yang berada di wilayah Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam, Kota V -

166 Bukittinggi, Kota Payakumbuh, dan Kabupaten Limapuluh Kota. Kawasan ini masuk pada kategori kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi.. Kawasan strategis Batusangkar dan sekitarnya di Kabupaten Tanah Datar dikembangkan untuk kawasan strategis dari sudut pandang budaya meliputi Batu Batikam, Batu Basurek, Kuburan Panjang dan Istano Basa Pagaruyung. 3. Kawasan strategis Danau Singkarak di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Kawasan strategis Danau Singkarak sebagai kawasan strategis dari sudut pandang daya dukung lingkungan dan diarahkan untuk kawasan wisata alam. Kawasan strategis wilayah kabupaten menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 6/PRT/M/9 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis kabupaten berfungsi:. mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kabupaten. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten yang dinilai mempunyai pengaruh sangat penting terhadap wilayah kabupaten bersangkutan 3. untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi di dalam rencana struktur ruang dan rencana pola ruang 4. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RTRW kabupaten 5. sebagai dasar penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten. Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan: a. kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten b. nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan c. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan V -

167 d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten e. ketentuan peraturan perundang-undangan. Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan dengan kriteria:. memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang memiliki kekhususan. memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis wilayah provinsi yang ada di wilayah kabupaten 3. dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas 5. Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Ekonomi Kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi yaitu merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi dan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki:. potensi ekonomi cepat tumbuh. sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi 3. potensi ekspor 4. dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi 5. kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi 6. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan 7. fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi 8. kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten; Berdasarkan kriteria tersebut diatas kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi di Kabupaten Tanah Datar adalah kawasan Danau Singkarak, Kawasan Koto Baru, Kawasan Tabek Patah, Kawasan Balai Tangah dan Kawasan Andaleh. V - 3

168 5.. Kawasan Danau Singkarak Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Datang ke Sumatera Barat belum lengkap rasanya tanpa menyempatkan berkunjung ke Danau Singkarak karena Danau Singkarak yang membentang di dua kabupaten yaitu di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar memiliki berbagai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Dengan luas 7,8 km² Danau Singkarak merupakan danau terluas ke- di Pulau Sumatera. Keindahan alam, kesejukan udara dan airnya yang jernih merupakan pesona Danau Singkarak sehingga begitu istimewa untuk dikunjungi oleh wisatawan. Menikmati keelokan Danau Singkarak dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas. Bagi yang hobi olah raga, maka Danau Singkarak dapat menjadi sarana untuk berbagai olah raga seperti, bersepeda, olahraga air yaitu berenang, fishing, dayung dan olahraga udara, seperti paragliding, terjun bebas, parasailing, atau paralayang. Bagi yang hanya ingin menikmati keindahan Danau Singkarak, kejernihan air dan keelokan Danau Singkarak juga dapat dirasakan dari atas perahu. Mengingat Danau Singkarak memiliki segudang keindahan, maka kawasan ini merupakan salah satu kawasan strategis di Provinsi Sumatera Barat. Potensi Danau Singkarak tidak hanya panorama alam yang indah, tetapi danau yang dapat diakses dengan mudah dari berbagai daerah ini juga memiliki potensi sumber daya air yang dapat dikembangkan menjadi energi listrik maupun sumber air baku untuk pertanian. Air Danau Singkarak bersumber dari Batang Sumani di Kabupaten Solok dan Batang Sumpur di Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar. Debit air yang cukup berlimpah dialirkan dari Danau Singkarak melalui terowongan selanjutnya dimanfaatkan untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak yang berada di dekat Lubuk Alung. Untuk limpasan alamiah, air Danau Singkarak mengalir ke batang Ombilin dan dimanfaatkan sebagai sumber air baku pertanian dan sumber air bersih terutama masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran Batang Ombilin. Danau yang terletak pada ketinggian 36,5 m dari permukaan laut juga kaya akan perikanan tangkap. Berbagai jenis ikan air tawar hidup di danau ini. Setidaknya saat ini terdapat 9 jenis ikan, seperti ikan asang, piyek, balingka, baung, dan ikan sasau, yang konon dapat mencapai ukuran berat hingga 8 kilogram. Juga ada spesies ikan langka yang mungkin hanya satu-satunya di dunia. Spesies ini bernama ikan bilih (Mystacoleucus Padangensis). Saat ini ikan bilih telah diolah oleh masyarakat setempat menjadi ikan V - 4

169 kering dan telah dipasarkan hingga ke luar Provinsi Sumatera Barat bahkan ikan yang terkenal enak ini telah menembus pasar mancanegara yaitu Malaysia dan Singapura. Begitu banyaknya potensi yang dimiliki oleh Danau Singkarak, dan itu merupakan sektor unggulan yang dapat menggerakan roda perekonomian yang ada di Kabupaten Tanah Datar, maka kawasan Danau Singkarak dijadikan sebagai kawasan strategis Kabupaten Tanah Datar. 5.. Kawasan Koto Baru Kawasan Koto Baru dan hinterlandnya merupakan kawasan sentra produksi sayur-sayuran yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Agribisnis Sayuran Organik (KASO) untuk wilayah Sumatera Barat, dan sebagai kawasan agropolitan serta kawasan pusat kerajinan. Penetapan Kawasan Strategis Agropolitan, Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan yang dianggap memiliki nilai strategis untuk dikembangkan sebagai salah satu wilayah percepatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanah Datar karena didukung aksesibilitas yang baik yaitu berada pada poros Barat-Timur yang dilewati jalan nasional dari Kota Padang sampai batas Provinsi Riau serta kawasan Koto Baru menghasilkan komoditi potensial yaitu sayuran dataran tinggi. Kawasan ini direncanakan sebagai sentra pengembangan kegiatan pertanian (agro), dan merupakan outlet bagi penjualan produk pertanian ke kabupaten sekitarnya ataupun Kabupaten lain di Sumatera Barat. Kawasan Agropolitan Tanah Datar ini diarahkan di kecamatan-kecamatan sebagai berikut:. Kec. X Koto (peternakan sapi dan holtikultura). Kec. Batipuh (peternakan sapi dan holtikultura) Sedangkan arahan rencana untuk kawasan Agropolitan Kabupaten Tanah Datar ini adalah berupa: a. Penyediaan sarana produksi menyangkut perencanaan, pengelolaan sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu serta tepat produk. b. Usahatani yang intensif dan sustainable dalam rangka meningkatkan produktifitas lahan secara intensifikasi V - 5

170 c. perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer untuk pemenuhan kebutuhan pasar dengan penekanan pada usahatani yang (lestari) atau peningkatan produktivitas lahan secara maksimal melalui intensifikasi pertanian yang mempertimbangkan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan. d. Penanganan pasca panen produk pertanian untuk mendapatkan nilai tambah melalui proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu. e. pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri di pasar domestik maupun ekspor serta mengembangkan kemampuan petani untuk melakukan pemantauan dan pengembangan informasi pasar domestik dan luar negeri. f. Mengembangkan sarana dan prasarana penunjang sistem agribisnis pertanian meliputi pembangunan infrastruktur agribisnis dan pembentukan kelembagaan agribisnis pertanian Kawasan Tabek Patah Kawasan Tabek Patah dan hinterlandnya merupakan sentra tanaman tomat dan pisang. Khusus untuk komoditas pisang telah dikembangkan menjadi barang olahan berupa pisang sale dengan sistem home industri. Potensi ini akan dijadikan sebagai nilai tambah untuk pengembangan objek wisata panorama Tabek Patah. Disamping itu dalam rangka menggerakan pertumbuhan ekonomi melalui sektor unggulan dan mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional yang ditunjang oleh jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi maka kawasan tabek patah harus dikembangkan sebagai kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi Kawasan Balai Tangah Kawasan Balai Tangah terdapat di Kecamatan Lintau Buo Utara. Potensi kawasan Balai Tangah dan sekitarnya berupa perkebunan karet rakyat, batu suiseki, penambangan kapur dan sarang burung wallet dimana Balai Tangah sendiri berkembang sebagai pusat koleksi dan distribusi barang hasil pertanian dan industri. Penetapan kawasan Balai Tangah sebagai salah satu kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi karena V - 6

171 kawasan Balai Tangah merupakan kawasan yang berpotensi untuk cepat tumbuh dan mampu menjadi katalisator untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di terutama di Jorong Mawar I, Mawar II, Jorong Pamusian. Dengan pengembangan Balai Tangah sebagai kawasan strategis diharapkan dapat mendukung perkembangan kawasan untuk mewujudkan PKLp Balai Tangah Kawasan Andaleh Kawasan Andaleh dijadikan kawasan strategis dari segi pandang ekonomi adalah karena pada kawasan Andaleh terdapat potensi yang tidak dimiliki oleh kawasan lain, yaitu lokasi sebagai sentra tanaman hias. Kondisi cuaca yang cukup dingin menjadi potensial untuk pengembangan budidaya tanaman bunga. Dari segi pemasaran, bunga-bunga cantik yang tumbuh dan dibiakkan di Andaleh umumnya dipasarkan di Padang Panjang dan di Andaleh sendiri bahkan dengan pengembangan yang lebih terencana akan berpotensi untuk diekspor. Dengan pengelolaan yang baik sektor unggulan ini dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanah Datar khususnya Andaleh. 5. Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Sosial Budaya Kawasan strategis dari sudut pandang sosial dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, antara lain kawasan yang merupakan:. tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya. prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya 3. aset yang harus dilindungi dan dilestarikan 4. tempat perlindungan peninggalan budaya 5. tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau 6. tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial. Berdasarkan kriteria dan ketentuan tersebut diatas kawasan strategis dari sudut pandang sosial budaya di Kabupaten Tanah Datar adalah Istano Basa Pagaruyung dan Kawasan Pendidikan Bukit Gombak. V - 7

172 5.. Istano Basa Pagaruyung Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah sebuah istana terletak di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat. Istana ini merupakan obyek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat bahkan sampai ke mancanegara. Bangunan Istano Basa didirikan pada tahun 45 oleh Raja Sutan Rajo Bakilap Alam atau Alif Khalifatullah di atas Bukit Batu Patah. Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika, karena istano basa asli yang terletak di atas Bukit Batu Patah terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada tahun 84. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar tahun 966. Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakan tonggak tuo (tiang utama) pada 7 Desember 976 oleh Gubernur Sumatra Barat yaitu Bapak Harun Zain. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya tepatnya masih dilokasi yang ada sekarang. Pada tanggal 7 Februari 7, Istano Basa mengalami kebakaran hebat akibat petir yang menyambar di puncak istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini rata dengan tanah. Ikut terbakar juga sebagian dokumen, serta kain-kain hiasan. Diperkirakan hanya sekitar 5 persen barang-barang berharga ini yang selamat. Mengingat kawasan Istano Basa Pagaruyung merupakan titik tolak dalam perkembangan sosial budaya masayarakat Minangkabau oleh karena Istano Basa Pagaruyung merupakan asset yang harus dilindungi dan dilestarikan agar dapat memberikan perlindungan terhadap peninggalan budaya. Untuk itu kawasan Istano Basa Pagaruyung dijadikan sebagai kawasan strategis dari sudut pandang sosial budaya. 5.. Kawasan Pendidikan Bukit Gombak Kawasan Bukit Gombak dahulunya merupakan kawasan pendidikan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) yang merupakan cikal bakal IKIP Padang yang sekarang telah berubah menjadi Universitas Negeri Padang (UNP) dengan luas kawasan perencanaan 5 Ha. Kawasan yang terletak di Jalan Propinsi, ruas jalan Batusangkar Guguk Cino saat ini dimanfaatkan sebagai lokasi SMK Pertanian dan SMA Unggul yaitu SMA Negeri 3 Batusangkar. Pengembangan kawasan Bukit Gombak yang diarahkan sebagai kawasan pendidikan bertaraf nasional dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang V - 8

173 dilengkapi oleh sarana dan prasarana pendidikan yang memadai akan dapat menjadi pendorong dalam peningkatan kualitas sosial budaya. Dengan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang berstandar nasional akan dapat diwujudkan peningkatan kompetensi sumber daya manusia yang handal dan berkualitas serta optimalisasi Indek Pembangunan Manusia di Kabupaten Tanah Datar. Oleh karena itu kawasan Bukit Gombak dijadikan sebagai kawasan strategis dari sudut pandang social budaya. 5.3 Kawasan Stategi Dari Sudut Daya Dukung Lingkungan 5.3. Kawasan Lembah Anai Kawasan strategis dari sudut daya dukung lingkungan merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti:. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan 3. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian 4. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro 5. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup 6. Kawasan rawan bencana alam 7. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. Air terjun Lembah Anai terletak di pinggir jalan yang menghubungkan Kota Padang dan Kota Bukittinggi, dua kota yang menjadi sentra bagi tata pemerintahan, pertumbuhan ekonomi, dan pariwisata di Provinsi Sumatera Barat. Lokasinya yang tepat berada di sisi jalan, membuat air terjun ini mampu menarik perhatian para wisatawan baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Air terjun ini termasuk ke dalam kawasan konservasi cagar alam Lembah Anai, dimana Cagar Alam Lembah Anai berfungsi sebagai tempat perlindungan keanekaragaman hayati maka kawasan ini ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis di Kabupaten Tanah Datar. V - 9

174 5.4 Kawasan Strategis Perbatasan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Kawasan strategis berbatasan merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pembangunan wilayah kabupaten. Posisi Kabupaten Tanah Datar yang terletak di tengahtengah Propvinsi Sumatera Barat membuat Kabupaten Tanah Datar memiliki potensi pengembangan kawasan perbatasan yang cukup banyak. Kawasan-kawasan strategis perbatasan di Kabupaten Tanah Datar merupakan kawasan yang memiliki potensi terhadap perubahan guna lahan, pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang serta dampak yang timbul akibat perubahan tersebut. Kawasan strategis perbatasan antara antara lain Kawasan strategis perbatasan antara Kabupaten Tanah Datar dengan Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Lima Puluh Kota, Kabupaten Tanah Datar dengan Kota Sawahlunto, Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Solok. Dalam rangka menjembatani perkembangan kawasan perbatasan maka perlu cara pandang yang sama dalam hal pengaturan, pemanfaatan dan pengendalian ruang pada masing-masing kawasan perbatasan. Pada kawasan strategis perbatasan yang memiliki fungsi lindung, maka arahan pemanfaatan ruang pada kawasan tersebut harus mendukung fungsi kawasan, demikian juga dengan kawasan budidaya. Arahan pemanfatan ruang yang dilakukan harus tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Kawasan-kawasan perbatasan yang masuk dalam kawasan strategis perbatasan adalah Kawasan Batulimbak, Padang Laweh Malalo, Lembah Anai, Koto Baru, Lompatan, Tajung Baru, Tanjung Bonai, Taluak, Padang Ganting dan Kawasan yang berbatasan langsung dengan Kota Padang Panjang. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5. V -

175 Gambar 5. Peta kawasan Strategis V -

176 Bab 6 A R A H A N PEMANFAATAN RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

177 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Bab 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG W ILAYAH KABUPATENTANAH DATAR U ndang-undang No 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang mengamanatkan bahwa arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten harus memuat indikasi program utama jangka menengah lima tahunan. 6. Dasar Penyusunan Arahan Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 6/PRT/M/9 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan ( tahun). Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman penataan/pengembangan wilayah kabupaten. sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program (besaran, lokasi, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan) 3. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun 4. sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi. VI -

178 Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan:. rencana struktur ruang dan pola ruang. ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan 3. kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; 4. prioritas pengembangan wilayah kabupaten dan pentahapan rencana pelaksanaan program sesuai dengan RPJPD. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria:. mendukung perwujudan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan pengembangan kawasan strategis kabupaten. mendukung program utama penataan ruang nasional dan provinsi 3. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan 4. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka waktu tahunan maupun antar lima tahunan 5. sinkronisasi antar program harus terjaga dalam satu kerangka program terpadu pengembangan wilayah kabupaten. Indikasi program utama dalam arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten meliputi:. Usulan Program Utama Usulan program utama adalah program-program utama pengembangan wilayah kabupaten yang diindikasikan memiliki bobot kepentingan utama atau diprioritaskan untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah kabupaten sesuai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten.. Lokasi Lokasi adalah tempat dimana usulan program utama akan dilaksanakan. 3. Besaran Besaran adalah perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan program utama pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan. 4. Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dapat berasal dari APBD kabupaten, APBD provinsi, APBN, swasta, dan/atau masyarakat. VI -

179 5. Instansi Pelaksana Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Instansi pelaksana adalah pelaksana program utama yang meliputi pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing pemerintahan), masyarakat. 6. Waktu dan Tahapan Pelaksanaan swasta serta Usulan program utama direncanakan dalam kurun waktu perencanaan (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan, sedangkan masing-masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Program utama 5 tahun pertama dapat dirinci ke dalam program utama tahunan. Penyusunan indikasi program utama disesuaikan dengan pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP Daerah Kabupaten. 6. Perwujudan Rencana Struktur Ruang Dalam rangka mewujudkan rencana struktur ruang yang telah dirumuskan perlu dilakukan perwujudan pusat-pusat kegiatan dan perwujudan sistem jaringan prasarana melalui penyediaan program-program utama pada masing-masing bagian rencana struktur ruang yang telah direncanakan. 6.. Perwujudan Pusat-Pusat Kegiatan Perwujudan pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten, termasuk perwujudan pusat kegiatan dalam sistem nasional, yaitu PKSN, PKW, PKL, dan sistem pusat kegiatan provinsi/metropolitan di wilayah kabupaten. Perwujudan pusat-pusat kegiatan dalam sistem nasional dan provinsi di Kabupaten Tanah Datar adalah perwujudan pusat kegiatan lokal Batusangkar dan perwujudan-perwujudan pusat-pusat kegiatan turunannya Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal Perwujudan PKL Batusangkar dilakukan melalui :. Penyusunan Revisi RDTR Kawasan Perkotaan Batusangkar;. Penyusunan revisi RDTR Koridor Kawasan Simpang Bank Nagari Sungai Tarab 3. Penyusunan RDTR Koridor Jalan Batusangkar Ombilin 4. Penyusunan RDTR Koridor Jalan Batusangkar Kubu Kerambil 5. Penyusunan RTR Kawasan prioritas yaitu kawasan cepat tumbuh; VI - 3

180 6. Penyusunan rencana induk pariwisata Kabupaten Tanah Datar; 7. penyusunan rencana induk pertamanan 8. penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang RDTR, RTR Kawasan Cepat Tumbuh; 9. Action plan rencana revitalisasi kawasan strategis pusat Kota Batusangkar;. Pengelolaan ruang terbuka hijau perkotaan. Mendukung pengembangan perumahan oleh pengembang dan swadaya masyarakat;. Pembangunan infrastruktur perkotaan; 3. Peningkatan dan rehabilitasi pasar serikat c Batusangkar; 4. Peningkatan dan optimalisasi Terminal Piliang Kabupaten Tanah Datar; 5. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi dalam Kota Batusangkar; 6. Pengembangan dan peningkatan pelayanan RSUD Dr Ali Hanafiah; 7. Pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) di Sijangek dan Padang Magek 8. Penyelesaian jalan jalur dua arah Batusangkar SMK - Pintu Rayo Batusangkar 9. Peningkatan inner ring road dan outer ring road Kota Batusangkar;. Peningkatan sistem pengelolan sampah di TPA Bukiksangking;. Peningkatan sistem penyediaan air minum baik secara kuantitas maupun kualitas;. Pembangunan peningkatan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk. 3. Peningkatan dan pembangunan trotoar dalam Kota Batusangkar 6... Perwujudan Pusat Kegiatan Lokal Promosi Balai Tangah Perwujudan PKLp Balai Tangah dilakukan melalui :. Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Balai Tangah;. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang RDTR Balai Tangah; 3. Peningkatan, rehabilitasi dan atau relokasi pusat perdagangan dan jasa Pasar Balai Tangah sebagai pusat pemasaran karet, ayam pedaging dan telur ayam ras. 4. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Balai Tangah khususnya objek wisata alam Ngalau Pangian dan Puncak Pato; 5. Pengembangan Sentara produksi ayam petelur dan pedaging di kawasan hinterland Balai Tangah khususnya di Nagari Pangian dan Tigo Jangko; VI - 4

181 6. Pengembangan kawasan perkebunan karet di kawasan hinterland Balai Tangah; 7. Pengembangan pengelolaan sarang burung wallet di Lubuk Jantan 8. Pemanfaatan potensi tambang di kawasan hinterland Balai Tangah 9. Pengembangan perkebunan tebu dan industri gula tebu.. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis;. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan.. Pengembangan kelembagaan perbankan di Kawasan Balai Tangah 3. Pengembangan sumber-sumber energi terbaharukan khususnya PLTMH Batang Sinamar. 4. Pengembangan Puskemas Lintau Buo I menuju rumah sakit tipe C; 5. Pengembangan Sistem Penyediaan dan pengelolaan Air Minum baik kuantitas maupun kualitas; 6. Pembangunan TPA di Nagari Tanjung Bonai 7. Peningkatan jalan lingkar di sekitar Nagari Balai Tangah; 8. Pembangunan sabo dam dan perbaikan daerah irigasi ; 9. Pembangunan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk;. Peningkatan ruas jalan provinsi Sitangkai Payakumbuh. Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Balai Tangah dengan daerah hinterland.. Peningkatan dan atau relokasi terminal Balai Tangah menjadi terminal Tipe C Perwujudan Pusat Pelayanan Kawasan. Perwujudan PPK Saruaso (Kecamatan Tanjung Emas), dilakukan melalui: a. Penyusunan RDTR kawasan Saruaso; b. Penyusunan RTR kawasan Saruaso; c. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; d. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Minggu Saruaso (Balai Okok); e. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya, buatan dan minat khusus)di kawasan Saruaso khususnya objek wisata Istano Basa Pagaruyung; VI - 5

182 f. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; dan g. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. h. Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Saruaso dengan daerah hinterland. i. Pengembangan sistem penyediaan air minum; j. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; k. Pembangunan dan perbaikan drainase; l. Peningkatan pengelolan persampahan;. Perwujudan PPK Simabur (Kecamatan Pariangan), dilakukan melalui : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. Penyusunan RDTR kawasan Simabua; Penyusunan RTR kawasan Simabua; Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Simabua sebagai pusat pemasaran potensi kawasan simabua; Pengembangan home industri dakak-dakak dan pias kacang simabua di Nagari Simabua. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Simabua khususnya objek wisata Nagari Tuo Pariangan, Balerung Sari, Makam Tuanku Tantejo Gurhano; Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Simabua dengan daerah hinterland. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas; Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; Pembangunan dan perbaikan drainase; Peningkatan pengelolan persampahan; VI - 6

183 3. Perwujudan PPK Tabek Patah (Kecamatan Salimpaung), dilakukan melalui : a. Penyusunan RDTR kawasan Tabek Patah; b. Penyusunan RTR kawasan Tabek Patah; c. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; d. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Tabek Patah sebagai pusat pemasaran potensi kawasan tabek patah; e. Pengembangan home industri pisang sale. f. Pengembangan perkebunan tebu dan industri gula tebu. g. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Tabek Patah khususnya objek wisata Panorama Tabek Patah dan puncak pela; h. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; i. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. j. Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Tabek Patah dengan daerah hinterland. k. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas; l. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; m. Pembangunan dan perbaikan drainase; n. Peningkatan pengelolan persampahan; Perwujudan Pusat Pelayanan Lingkungan. Perwujudan PPL Batipuh Baruah (Kecamatan Batipuh), dilakukan melalui: a. Penyusunan RDTR kawasan Batipuh Baruah; b. Penyusunan RTR kawasan Batipuh Baruah; c. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; VI - 7

184 d. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Kubu Karambia sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Batipuh Baruah dan daerah hintelandnya; e. Pengembangan home industri di kawasan Batipuh Baruah. f. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Batipuh Baruah khususnya objek wisata Payo Rapuih; g. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; h. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. i. Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Batipuh Baruah dengan daerah hinterland. j. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Batipuh Baruah; k. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; l. Pembangunan dan perbaikan drainase; m. Peningkatan pengelolan persampahan;. Perwujudan PPL Koto Baru (Kecamatan X Koto), dilakukan melalui: a. Penyusunan Revisi RDTR kawasan Koto Baru; b. Penyusunan RTR Kawasan Koto Baru; c. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; d. Action Plan RTR Kawasan Koto Baru e. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Koto Baru sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Koto Baru dan daerah hintelandnya; f. Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Agam di Nagari Koto Baru; g. Pengembangan home industri di kawasan Koto Baru khususnya Tenunan Pandai Sikek; h. Peningkatan dan pengembangan KASO (Kawasan Agribisnis Sayuran Organik) di Aia Angek i. Peningkatan dan pengembangan peternakan sapi perah di kawasan Aia Angek j. Pemanfaatan STA Koto Baru sebagai pusat pemasaran k. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Koto Baru; VI - 8

185 l. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; m. Pengembangan lembaga perbankan di kawasan Koto Baru; n. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. o. Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Koto Baru dengan daerah hinterland. p. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Koto Baru; q. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; r. Pembangunan dan perbaikan drainase; s. Peningkatan pengelolan persampahan; 3. Perwujudan PPL Sungayang (Kecamatan Sungayang), dilakukan melalui: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. Penyusunan RDTR kawasan Sungayang; Penyusunan RTR kawasan Sungayang; Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Sungayang (Balai Noyan); Pengembangan sentra produksi sulaman benang emas di Nagari Sungayang. Pengembangan perkebunan durian pertanian VI - 9 sungayang dengan sistem intensifikasi Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Sungayang khususnya objek wisata batu angkek-angkek dan perkampungan tradisional Andaleh Baruah Bukik; Mempertahankan kawasan wisata agro dan jalur hijau di kawasan Sungayang khususnya di Jalur Minangkabau. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Sungayang dengan daerah hinterland. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas; m. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi;

186 n. o. Pembangunan dan perbaikan drainase; Peningkatan pengelolan persampahan; 4. Perwujudan PPL Tigo Jangko, dilakukan melalui : a. Penyusunan Revisi RDTR kawasan Buo; b. Penyusunan RTR Kawasan Buo; c. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; d. Action Plan RTR Kawasan Buo; e. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Sitangkai sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Buo dan daerah hintelandnya; f. Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Sijunjung di Nagari Sitangkai; g. Pengembangan home industri di kawasan Buo; h. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Buo; i. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; j. Pengembangan lembaga perbankan di kawasan Buo; k. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. l. Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Buo dengan daerah hinterland. m. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Buo; n. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; o. Pembangunan dan perbaikan drainase; p. Peningkatan pengelolan persampahan; 5. Perwujudan PPL Padang Ganting, dilakukan melalui : a. Penyusunan Revisi RDTR kawasan Padang Ganting; a. Penyusunan RTR Kawasan Padang Ganting; b. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; c. Action Plan RTR Kawasan Padang Ganting; d. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Padang Ganting sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Padang Ganting dan daerah hinterlandnya; VI -

187 e. Pengembangan home industri di kawasan Padang Ganting; f. Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar gan Kota Sawahlunto di Koto Alam Nagari Padang Ganting; g. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Padang Ganting; h. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; i. Pengembangan lembaga perbankan di kawasan Padang Ganting; j. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. k. Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Padang Ganting dengan daerah hinterland. l. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Padang Ganting; m. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; n. Pembangunan dan perbaikan drainase; o. Peningkatan pengelolan persampahan; 6. Perwujudan PPL Tanjung Alam (Kecamatan Tanjung Baru), dilakukan melalui : a. Penyusunan Revisi RDTR kawasan Tanjung Alam; b. Penyusunan RTR Kawasan Tanjung Alam; c. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; d. Action Plan RTR Kawasan Tanjung Alam; e. Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Lima Puluh Kota di Nagari Barulak; f. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Barulak sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Tanjung Alam dan daerah hinterlandnya; g. Pengembangan home industri di kawasan Tanjung Alam terutama industry sangkar burung; h. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Tanjung Alam; i. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; VI -

188 j. Pengembangan lembaga perbankan di kawasan Tanjung Alam; k. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. l. Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Tanjung Alam dengan daerah hinterland. m. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di Kawasan Tanjung Alam; n. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; o. Pembangunan dan perbaikan drainase; p. Peningkatan pengelolan persampahan; 7. Perwujudan PPL Sumpur (Kecamatan Batipuh Selatan), dilakukan melalui : a. Penyusunan Revisi RDTR Kawasan Sumpur; b. Penyusunan RTR Kawasan Sumpur; c. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; d. Action Plan RTR Kawasan Sumpur; e. Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Solok di Nagari Padang Laweh Malalo f. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Nagari Sumpur sebagai pusat pemasaran potensi Kawasan Sumpur dan daerah hinterlandnya; g. Pengembangan home industri di Kawasan Sumpur terutama industri hasil pengolahan ikan bilih; h. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di Kawasan Sumpur; i. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisin sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; j. Pengembangan lembaga perbankan di Kawasan Sumpur; k. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. l. Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Sumpur dengan daerah hinterland. m. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di Kawasan Sumpur; n. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; VI -

189 o. Pembangunan dan perbaikan drainase; p. Peningkatan pengelolan persampahan; a. Penyusunan Revisi RDTR Kawasan Sungai Tarab; b. Penyusunan RTR Kawasan Sungai Tarab; Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar 8. Perwujudan PPL Sungai Tarab (Kecamatan Sungai Tarab), dilakukan melalui : c. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; d. Action Plan RTR Kawasan Sungai Tarab; e. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Nagari Sungai Tarab sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Sungai Tarab dan daerah hinterlandnya; f. Pengembangan home industri di Kawasan Sungai Tarab terutama industri makanan; g. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di Kawasan Sungai Tarab; h. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; i. Pengembangan lembaga perbankan di Kawasan Sungai Tarab; j. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. k. Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Sungai Tarab dengan daerah hinterland. l. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di Kawasan Sungai Tarab; m. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; n. Pembangunan dan perbaikan drainase; o. Peningkatan pengelolan persampahan; 9. Perwujudan PPL Rambatan (Kecamatan Rambatan), dilakukan melalui : a. Penyusunan Revisi RDTR Kawasan Rambatan; b. Penyusunan RTR Kawasan Rambatan; c. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK; d. Action Plan RTR Kawasan Rambatan; e. Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Nagari Rambatan sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Rambatan dan daerah hinterlandnya; VI - 3

190 f. Pengembangan home industri di kawasan Rambatan terutama industri makanan; g. Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di Kawasan Rambatan; h. Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; i. Pengembangan lembaga perbankan di Kawasan Rambatan; j. Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. k. Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Rambatan dengan daerah hinterland. l. Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di Kawasan Rambatan; m. Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi; n. Pembangunan dan perbaikan drainase; o. Peningkatan pengelolan persampahan; 6.. Perwujudan Sistem Jariangan Prasarana Dalam rangka menunjang keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan dengan hirarki diatas maupun dibawahnya serta memberikan layanan pada fungsi kegiatan yang ada di dalam wilayah kabupaten, maka perlu dilakukan perwujudan sistem jaringan prasarana baik sistem jaringan prasarana transportasi, sistem jaringan prasaran sumber daya air, sistem jararingan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan drainase dan sistem jaringan persampahan Sistem Jaringan Transportasi Darat Sistem jaringan transportasi perlu diwujudkan untuk melayani pergerakan barang dan orang secara efektif dan efisien. Untuk perwujudan sistem transportasi diperlukan pembangunan, peningkatan dan perbaikan jalan yang menghubungkan antar pusat permukiman, peningkatan pelayanan angkutan penumpang dan barang serta optimalisasi terminal penumpang. Adapun program utama yang diperlukan untuk mewujudkan sistem jaringan prasarana angkutan darat adalah:. Pembangunan/peningkatan/rehabilitasi/pemeliharaan jalan arteri primer, kolektor primer, lokal primer dan lingkungan primer, seperti ruas jalan VI - 4

191 . Optimalisasi terminal penumpang dan barang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar a. Peningkatan sarana dan prasarana terminal tipe A Piliang Batusangkar b. Peningkatan terminal angkutan pedesaan tipe C Jati 3. Pembangunan dan peningkatan jaringan kereta api a. jaringan jalur kereta api berikut prasarananya pada lintas barat Sumatera yaitu Padang (Teluk Bayur) - Lubuk Alung - Padang Panjang - Solok Sawahlunto b. Jaringan jalan kereta api jalur Padang Panjang Bukittinggi Payakumbuh Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan Program pembangunan yang perlu dilakukan untuk mewujudkan arahan pemanfaatan energi dan kelistrikan adalah :. Pelestarian kawasan resapan air di catchm ant area terutama sungai-sungai yang mengalir ke Danau Singkarak dalam upaya mengoptimalkan produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Danau Singkarak.. Rencana Pengembangan dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Batang Sinamar di Kecamatan Lintau Buo Utara, PLTMH Batang Ombilin di Kecamatan Rambatan, PLTMH Batang Sumpur di Kecamatan Batipuh. 3. Mewujudkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 9 8 dengan meningkatkan daya gardu induk yang terdapat Kecamatan Sungai Tarab Nagari Sumanik Kota Batusangkar dari MVA menjadi 3 MVA Sistem Jaringan Telekomunikasi Program pengembangan untuk mewujudkan arahan pemanfaatan prasarana telekomunikasi adalah :. Menyusunan ranperda tentang menara bersama untuk optimalisasi pelayanan telekomunikasi nirkabel.. Optimalisasi Sentral Telepon Otomatis (STO) yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar dengan memanfaatkan tekonologi kabel optic. VI - 5

192 3. Pemenuhan kebutuhan pelanggan telepon, terutama pelanggan rumah tangga. 4. Mendorong penggunaan layanan telekomunikasi teknologi wirele ss seperti penggunaan telepon genggam, serta internet/ /multimedia khususnya dipusat-pusat kegiatan. Voice Over Internet Protocol (VOIP) Sistem Jaringan Sumber Daya Air. Wilayah Sungai Arahan Pemanfataan Wilayah Aliran Sungai dan Daerah Aliran Sungai Arahan pemanfaatan wilayah sungai dan daerah aliran sungai dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air. Perwujudan arahan pemanfaatan wilayah sungai dilakukan melalui: a. Upaya pelestarian kawasan lindung sesuai dengan permasalahan dan karakteristik dari masing-masing wilayah sungai dan daerah aliran sungai. b. Upaya melestarikan kawasan konservasi untuk menjaga tata air sehingga sumber daya air dapat terjaga dengan baik. c. Pelaksanaan kegiatan pelestarian lingkungan melalui pemulihan lahan kritis dan penanaman hutan kembali (reboisasi). d. Pembangunan infrastruktur pengendalian banjir. Irigasi Arahan pemanfaatan ruang serta program pengembangan sarana irigasi adalah: a. Penyusunan data base irigasi Kabupaten Tanah Datar b. Normalisasi sungai-sungai besar di Kabupaten Tanah Datar c. Rehabilitasi dan atau pembangunan talago sebagai cadangan air baku irigasi d. Optimalisasi pemanfaatan air sungai, waduk dan talago sumber air baku irigasi e. Pembangunan irigasi pada daerah-daerah irigasi yang potensial. VI - 6

193 f. Peningkatan pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana irigasi termasuk saluran-saluran irigasi yang sudah dibangun sampai saat ini guna menambah umur pemanfaatan. g. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemeliharan maupun pemanfaatan daerah irigasi sebagai basis dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan. 3. Jaringan Air Baku Untuk Air Bersih Arahan pemanfaatan jaringan baku untuk air bersih dapat diwujudkan melalui: a. Melakukan pola kemitraan antara PDAM dengan pemerintah daerah dalam pengelolaan air bersih untuk air minum. b. Meningkatkan kapasitas produksi dengan mengelola sumber-sumber air baku untuk air minum yang baru oleh PDAM maupun melalui program Pansimas. c. Meningkatkan jumlah sambungan air bersih di pusat-pusat kegiatan d. Optimalisasi sumur gali dan mata air sebagai sumber air baku untuk air minum bagi masyarakat perdesaan 4. Sistem Pengendalian Banjir Arahan pemanfaatan sistem pengendalian banjir dapat diwujudkan melalui: a. Optimalisasi sabo dam Batang Sumpur di Malalo Kecamatan Batipuh Selatan, Sabo dam Batang Tampo di Kecamatan Lintau Buo Utara. b. Pembangunan Sabo Dam Batang Bangkahan Kecamatan Sei. Tarab, Sabo Dam Batang Hino Kecamatan Salimpaung dan Sabo Dam Batang Malana Kecamatan Pariangan. c. Penghijauan kembali daerah aliran sungai terutama sungai-sungai besar di Kabupaten Tanah Datar. d. Optimalisasi lembaga-lembaga yang terkait dengan pengelolaan pengendalian banjir. e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemeliharan maupun pemanfaatan pengendalian banjir. VI - 7

194 6...5 Sistem Jaringan Drainase Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Arahan pemanfaatan jaringan drainase diwujudkan melalui: a. Pemanfaatan sungai dan anak-anak sungai lainnya sebagai saluran drainase primer di Kabupaten Tanah Datar b. Pembangunan dan pemeliharaan saluran permanen baik saluran terbuka maupun tertutup terutama dikiri kanan jalan utama sebagai saluran drainase sekunder di Kabupaten Tanah Datar. c. Pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase tersier engikuti sistem jaringan jalan berupa saluran tanah maupun saluran permanen di Kabupaten Tanah Datar Sistem Jaringan Persampahan Arahan pemanfaatan jaringan persampahan diwujudkan melalui: a. Optimalisasi TPA Bukik Sangking di Kecamatan Rambatan. b. Meningkatkan jumlah tempat pembuangan sementara (TPS) kawasan Kota Batusangkar c. Pemilihan lokasi baru untuk tempat pengelolaan akhir untuk menunjang Balai Tangah sebagai PKLp, dengan pertimbangan persyaratan teknis dan daya dukung lingkungan harus sesuai. Direncanakan di Nagari Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara. d. Pemilihan lokasi baru TPA untuk mendukung perkembangan PPK Tabek Patah yang direncanakan di Nagari Salimpaung Kecamatan Salimpaung. e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemeliharaan maupun pemanfaatan sarana dan prasarana persampahan serta meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah. f. Pelaksanaan sistem pengelolan sampah dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis. g. Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak bergerak. VI - 8

195 h. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA. 6.3 Perwujudan Rencana Pola Ruang Perwujudan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Tanah meliputi perwujudan rencana fungsi lindung dan rencana fungsi budidaya sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten agar tercipta keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang antara kawasan lindung dan kawasan budidaya 6.3. Perwujudan Kawasan Lindung Rencana perwujudan kawasan lindung di Kabupaten Tanah Datar hingga 3 dilakukan melalui perwujudan kawasan hutan lindung, kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan dibawahnya dan kawasan perlindungan setempat Perwujudan Kawasan Hutan Lindung Luasan kawasan hutan lindung di Kabupaten Tanah Datar dihitung berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No SK.3 /Menhut-II/ tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Hutan Seluas ± Ha, Perubahan Antar Fungsi Kawasan Hutan seluas ± 47.3 Ha dan penunjukan Bukan Arahan pemanfaatan kawasan hutan lindung dilakukan melalui: a. Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan hutan lindung menjadi kawasan hutan lindung sangat kritis, kritis dan tidak kritis. b. Penegasan tata batas kawasan hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar c. Rehabilitasi kawasan hutan lindung kondisi sangat kritis dengan pemberdayaan seluruh stakeholder. d. Pemanfaatan hutan lindung sebagai sumber ekonomi masyarakat dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharan pemanfaatan kawasan hutan lindung. VI - 9

196 6.3.. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Dibawahnya Arahan pemanfaatan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya dilakukan melalui: a. Menjaga kelestarian kawasan tempat pengisian air bumi (akifer) b. Memberikan ruang yang cukup bagi resapan air dengan pembuatan biopori terutama di kawasan perkotaan. c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharan pemanfaatan kawasan hutan lindung Kawasan Perlindungan Setempat Arahan pemanfatan kawasan lindung setempat terdiri dar sempadan sungai baik sungai besar maupun sungai kecil yang terdapat di kawasan perkotaan maupun di luar kawasan perkotaan, sempadan danau yaitu Danau Singkarak dan kawasan sekitar mata air yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar. Sempadan sungai Arahan pemanfaatan sempadan sungai dilakukan melalui: a. Identifikasi permasalahan yang terdapat di sempadan sungai. b. Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan sempadan sungai c. Penetapan tata batas kawasan sempadan sungai d. Rehabilitasi terhadap kawasan sempadan sungai yang sudah sangat kritis e. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan sempadan sungai. f. Optimalisasi fungsi ekologi pada kawasan sempadan sungai g. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharan pemanfaatan kawasan sempadan sungai. Sempadan Danau Arahan pemanfaatan sempadan danau dilakukan melalui: a. Identifikasi permasalahan yang terdapat di sempadan Danau Singkarak. b. Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan sempadan Danau Singkarak VI -

197 c. Penetapan tata batas kawasan sempadan Danau Singkarak d. Rehabilitasi terhadap kawasan sempadan Danau Singkarak yang sudah sangat kritis e. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan sempadan Danau Singkarak. f. Optimalisasi fungsi ekologi pada kawasan sempadan Danau Singkarak g. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharan pemanfaatan kawasan sempadan Danau Singkarak 3. Kawasan Sekitar Mata Air Arahan pemanfaatan kawasan sekitar mata air dilakukan melalui: a. Identifikasi permasalahan yang terdapat di kawasan sekitar mata air. b. Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan sekitar mata air. c. Penetapan tata batas kawasan kawasan sekitar mata air. d. Rehabilitasi terhadap kawasan sekitar mata air yang sudah sangat kritis e. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan sekitar mata air f. Optimalisasi fungsi ekologi pada kawasan sekitar mata air. g. Meningkatkan peran serta masyarakat melalui nilai-nilai kearifan lokal dalam pemeliharan maupun pemanfaatan kawasan sekitar mata air Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Arahan pemanfaatan suaka alam dan cagar budaya di Kabupaten Tanah Datar terdiri dari cagar alam, taman hutan wisata dan kawasan cagar budaya.. Cagar Alam Arahan pemanfaatan Cagar Alam Lembah Anai, Cagar Alam Singgalang Tandikek, Cagar Alam Marapi, Cagar Alam Gunung Sago, Cagar Alam I dan Cagar Alam Baringin Sakti diwujudkan melalui: a. Penegasan tata batas seluruh cagar alam di Kabupaten Tanah Datar. b. Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan cagar alam yang tidak kritis, kritis dan sangat kritis. VI -

198 c. Penegasan pemanfaatan fungsi kawasan cagar alam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar d. Perumusan program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolan cagar alam e. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan cagar budaya. f. Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan cagar budaya. Taman Wisata Alam Arahan pemanfaatan Taman Wisata Alam Payo Rapuih, Taman Wisata Alam Tabek Patah dan Taman Wisata Alam Puncak Pato diwujudkan melalui: a. Penegasan tata batas seluruh taman wisata alam di Kabupaten Tanah Datar b. Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan taman wista alam. c. Penegasan pemanfaatan fungsi kawasan taman wisata alam d. Perumusan program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolaan taman wisata alam e. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawa terbangun di kawasan taman wisata alam. f. Penegakan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan taman wisata alam. 3. Kawasan Cagar Budaya Arahan pemanfaatan kawasan cagar budaya diwujudkan melalui: a. Penegasan tata batas seluruh kawasan cagar budaya di Kabupaten Tanah Datar b. Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan cagar budaya. c. Penegasan pemanfaatan fungsi kawasan cagar budaya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pencegahan dari ancaman kepunahan d. Perumusan program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolaan dan perlindungan kawasan cagar budaya. e. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan cagar budaya. f. Penegakan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan cagar budaya. VI -

199 Kawasan Rawan Bencana Alam Gerakan Tanah Arahan pemanfaatan kawasan rawan bencana alam gerakan tanah dapat diwujudkan melalui: a. Memetakan kawasan yang potensial mengalami gerakan tanah b. Penyusunan ranperda yang mengatur sanksi hukum bagi pelanggaran tata ruang di daerah rawan longsor c. Membangun dinding pengaman tebing di kawasan-kawasan rawan longsor d. Penguatan lereng pada daerah rawan longsor di sepanjang sisi jalan raya e. Rehabilitasi dan reboisasi daerah-daerah penyangga dan resapan air terutama di wilayah yang sudah teridentifikasi sebagai kawasan rawan longsor atau gerakan tanah f. Pengendalian penebangan dan pemanfaatan lahan di daerah penyangga dan resapan air g. Pengendalian penambangan pada daerah-daerah penyangga dan resapan air h. Pengendalian pembangunan pemukiman di daerah penyangga, resapan air dan daerah rawan longsor/gerakan tanah i. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan cagar budaya. j. Pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah rawan longsor di setiap wilayah kecamatan k. Penegakan aturan yuridis terhadap pemanfaatan kawasan rawan longsor. l. Penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan bencana; Kawasan Lindung Geologi Arahan pemanfaatan ruang kawasan lindung geologi meliputi arahan pemanfaatan kawasan cagar alam geologi dan arahan pemanfaatan kawasan rawan bencana geologi.. Kawasan Cagar Alam Geologi Arahan pemanfaatan kawasan cagar alam geologi diwujudkan melalui: a. Penegasan tata batas seluruh kawasan cagar alam geologi di Kabupaten Tanah Datar b. Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan cagar alam geologi. VI - 3

200 c. Penegasan pemanfaatan fungsi kawasan cagar alam geologi d. Perumusan program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolan kawasan cagar alam geologi e. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian pemanfaatan kawasan cagar alam geologi. f. Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan cagar alam geologi.. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi A. Gempa Bumi Kawasan rawan bencana gempa bumi hampir diseluruh Kabupaten Tanah Datar terutama di Kecamatan X Koto bagian timur, Kecamatan Batipuh Selatan, Kecamatan Batipuh dan Kecamatan Salimpaung. Berdasarkan kondisi tersebut maka dalam arahan program utama mitigasi terhadap daerah rawan gempa bumi, diantaranya adalah: a. Identifikasi pemukiman penduduk yang berada pada zona-zona kerusakan akibat gempa bumi; b. Peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya gempa bumi; c. Sosialisasi tanggap darurat dan mekanisme evakuasi kor n gempa bumi di seluruh wilayah kabupaten, d. Peningkatan peran lembaga masyarakat mulai dari mitiga sampai kepada penanganan bencana gempa bumi; e. Penguatan kelembagaan dan mekanisme penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten Tanah Datar, f. Pembangunan dan penguatan sistem komunikasi ke daerah-daerah terpencil, g. Penguatan akses informasi dan komunikasi ke dan dari i tansi-instansi yang menangani kegempaan dan kebencanaan, h. Penetapan peraturan daerah dalam menetapkan zonasi kerentanan dan kerusakan akibat gempa bumi; i. Pembangunan dan penentuan jalur-jalur evakuasi j. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian pemanfaatan kawasan cagar alam geologi. VI - 4

201 B. Letusan Gunung Api Kecamatan dan nagari yang rawan letusan Gunung Api Marapi adalah a. Kecamatan X Koto yaitu Nagari Aia Angek dan Nagari Paninjauan b. Kecamatan Batipuh yaitu Nagari Andaleh dan Nagari Sabu c. Kecamatan Pariangan yaitu Nagari Pariangan dan nagari Sungai Jambu d. Kecamatan Sungai Tarab yaitu Nagari Pasia Laweh, Nagari Talang Tangah dan Nagari Rao-Rao. e. Kecamatan Salimpaung yaitu Nagari Tabek Patah dan Nagari Salimpaung f. Kecamatan Tanjung Baru yaitu Nagari Tanjung Alam. Berdasarkan kawasan rawan bencana tersebut nagari-nagari atau jorong yang masuk kedalam kawasan rawan bencana yaitu nagari Singgalang Jorong Aia Mancua dan Jorong Luhuang masuk dalam kawasan rawan bencana I dan II sedangkan Untuk kawasan rawan bencana I yaitu 5 (lima) jorong di Nagari Singgalang yaitu Jorong Subarang, Jorong Solok, Jorong Koto dan Jorong Gantiang, (satu) jorong di Nagari Pandai Sikek yaitu Jorong Pagu-Pagu dan 3 (tiga) jorong di Nagari Koto Laweh yaitu Jorong Kapalo Koto, Jorong Pincuran VII dan Jorong Kandang Di Guguk. Berdasarkan kondisi tersebut maka dalam arahan program utama mitigasi terhadap daerah rawan letusan gunung api, diantaranya adalah: a. Identifikasi kawasan pemukiman yang rawan terkena dampak letusan Gunung Marapi dan Gunung Tandikek; b. Pengaktifan kelembagaan pengamat Gunung Marapi; c. Pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah rawan letusan gunung api di setiap kantong-kantong pemukiman; d. Penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan bahaya letusan gunung api; e. Pembangunan dan penentuan jalur-jalur evakuasi; f. Sosialisasi daerah rawan letusan gunung api. VI - 5

202 Kawasan Lindung Lainnya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Kawasan lindung lainnya di Kabupaten Tanah Datar sesuai dengan RTRW Propinsi Sumatera Barat adalah kawasan Buru Babi di Bukit Saduali. Arahan pemanfaatan kawasan lindung lainnya adalah melalui: a. Penetapan Bukit Saduali sebagai kawasan lindung lainnya di Kabupaten Tanah Datar berdasarkan Keputusan Bupati b. Penyusunan program kegiatan buru babi di Bukit Saduali 6.3. Perwujudan Kawasan Budidaya Perwujudan kawasan budidaya adalah pemanfaatan kawasan budidaya yang difungsikan sebagai hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan pertambangan, kawasan industri, kawasan pariwisata dan kawasan permukiman untuk menunjang perkembangan ekonomi masyarakat di Kabupaten Tanah Datar Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat terutama masyarakat di sekitar kawasan hutan melalui peningkatan nilai tambah produksi hasil hutan maka perlu arahan pemanfaatan hutan produksi dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah pelestarian lingkungan agar tercipta kesimbangan antara pengembangan kawasan budidaya dan lingkungannya. Arahan pemanfaatan hutan produksi dilakukan melalui: a. Penegasan tata batas yang jelas antara hutan produksi dengan kawasan sekitarnya. b. Sosialisasi tentang peraturan mengenai kehutanan c. Fasilitas dalam izin pengelolaan d. Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang gkatan nilai tambah produksi hasil hutan. e. Pembangunan sarana dan prasarana pemasaran produksi hasil hutan VI - 6

203 6.3.. Kawasan Peruntukan Pertanian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Peruntukan kawasan pertanian terdiri dari kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan pertanian hortikultura, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan dan kawasan budidaya peternakan. Arahan pemanfaatan kawasan pertanian yang terencana akan menjadi dasar perwujudan PKL Batusangkar sebagai Kota Tani Utama serta mewujudkan pembangunan sektor pertanian untuk peningkatan kesejahteraan dan keadilan masyarakat.. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Kawasan pertanian tanaman pangan terdiri dari kawasan lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering. Arahan pemanfaatan pertanian lahan basah dan lahan kering di Kabupaten Tanah Datar dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat melalui pertanian lahan pangan berkelanjutan. Arahan pemanfaatan tanaman pangan diwujudkan melalui: a. Penetapan deliniasi lahan sawah sebagai cadangan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. b. Penetapan deliniasi lahan pertanian lahan kering serta komoditi unggulan sesuai karakteristik kawasan c. Pembatasan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman terutama pertanian lahan basah dengan menetapkan sawah beririgasi sebagai lahan pertanian yang berkelanjutan. d. Pembangunan dan pengembangan irigasi di Kabupaten Tanah Datar untuk menunjang peningkatan produktivitas pertanian terutama pertanian lahan basah. e. Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (lahan basah dan lahan kering) melalui intensifikasi pertanian. f. Pengembangan agribisnis pertanian melalui penyediaan sarana produksi, perencanaan usaha tani, usaha tani yang berkelanjutan, penanganan pasca panen, pemasaran dan pembangunan infrastruktur dan kelembagaan agribisnis pertanian. g. Penguatan kelembagaan petani oleh pemerintah terkait dengan pengelolan lahan, pengadaan sarana produksi, pengelolaan pasca panen dan pemasaran produksi hasil pertanian. VI - 7

204 h. Penguatan lembaga keuangan dalam hal memberi kemudahan dalam pembiayaan pertanian dan permodalan. Kawasan Pertanian Hortikultura Kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Tanah Datar terdapat di Kecamatan Koto, Kecamatan Batipuh dan Kecamatan Salimpaung. X Arahan pemanfaatan kawasan pertanian hortikultura diwujudkan melalui: a. Penetapan komoditi unggulan sesuai karakteristik kawasan b. Peningkatan produktivitas pertanian tanaman hortikultura melalui intensifikasi pertanian. c. Pengembangan kawasan agribisnis pertanian hortikultura terutama sayuran dataran tinggi. d. Penguatan lembaga petani oleh pemerintah untuk pengembangan agribisnis pertanian hortikultura melalui penyediaan sarana produksi, perencanaan usaha usaha tani yang berkelanjutan, penanganan pasca panen, pemasaran dan pembangunan infrastruktur dan kelembagaan agribisnis pertanian. 3. Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan/Perkebunan Arahan pemanfaatan kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan melalui: a. Penetapan komoditi unggulan sesuai karakteristik kawasan VI - 8 diwujudkan b. Peningkatan produktivitas pertanian tanaman tahunan/perkebunan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. c. Peningkatan profesionalisme petugas pemerintah, penyuluh, pengusaha da petani kebun d. Penguatan kelembagaan petani oleh pemerintah untuk pengembangan sistem agribisnis tanaman tahunan/perkebunan yang terdiri dari: Subsistem hulu ( up stream agribusiness ) yaitu penyediaan sarana produksi Subsistem usaha tani ( on farm agribusiness ) yaitu usaha perkebunan seperti kebun karet, kebun kakao dan kebun tabu. Subsistem agribisnis hilir ( down stream agribusiness ) yaitu meliputi usaha pengumpulan karet, usaha gula dan lain sebagainya.

205 Subsistem jasa pendukung seperti lembaga penelitian pemerintah, penyuluhan, infrastruktur, lembaga keuangan dan lain-lain. e. Melakukan evaluasi dan monitoring program pengembangan budidaya tanaman tahunan/perkebunan 4. Kawasan Budidaya Peternakan Arahan pemanfaatan kawasan peternakan diwujudkan melalui: a. Pengembangan sentra produksi ternak besar di Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Sungai Tarab, Tanjung Baru dan Kecamatan Salimpaung. b. Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan ternak besar terkait dengan penyediaan pakan, pembibitan, pengolahan dan pemanfaatan daging. c. Pengembangan sentra produksi unggas di Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Lintau Buo, Lintau Buo Utara, Sungai Tarab, Salimpaung dan Kecamatan Tanjung Baru. d. Penentuan deliniasi kawasan sentra ternak unggas khususnya ayam petelur dan ayam pedaging di Kabupaten Tanah Datar agar terpisah dari kawasan permukiman e. Pengintegrasian kegiatan peternakan dengan kegiatan pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perikanan. f. Penguatan kelembagaan peternak oleh pemerintah untuk pengembangan sistem agribisnis peternakan yang terdiri dari: Subsistem hulu ( up stream agribusiness ) yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan memperdagangkan terkait industri ternak obat-obatan dan vaksin ternak, serta alat dan mesin peternakan (alsinak) Subsistem usaha tani ( on farm agribusiness ) yaitu usaha ternak seperti ternak sapi, ternak ayam dan lain-lain Subsistem agribisnis hilir ( down stream agribusiness ) yaitu meliputi usaha pemotongan hewan, industri susu, industri pengalengan daging, industri telur asin, industri kulit, restaurant dan lain sebagainya. Subsistem jasa pendukung seperti lembaga penelitian pemerintah, penyuluhan, lembaga keuangan, infrastruktur, kesehatan hewan dan lain-lain. g. Melakukan evaluasi dan monitoring program budidaya peternakan VI - 9

206 Kawasan Budidaya Perikanan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Kawasan budidaya perikanan di Kabupaten Tanah Datar terdiri dari perikanan tangkap dan budi daya perikanan.. Kawasan Perikanan Tangkap Kawasan perikanan tangkap di Kabupaten Tanah Datar terdapat di Danau Singkarak dan diarahkan menjadi kawasan minapolitan di Nagari Guguk Kecamatan Batipuh Selatan. Arahan pemanfaatan ruang kawasan perikanan diwujudkan melalui: a. Pengembangan usaha perikanan tangkap bilih di Danau Singkarak yang berwawasan lingkungan. b. Menetapkan kawasan minapolitan di Kabupaten Tanah Datar c. Penyusunan RDTR Kawasan Minapolitan Guguak Malalo dan Ranperda RDTR Kawasan Minapolitan Guguak Malalo. d. Menyusun program minapolitan Guguk Malalo e. Penguatan kelembagaan nelayan di Danau Singkarak melalui sistem minapolitan yang terdiri dari sub sistem: Subsistem hulu ( up stream agribusiness ): sarana produksi perikanan yang terdiri bibit, industri pakan, dll Subsistem usaha perikanan ( on farm agribusiness ): usaha perikanan tangkap bilih yang ramah lingkungan serta pelabuhan perikanan. Subsistem hilir ( down stream agribusiness ): pengolahan hasil perikanan dan tata niaga perikanan. Subsistem jasa pendukung seperti lembaga penelitian pemerintah, penyuluhan, lembaga keuangan, infrastruktur, kesehatan hewan dan lain-lain. f. Melakukan evaluasi dan monitoring program minapolitan di Guguak Malalo.. Budidaya Perikanan Kawasan budidaya perikanan di Kabupaten Tanah Datar terda di Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting dan Nagari Sungai Tarab Kecamatan Sungai Tarab. Arahan pemanfaatan ruang kawasan perikanan diwujudkan melalui: VI - 3

207 a. Pengembangan usaha budidaya perikanan yang berwawasan lingkungan. b. Penetapan kawasan minapolitan untuk usaha budidaya perikanan di Kabupaten Tanah Datar c. Penyusunan RDTR Kawasan Minapolitan Padang Ganting dan Sungai Tarab serta Ranperda RDTR Kawasan Minapolitan Padang Ganting dan Sungai Tarab d. Menyusun program minapolitan Padang Ganting dan Sungai Tarab e. Penguatan kelembagaan petani ikan di Padang Ganting dan Sungai Tarab melalui sistem minapolitan yang terdiri dari sub sistem: Subsistem hulu ( up stream agribusiness ): sarana produksi perikanan yang terdiri bibit, industri pakan, dll Subsistem usaha perikanan ( on farm agribusiness ): usaha perikanan tangkap bilih yang ramah lingkungan serta pelabuhan perikanan. Subsistem hilir ( down stream agribusiness ): pengolahan hasil perikanan dan tata niaga perikanan. Subsistem jasa pendukung seperti lembaga penelitian pemerintah, penyuluhan, lembaga keuangan, infrastruktur, kesehatan hewan dan lain-lain. f. Melakukan evaluasi dan monitoring program minapolitan di Padang Ganting dan Sungai Tarab Kawasan Pertambangan Kawasan pertambangan yang telah mendapat Izin Usaha Pertambangan di Kabupaten Tanah Datar terdapat Di Nagari Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara dengan material tambang berupa batu kapur. Arahan pemanfaatan kawasan tambang diwujudkan melalui: a. Melakukan eksplorasi sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar. b. Melakukan kajian daya dukung lingkungan untuk ekploitasi bahan tambang dan galian. c. Menetapkan satuan Wilayah Pertambangan (WP) yang meliputi Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Wilayah Pertambangan Negara (WPN) dengan pertimbangan perlindungan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. d. Menyusun profil potensi, prosedur dan mekanisme perizinan serta rencana bisnis ( bussines plan ) untuk masing-masing WUP, WPR dan WPN. VI - 3

208 e. Melakukan kajian sumberdaya energi alternatif yang meliputi panas bumi dan tenaga air, listrik pedesaan. f. Melakukan promosi untuk menarik investasi pengembangan bidang pertambangan dan energi Kawasan Industri Industri yang berkembang di Kabupaten Tanah Datar adalah industri kecil menengah atau home industri seperti industri kecil pangan, industri sandang, industri kimia dan bahan bangunan, industri pertenunan dan industri kerajinan. industri tersebar di Kabupaten Tanah Datar. Arahan pengembangan kawasan industri di Kabupaten Tanah Datar meliputi: a. Mengembangkan industri menengah kecil pangan, sandang, kimia dan bahan bangunan, tenun dan industri kerajinan di: industri pengasinan/pengeringan dan pengasapan ikan dan biota perairan lainnya di sekitar Danau Singkarak untuk menunjang perkembangan minapolitan. industri berbagai macam tepung dari padi-padian, biji-bijian dan kacang-kacangan di Kecamatan Pariangan industri gula aren di Nagari Andaleh Baruah Bukik Kecamatan Sungayang industri gula merah Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara, Nagari Tabek Patah Kecamatan Salimpaung dan Nagari Tanjung Alam di Kecamatan Tanjung Baru industri pengolahan kopi di nagari Sungai Tarab Kecamatan Sungai Tarab industri kerupuk dan sejenisnya di Nagari Sungai Tarab, Nagari Simpuruik Kecamatan Sungai Tarab industri pengeringan dan pengolahan tembakau di Nagari Barulak Kecamatan tanjung Baru industri pertenunan di Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto industri bordir dan sulaman di Nagari Sungayang Kecamatan Sungayang industri kapuk di Nagari Simawang Kecamatan Rambatan. VI - 3

209 industri batu bata dari tanah liat di Nagari Tambangan Kecamatan X Koto, Nagari Rambatan Kecamatan Rambatan, Nagari Tajung Barulak Kecamatan Tanjung Emas, Nagari III Koto Kecamatan Rambatan. industri anyam-anyaman dari tanaman rotan dan bambu Kecamatan Tanjung Baru di Nagari Barulak industri barang-barang dari tanah liat untuk keperluan rumah tangga di Nagari III Koto Kecamatan Rambatan b. Menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan regulasi terkait pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan. c. Memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang produksi dan pengelolaan, pemasaran, sumber daya manusia serta desain dan teknologi. d. Mendorong perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah melalui kemudahan mendapatkan pembiayaan dan penjaminan. e. Mendorong perkembangan usaha mikro kecil dan menengah memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan yang saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan. f. Mendorong perkembangan usaha kecil dan menengah dengan membangun kemitraan dengan usaha besar melaui alih keterampilan di bidang dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi. g. Melakukan koordinasi dan pengendalian pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah Pengembangan Pariwisata Potensi wisata sebagai salah satu sektor yang paling memungkinkan untuk dikembangkan di Kabupaten Tanah Datar dapat diwujudkan melalui peningkatan dan pengembangan kawasan wisata alam, wisata buatan dan wisata minat khusus yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar.. Kawasan Wisata Budaya Sebagai titik awal perkembangan kebudayaan Minangkabau, Kabupaten Tanah Datar banyak menyimpan warisan budaya Minagkabau yang dapat dikembangkan menjadi objek wisata budaya dan sejarah. Objek wisata budaya dan sejarah tersebar di Kabupaten VI - 33

210 Tanah Datar namun Istano Basa Pagaruyung dijadikan pusat pengembangan wisata budaya dan sejarah. Arahan pengembangan objek wisata budaya dan sejarah adalah: a. Mengidentifikasi dan mengembangkan nilai-nilai budaya daerah untuk memperkukuh jati diri bangsa. b. Memperkuat ikatan kebangsaan melalui pengelolaan keberagaman budaya terutama negara-negara melayu c. Menyusun konsep pengelolaan industri budaya d. Memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat dalam ian dan pengembangan melalui pemberian bantuan di bidang kebudayaan e. Meningkatkan kualitas tenaga pengelola kebudayaan f. Meningkatkan pengelolaan pelestarian aset budaya, baik yang berupa nonbenda (intangible) maupun benda (tangible) g. Menyusun strategi kebudayaan yang komprehensif dan aplikatif h. Meningkatkan apresiasi budaya dalam masyarakat melalui event-event festival dan forum diskusi budaya i. Meningkatkan promosi kebudayaan j. Meningkatkan pemanfaatan media untuk pengembangan kebudayaan k. Meningkatkan kesadaran sejarah daerah l. Pengembangan sistem informasi kebudayaan daerah m. Meningkatkan fungsi museum dan Galeri Daerah sebagai Pusat Pengembangan Kebudayaan n. Pelestarian dan penyelamatan dokumen / arsip sebagai memori kolektif kebangsaan o. Melestarikan dan memanfaatkan bahan pustaka sebagai sumber informasi daerah melalui: Peningkatan jumlah dan jenis bahan pustaka, termasuk bahan pustaka elektronik/digital; Perawatan dan pelestarian bahan pustaka; Pengelolaan dan pendayagunaan koleksi karya cetak dan karya rekam; Mengembangkan dan mendayagunakan naskah kuno (pustaka tertulis); Mengembangkan statistik penerbitan buku; p. Meningkatkan minat baca masyarakat melalui kampanye, lomba lomba, pameran dan pemasyarakatan peran dan fungsi perpustakaan VI - 34

211 q. Pelestarian & pengembangan seni budaya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar r. Penggalian & pelestarian adat istiadat asli daerah & hukum adat.. Kawasan Wisata Alam Disamping wisata budaya, Kabupaten Tanah Datar juga kaya akan objek wisata alam yang indah karena kondisi bentang alam Kabupaten Tanah Datar yang bergelombang membentuk panorama yang indah. Arahan pengembangan objek wisata alam dikembangkan melalui: a. Menentukan prioritas pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam di Kabupaten Tanah Datar b. Diversifikasi jenis kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan di Kabupaten Tanah Datar c. Menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata untuk diikutkan dalam suatu paket wisata d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan terutama objek wisata yang diprioritaskan e. Menambah kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia pengelola wisata alam f. Meningkatkan pendanaan untuk mengembangkan program wisata g. Meningkatkan kegiatan informasi dan promosi kawasan melaui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik h. Meningkatkan kualitas obyek dan daya tarik wisata alam yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar agar dapat memenuhi kriteria something to see, something to do dan something to buy i. Meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap pengunjung sebagai masukan dalam pengembangan objek wisata. j. Menjalin kerjasama yang baik antar stakeholder termasuk masyarakat sekitar agar dapat mendukung pengembangan objek wisata alam yang akan dikembangkan k. Pembenahan kawasan baik manajemen, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia pengelola l. Peningkatan pelayanan terhadap pengunjung melaui penyedian sarana dan prasarana yang dibutuhkan. VI - 35

212 3. Kawasan Wisata Minat Khusus Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Kawasan wisata minat khusus di Kabupaten Tanah Datar berjumlah (sebelas) objek wisata yang tersebar di Kecamatan X Koto, Kecamatan Batipuh, Kecamatan Salimpaung, Kecamatan Sungayang dan Kecamatan Lintau Buo. Bentuk kegiatan objek wisata minat khusus yang berkembang di Kabupaten Tanah Datar adalah wisata pertualangan baik mendaki gunung, pertualangan goa dan air terjun serta paralayang di Payo Rapuih. Arahan pengembangan objek wisata minat khusus dilakukan melalui: a. Menentukan prioritas pengembangan obyek dan daya tarik wisata minat khusus di Kabupaten Tanah Datar b. Diversifikasi jenis kegiatan wisata minat khusus yang dapat dilakukan di Kabupaten Tanah Datar c. Menjalin kerjasama dengan biro perjalanan wisata untuk diikutkan dalam suatu paket wisata d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan terutama objek wisata yang diprioritaskan e. Menambah kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia pengelola wisata minat khusus f. Meningkatkan pendanaan untuk mengembangkan program wisata minat khusus g. Meningkatkan kegiatan informasi dan promosi kawasan melaui berbagai media, baik h. media cetak maupun elektronik Meningkatkan kualitas obyek dan daya tarik wisata minat khusus yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar agar dapat memenuhi kriteria something to see, something to do dan something to buy i. Meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap pengunjung sebagai masukan dalam pengembangan objek wisata minat khusus j. Menjalin kerjasama yang baik antar stakeholder termasuk masyarakat sekitar agar dapat mendukung pengembangan objek wisata minat khusus yang akan dikembangkan. k. Pembenahan kawasan baik manajemen, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia pengelola objek wisata minat khusus. l. Peningkatan pelayanan terhadap pengunjung melaui penyedian sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada obek wisata minat khusus. VI - 36

213 Kawasan Permukiman Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Pengembangan kawasan permukiman terdiri dari kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan yang tersebar di Kabupaten Tanah Datar.. Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan Kawasan perkotaan terdapat di pusat kegiatan lokal, pusat pelayanan kawasan dan pusat pelayanan lokal. Prinsip dasar yang perlu mendapat perhatian dalam pembangunan permukiman perkotaan adalah adalah:. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan harus mengacu kepada rencana tata ruang yang berlaku (RTRW, RDTR kawasan perkotaan).. Menyusun Dokumen Rencana Pengembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) 3. Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi bangunan harus u kepada peraturan daerah tentang Bangunan Gedung. 4. Permukiman perkotaan harus didukung dengan utilitas perkotaan meliputi sistem transportasi, air bersih, listrik, telekomunikasi, sanitasi lingkungan, pengelolaan sampah serta dilengkapi dengan fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan pemerintahan untuk menunjang pelayanan perkotaan. 5. Meningkatkan fasiltas dan utilitas kawasan perkotaan terutama kawasan cepat tumbuh seperti Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Balai Tangah. 6. Pemilihan lokasi permukiman perkotaan diarahkan pada lokasi: a. Diluar kawasan lindung b. Lereng =5 %. c. Tidak berlokasi pada lahan pertanian pangan berkelanjutan d. Mempertimbangkan kawasan rawan bencana baik longsor, sesar aktif dan alur lahar gunung berapi. 7. Mendorong pengembang dalam penyediaan perumahan dengan konsep.3.6 serta pengembangan kapling siap bangun sesuai daya beli masyarakat 8. Mempertimbangkan estika bangunan dan lingkungan. VI - 37

214 9. Melakukan pengawasan, pengendalian dan pemanfaatan ruang kawasan permukiman perkotaan.. Pengendalian intensitas bangunan permukiman perkotaan penentuan KDB ( Koefisien Dasar Bangunan) dan KLB (Koefisien Dasar Bangunan).. Penataan dan revitalisasi kawasan kumuh perkotaan. Pemberdayaan peran serta masyarakat dalam penataan kawasan kumuh perkotaan Batusangkar. 3. Revitalisasai kawasan tradisional/etnis/bersejarah yaitu kawasan yang mempunyai bangunan bersejarah yang bernilai atau bermakna penting. Rencana Pengembangan Sistem Permukiman Perdesaan Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Tanah Datar secara merata di setiap kecamatan. Pola penyebaran kawasan permukiman perdesaan mengikuti jaringan jalan (pola linier) dan sebagian lainnya pada kawasan akses yang lebih rendah. Program perwujudan permukiman perdesaan yang dilakukan adalah :. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan harus mengacu kepada rencana tata ruang yang berlaku (RTRW, RDTR kawasan perkotaan).. Menyusun Dokumen Rencana Pengembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) 3. Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi bangunan harus cu kepada peraturan daerah tentang Bangunan Gedung. 4. Pembangunan infrastruktur pedesaan meliputi jalan lingkungan, air bersih, listrik, sanitasi dan drainase. 5. Identifikasi kebutuhan perumahan dan penyediaan perumahan perdesaan melalui bantuan pemerintah dan pembangunan perumahan swadaya masyarakat. 6. Pemilihan lokasi permukiman perdesaan diarahkan pada lokasi: a. Diluar kawasan lindung b. Lereng =5 %. c. Tidak berlokasi pada lahan pertanian pangan berkelanjutan d. Mempertimbangkan kawasan rawan bencana baik longsor, sesar aktif dan alur lahar gunung berapi. VI - 38

215 7. Melakukan pengawasan, pengendalian dan pemanfaatan ruang kawasan permukiman perdesaan. 6.4 Perwujudan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis kabupaten dibagi menjadi tiga bagian yaitu kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi, kawasan strategis dari sudut pandang sosial budaya dan kawasan strategis dari sudut pandang daya dukung lingkungan Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Ekonomi Kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi merupakan kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh dengan sektor unggulan yang dapat mengerakan roda perekonomian masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi tinggi dan didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana diharapkan sektor unggulan dapat menembus pasar ekspor. Kawasan-kawasan dengan potensi yang cukup besar juga diharapkan dapat memberikan multiplier effect terhadap daerah disekitarnya. Kawasan strategis dari sudut pandang ekonomi di Kabupaten Tanah Datar yaitu kawasan Danau Singkarak, Kawasan Tabek Patah, Kawasan Andaleh, Kawasan Balai Tangah Kawasan Danau Singkarak Diarahkannya kawasan Danau Singkarak sebagai kawasan strategis adalah karena kawasan Danau Singkarak memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh dengan sector unggulannya ikan bilih yang telah menembus pasar mancanegara. Disamping itu Kawasan Danau Singkarak juga memiliki potensi panorama alam yang sangat indah dan dapat dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Arahan pengembangan kawasan strategis Danau Singkarak dapat dilakukan melalui: a. Penetapan tata batas kawasan strategis Danau Singkarak b. Penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan Danau Singkarak dan perda tentang rencana rinci tata ruang kawasan Danau Singkarak c. Penentuan Zonasi Pemanfaatan Ruang Perairan Danau Singkarak. d. Inventarisasi permasalahan pada kawasan catchman area Danau Singkarak VI - 39

216 e. Penyusunan program dan kegiatan dalam pelestarian fungsi Danau Singkarak sebagai tujuan wisata, sentra perikanan tangkap dan sumber energi untuk PLTA Singkarak f. Pengembangan kegiatan wisata Danau Singkarak sebagai pusat pengembagan pariwisata alam di Kabupaten Tanah Datar. g. Pengembangan kegiatan perikanan tangkap sesuai dengan daya dukung lingkungan h. Penguatan kelembagaan Badan Pengelola Danau Singkarak sebagai salah satu bentuk kepedulian masyarakat sekitar Danau Singkarak dalam pelestarian lingkungan. i. Inventarisasi permasalahan bangunan di sekitar Danau Singkarak terkait dengan Sempadan Danau Singkarak. j. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan Danau Singkarak Kawasan Koto Baru Kawasan Koto Baru dikembangkan sebagai kawasan strategis di Kabupaten Tanah Datar karena Kawasan Koto Baru memiliki potensi sebagai pusat Pengembangan sentra agropolitan sayuran dataran tinggi. Potensi ini dapat mengerakan ekonomi masyarakat setempat karena komoditi sayur dapat menembus pasar Singapura dan Malaysia. Arahan pengembangan kawasan strategis Koto Baru diwujudkan melalui: a. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Koto Baru dan Perda rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Koto Baru b. Penetapan komoditas unggulan masing-masing sub kawasan fungsional untuk memenuhi permintaan pasar baik lokal maupun internasional c. Penyusunan rencana teknis bangunan dan infrastruktur agropolitan dalam konsep pengembangan sistem agribisnis. d. Pembangunan dan pengembangan pusat agropolitan (agropolis) dengan mengoperasionalkan Sub Terminal Agribisnis (STA) Koto Baru. e. Pengembangan dan penguatan sistem kelembagaan petani dalam mengembangan sistem agropolitan. f. Pengembangan pasar Nagari Koto Baru sebagai sarana penunjang pemasaran komoditi sayuran VI - 4

217 Kawasan Tabek Patah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tabek Patah dengan kondisi alam yang subur berkembang sebagai sentra pisang dan tomat. Dalam perkembangannya Tabek Patah juga telah mampu mengolah pisang menjadi hasil olahan berupa pisang sale. Produksi pisang sale juga menunjang kawasan Tabek Patah sebagai salah satu daerah tujuan wisata alam di Kabupaten Tanah Datar. Arahan pengembangan kawasan strategis Tabek Patah diwujudkan melalui: a. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Tabek Patah dan Perda rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Tabek Patah b. Peningkatan budidaya komoditi pisang dan tomat di kawasan Tabek Patah c. Penyusunan rencana teknis bangunan dan infrastruktur kawasan Tabek Patah dalam konsep pengembangan sektor pertanian dan pariwisata. d. Pengembangan dan penguatan sistem kelembagaan petani dalam mengembangkan komoditi pisang, tomat dan komoditas unggulan lainnya di Kawasan Tabek Patah. e. Pengembangan pasar Nagari Tabek Patah sebagai pusat distribusi dan koleksi hasil pertanian di Kawasan Tabek Patah. f. Mendorong perkembangan pengolahan pisang sale dalam rangka meningkatkan nilai tambah komoditi pisang di Kawasan Tabek Patah Kawasan Andaleh Kawasan Andaleh Kecamatan Batipuh terletak dilereng Gunung Marapi memiliki tanah yang subur dan berpotensi untuk pengembangan budidaya hias. Hawa yang sejuk dan tanah yang subur menjadi potensi bagi masyarakat Andaleh untuk bergerak di bidang bunga potong dan tanaman hias. Arahan pengembangan kawasan strategis Andaleh diwujudkan melalui: a. Penyusunan rencana rinci tata ruang Kawasan Andaleh dan Perda rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Andaleh b. Pengembangan budidaya tanaman hias dataran tinggi untuk meningkatkan produktivitas dan pasokan tanaman hias. c. Mendorong terbentuknya usaha tani yang berwawasan agribisnis di Kawasan Andaleh VI - 4

218 d. Pengembangan dan penguatan sistem kelembagaan petani dalam mengembangkan varietas bunga di Kawasan Andaleh. g. Peningkatan dan pembangunan infrastruktur yang menunjang pengembangan budidaya bunga hias di Kawasan Andaleh Kawasan Balai Tangah Kawasan Balai Tangah dikembangkan sebagai kawasan strategis karena kawasan Balai Tangah dapat mendorong perkembangan kawasan sekitarnya. Oleh karena itu kawasan Balai Tangah dijadikan salah satu kawasan strategis di Kabupaten Tanah Datar. Arahan pemanfaatan kawasan strategis Balai Tangah dapat diwujudkan melalui: a. Penyusunan Rencana Rinci Kawasan Balai Tangah dan Perda Rencana Rinci Kawasan Balai Tangah b. Mengembangan pasar Balai Tangah sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian dan industri. c. Mengembangan infrastruktur jaringan jalan untuk mengua daerah tertinggal di sekitar kawasan Balai Tangah d. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasaran perkotaan untuk menunjang Balai Tangah sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi Kawasan Strategis Dari Sudut Pandang Sosial Budaya Kawasan strategis dari sudut pandang sosial budaya di Kabupaten Tanah Datar yaitu Kawasan Istano Basa Pagaruyung dan Kawasan Pendidikan Bukit Gombak. Kawasan strategis dari sudut pandang sosial budaya dapat dikembangkan karena kawasan tersebut merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya, prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya, aset yang harus dilindungi dan dilestarikan, tempat perlindungan peninggalan budaya, tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya dan tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial Istano Basa Pagaruyung Kawasan Istano Basa Pagaruyung merupakan pusat pengembangan wisata budaya dan sejarah. Setelah terbakar pada tahun 7, Istano Basa Pagaruyung telah dibangun VI - 4

219 kembali dan siap difungsikan sebagai objek wisata budaya dan sejarah. Sebagai tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan budaya, tempat perlindungan peninggalan budaya dan aset yang harus dilindungi maka kawasan Istano Basa Pagaruyung dijadikan salah satu kawasan strategis dari sudut pandang sosial budaya. Arahan pengembangan kawasan Istano Basa Pagaruyung dapat diwujudkan melalui: a. Menyusun rencana rinci kawasan Istano Basa Pagaruyung dan Perda Rencana Rinci Kawasan Istano Basa Pagaruyung. b. Pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan wisata budaya di kawasan Istano Basa Pagaruyung. c. Menyelenggarakan atraksi budaya minangkabau sebagai daya tarik wisata budaya di Istano Basa Pagaruyung. d. Meningkatkan promosi kebudayaan melalui media elektronik maupun media lainnya Kawasan Pendidikan Bukit Gombak Kawasan Pendidikan Bukit Gombak dikembangkan sebagai kawasan strategis karena kawasan ini dapat mewujudkan peningkatan sosial budaya. Salah satu usaha dalam meningkatkan sosial budaya yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pendidikan formal. Arahan pengembangan kawasan pendidikan Bukit Gombak diwujudkan melalui: a. Penyusunan rencana rinci kawasan pendidikan Bukit Gombak dan perda rencana rinci kawasan pendidikan Bukit Gombak. b. Pembangunan gedung pendidikan unggul di Kawasan Pendidikan Bukit Gombak c. Peningkatan sarana dan prasarana untuk menunjang fasilitas kawasan pendidikan Bukit Gombak. d. Penyusunan program pengembangan kawasan pendidikan Bukit Gombak Kawasan Stategi Dari Sudut Daya Dukung Lingkungan Kawasan strategi dari sudut daya dukung lingkungan adalah di Kabupaten Tanah Datar terdapat di kawasan Lembah Anai karena Kawasan Lembah Anai merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, kawasan yang memberikan VI - 43

220 perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap ta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar berpeluang menimbulkan kerugian, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro dan kawasan rawan bencana alam. Arahan pengembangan kawasan Lembah Anai diwujudkan melalui: Penyusunan rencana rinci kawasan Lembah Anai dan perda kawasan lembah anai Pemanfaatan kawasan Lembah Anai sesuai dengan aturan pemanfaatan kawasan lindung yang berlaku. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan kawasan Lembah Anai. Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan Lembah Anai. Pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah rawan longsor pada kawasan Lembah Anai Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan Lembah Anai yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku Kawasan Strategis Perbatasan Kawasan strategis perbatasan merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pengembangan wilayah. Pengaturan, pengendalian dan pemanfaatan ruang yang saling bersinergi antara kedua daerah yang berbatasan diharapkan dapat mewujudkan kawasan perbatasan yang berkembang dengan tetap mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Arahan pemanfaatan kawasan strategis perbatasan dapat diwujudkan melalui: a. Penegasan tapal batas kawasan perbatasan b. Sinkronisasi rencana tata ruang berbatasan c. Penyusunan rencana rinci kawasan perbatasan dan perda rinci kawasan pendidikan perbatasan. 6.5 Indikasi Program Utama Pentahapan dan urutan prioritas program pembangunan dimaksudkan untuk mendapatkan rincian mengenai sektor kegiatan yang perlu dilaksanakan sesuai dengan tingkat kepentingannya, jangka waktu pelaksanaan serta sumber pembiayaan yang dapat dipergunakan untuk pelaksanaan program pembangunan. VI - 44

221 Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan dalam pengembangan pembangunan, maka perlu disusun tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai UU 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang, bahwa pelaksanaan pembangunan memiliki jangka waktu pelaksanaan selama tahun, pentahapan kegiatan tersebut dituangkan dalam kegiatan per 5 (lima) tahun. Indikasi program utama lima tahun diuraikan per tahun kegiatan. Indikasi program adalah bagian yang memuat rincian tahapan dan program pembangunan yang akan diterapkan di kawasan perencanaan, sesuai dengan tujuan pengembangan tata ruang di masa yang akan datang. Indikasi program pembangunan ditentukan berdasarkan potensi dan masalah kawasan terkait pengembangan wilayah serta kecenderungan perkembangan sektor-sektor tertentu dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan atau pembangunan sektor tersebut. Adapun program-program yang direncanakan, dapat dikelompokkan dalam beberapa program kegiatan. Untuk lebih jelasnya mengenai indika Tabel 6. program dapat di lihat pada VI - 45

222 INDIKASI PROGRAM UTAMA PENATAAN RUANG KABUPATEN TANAH DATAR - 3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Perwujudan Rencana Struktur Ruang 6.. Perwujudan Rencana Pusat-Pusat Kegiatan 6... Perwujudan Pusat Kegatan Lokal Perwujudan PKL Batusangkar Penyusunan Revisi RDTR Kawasan Perkotaan Batusangkar Lima Kaum, Tj Emas, Sai. Tarab, Sungayang dan Rambatan APBD Kab. Dinas PU Penyusunan revisi RDTR Koridor Kawasan Simpang Bank Nagari Sungai Tarab Lima Kaum dan Sungai Tarab APBD Kab. Dinas PU Penyusunan RDTR/TRBL Koridor Jalan Batusangkar Ombilin Lima Kaum dan Rambatan APBD Kab. Dinas PU Penyusunan RDTR Koridor Jalan Batusangkar Kubu Kerambil Lima Kaum, Pariangan, Batipuh APBD Kab. Dinas PU Penyusunan RTR Kawasan prioritas yaitu kawasan cepat tumbuh Kab Tanah Datar APBD Kab. Dinas PU Penyusunan rencana induk pariwisata Kabupaten Tanah Datar Kab Tanah Datar APBD Kab. Dinas Budparpora penyusunan rencana induk pertamanan Kab Tanah Datar APBD Kab. Dinas PU dan LH VI - 46

223 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang RDTR, RTR Kawasan Cepat Tumbuh Lokasi Kab Tanah Datar Sumber Dana APBD Kab. Instansi Pelaksana Dinas PU dan Bappeda Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Action plan rencana revitalisasi kawasan strategis pusat Kota Batusangkar Lima Kuam APBD Prop dan APBD Kab Bappeda dan Dinas PU Pengelolaan ruang terbuka hijau perkotaan Kab Tanah Datar APBD Prop dan APBD Kab Bappeda, Kantor LH dan Dinas PU Mendukung pengembangan perumahan oleh pengembang dan swadaya masyarakat Kab Tanah Datar APBD Prop dan APBD Kab Bappeda dan Dinas PU Pembangunan infrastruktur perkotaan Kab Tanah Datar APBD Prop dan APBD Kab Bappeda dan Dinas PU Peningkatan dan rehabilitasi pasar serikat C Batusangkar Lima Kaum APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Peningkatan dan optimalisasi Terminal Piliang Kabupaten Tanah Datar Lima Kaum APBD Prop dan APBD Kab Dinas Dishubkominfo Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi dalam Kota Batusangkar Lima Kaum APBD Prop dan APBD Kab Dinas PU Pengembangan dan peningkatan pelayanan RSUD Dr Ali Hanafiah Tj Emas APBN,APBD Prop dan APBD Kab RSUD VI - 47

224 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) di Sijangek dan Padang Magek Lokasi Sungai Tarab dan Rambatan Sumber Dana APBD Prop dan APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Peternakan dan Perukanan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Penyelesaian jalan jalur dua arah Batusangkar SMK - Pintu Rayo Batusangkar Lima Kaum, Tj Emas APBD Prop dan APBD Kab Dinas PU Peningkatan inner ring road dan outer ring road Kota Batusangkar Lima Kaum APBD Kab Dinas PU Peningkatan sistem pengelolan sampah di TPA Bukiksangking Rambatan APBD Prop dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan Kantor LH Peningkatan sistem penyediaan air minum baik secara kuantitas maupun kualitas Kab.Tanah Datar APBN,APBD Prop dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan PDAM Pembangunan peningkatan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk Kab.Tanah Datar APBD Prop dan APBD Kab Bappeda dan Dinas PU Peningkatan dan pengembangan trotoar dalam Kota Batusangkar Lima Kaum APBD Kab Dinas PU 6... Perwujudan Rencana Pusat Pengembnagan Lokal Promosi Perwujudan PKLp Balai Tangah Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Balai Tangah Lintau Buo Utara APBD Kab Dinas Pu Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang RDTR Balai Tangah Lintau Buo Utara APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan Bag.Hukum Peningkatan, rehabilitasi dan atau relokasi pusat perdagangan dan jasa Lintau Buo Utara APBD Kab Bappeda, Koperindagpastam VI - 48

225 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pasar Balai Tangah sebagai pusat pemasaran karet, ayam pedaging dan telur ayam ras Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana, Peternakan Perikanan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Balai Tangah khususnya objek wisata alam Ngalau Pangian dan Puncak Pato Lintau Buo Utara dan Lintau Buo APBD Prop dan APBD Kab Dinas Budparpora Pengembangan Sentra produksi ayam petelur dan pedaging di kawasan hinterland Balai Tangah khususnya di Nagari Pangian dan Tigo Jangko Lintau Buo Utara dan Lintau Buo APBD Prop dan APBD Kab Dinas Peternakan Pengembangan kawasan perkebunan karet di kawasan hinterland Balai Tangah Lintau Buo Utara dan Lintau Buo APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertahutbun Pengembangan pengelolaan sarang burung wallet di Lubuk Jantan Lintau Buo Utara APBD Kab Prusda Pemanfaatan potensi tambang di kawasan hinterland Balai Tangah Lintau Buo Utara APBD Kab Dinas Koperindagpastam dan Prusda, Swasta Pengembangan perkebunan tebu dan industri gula tebu. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis Kab.Tanah Datar APBN,APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertahutbun VI - 49

226 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Lokasi Kab.Tanah Datar Sumber Dana APBN,APBD Prop dan APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Pertahutbun Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengembangan kelembagaan perbankan di Kawasan Balai Tangah Lintau Buo Utara APBD Kab dan Swasta Bappeda dan Bag.Perekonomian Pengembangan sumber-sumber energi terbaharukan khususnya PLTMH Batang Sinamar Lintau Buo Utara dan Lintau Buo APBD Prop, APBD Kab dan Swasta Koperindagpastam dan PLN Pengembangan Puskemas Lintau Buo I menuju rumah sakit tipe C Lintau Buo Utara APBD Kab Dinas Kesehatan Pengembangan Sistem Penyediaan dan pengelolaan Air Minum baik kuantitas maupun kualitas Kab.Tanah Datar APBN,APBD Prop dan APBD Kab Dinas PU, PDAM dan Lembaga Masyarakat Pembangunan TPA di Nagari Tanjung Bonai Lintau Buo Utara APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan Kantor LH Peningkatan jalan lingkar di sekitar Nagari Balai Tangah Lintau Buo Utara dan Lintau Buo APBD Kab Dinas PU Pembangunan sabo dam dan perbaikan daerah irigasi Kab.Tanah Datar APBD Kab Bappeda dan Dinas PU Pembangunan drainase kawasan perkotaan dan permukiman penduduk Kab.Tanah Datar APBD Kab Bappeda dan Dinas PU Peningkatan ruas jalan provinsi Sitangkai Payakumbuh Lintau Buo Utara APBD Prop Dinas Prasjal tarkim Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Balai Tangah dengan daerah hinterland Lintau Buo Utara dan Lintau Buo APBD Kab Bappeda dan Dinas PU VI - 5

227 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Peningkatan dan atau relokasi terminal Balai Tangah menjadi terminal Tipe C Lokasi Lintau Buo Utara Sumber Dana APBD Kab Instansi Pelaksana Dishubkominfo Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Perwujudan Pusat Pelayanan Kawasan Perwujudan PPK Saruaso Penyusunan RDTR Kawasan Saruaso Tanjung Emas APBD Kab Dinas PU Penyusunan RTR Kawasan Saruaso Tanjung Emas APBD Kab Dinas PU Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Minggu Saruaso (Balai Okok) Tanjung Emas APBD Kab Dinas PU Tanjung Emas APBD Kab Dinas PU Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya, buatan dan minat khusus)di kawasan Saruaso khususnya objek wisata Istano Basa Pagaruyung Tanjung Emas APBD Kab Dinas PU Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis; dan Kab.Tanah Datar APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Saruaso dengan daerah hinterland. Kab.Tanah Datar APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Tanjung Emas APBD Kab Bappeda dan DInas PU VI - 5

228 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pengembangan sistem penyediaan air minum Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Tanjung Emas APBD Kab Bappeda, DInas PU dan PDAM Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi Tanjung Emas APBD Kab Bappeda dan Dinas PU Pembangunan dan perbaikan drainase Tanjung Emas APBD Kab Bappeda dan Dinas PU Perwujudan PPK Simabua Peningkatan persampahan pengelolan Penyusunan RDTR Kawasan Simabua Penyusunan RTR Kawasan Simabua Tanjung Emas APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan badan LH Simabua Simabua APBD Kab APBD Kab Dinas PU Dinas PU Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Simabua sebagai pusat pemasaran potensi kawasan simabua Pengembangan home industri dakak-dakak dan pias kacang simabua di Nagari Simabua Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Simabua khususnya objek wisata Nagari Tuo Pariangan, Balerung Sari, Makam Tuanku Tantejo Gurhano Simabua Simabua Simabua Pariangan APBD Kab APBD Kab APBD Kab APBD Kab Bappeda, Dinas PU, Bagian Hukum Dinas Koperindagtam Dinas Koperindagtam Dina Budparpora Pelaksanaan reboisasi di kawasan hutan yang kondisinya rusak atau yang fungsinya mulai kritis Pariangan APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun VI - 5

229 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program 3 Perwujudan PPK Tabek Patah Kegiatan Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Simabua dengan daerah hinterland Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi Pembangunan dan perbaikan drainase Peningkatan persampahan pengelolan Penyusunan RDTR kawasan Tabek Patah Penyusunan RTR kawasan Tabek Patah Lokasi Pariangan Pariangan Pariangan Pariangan Pariangan Pariangan Tabek Patah Sumber Dana APBD Prop, dan APBD Kab APBD Prop, dan APBD Kab APBD Prop, dan APBD Kab APBD Prop, dan APBD Kab APBD Prop, dan APBD Kab APBD Prop, dan APBD Kab APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Pertanhutbun Bappeda, Dinas PU Bappeda, Dinas PU, PDAM Dinas Pu Dinas Pu Bappeda, Dinas PU, Kantor LH Dinas Pu Tabek Patah APBD Kab Dinas Pu Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Tabek Patah APBD Kab Bappeda, Dinas PU, Kantor LH Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Tabek Patah sebagai pusat pemasaran potensi kawasan tabek patah Tabek Patah APBD Kab Dinas Koperindagtam Pengembangan home industri pisang sale Tabek Patah APBD Kab Dinas Koperindagtam VI - 53

230 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pengembangan perkebunan tebu dan industri gula tebu Lokasi Tabek Patah Sumber Dana APBD Kab Instansi Pelaksana Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Tabek Patah khususnya objek wisata Panorama Tabek Patah dan puncak pela Tabek Patah APBD Kab Bappeda, Dinas Budparpora Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis Tabek Patah APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Tabek Patah APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Tabek Patah dengan daerah hinterland Tabek Patah APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas Salimpaung APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU, PDAM Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi Salimpaung APBD Prop, dan APBD Kab Dinas PU Pembangunan dan perbaikan drainase Salimpaung APBD Kab Bappeda, Dinas PU Peningkatan persampahan pengelolan Salimpaung APBD Kab Bappeda, Dinas PU, Kantor LH VI - 54

231 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Perwujudan Pusat Pelayanan Lokal Perwujudan PPK Sungayang Penyusunan RDTR kawasan Sungayang Penyusunan RTR kawasan Sungayang Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Sungayang (Balai Noyan) Pengembangan sentra produksi sulaman benang emas di Nagari Sungayang Pengembangan perkebunan durian sungayang dengan sistem intesifikasi pertanian Sungayang Sungayang APBD Kab APBD Kab Dinas Pu Dinas PU Sungayang APBD Kab Dinas PU Sungayang APBD Kab Dinas Koperindagpastam Sungayang APBD Kab Dinas Koperindagpastam Sungayang APBD Kab Dinas Pertanhutbun Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Sungayang khususnya objek wisata batu angkek-angkek dan perkampungan tradisional Andaleh Baruah Bukik Sungayang APBD Prop, APBD Kab dan Swasta Bappeda Dinas Budparpora Mempertahankan kawasan wisata agro dan jalur hijau di kawasan Sungayang khususnya di Jalur Minangkabau Sungayang APBD Kab Bappeda, Dinas PU, Dinas Pertanhutbun, Dinas Budparpora, Kantor LH VI - 55

232 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis Lokasi Sungayang Sumber Dana APBD Prop, dan APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Pertanhutbun Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Sungayang APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Sungayang dengan daerah hinterland Sungayang APBD Kab Bappeda, Dinas PU pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas Sungayang APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU, PDAM Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi Sungayang APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU Pembangunan dan perbaikan drainase Sungayang APBD Prop, APBD Kab Bappeda, Dinas PU Peningkatan persampahan pengelolan Sungayang APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU, Kantor LH Perwujudan PPK Batipuh Baruah Penyusunan RDTR kawasan Batipuh Baruah Penyusunan RTR kawasan Batipuh Baruah Batipuah Baruah Batipuah Baruah APBD Kab APBD Kab Dinas PU Dinas PU Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Batipuah Baruah APBD Kab Bappeda, Dinas PU, Bagian Hukum VI - 56

233 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Kubu Karambia sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Batipuh Baruah dan daerah hintelandnya Lokasi Batipuah Baruah Sumber Dana APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Koperindagtam Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengembangan home industri di kawasan Batipuh Baruah Batipuah Baruah APBD Kab Dinas Koperindagtam Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Batipuh Baruah khususnya objek wisata Payo Rapuih Batipuah Baruah APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Budparpora Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis Batipuah Baruah APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Batipuah Baruah APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Batipuh Baruah dengan daerah hinterland Batipuah Baruah APBD Prop, dan APBD Kab Dinas PU Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Batipuh Baruah Batipuah Baruah APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU, PDAM Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi Batipuah Baruah APBD Prop, dan APBD Kab Dinas PU VI - 57

234 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pembangunan dan perbaikan drainase Lokasi Batipuah Baruah Sumber Dana APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas PU Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Peningkatan persampahan pengelolan Batipuah Baruah APBD Kab Bappeda, Dinas PU, Kantor LH 3 Perwujudan PPK Koto Baru Penyusunan Revisi RDTR Kawasan Koto Baru Koto Baru APBD Kab Dinas PU Penyusunan RTR Kawasan Baru Koto Koto Baru APBD Kab Dinas PU Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Koto Baru APBD Kab Bappeda, Dinas PU, Bagian Hukum Action Plan RTR Kawasan Koto Baru Koto Baru APBD Kab Dinas PU Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Koto Baru sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Koto Baru dan daerah hintelandnya Koto Baru APBD Kab Dinas Koperindagtam Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Agam di Nagari Koto Baru X Koto APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU, Bagian PUM Pengembangan home industri di kawasan Koto Baru khususnya Tenunan Pandai Sikek Koto Baru APBD Prop Dinas Koperindagtam Peningkatan dan pengembangan KASO (kawasan agribisnis sayuran aorganik) di Aia angek Aie Angek APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas Pertanhutbun VI - 58

235 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Peningkatan dan pengembangan peternakan sapi perah di kawasan aia angek Lokasi Aie Angek Sumber Dana APBD Prop, dan APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Peternakan dan Perikanan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pemanfaatan STA Koto Baru sebagai pusat pemasaran Koto Baru APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas Pertanhutbun Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Koto Baru Koto Baru APBD Kab Dinas Budparpora Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis X Koto APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Pengembangan lembaga perbankan di kawasan Koto Baru Koto Baru APBD Kab Bappeda, Bagian Perekonomian Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan X Koto APBD Prop, dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Koto Baru dengan daerah hinterland. Koto Baru APBD Prop, dan APBD Kab Dinas PU Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Koto Baru Koto Baru APBD Prop, dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan PDAM Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi X Koto APBD Kab Dinas PU VI - 59

236 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pembangunan dan perbaikan drainase Lokasi X Koto Sumber Dana APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas PU Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Peningkatan persampahan pengelolan X Koto APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan Kantor LH 4 Perwujudan PPL Buo Penyusunan Revisi RDTR kawasan Buo Buo APBD Kab Dinas PU Penyusunan RTR Kawasan Buo Buo APBD Kab Dinas PU Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Buo APBD Kab Dinas PU Action Plan RTR Kawasan Buo Buo APBD Kab Dinas PU Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Sitangkai sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Buo dan daerah hintelandnya Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Sijunjung di Nagari Sitangkai Pengembangan home industri di kawasan Buo Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Buo Pelaksanaan reboisasi di kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis Lintau Buo APBD Kab Dinas Koperindagpastam Taluak Kecamatan Lintau Buo Kecamatan Lintau Buo Kecamatan Lintau Buo APBN,APBD Prop dan APBD Kab APBD Kab APBD Kab APBN, APBD dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan Bagian PUM Dinas Koperindagpastam Dinas Budparpora Disnas Pertahutbun VI - 6

237 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pengembangan lembaga perbankan di kawasan Buo Lokasi Kecamatan Lintau Buo Sumber Dana APBD Kab Instansi Pelaksana Bappeda, Bagian Perekonomian Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Kecamatan Lintau Buo APBD Kab Disnas Pertahutbun Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Buo dengan daerah hinterland Kecamatan Lintau Buo APBD Kab Dinas PU Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Buo Kecamatan Lintau Buo APBN, APBD Prop dan APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan Lembaga Masyarakat Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi Kecamatan Lintau Buo APBD Kab Dinas PU Peningkatan persampahan pengelolan Kecamatan Lintau Buo APBD Kab Dinas PU dan Bagian LH 5 Perwujudan PPL Padang Ganting Penyusunan Revisi RDTR kawasan Padang Ganting Penyusunan RTR Kawasan Padang Ganting Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Action Plan RTR Kawasan Padang Ganting Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Padang Padang Ganting APBD Prop dan APBD Kab VI - 6 Bappeda dan Dinas PU Padang Ganting APBD Kab Dinas PU Padang Ganting APBD Kab Dinas Pu dan Bagian Hukum dan HAM Padang Ganting APBD Kab Dinas PU Padang Ganting APBD Kab Dinas

238 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Ganting sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Padang Ganting dan daerah hintelandnya Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Koperindagpastam Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengembangan home industri di kawasan Padang Ganting Padang Ganting APBD Kab Dinas Koperindagpastam Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar dengan Kota Sawahlunto di Koto Alam Nagari Padang Ganting Padang Ganting APBN, APBD Prop dan APBD Kab Disnas Pertahutbun Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Padang Ganting Padang Ganting APBD Kab Dinas Budparpora Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis Padang Ganting APBN, APBD Prop dan APBD Kab Disnas Pertahutbun Pengembangan lembaga perbankan di kawasan Padang Ganting Padang Ganting APBD Kab Bappeda, Bagian Perekonomian Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Padang Ganting APBD Kab Disnas Pertahutbun Peningkatan dan pengembagan jalan yang menghubungkan Padang Ganting dengan daerah hinterland Padang Ganting APBD Prop dan APBD Kab Dinas PU Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Padang Ganting Padang Ganting APBD Kab Bappeda, Dinas PU dan Lembaga Masyarakat Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi Padang Ganting APBD Prop, APBD Kab Dinas PU VI - 6

239 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pembangunan dan perbaikan drainase Lokasi Padang Ganting Sumber Dana APBD Prop, APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas PU Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Peningkatan persampahan pengelolan Padang Ganting APBD Prop, APBD Kab Bappeda dan Kantor LH 6 Perwujudan PPL Tanjung Alam Penyusunan Revisi RDTR kawasan Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Dinas PU Penyusunan RTR Kawasan Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Dinas PU Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Dinas PU Action Plan RTR Kawasan Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Dinas PU Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Lima Puluh Kota di nagari Barulak Kecamatan Tanjung Baru Nagari Barulak APBN, APBD Prop dan APBD Kab Bapeda, Dinas PU dan Bagian PUM Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar Barulak sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Tanjung Alam dan daerah hintelandnya Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Dinas Koperindagpastam Pengembangan home industri di kawasan Tanjung Alam terutama industry sangkar burung Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Dinas Koperindagpastam Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Dinas Budparpora VI - 63

240 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis Lokasi Kecamatan Tanjung Baru Sumber Dana APBD Prop APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Pertanhutbun Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengembangan lembaga perbankan di kawasan Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Bappeda Bagian Perekonomian Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Kecamatan Tanjung Baru APBD Prop APBD Kab Dinas Pertanhutbun Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Tanjung Alam dengan daerah hinterland Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Dinas PU Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Tanjung Alam Kecamatan Tanjung Baru APBD Prop APBD Kab Bappeda Dinas PU PDAM Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi Kecamatan Tanjung Baru APBD Prop APBD Kab Dinas PU Pembangunan dan perbaikan drainase Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Dinas PU Peningkatan persampahan pengelolan Kecamatan Tanjung Baru APBD Kab Koperindagpastam Kantor LH 7 Perwujudan PPL Penyusunan Revisi RDTR kawasan Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Dinas PU VI - 64

241 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Sumpur Kegiatan Penyusunan RTR Kawasan Sumpur Lokasi Kecamatan Batipuh Selatan Sumber Dana APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas PU Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan RTRK Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Dinas PU Action Plan RTR Kawasan Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Dinas PU Penataan kawasan strategis batas Kabupaten Tanah Datar dengan Kabupaten Solok di nagari Padang Laweh Malalo Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Bappeda Dinas PU Bagian PUM Pengembangan dan atau relokasi pusat perdagangan Pasar nagari Sumpur sebagai pusat pemasaran potensi kawasan Sumpur dan daerah hintelandnya Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Pengembangan home industri di kawasan Sumpur terutama industri hasil pengolahan ikan bilih Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Pengembangan objek-objek wisata (alam, sejarah dan budaya serta buatan) di kawasan Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Dinas Budparpora Pelaksanaan reboisasi pada kawasan hutan yang kondisinya sudah rusak atau yang fungsinya mulai kritis Kecamatan Batipuh Selatan APBD Prop APBD Kab Dinas Pertanhutbun Pengembangan lembaga perbankan di kawasan Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Bappeda,Bag. Perekonomian VI - 65

242 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan Lokasi Kecamatan Batipuh Selatan Sumber Dana APBD Prop APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Pertanhutbun Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Peningkatan dan pengembangan jalan yang menghubungkan Sumpur dengan daerah hinterland Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Dinas PU Pengembangan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum baik kuantitas maupun kualitas di kawasan Sumpur Kecamatan Batipuh Selatan APBD Prop APBD Kab Bappeda Dinas PU PDAM Pembangunan dan perbaikan daerah irigasi Kecamatan Batipuh Selatan APBD Prop APBD Kab Dinas PU Pembangunan dan perbaikan drainase Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Dinas PU Peningkatan persampahan pengelolan Kecamatan Batipuh Selatan APBD Kab Bappeda Dinas PU Kantor LH 6.. Perwujudan Sistem Jariangan Prasarana 6... Sistem Jaringan Jalan Jaringan Jalan Pembangunan/peningkatan/rehabilit asi/pemeliharaan jalan arteri primer (K) dan tol Kab.Tanah Datar APBN Dept.PU Rencana peningkatan jalan Kolektor Primer (K) Kab.Tanah Datar APBD Prov Dinas Prasjaltarkim VI - 66

243 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Rencana Peningkatan jalan kolektor primer (K3) Lokasi Kab.Tanah Datar Sumber Dana APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas PU Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Peningkatan dan pembangunan Ruas Jalan Kabupaten Lokal primer Optimalisasi terminal penumpang dan barang dengan Peninggkatan sarana dan prasarana terminal tipe A Piliang Batusangkar dan Peningkatan terminal angkutan pesedaan tipe C Jati Jaringan Kereta Api Peningkatan dan pengembangan jaringan jalur kereta api berikut prasarananya pada lintas barat Sumatera yaitu Padang (Teluk Bayur) - Lubuk Alung - Padang Panjang - Solok Sawahlunto 6... Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan Revitalisasi Jaringan jalan kereta api jalur Padang Panjang Bukittinggi Payakumbuh Pelestarian kawasan resapan air di catchmant area terutama sungaisungai yang mengalir ke Danau Singkarak dalam upaya mengoptimalkan produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Danau Singkarak Rencana Pengembangan dan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Btg. Sinamar di Kecamatan Lintau Buo Utara, di Kec. Rambatan, Kec. Batipuh Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Piliang dan Jati APBD kab Disnas Hubkominfo Kab.Tanah Datar APBN PT KAI Kab.Tanah Datar APBN PT KAI Kab.Tanah Datar Lintau Buo Utara APBN, APBD Prop dan APBD Kab APBD Kab dan Swasta Dinas Pertanhutbun Dinas Koperindagpastam VI - 67

244 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Sistem Jaringan Telekomunikasi Kegiatan Mewujudkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik tahun 9 8 dengan meningkatkan daya GI yang terdapat Kecamatan Salimpaung Nagari Sumanik Kota Batusangkar menjadi 3 MVA Menyusunan ranperda tentang menara bersama untuk optimalisasi pelayanan telekomunikasi nirkabel Lokasi Kecamatan Salimpaung Sumber Dana APBN Instansi Pelaksana PLN Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Hubkominfo Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Optimalisasi Sentral Telepon Otomatis (STO) yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar dengan memanfaatkan tekonologi kabel optic Kab.Tanah Datar APBN Telkom Pemenuhan kebutuhan pelanggan telepon, terutama pelanggan rumah tangga Kab.Tanah Datar APBN Telkom Mendorong penggunaan layanan telekomunikasi teknologi wireless seperti penggunaan telepon genggam, serta internet/ Voice Over Internet Protocol (VOIP) /multimedia khususnya dipusatpusat kegiatan Kab.Tanah Datar APBN Telkom Sistem Jaringan Sumber Daya Air Arahan Pemanfataan Wilayah Aliran Sungai dan Daerah Aliran Sungai Upaya pelestarian kawasan lindung sesuai dengan permasalahan dan karakteristik dari masing-masing wilayah sungai dan daerah aliran sungai Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun VI - 68

245 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Upaya melestarikan kawasan konservasi untuk menjaga tata air sehingga sumber daya air dapat terjaga dengan baik Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Pelaksanaan kegiatan pelestarian lingkungan melalui pemulihan lahan kritis dan penanaman hutan kembali (reboisasi) Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertanhutbun Pembangunan infrastruktur pengendalian banjir Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas PU Irigasi Penyusunan data base irigasi Kabupaten Tanah Datar Normalisasi sungai-sungai besar di Kabupaten Tanah Datar Rehabilitasi dan atau pembangunan talago sebagai cadangan air baku irigasi Optimalisasi pemanfaatan air sungai, waduk dan talago sebagai sumber air baku irigasi Pembangunan irigasi pada daerahdaerah irigasi yang potensial Peningkatan pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana irigasi termasuk saluran-saluran irigasi yang sudah dibangun sampai saat ini guna menambah umur pemanfaatan. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU VI - 69

246 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemeliharan maupun pemanfaatan daerah irigasi sebagai basis dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Jaringan Air Baku Untuk Air Bersih Melakukan pola kemitraan antara PDAM dengan pemerintah daerah dalam pengelolaan air bersih untuk air minum Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU dan PDAM Meningkatkan kapasitas produksi dengan mengelola sumber-sumber air baku untuk air minum yang baru oleh PDAM maupun melaui program Pansimas Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU dan PDAM Meningkatkan jumlah sambungan air bersih di pusat-pusat kegiatan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU dan PDAM Optimalisasi sumur gali dan mata air sebagai sumber air baku untuk air minum bagi masyarakat perdesaan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU dan PDAM 4 Sistem Pengendalian Banjir Optimalisasi sabo dam Batang Sumpur di Malalo Kecamatan Batipuh Selatan, Sabo dam Batang Tampo di Kecamatan Lintau Buo Utara Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Pembangunan Sabo Dam Batang Bangkahan Kecamatan Sei. Tarab, Sabo Dam Batang Hino Kecamatan Salimpaung dan Sabo Dam Batang Malana Kecamatan Pariangan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU VI - 7

247 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Penghijauan kembali daerah aliran sungai terutama sungai-sungai besar di Kabupaten Tanah Datar Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Optimalisasi lembaga-lembaga yang terkait dengan pengelolaan pengendalian banjir Kab.Tanah Datar APBD Kab Bappeda, Dinas PU Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemeliharan maupun pemanfaatan pengendalian banjir Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dept PU, Dinas Prasjaltarkim, Dinas PU Sistem Jaringan Drainase Pemanfaatan sungai dan anak-anak sungai lainnya sebagai saluran drainase primer di Kabupaten Tanah Datar Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Pembangunan dan pemeliharaan saluran permanen baik saluran terbuka maupun tertutup terutama dikiri kanan jalan utama sebagai saluran drainase sekunder di Kabupaten Tanah Datar Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase tersier mengikuti sistem jaringan jalan berupa saluran tanah maupun saluran permanen di Kabupaten Tanah Datar Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Sistem Jaringan Persampahan Optimalisasi TPA Bukik Sangking di Kecamatan Rambatan Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemeliharaan/pemanfaatan sarana Kab.Tanah Datar APBD Kab Kantor LH Kab.Tanah Datar APBD Kab Kantor LH VI - 7

248 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan dan prasarana persampahan serta meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang konsep reduce-reuse-recycle di sekitar wilayah sumber sampah Pelaksanaan sistem pengelolan sampah dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis Lokasi Kab.Tanah Datar Sumber Dana APBD Prop dan APBD Kab Instansi Pelaksana Kantor LH Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan, bergerak dan tidak bergerak Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Kantor LH 6.3 Perwujudan Rencana Pola Ruang 6.3. Perwujudan Kawasan Lindung Perwujudan Kawasan Hutan Lindung Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan hutan lindung menjadi kawasan hutan lindung sangat kritis, kritis dan tidak kritis. Penegasan tata batas kawasan hutan lindung yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar Rehabilitasi kawasan hutan lindung kondisi sangat kritis dengan pemberdayaan seluruh stakeholder. Pemanfaatan hutan lindung sebagai sumber ekonomi masyarakat dengan memperhatikan ketentuanketentuan yang berlaku Kab.Tanah Datar Kab.Tanah Datar Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab APBN, APBD Prop dan APBD Kab APBN, APBD Prop dan APBD Kab VI - 7 Dept Kehutanan, Dinas Kehutanan Prop dan Dinas Pertahutbun Dept Kehutanan, Dinas Kehutanan Prop dan Dinas Pertahutbun Dept Kehutanan, Dinas Kehutanan Prop dan Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun

249 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kawasan Perlindungan Setempat Kegiatan Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharan maupun pemanfaatan kawasan hutan lindung. Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Sempadan Sungai Identifikasi permasalahan yang terdapat di sempadan sungai Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan sempadan sungai Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Penetapan tata batas kawasan sempadan sungai Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Rehabikitasi terhadap kawasan sempadan sungai yang sudah sangat kritis Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan sempadan sungai Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Otimalisasi fungsi ekologi pada kawasan sempadan sungai Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharan maupun pemanfaatan kawasan sempadan sungai Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Sempadan Danau Identifikasi permasalahan yang terdapat di sempadan Danau Singkarak. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU VI - 73

250 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan sempadan Danau Singkarak Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Penetapan tata batas kawasan sempadan Danau Singkarak Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Rehabikitasi terhadap kawasan sempadan Danau Singkarak yang sudah sangat kritis Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan sempadan Danau Singkarak. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Otimalisasi fungsi ekologi pada kawasan sempadan Danau Singkarak Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemeliharan maupun pemanfaatan kawasan sempadan Danau Singkarak Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU 3 Kawasan Sekitar Mata Air Identifikasi permasalahan yang terdapat di kawasan sekitar mata air. Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan sekitar mata air Penetapan tata batas kawasan kawasan sekitar mata air Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU VI - 74

251 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Rehabikitasi terhadap kawasan sekitar mata air yang sudah sangat kritis Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan sekitar mata air Otimalisasi fungsi ekologi pada kawasan sekitar mata air Meningkatkan peran serta masyarakat melalui nilai-nilai kearifan lokal dalam pemeliharan maupun pemanfaatan kawasan sekitar mata air Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Cagar Alam Penegasan tata batas seluruh cagar alam di Kabupaten Tanah Datar Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan cagar alam yang tidak kritis, kritis dan sangat kritis Penegasan pemanfaatan fungsi kawasan cagar alam Perumusan program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolan cagar alam Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan cagar alam Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan cagar budaya Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun VI - 75

252 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Taman Wisata Alam Penegasan tata batas seluruh taman wisata alam di Kabupaten Tanah Datar Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan taman wista alam Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora Penegasan pemanfaatan fungsi kawasan taman wisata alam Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora Perumusan program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolan taman wisata alam Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan taman wisata alam Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora dan Dinas PU Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan taman wisata alam Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora dan Bagian Hukum 3 Kawasan Cagar Budaya Penegasan tata batas seluruh kawasan cagar budaya di Kabupaten Tanah Datar Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan cagar budaya Penegasan pemanfaatan fungsi kawasan cagar budaya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pencegahan dari ancaman kepunahan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora dan BP3 Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora dan BP3 Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora dan BP3 VI - 76

253 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Perumusan program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolan dan perlindungan kawasan cagar budaya Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora dan BP3 Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan cagar budaya Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas PU, Dinas Budparpora dan BP3 Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan cagar budaya Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Budparpora dan BP Kawasan Rawan Bencana Alam Gerakan Tanah Memetakan kawasan yang potensial mengalami gerakan tanah Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab BPBD Penyusunan ranperda yang mengatur sanksi hukum bagi pelanggaran tata ruang di daerah rawan longsor Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab BPBD dan Dinas Koperindagpastam Membangun dinding pengaman tebing di kawasan-kawasan rawan longsor Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas PU dan BPBD Penguatan lereng pada daerah rawan longsor di sepanjang sisi jalan raya Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas PU dan BPBD Rehabilitasi dan reboisasi daerahdaerah penyangga dan resapan air terutama di wilayah yang sudah teridentifikasi sebagai kawasan rawan longsor atau gerakan tanah Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertahutbun Pengendalian penebangan dan pemanfaatan lahan di daerah penyangga dan resapan air Kab.Tanah Datar APBD Prop APBD Kab Dinas Pertahutbun VI - 77

254 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pengendalian penambangan pada daerah-daerah penyangga dan resapan air Lokasi Kab.Tanah Datar Sumber Dana APBN, APBD Prop dan APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Koperindagpastam Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengendalian pembangunan pemukiman di daerah penyangga, resapan air dan daerah rawan longsor/gerakan tanah Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertahutbun Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian kawasan terbangun di kawasan gerakan tanah Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas PU Pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah rawan longsor di setiap wilayah kecamatan Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Hubkoninfo Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan rawan longsor Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertahutbun, Bagian Hukum Penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan bencana Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab BPBD Kawasan Lindung Geologi Kawasan Cagar Alam Geologi Penegasan tata batas seluruh kawasan cagar alam geologi di Kabupaten Tanah Datar Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Identifikasi dan klasifikasi kondisi kawasan cagar alam geologi Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Penegasan pemanfaatan fungsi kawasan cagar alam geologi Kab.Tanah Datar APBD Prop APBD Kab Dinas Koperindagpastam VI - 78

255 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Perumusan program rehabilitasi dengan melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolan kawasan cagar alam geologi Lokasi Kab.Tanah Datar Sumber Dana APBN, APBD Prop dan APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Koperindagpastam Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian pemanfaatan kawasan cagar alam geologi Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Penegakkan aturan yuridis terhadap pemanfataan kawasan cagar alam geologi Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi * Gempa Bumi Identifikasi pemukiman penduduk yang berada pada zona-zona kerusakan akibat gempa bumi Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Sosialisasi tanggap darurat dan mekanisme evakuasi korban gempa bumi di seluruh wilayah kabupaten Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya gempa bumi Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Peningkatan peran lembaga masyarakat mulai dari mitigasi sampai kepada penanganan bencana gempa bumi Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Penguatan kelembagaan dan mekanisme penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten Tanah Datar Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam VI - 79

256 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pembangunan dan penguatan sistem komunikasi ke daerah-daerah terpencil Penguatan akses informasi dan komunikasi ke dan dari instansiinstansi yang menangani kegempaan dan kebencanaan Lokasi Kab.Tanah Datar Kab.Tanah Datar Sumber Dana APBN, APBD Prop dan APBD Kab APBN, APBD Prop dan APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Koperindagpastam Dinas Koperindagpastam Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Penetapan peraturan daerah dalam menetapkan zonasi kerentanan dan kerusakan akibat gempa bumi Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Pembangunan dan penentuan jalurjalur evakuasi Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Pemantauan dan evaluasi dalam rangka pengendalian pemanfaatan kawasan cagar alam geologi * Letusan Gunung Api Identifikasi kawasan pemukiman yang rawan terkena dampak letusan Gunung Merapi dan Gunung Tandikek Pengaktifan kelembagaaan pengamat gunung merapi Kab.Tanah Datar Kab.Tanah Datar Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab APBN, APBD Prop dan APBD Kab APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpastam Dinas Koperindagpasta, BPBD Dinas Koperindagpasta, BPBD Pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah rawan letusan gunung api di setiap kantong-kantong pemukiman Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpasta, BPBD Penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan bahaya letusan gunung api Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpasta, BPBD VI - 8

257 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Pembangunan dan penentuan jalurjalur evakuasi Lokasi Kab.Tanah Datar Sumber Dana APBN, APBD Prop dan APBD Kab Instansi Pelaksana Dinas Koperindagpasta, BPBD Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Sosialisasi daerah rawan letusan gunung api Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Koperindagpasta, BPBD Kawasan Lindung Lainnya Penetapan Bukit Saduali sebagai kawasan lindung lainnya di Kabupaten Tanah Datar berdasarkan keputusan Bupati Bukit Saduali APBD Prop dan APBD Kab Dinas Budparpora Penyusunan program kegiatan buru babi di Bukit Saduali Bukit Saduali APBD Prop dan APBD Kab Dinas Budparpora 6.3. Perwujudan Kawasan Budidaya Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Penegasan tata batas yang jelas antara hutan produksi dengan kawasan sekitarnya. Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertahutbun Sosialisasi tentang peraturan mengenai kehutanan Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertahutbun Fasilitas dalam izin pengelolaan Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertahutbun Pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang peningkatan nilai tambah produksi hasil hutan. Kab.Tanah Datar APBN, APBD Prop dan APBD Kab Dinas Pertahutbun Pembangunan sarana dan prasarana pemasaran produksi hasil hutan Kab.Tanah Datar APBD Prop APBD Kab Dinas Pertahutbun VI - 8

258 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kawasan Peruntukan Pertanian Kegiatan Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Kawasan Pertanian Lahan Basah Penetapan deliniasi lahan sawah sebagai cadangan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Penetapan deliniasi lahan pertanian lahan kering serta komoditi unggulan sesuai karakteristik kawasan Pembatasan alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan permukiman terutama pertanian lahan basah dengan menetapkan sawah beririgasi teknis sebagai lahan pertanian yang berkelanjutan. Pembangunan dan pengembangan irigasi di Kabupaten Tanah Datar untuk menunjang peningkatan produktivitas pertanian terutama pertanian lahan basah. Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan (lahan basah dan lahan kering) melalui intensifikasi pertanian. Pengembangan agribisnis pertanian melalui penyediaan sarana produksi, perencanaan usaha tani, usaha tani yang berkelanjutan, penangganan pasca panen, pemasaran dan pembangunan infrastruktur dan kelembagaan agribisnis pertanian. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun VI - 8

259 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Penguatan kelembagaan petani oleh pemerintah terkait dengan pengelolan lahan, pengadaan sarana produksi, pengelolaan pasca panen dan pemasaran produksi hasil pertanian Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Penguatan lembaga keuangan dalam hal memberi kemudahan dalam pembiayaan pertanian dan permodalan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kawasan Pertanian Hortikultura Penetapan komoditi unggulan sesuai karakteristik kawasan Peningkatan produktivitas pertanian tanaman hortikultura melalui intensifikasi pertanian. Pengembangan kawasan agribisnis pertanian hortikultura terutama sayuran dataran tinggi. Penguatan lembaga petani oleh pemerintah untuk pengembangan agribisnis pertanian hortikultura melalui penyediaan sarana produksi, perencanaan usaha tani, usaha tani yang berkelanjutan, penangganan pasca panen, pemasaran dan pembangunan infrastruktur dan kelembagaan agribisnis pertanian. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun VI - 83

260 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program 3 Kawasan Pertanian Tahunan Kegiatan Penetapan komoditi unggulan sesuai karakteristik kawasan Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Peningkatan produktivitas pertanian tanaman tahunan/perkebunan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Penguatan kelembagaan petani oleh pemerintah untuk pengembangan sistem agribisnis tanaman tahunan/perkebunan yang terdiri dari: Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Peningkatan propesionalisme petugas pemerintah, penyuluh, pengusaha dan petani kebun Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun Melakukan evaluasi dan monitoring program pengembangan budidaya tanamantahunan/perkebunan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Pertahutbun 4 Kawasan Peternakan Pengembangan sentra produksi ternak besar di Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Sungai Tarab, Tanjung Baru dan Kecamatan Salimpaung. Penguatan kelembagaan peternak oleh pemerintah untuk pengembangan sistem agribisnis peternakan Melakukan evaluasi dan monitoring program budidaya peternakan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Peternakan dan Perikanan VI - 84

261 Rencana Pemanfaatan Ruang Tahun Pelaksanaan No Indikasi Program Kegiatan Penentuan deliniasi kawasan sentra ternak unggas khusnya ayam petelur dan ayam pedaging di Kabupaten Tanah Datar agar terpisah dari kawasan permukiman Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Peternakan dan Perikanan Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Pengintegrasian kegiatan peternakan dengan kegiatan pertanian tanaman pangan, hortikultura dan perikanan. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Peternakan dan Perikanan Pengembangan sentra produksi unggas di Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Lintau Buo, Lintau Buo Utara, Sungai Tarab, Salimpaung dan Kecamatan Tanjung Baru. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Peternakan dan Perikanan Pembangunan sarana dan prasarana pengembangan ternak besar terkait dengan penyediaan pakan, pembibitan, pengolahan dan pemanfaatan daging. Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Peternakan dan Perikanan Kawasan Budidaya Perikanan Perikanan Tangkap Pengembangan usaha perikanan tangkap bilih di Danau Singkarak yang berwawasan lingkungan agar ikan bilih tidak teracam kepunahan. Menetapkan kawasan minapolitan di Kabupten Tanah Datar Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.Tanah Datar APBD Kab Dinas Peternakan dan Perikanan VI - 85

262 Bab 7 ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

263 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3 Bab 7 ARAHANPeng end al ian DANp emanfaatan RUANG Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan komponen penataan ruang yang memiliki peran penting dalam mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang yang diinginkan. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang, beberapa perangkat dan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi ketentuan umum peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif serta arahan pengenaan sanksi. 7. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan yang diperuntukan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan pengenaan sanksi dalam rangka perwujudan rencana tata ruang wilayah kabupaten. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:.. Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan; Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang; VII -

264 Menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang telah sesuai dengan rencana tata ruang; Meminimalkan pengunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan Mencegah dampak pembangunan yang merugikan. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun berdasarkan: a. Rencana struktur ruang dan pola ruang; b. Tingkat masalah, tantangan, dan potensi yang dimiliki wilayah kabupaten; c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan; dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten disusun dengan kriteria: ) ) Terukur dan realistis; dan Dapat diterapkan dan penetapannya melalui kesepakatan kepentingan. pemangku 7. Ketentuan Peraturan Zonasi Ketentuan Umum peraturan zonasi kabupaten berdasarkan No.6 tahun 7 tentang Penataan Ruang adalah ketentuan yang mengatur tentang pemanfaatan setiap fungsi yang sudah ditetapkan di dalam rencana pola ruang wilayah kabupaten. Ketentuan Umum peraturan zonasi memiliki beberapa fungsi :.. 3. Sebagai proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang dan penetapan (legalisasi) rencana tata ruang Sebagai proses penyusunan rencana tata ruang, berlandaskan atas asas : keterpaduan; keserasian; keselarasan dan keseimbangan; keberlanjutan; keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; serta akuntabilitas. Sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, memuat ketentuan tentang kegiatan-kegiatan yang diperkenankan,yang tidak diperkenankan, yang diperkenankan bersyarat atau diperkenankan secara terbatas untuk berada pada suatu pola pemanfaatan ruang tertentu. VII -

265 Sebagai rujukan utama bagi penyusunan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi di tingkat kabupaten. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfataan ruang untuk pola ruang yang kewenangan pemberian izin pemanfaatan ruangnya berada pemerintah daerah kabupaten. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfaatan ruang pada kawasan yang berada sekitar sistem jaringan prasarana wilayah abupaten. 7.. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kabupaten pada Kawasan Lindung Peruntukan kawasan lindung sampai tahun 3 terdiri dari : a. Kawasan hutan lindung b. Kawasan yang dapat memberikan perlindungan kepada kawasan bawahannya, meliputi : kawasan resapan air. c. Kawasan perlindungan setempat, meliputi : sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar mata air dan kawasan terbuka hijau. d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang meliputi kawasan suaka alam, suaka alam perairan lainnya, suaka marga satwa, kawasan cagar alam dan cagar alam laut, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Gambar 7. Kedudukan Peraturan Zonasi Dalam Penataan Ruang VII - 3

266 e. Kawasan rawan bencana alam yang meliputi : kawasan rawan tanah longsor dan kawasan rawan banjir. f. Kawasan lindung geologi yang meliputi : kawasan rawan alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. g. Kawasan lindung lainnya yang meliputi : cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma nuftah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi. Sesuai peruntukan kawasan lindung tersebut, maka ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung ditetapkan sebagai berikut : 7... Hutan Lindung Untuk mempertahankan fungsi kawasan hutan lindung, maka ketentuan umum peraturan zonasinya di tetapkan sebagai berikut : Dalam kawasan hutan lindung masih diperkenankan dilakukan kegiatan lain yang bersifat komplementer terhadap fungsi hutan lindung sebagaimana ditetapkan dalam KepmenHut Nomor 5 tahun 6. Dalam kawasan hutan lindung, masih diperkenankan dilakukan kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam. Dalam hutan lindung tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi. Kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung masih diperkenankan sepanjang tidak dilakukan secara terbuka, dengan ketentuan dilarang mengakibatkan : a. Turunnya permukaan tanah; b. Berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan c. Terjadinya kerusakan akuiver air tanah. Penggunaan kawasan hutan baik itu kawasan hutan produksi dan hutan lindung, dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. VII - 4

267 6. Pembangunan prasarana wilayah yang harus melintasi hutan lindung dapat diperkenankan dengan ketentuan : a. Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan sepanjang jaringan prasarana tersebut. budidaya di b. Mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan Kawasan Yang Dapat Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya Kawasan yang dapat memberikan perlindungan kepada kawasan bawahannya meliputi kawasan resapan air. Kawasan resapan air berfungsi untuk meresapkan dan menyimpan air ke dalam tanah pada musim hujan sehingga pada musim kemarau ketersediaan air tanah tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan. Dengan demikian kawasan ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan air tanah guna menunjang kehidupan. Untuk mempertahankan fungsi resapan air, maka ketentuan umum peraturan zonasinya ditetapkan sebagai berikut:.. Dalam kawasan resapan air tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya. Permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resapan air sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan namun harus memenuhi syarat : a. Tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB maksimum % dan KLB maksimum 4%). b. Perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki daya serap air tinggi. c. Dalam kawasan resapan air, wajib dibangun sumur-sumur resapan sesuai ketentuan yang berlaku Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat yang ditetapkan meliputi sempadan sungai dan ruang terbuka hijau. Untuk mempertahankan fungsi kawasan perlindungan setempat ditetapkan peraturan zonasi untuk masing-masing kawasan adalah : VII - 5

268 . Sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya m di kiri kanan sungai untuk sungai besar dan 5 m dari kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sun inspeksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dibangun jalan dengan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut : a. Dalam kawasan sempadan sungai, jenis pemanfaatan ruang terbuka hijau. untuk ruang b. Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan terganggunya fungsi sungai. c. d. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi terbuka dan fungsi pengamanan sempadan. Dalam kawasan sempadan sungai masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan : ) ) Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut. Dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.. Sempadan mata air sekurang-kurangnya memiliki jari-jari m di sekitar mata air yang berfungsi untuk melindungi mata air. Untuk itu maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut : a. Dalam kawasan sempadan mata air tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang dapat merusak mata air. b. Dalam kawasan sempadan mata air masih diperkenankan dilakukan kegiatan penunjang pariwisata alam sesuai ketentuan yang berlaku. c. Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan kegiatan budidaya terbangun di dalam kawasan sekitar mata air dalam radius (dua ratus) meter. d. Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan melakukan pengeboran air bawah tanah pada radius (dua ratus) meter di sekitar mata air. VII - 6

269 e. Dalam kawasan lindung, pemanfaatan diprioritaskan untuk kegiatan penanaman pohon berfungsi lindung. 3. Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan ditetapkan minimal seluas 3% luas perkotaan, meliputi RTH publik minimal % dan privat %. Ketentuan umum peraturan zonasi bagi kawasan ini ditetapkan sebagai berikut : a. b. c. d. Dalam kawasan lindung, kawasan ruang terbuka hijau tidak diperkenankan dialihfungsikan. Dalam kawasan lindung, diperkenankan pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertanian, kuburan, hutan, dan rekreasi terbuka. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan pertanian, kuburan, dan rekreasi terbuka. Dalam kawasan ruang terbuka hijau masih diperkenankan dibangun fasilitas pelayanan sosial secara terbatas Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kawasan ini meliputi kawasan suaka alam, kawasan suaka alam perairan lainnya, suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. Untuk mempertahankan fungsi kawasan ini ditetapkan peraturan zonasi masing-masing kawasan sebagai berikut :. Kawasan suaka alam ditetapkan karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistimnya atau ekosistim tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Untuk menjaga kondisi tersebut ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut : a. Dalam kawasan suaka alam tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan menurunnya fungsi kawasan suaka alam. VII - 7

270 b. c. Dalam kawasan suaka alam masih diperkenankan dilakukan kegiatan penelitian, wisata alam dan kegiatan berburu yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi kawasan. Dalam kawasan suaka alam masih diperkenankan pembangunan prasarana wilayah, bangunan penunjang fungsi kawasan dan bangunan pencegah bencana alam.. Dalam taman wisata ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut: a. b. Tidak diperkenankan dilakukan budidaya yang merusak dan/atau menurunkan fungsi kawasan taman wisata. Dalam kawasan taman wisata masih diperbolehkan dilakukan pembangunan prasarana wilayah sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut : a. b. Kawasan cagar budaya dilindungi dengan sempadan sekurang-kurangnya memiliki radius m, dan pada radius sekurang-kurangnya 5 m tidak diperkenankan adanya bangunan lebih dari (satu) lantai. Tidak diperkenankan adanya bangunan lain kecuali bangunan pendukung cagar budaya dan ilmu pengetahuan Kawasan Rawan Bencana Alam Kawasan rawan bencana alam meliputi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir. Untuk mencegah korban dan kerugian fisik akibat bencana ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :. Perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan rawan bencana alam harus dibatasi dan diterapkan peraturan bangunan ( building code) sesuai dengan potensi bahaya/bencana alam serta dilengkapi jalur evakuasi. VII - 8

271 Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk. Dalam kawasan rawan bencana masih dapat dilakukan pembangunan prasarana penunjang untuk mengurangi resiko bencana alam dan pemasangan sistem peringatan dini ( early warning system). Dalam kawasan rawan bencana alam masih diperkenankan adanya kegiatan budidaya lain seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan serta bangunan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana alam Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi meliputi kawasan cagar alam geologi, kawasan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Untuk melindungi fungsi kawasan dan mencegah korban dan kerugian fisik akibat bencana ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut : Pada kawasan cagar alam geologi tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya permukiman. Kegiatan permukiman yang sudah terlanjur terbangun pada kawasan rawan bencana geologi harus mengikuti peraturan bangunan ( building code) yang sesuai dengan potensi bencana geologi yang mungkin timbul dan dibangun jalur evakuasi. Pada kawasan bencana alam geologi budidaya permukiman dan bangunan yang ada harus mengikuti ketentuan bangunan pada kawasan rawan bencana alam geologi. Pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah tidak diperkenankan adanya bangunan terkecuali bangunan yang terkait dengan sistem jaringan prasarana wilayah dan pengendali air. Dalam kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah masih diperkenankan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan secara terbatas. Pada kawasan lindung geologi masih diperkenankan dilakukan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan. VII - 9

272 7.. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya Kawasan budidaya yang ditetapkan meliputi : a. Kawasan hutan produksi; b. Kawasan perkebunan; c. Kawasan pertanian; d. Kawasan perikanan; e. Kawasan pertambangan; f. Kawasan industri; g. Kawasan pariwisata; h. Kawasan permukiman; i. Kawasan peruntukan lainnya. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan budidaya ditetapkan sebagai berikut : 7... Kawasan Hutan Produksi Untuk mempertahankan fungsi kawasan hutan produksi ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasinya sebagai berikut : Dalam kawasan hutan produksi, pemanfaatan hasil hutan dibatasi untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya hutan. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dapat dialihfungsikan untuk kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi hutan tersebut dan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Dalam kawasan hutan produksi, pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pengamanan kawasan dan pemanfaatan hasil hutan. Pengembangan fungsi hutan produksi menjadi hutan berfungsi lindung. VII -

273 7... Kawasan Perkebunan Untuk menjaga fungsi kawasan perkebunan dan untuk mengendalikan fisik ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut : n Peningkatan produktivitas tanaman perkebunan. Dalam kawasan perkebunan, komoditas budidaya pertanian tanaman keras disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Dalam kawasan perkebunan tidak diperkenankan penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam jumlah banyak, terutama kawasan perkebunan yang berlokasi di daerah hulu/kawasan resapan air. Dalam kawasan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan besar tidak diperkenankan merubah jenis tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan. 5. Dalam kawasan perkebunan diperkenankan untuk dimanfaat rakyat. sebagai hutan Dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat diperkenankan adanya bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perkebunan dan jaringan prasarana wilayah. Diversifikasi pada tanaman perkebunan dapat dilaksanakan sepanjang persyaratan teknis dipenuhi. Promosi dan dukungan ekspor komoditas unggulan Kawasan Pertanian Lahan Basah Peruntukan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah. Untuk menjaga fungsi kawasan pertanian ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :. Pengamanan kawasan pertanian lahan basah produktif sesuai dengan arahan luas zonasi, lebih lanjut ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan, sebagai kawasan pertanian lahan basah berkelanjutan. VII -

274 Jaringan irigasi kawasan pertanian lahan basah produktif yang telah diarahkan menjadi kawasan terbangun, tetap dipertahankan dan dipelihara sampai dengan pemanfaatan sebagai kawasan terbangun dimulai. Pada kawasan budidaya pertanian lahan basah diperkenankan adanya bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian. Dalam kawasan pertanian lahan basah diperkenankan dimanfaatkan sebagai kegiatan perikanan. Dalam kawasan pertanian masih diperkenankan dilakukan wisata alam secara terbatas, penelitian dan pendidikan Kawasan Pertanian Lahan Kering Peruntukan kawasan budidaya pertanian tanaman pangan lahan kering. Untuk menjaga fungsi kawasan pertanian ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut : Peningkatan produktivitas; Penyesuaian komoditas budidaya pertanian lahan kering dengan kebutuhan pasar; Pengembangan sarana dan prasarana wisata agro secara terbatas; dan Pengembangan sarana dan prasarana industri agro Kawasan Perikanan Peruntukan kawasan perikanan meliputi perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Untuk menjaga fungsi kawasan perikanan ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :. Peningkatan produktivitas Penyesuaian komoditas budidaya perikanan dengan kebutuhan pasar. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan. Pembatasan pemanfaatan sumber daya perikanan tidak melebihi potensi lestari. VII -

275 7...6 Kawasan Pertambangan Untuk meningkatkan produktivitas dan kelestarian lingkungan ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :. Dalam kegiatan pertambangan, kegiatan pertambangan dibatasi untuk mencegah dampak lingkungan.. Pengharusan penjaminan segi-segi keselamatan pekerja dan keamanan lingkungan dalam penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan penambangan. 3. Pewajiban pemulihan rona bentang alam pasca penambangan Kawasan Industri Dalam usaha mendorong industri yang sesuai dengan prinsip kelestarian lingkungan maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :. Pemanfaatan kawasan industri diprioritaskan untuk mengolah bahan baku lokal menggunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat.. Pemanfaatan kawasan industri untuk menampung kegiatan dengan karakteristik kawasan. industri sesuai 3. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan industri siap bangun. 4. Pembatasan pembangunan perumahan di dalam kawasan industri Kawasan Pariwisata Dalam upaya mendorong pengembangan pariwisata, maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :. Pemanfaatan potensi alam dan budaya setempat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam. VII - 3

276 Perlindungan situs warisan budaya setempat. Pembatasan pendirian bangunan non-pariwisata pada kawasan efektif pariwisata. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang pariwisata. Pengharusan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir. Pengharusan penggunaan tata busana adat daerah pada petugas jasa pariwisata sesuai dengan jenis jasa yang disediakan Kawasan Permukiman Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan permukiman adalah sebagai berikut:. Dalam kawasan permukiman dapat dimanfaatkan bagi kegiatan pariwisata.. Pengharusan penerapan ketentuan tata lingkungan dan ta unan Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan lingkungan. Pengharusan penetapan jenis dan penerapan syarat-syarat penggunaan bangunan. Pengharusan penyediaan kolam penampungan air hujan secara merata di setiap bagian daerah yang rawan genangan air dan rawan banjir. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi setiap bangunan untuk kegiatan usaha. Kepadatan penduduk dalam kawasan permukiman dibatasi setinggi-tingginya sama dengan kepadatan penduduk yang ditetapkan berdasarkan lingkungan permukiman. Kepadatan penghunian satu unit hunian untuk satu rumah tangga dalam kawasan permukiman setinggi-tingginya sama dengan standar kepadatan layak huni, tidak termasuk bangunan hunian yang terletak di dalam kawasan permukiman tradisional. VII - 4

277 7... Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya merupakan kawasan budidaya selain kawasan yang telah disebutkan di atas, seperti kawasan tempat beribadah, pendidikan, kawasan ditetapkan Indikasi arahan peraturan zonasi sebagai berikut :. Diperkenankan adanya sarana dan prasarana pendukung fasilitas peruntukan tersebut sesuai dengan petunjuk teknis.. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang merusak fungsi ekosistem daerah peruntukan. 3. Pembangunan kawasan peruntukan lainnya harus sesuai dengan peraturan teknis dan peraturan lainnya yang berlaku (KDB, KLB, sempadan bangunan, dan lain sebagainya) Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Sekitar Sistem Nasional, Sistem Provinsi dan Sistem Kabupaten di Kabupaten Tanah Datar Ketentuan Umum peraturan zonasi sistem nasional, sistem provinsi dan Kabupaten di Tanah Datar adalah sebagai berikut : Sistem Perkotaan Dalam upaya mendorong pengembangan sistem perkotaan seperti yang telah diuraikan diatas, maka ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut a. b. Dalam pengembangan sistem perkotaan, diperbolehkan mengembangkan sarana dan prasarana untuk kegiatan ekonomi berskala nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Pengendalian intensitas ruang dalam pengembangan fungsi kota sebagai pusat permukiman Sistem Jaringan Transportasi Ketentuan umum indikasi arahan peraturan zonasi terkait dengan kawasan sekitar sistem jaringan transportasi darat ditetapkan pada jenjang RTRW Kabupaten, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : VII - 5

278 a. b. c. Di sepanjang kawasan sekitar sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten tidak diperkenankan adanya kegiatan yang dapat menimbulkan hambatan lalu lintas regional. Di sepanjang kawasan sekitar sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten tidak diperkenankan adanya akses langsung dari bangunan ke jalan. Bangunan di sepanjang kawasan sekitar sistem jaringan nasional, provinsi dan kabupaten harus memilki sempadan bangunan yang sesuai ketentuan setengah rumija Sistem Jaringan Prasarana Energi Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan sekitar sistem prasarana energi adalah pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur isi sesuai dengan peraturan perundang-undangan Prasarana Telekomunikasi Ketentuan peraturan zonasi kawasan sekitar sistem prasarana telekomunikasi adalah penempatan stasiun bumi dan menara pemancar telekomunikasi dengan memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan kegiatan kawasan sekitarnya Sistem Jaringan Sumberdaya Air Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem jaringan Sumberdaya Air di Tanah Datar adalah :. Pemanfaatan ruang pada daerah aliran sungai dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan.. Pemanfaatan ruang daerah aliran sungai lintas kabupaten/kota, termasuk daerah hulunya, yang dilakukan oleh kabupaten/kota yang berbatasan harus selaras dengan arahan pola ruang wilayah Sistem Prasarana Lingkungan (TPA Regional) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar sistem Prasarana Lingkungan adalah penyediaan prasarana penunjang pengelolaan sampah. VII - 6

279 Tabel : 7. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten Tana tar No Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Deskripsi A Kawasan Lindung Kawasan Lindung yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya a. Kawasan Hutan Lindung. kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah b. kawasan resapan air kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Kawasan ini difungsikan untuk meresapkan dan menyimpan air hujan pada waktu musim hujan yang menjadi cadangan pada musim kemarau. c. Kawasan Perlindungan kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, VII - 7 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Kegiatan Boleh dilakukan kegiatan lain yang bersifat komplementer terhadap ungsi hutan lindung sebagaimana ditetapkan dalam KepmenHut Nomor 5 tahun 6. Boleh dilakukan kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam. Dilarang melakukan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi. Kegiatan pertambangan di kawasan hutan lindung masih diperkenankan sepanjang tidak dilakukan secara terbuka, dengan ketentuan dilarang mengakibatkan : a. Turunnya permukaan tanah; b. Berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; c. Terjadinya kerusakan akuiver air tanah. Penggunaan kawasan hutan untuk hutan produksi dan huta lindung, dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan mempertimba n batasan luas & jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Pembangunan prasarana wilayah yang harus melintasi hutan lindung dapat diperkenankan dengan ketentuan : a. Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan uang budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut. b. Mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. Dalam kawasan resapan air tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya. Permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan resap air sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung masih diperkenankan namun harus memenuhi syarat : a. KDB maksimum % dan KLB maksimum 4% b. Perkerasan permukaan menggunakan bahan berdaya serap air tinggi. Dalam kawasan resapan air, wajib dibangun sumur-sumur resapan sesuai ketentuan yang berlaku. Sempadan Sungai: a. Dalam kawasan sempadan sungai, jenis pemanfaatannya untuk RTH. Ket

280 No Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Kegiatan Ket Setempat sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, dan kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya. d. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya kawasan ini meliputi kawasan suaka alam, kawasan suaka alam perairan lainnya, suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan b.tidak diperkenankan ada kegiatan budidaya yg mengakibatkan terganggunya fungsi sungai. c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi terbuka dan fungsi pengamanan sempadan. d.diperkenankan dibangun prasarana wilayah dan utilitas lainnya dengan ketentuan : Tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan uang budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut. Dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.. Sempadan mata air : a. Tidak diperkenankan ada kegiatan budidaya yang dapat merusak mata air. b. diperkenankan dilakukan keg penunjang pariwisata alam sesuai ketentuan. c. Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan kegiatan budidaya terbangun di dalam kawasan sekitar mata air dalam radius meter. d. Dalam kawasan sempadan sungai tidak diperkenankan melakukan pengeboran air bawah tanah pada radius meter di sekitar mata air. e. Dalam kawasan lindung, pemanfaatan diprioritaskan untuk kegiatan penanaman pohon berfungsi lindung. 3. Ruang Terbuka Hijau (RTH): a. Dalam kws lindung, kawasan RTH tidak diperkenankan dialihfungsikan. b. Dalam kawasan lindung, diperkenankan pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertanian, kuburan, hutan, dan rekreasi terbuka. c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan pertanian, kuburan, dan rekreasi terbuka. d. dalam kawasan ruang terbuka hijau masih diperkenankan ngun fasilitas pelayanan sosial secara terbatas.. Kawasan suaka alam : a. tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan menurunnya fungsi kawasan suaka alam. b. boleh/diperkenankan dilakukan kegiatan penelitian, wisata alam dan kegiatan berburu yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi kawasan. c. Boleh/ diperkenankan pembangunan prasarana wilayah, ba gunan penunjang fungsi kawasan dan bangunan pencegah bencana alam. VII - 8

281 No Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Kegiatan Ket e. Kawasan Rawan Bencana Alam F. Kawasan Lindung Geologi kawasan bencana alam dibedakan menjadi kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir merupakan kawasan yang memiliki keunikan baik dari jenis bebatuan, bentang alam, proses geologi maupun kawasan imbuhan air tanah, yang terdiri dari kawasan cagar alam geologi, Kawasan Suaka Margasatwa: a. Tidak diperbolehkan dilakukan kegiatan budidaya yang mengakibatkan menurunnya fungsi kawasan. b. c. Tidak diperbolehkan dilakukan keg perburuan satwa yang dilindungi UU. Diperbolehkan dilakukan kegiatan penelitian dan wisata alam secara terbatas. d. Diperbolehkan dilakukan pemb. prasarana wilayah, bangunan nunjang fungsi Taman nasional: a. b. c. d. kws,&bangunan pencegah bencana alam sesuai ketentuan y berlaku. Dilarang ada keg. budidaya yang menyebabkan menurunnya fungsi kawasan. Dalam kawasan taman nasional dilarang dilakukan penebangan pohon dan perburuan satwa yang dilndungi undang-undang. Dalam kawasan taman nasional masih diperbolehkan dilakukan kegiatan penelitian dan wisata alam sepanjang tidak merusak lingkungan. Dalam kawasan taman nasional masih diperbolehkan dilakukan pembangunan prasarana wilayah sepanjang tidak merusak atau mengura gi fungsi kawasan. Dalam taman wisata ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut: a. Tidak diperkenankan dilakukan budidaya yang merusak dan/atau menurunkan fungsi kawasan taman wisata. b. Dalam kawasan taman wisata masih diperbolehkan dilakukan pembangunan prasarana wilayah sesuai ketentuan yang berlaku. Kawasan permukimanyg sudah terbangun di dalam kawasan n bencana alam harus dibatasi dan diterapkan building code; dilengkapi jalur evakuasi. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk. Masih dapat dilakukan pembangunan prasarana penunjang untuk gurangi resiko bencana alam & early warning system. Masih diperkenankan adanya keg budidaya lain seperti pertanian, perkebunan dan kehutanan serta bangunan untuk mengurangi resiko akibat bencana alam Tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya permukiman. Permukiman yang sudah terlanjur terbangun pada kws rawan bencana geologi harus mengikuti building code yang sesuai dengan potensi bencana geologi dan dibangun jalur evakuasi. Budidaya permukiman dibatasi dan bangunan yang ada harus mengikuti ketentuan VII - 9

282 No Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten B Kawasan Budidaya Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Deskripsi kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah. Kawasan budidaya hutan produksi, dibedakan menjadi hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat dikonversi Kawasan Hutan Rakyat Kawasan hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik atau ulayat (adat) baik secara perseorangan/kelompok atau badan hukum sehingga secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup hayati beserta lingkungannya. 3 Kawasan Peruntukkan Peruntukkan Pertanian kawasan peruntukan pertanian mencakup kawasan pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan holtikultura VII - Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Kegiatan bangunan pada kawasan rawan bencana alam geologi. Pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah tidak diperkenankan adanya bangunan terkecuali bangunan yang terkait dengan sistem jaringan prasarana wilayah dan pengendali air. Dalam kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah masih diperkenankan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan secara terbatas. Pada kawasan lindung geologi masih diperkenankan dilakukan budidaya pertanian, perkebunan dan kehutanan... Pemanfaatan hasil hutan dibatasi untuk menjaga kestabilan neraca sumberdaya hutan. Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi dapat dialihfungsikan untuk kegiatan lain di luar kehutanan setelah potensi hutan tersebut atkan dan sesuai 3. peraturan perundangan yang berlaku. Dalam kawasan hutan produksi, pembatasan pendirian ban nan hanya untuk menunjang kegiatan pengamanan kawasan dan pemanfaatan n. 4. Pengembangan fungsi hutan produksi menjadi hutan berfungsi lindung. Pemanfatan lahan di kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan hutan rakyat yang dimungkinkan untuk berlokasi pada peruntukan lahan kawasan perkebunan, dan atau kawasan pertanian lahan basah dan kawasan pertanian lahan kering dan holtikultura a. Kawasan Pertanian Lahan Basah:. Pengamanan kws pertanian lahan basah produktif sesuai luas zonasi, lebih lanjut ditetapkan dalam Rencana Rinci Tata Ruang Kws, g kws pertanian lahan basah berkelanjutan.. Jaringan irigasi kws pertanian lahan basah produktif yang telah diarahkan menjadi kawasan terbangun, tetap dipertahankan dan dipelihara dengan pemanfaatan sebagai kawasan terbangun dimulai. 3. Pada kawasan budidaya pertanian lahan basah perkenankan untuk: adanya bangunan prasarana wilayah&bangunan pendukung kegiatan pertanian. Ket

283 No Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Kegiatan Ket diperkenankan dimanfaatkan sebagai kegiatan perikanan. Diperkenankan dilakukan keg wisata alam secara terbatas, penelitian&pendidikan 4 Kawasan Peruntukkan Perkebunan 5 Kawasan Peruntukkan Perikanan 6 Kawasan Peruntukkan Pertambangan 7 Kawasan Peruntukkan Industri Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan dengan pemanfaatan potensi lahan yang memiliki kesesuaian untuk perkebunan, berada pada kawasan budidaya, dan menghindarkan timbulnya konflik pemanfaatan lahan dengan kawasan lindung, kawasan hutan produksi tetap dan produksi terbatas, kawasan industri, dan kawasan permukiman kawasan perikanan meliputi perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Untuk wilayah Kabupaten Tanah Datar hanya terdapat Kawasan perikanan budidaya Kawasan pertambangan dibedakan atas: kws mineral &batubara; minyak dan gas bumi; kawasan panas bumi, serta air tanah di kawasan pertambangan b. Kawasan Pertanian Lahan Kering. Peningkatan produktivitas;. Penyesuaian komoditas budidaya pertanian lahan kering gan kebutuhan pasar; 3. Pengembangan sarana dan prasarana wisata agro secara terbatas; dan 4. Pengembangan sarana dan prasarana industri agro. Peningkatan produktivitas tanaman perkebunan.. komoditas budidaya pertanian tanaman keras disesuaikan dengan kebutuhan pasar. 3. Tidak diperkenankan penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat menyerap air dalam jumlah banyak, terutama yang berlokasi di daerah hulu/kawasan resapan air. 4. kawasan perkebunan yang dikelola perusahaan besar tidak diperkenankan merubah jenis tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan. 5. Dalam kawasan perkebunan diperkenankan untuk dimanfaatkan sebagai hutan rakyat. 6. Dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat diperkenankan adanya bangunan yang bersifat mendukung keg.perkebunan dan jaringan prasarana wilayah. 7. Diversifikasi tanaman perkebunan dapat dilaksanakan selama persyaratan teknis dipenuhi. 8. Promosi dan dukungan ekspor komoditas unggulan. Peningkatan produktivitas.. Penyesuaian komoditas budidaya perikanan dengan kebutuhan pasar. 3. Pengembangan sarana dan prasarana perikanan. 4. Pembatasan pemanfaatan sumber daya perikanan tidak melebihi potensi lestari.. kegiatan pertambangan dibatasi untuk mencegah dampak lingkungan.. Pengharusan penjaminan segi-segi keselamatan pekerja dan keamanan lingkungan dalam penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan penamban. 3. Pewajiban pemulihan rona bentang alam pasca penambangan.. Pemanfaatan kawasan industri diprioritaskan untuk mengolah bahan baku lokal menggunakan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia setempat.. Pemanfaatan kawasan industri untuk menampung kegiatan industri sesuai VII -

284 No C Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten 8 Kawasan Peruntukkan Pariwisata Deskripsi Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang didominasi oleh fungsi kepariwisataan dapat mencakup sebagian areal dalam kawasan lindung atau kawasan budi daya lainnya di mana terdapat konsentrasi daya tarik dan fasilitas penunjang pariwisata. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Kegiatan dengan karakteristik kawasan. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan industri siap bangun. Pembatasan pembangunan perumahan di dalam kawasan industri. Pemanfaatan potensi alam dan budaya setempat sesuai daya dukung &daya tampung lingkungan. Perlindungan situs warisan budaya setempat. Pembatasan pendirian bangunan non-pariwisata pada kawasan efektif pariwisata. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang pariwisata. Pengharusan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir. Pengharusan penggunaan tata busana adat daerah pada petugas jasa pariwisata sesuai dengan jenis jasa yang disediakan. 9 Kawasan Peruntukkan Kawasan permukiman merupakan. Dalam kawasan permukiman dapat dimanfaatkan bagi kegiatan pariwisata. Permukiman kawasan di luar kawasan lindung yang. Pengharusan penerapan ketentuan tata lingkungan dan tata bangunan. digunakan sebagai lingkungan tempat 3. Pengharusan penyediaan kelengkapan, keselamatan bangunan dan lingkungan. tinggal atau lingkungan hunian 4. Pengharusan penetapan jenis dan penerapan syarat-syarat penggunaan bangunan. masyarakat yang berada di wilayah 5. Pengharusan penyediaan kolam penampungan air hujan secara merata di setiap bagian perkotaan dan perdesaan, dengan daerah yang rawan genangan air dan rawan banjir. mempertimbangkan kelestarian 6. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir bagi bangunan untuk kegiatan usaha. lingkungan dan diupayakan tidak 7. Kepadatan penduduk dalam kawasan permukiman dibatasi maksimal sama dengan melakukan peralihan fungsi terhadap kepadatan penduduk yang ditetapkan berdasarkan standar lingkungan permukiman. lahan pertanian teknis. 8. Kepadatan penghunian satu unit hunian untuk satu rumah tangga dalam kawasan permukiman maksimal sama dengan standar kepadatan layak huni, tidak termasuk bangunan hunian yang terletak di dalam kawasan permukiman tradisional. Kawasan Sekitar Sistem Prasarana Nasional dan Wilayah di Kabupaten a. Sekitar Prasarana Transportasi b. c. Di sepanjang kws sekitar sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten tidak diperkenankan adanya kegiatan yang dapat menimbulkan hambatan lalu lintas regional. Di sepanjang kawasan sekitar sistem jaringan jalan nasional, provinsi dan kabupaten tidak diperkenankan adanya akses langsung dari bangunan ke jalan. Bangunan di sepanjang kawasan sekitar sistem jaringan nasional, provinsi dan kabupaten harus memilki sempadan bangunan sesuai denga an / rumija + Ket VII -

285 No Zona Berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Ketentuan Umum Kegiatan Sekitar Prasarana Sumber Daya Air. Pemanfaatan ruang pada daerah aliran sungai dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan.. Pemanfaatan ruang DAS lintas kabupaten/kota, termasuk h hulunya, yang dilakukan oleh kabupaten/kota tetangga harus selaras dg arahan pola ruang wilayah 3 Sekitar Prasarana Energi pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur nsmisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4 Sekitar Prasarana Telekomunikasi penempatan stasiun bumi dan menara pemancar telekomunikasi dengan memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan kegiatan kawasan sekitarnya. Ket VII - 3

286 7.3 Perizinan Kegiatan perizinan disini merupakan kegiatan yang terkait dengan pemanfaatan ruang yang dilakukan dalam upaya pemantauan perkembangan penggunaan lahan yang disesuaikan dengan rencana tata ruang yang telah disepakati. Dalam pelaksanaan perizinan hal-hal yang perlu dilakukan adalah menyusun mekanisme perizinan dan kelembagaan yang terkait dalam pelaksanaan perizinan Arahan Perizinan Arahan perizinan pemanfaatan ruang merupakan acuan bagi penertiban pemanfaatan ruang pada tingkat operasional, yaitu yang diberikan pada pemanfatan ruang di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan, seperti izin prinsip, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin gangguan (HO), dan Izin Tempat Usaha. Semua jenis perizinan pemanfaatan ruang pada prinsipnya harus diintegrasikan dan sesuai dengan tujuan penataan ruang provinsi yang dijabarkan secara rinci ke dalam RTRW Kabupaten/kota dan rencana yang lebih rinci lainnya. Secara umum perizinan pemanfaatan ruang dapat diberikan dengan ketentuan sebagai berikut :. Perizinan diberikan terhadap kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan rencana pola ruang dan merujuk pada arahan indikasi peraturan zonasi.. Proses perizinan untuk setiap kegiatan merujuk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada masing-masing sektor. peraturan 3. Pemberi izin pemanfaatan ruang diberikan oleh instansi pemerintah yang berwenang sesuai dengan kewenangannya sebagaimana diatur dalam PP No. 38 tahun 7 dan peraturan perundangan lain yang berlaku Mekanisme Perizinan Mekanisme perizinan merupakan prosedur penting dalam upaya penyelarasan pemanfaatan ruang dengan ketentuan indikasi arahan peraturan zonasi yang tertuang VII - 4

287 dalam penataan ruang wilayah. Prosedur proses yang perlu dilakukan dalam perizinan pemanfaatan ruang adalah :. Pendaftaran Dilakukan untuk lokasi ruang yang akan dimintakan izin pemanfaatan ruang. Data yang disampaikan meliputi status kepemilikan tanah, rencana penggunaan yang disertai denah lokasi, rencana bangunan yang disertai rencana, persetujuan dari dinas terkait dan warga sekitar lokasi yang akan digunakan. Data tersebut diserahkan kepada pihak atau lembaga yang berwenang mengurus dan/atau memberi izin pemanfaatan ruang. Khusus bagi rencana pemanfaatan ruang yang dapat menimbulkan dampak lingkungan seperti kebisingan, limbah, dan perubahan lingkungan secara signifikan, wajib disertakan hasil studi AMDAL yang telah disetujui oleh tim atau Komisi AMDAL.. Advis Planning Setelah proses pendaftaran selesai, selanjutnya dilakukan konfirmasi atas izin yang diajukan terhadap rencana pola ruang dan indikasi arahan peraturan zonasi yang diberlakukan oleh Tim Advis Planning yang berwenang. Selain itu Tim Advis Planning juga melakukan cek lapangan atas lokasi yang dimintakan izin pemanfaatan ruang dan proses perizinan akan dilanjutkan apabila permintaan izin memenuhi ketentuan pola ruang dan indikasi arahan peraturan zonasi. 3. Penetapan Izin Hasil dari tim Advis Planning diberikan kepada Lembaga yang berwenang memberikan izin pemanfaatan ruang sesuai dengan kewenangannya. Dalam inin tersebut tentunya disertai dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon sesuai ketentuan yang diberlakukan pada kawasan/lokasi yang bersangkutan Kelembagaan Perizinan Kelembagaan perizinan merupakan suatu organisasi yang memberikan pelayanan khususnya perizinan pemanfaatan ruang kepada masyarakat. Anggota dalam VII - 5

288 lembaga ini dapat berbeda antar daerah tergantung dari susunan kerja perangkat daerah masing-masing dan memperhatikan keotonomian daerah sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Namun demikian pada prinsipnya lembaga ini mencakup beberapa unsur berikut :.. Masyarakat sebagai pihak yang akan merasakan langsung dari pemanfaatan ruang, terutama pemanfaatan ruang berskala menengah sampai besar/luas. Tim advisory pembangunan daerah yang memiliki kompetensi di bidang penataan ruang. Instansi tersebut diantaranya Dinas PU, Bappeda, Bapedalda dan instansi yang terkait langsung dengan izin yang disampaikan oleh pemohon, misalnya Dinas Kehutanan apabila kegiatan yang dimohonkan izin untuk or kehutanan, Dinas perindustrian apabila izin pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri. 7.4 Ketentuan Insentif dan Disisentif Arahan insentif dan disinsentif meliputi arahan umum dan arahan khusus. Arahan umum berisikan arahan pemberlakuan insentif dan disinsentif untuk berbagai pemanfaatan ruang secara umum. Sedangkan arahan khusus ditujukan secara langsung pada jenisjenis pemanfaatan ruang atau kawasan tertentu di daerah. Ketentuan insentif dan disintensif menjadi alat yang efektif dalam rangka mencapai tujuan perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan serta dalam mewujudkan struktur dan pola ruang yang telah direncanakan. Insentif diberikan kepada pihak calon pemanfaat lahan yang bersesuaian dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan dan disinsentif diberikan pada pemanfaat lahan yang tidak dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, selama tidak membawa dampak penting terhadap lingkungan fisik dan sosial. Insentif yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, dapat berupa:. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur; VII - 6

289 3. Kemudahan prosedur perizinan; dan/atau 4. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang dapat berupa :. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau.. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti. Dalam pemberian insentif dan disinsentif seyogyanya dengan tetap menghormati hak masyarakat. Sedangkan Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh: a. Pemerintah kepada pemerintah daerah; b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan c. pemerintah kepada masyarakat Arahan Umum Insentif-Disinsentif Pemberian insentif diberlakukan pada pemanfaatan ruang yang didorong perkembangannya dan sesuai dengan rencana tata ruang, sedang disinsentif diberlakukan bagi kawasan yang dibatasi atau dikendalikan perkembangannya bahkan dilarang dikembangkan untuk kegiatan budidaya Memberikan keringanan atau penundaan pajak (tax holiday) dan kemudahan proses perizinan. Penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk memperingan biaya investasi oleh pemohon izin. Pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum rencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Kegiatan yang menimbulkan dampak positif akan diberikan kemudahan dalam perizinan. VII - 7

290 Sedangkan pemberian disinsentif diberlakukan terhadap ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan penataan ruang dan peraturan zonasi. Adapun arahan pemberian disinsentif adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. Pengenaan pajak yang tinggi terhadap kegiatan yang berlokasi di daerah yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pusat kota, kawasan komersial, daerah yang memiliki tingkat kepadatan tinggi. Tidak memberikan izin perpanjangan hak guna usaha, hak guna bangunan p kegiatan yang terlanjur tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Tidak menyediakan sarana dan prasarana bagi daerah yang tidak dipacu pengembangannya, atau pengembangannya dibatasi Tidak menerbitkan izin pemanfaatan ruang budidaya yang akan dilakukan di dalam kawasan lindung. Pencabutan izin yang sudah diberikan karena adanya perubahan pemanfaatan ruang budidaya mernjadi lindung. Secara terstruktur insentif dan disinsentif pola ruang di wilayah perencanaan sesuai dengan kondisi wilayahnya dapat dilihat pada Tabel Arahan Khusus Insentif-Disinsentif Arahan khusus insentif-disinsentif ditujukan pada pola ruang tertentu yang dinilai harus dilindungi fungsinya dan dihindari pemanfaatannya. Ada dua jenis pola ruang yang harus dilindungi dan dihindari pemanfaatannya, yaitu pemanfaatan ruang pertanian pangan, khususnya pertanian lahan basah dan kawasan-kawasan rawan bencana alam.. Pertanian Pangan Pemanfaatan ruang pertanian lahan basah tersebar di seluruh wilayah kabupaten. Sedangkan pertanian pangan beririgasi tersebar di seluruh kecamatan Seperti Irigasi Inderapura. Untuk melindungi eksistensinya semua pemanfaatan ruang pertanian pangan harus diberi insentif fiskal dan non-fiskal agar pemilik lahan tetap mengusahakan kegiatan pertanian pangan. Insentif fiskal yang diarahkan untuk diberikan dapat berupa : VII - 8

291 Tabel 7. Insentif dan Disinsentif Pemanfaatan Ruang No Kegiatan Insentif Disinsentif Pemanfaatan Sesuai RTR 3 Pemanfaatan Ruang di Kawasan non produktif Kegiatan yang menyerap tenaga kerja Kemudahan perizinan Pemberian pajak yang ringan Subsidi infrastruktur Kemudahan perizinan pembangunan Pemberian pajak yang ringan Subsidi infrastruktur Kemudahan perizinan pembangunan Pemberian pajak yang ringan Pemanfaatan Sesuai RTR Tidak Kegiatan di Pusat Kota atau Kawasan Kepadatan Tinggi Sumber : UU 6 Tahun Penolakan atau mempersulit perizinan Pengenaan pajak yang tinggi Kewajiban menyusun AMDAL dan Normalisasi kawasan yang rusak akibat kegiatan yang dilakukan Pengenaan pajak yang tinggi Kewajiban memberi subsidi pembangunan infrastruktur a. b. Penghapusan semua retribusi yang diberlakukan di kawasan pertanian pangan. Pengurangan atau penghapusan sama sekali PBB kawasan pertanian pangan produktif melalui mekanisme restitusi pajak oleh dana APBD. Insentif non-fiskal dapat diberikan dalam bentuk penyediaan prasarana pendukung produksi dan pemasaran produk. Selain itu untuk mencegah atau mempersulit pengalihfungsian lahan pertanian pangan ke fungsi lain, semua kawasan pertanian pangan insentif non-fiskal, berupa tidak diberikannya sarana dan prasarana permukiman yang memungkinkan pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi perumahan atau kegiatan komersial. VII - 9

292 . Kawasan Rawan Bencana Alam Daerah ini merupakan daerah rawan bencana yang meliputi kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor atau gerakan tanah, san rawan banjir, dan lain lain. Kawasan-kawasan tersebut umumya sudah dihuni penduduk. Untuk mencegah perkembangan permukiman lebih lanjut, pada kawasan-kawasan tersebut harus diberlakukan disinsentif non-fiskal berupa pembatasan penyediaan prasarana dan sarana permukiman hanya untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang sudah ada saja. Sedangkan untuk kawasan rawan bencana yang belum dihuni penduduk, tidak dilakukan pembangunan prasarana dan sarana permukiman. 7.5 Sanksi Sanksi atas pelanggaran dalam penataan ruang meliputi pidana dan sanksi perdata. administrasi, sanksi Pada beberapa UU terdapat kesamaan tentang sanksi administratif dalam pelanggaran hukum yang terkait dengan penataan ruang. Sanksi diberikan kepada pejabat berwenang dan masyarakat (pemegang izin, hak). Adapaun bentuk sanksi administrasi adalah ; a. Peringatan tertulis; b. Penghentian sementara kegiatan c. Penghentian sementara pelayanan umum; d. Penutupan lokasi e. Pencabutan izin f. Pembatalan izin g. Pembongkaran bangunan h. Pemulihan fungsi ruang 7.5. Sanksi Administrasi Bentuk sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran penataan ruang, meliputi :. Peringatan tertulis dilakukan apabila : a. Pelaksanaan pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin yang diberikan. VII - 3

293 b. Pelaksanaan pemanfaatan ruang telah dilakukan sementara izinnya belum diberikan oleh pihak yang berwenang Penghentian sementara kegiatan Sanksi ini dikenakan apabila peringatan tertulis yang diberikan berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali tidak diindahkan oleh pemohon/ pelaku pemanfaatan ruang. Penghentian sementara pelayanan umum Pemberhentian sementara pelayanan umum seperti penyediaan listrik, telepon, air bersih dan sejenisya apabila sanksi penghentian sementara kegiatan tidak diindahkan. Penutupan lokasi Pengenaan sanksi penutupan lokasi apabila terkait hal-hal sebagai berikut : a. Penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; b. Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan lokasi kepada pelanggar; c. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan; d. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan e. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku. 5. Pencabutan izin Sanksi pencabutan izin dilakukan apabila terkait dengan hal-hal : a. Menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; b. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat VII - 3

294 yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan ruang; c. Pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin; d. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin; e. Pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin menerbitkan keputusan pencabutan izin; (6) memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan f. Apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku Pembatalan izin dan pembongkaran a. Membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku; b. Memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin; c. Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; d. Memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin; e. Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan f. Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dibatalkan. Pembongkaran bangunan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: a. Menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; VII - 3

295 b. c. d. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan; Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat berwenang melakukan tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan pembongkaran bangunan secara paksa Sanksi pemulihan fungsi ruang a. Menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya; b. Pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang; c. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang; d. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban, memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu tertentu; e. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang; f. Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang; dan g. Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan pe pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar di kemudian hari. Sanksi Denda Administrasi VII - 33

296 Sanksi denda administrasi dilakukan apabila kondisi izin pembangunan maupun yang tidak memiliki izin melakukan kesalahan penggunaan lahan dikenakan denda administrasi berupa pembayaran uang administrasi pelangaran Sanksi Pidana. Pidana pokok, yaitu penjara dan denda Sanksi Pidana Pokok dilakukan disebakan hal-hal berikut : a. b. c. d. e. f. Sanksi akibat kesalahan pengguna lahan melakukan proses pembangunan tanpa memiliki izin. Sanksi kesalahan pengguna lahan dalam melaksanakan pembangunan, tidak sesuai dengan izin yang telah diterbitkan. Sanksi terhadap kesalahan pemberi advis planning yang sesuai dengan tata ruang. Sanksi terhadap kesalahan pemberi ketetapan izin pengguna lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Sanksi terhadap perencana tata ruang yang salah merencanakan wilayah kota, dan timbul permasalahan kerusakan lingkungan. Sanksi terhadap badan perencana daerah dan pihak legislatif dalam menentukan perencanaan tata ruang kota yang salah, menimbulkan kerusakan lingkungan. Pidana tambahan, yaitu Pemberhentian secara tidak hormat dari jabatannya. Sanksi pemberhentian tidak hormat pada pemberi advis planning, Institusi terkait perencanaan dan pihak legislatif yang menyetujui recana tata ruang dan pemberian izin yang tidak sesuai tata ruang Sanksi Perdata Tindakan pidana yang menimbulkan kerugian secara perdata, sanksi ini diterapkan akibat pelanggaran yang ada menimbulkan masalah pada perorangan atau masyarakat secara umum, maka sanksi perdata perlu diterapkan sesuai peraturan perundangan. VII - 34

297 VII - 35

298 Bab 8 HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

299 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 6 tahun 7 tentang Penataan Ruang bahwa setiap orang, kelompok, dan badan hukum memiliki hak dan kewajiban dalam penataan ruang, baik pada tahap penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, maupun tahap pengendalian pemanfaatan ruang. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang tersebut, penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan berbagai unsur seperti masyarakat, pihak swasta, dunia usaha, kelompok profesi, LSM yang VIII - njutnya disebut dengan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam penataan ruang, karena pada akhirnya hasil dari penataan ruang adalah untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta untuk tercapainya tujuan penataan ruang, yaitu terselenggarakannya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya, serta tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Partisipasi masyarakat dilapangan menunjukkan perbedaa perbedaan penguasaan terhadap penataan ruang. Namun de yang disebabkan oleh n partisipasi masyarakat untuk berperanserta dalam penataan ruang menunjukkan adanya peningkatan kesadaran tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembangunan. Bab 8 HAK, KEW AJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

300 Dari segi politik, partisipasi lebih mengedepankan participatory dibanding demokrasi perwakilan ( representative democracy) sebagai hak demokrasi setiap orang. Dalam konteks ini masyarakat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi ini tentunya sangat membantu legislatif (DPRD) dan para pembuat keputusan lainnya dalam memperoleh gambaran lebih jelas atas permintaan-permintaan dan aspirasi konstituen mereka, sehingga sensitivitas pembuatan keputusan dapat dimaksimalkan dan ditangani secara tepat. Dan segi planning, partisipasi menyediakan sebuah forum untuk saling t gagasan dan prioritas, penilaian akan public interest. Keuntungan lain dan public participation adalah kemungkinan tercapainya hubungan yang lebih dekat antara warga dengan pemerintah daerah, sehingga tercipta rasa kebersamaan lam perencanaan pembangunan. 8. Hak dan Kewajiban Masyarakat Peran serta adalah berbagai kegiatan masyarakat yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat, untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang. Di dalam masyarakat ada kesan bahwa tata ruang tidak banyak gunanya. Tata ruang terlihat sekedar sebagai peta-peta dengan berbagai warna yang menunjukkan peruntukkan dan penggunaan lahan disertai penjelasan tertulis mengenai besaran kebutuhan alokasi ruangnya yang sama sekali tidak tercermin di lapangan. Memang tata ruang tidak akan memadai jika hanya mempertimbangkan aspek fisik, kecenderungan perkembangan dan minat investor. Tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat setempat, tata ruang tak akan bermanfaat. Tata ruang yang direncanakan dan ditetapkan tanpa peran serta ataupun diketahui oleh masyarakat juga tidak ada gunanya Hak Masyarakat Dalam perencanaan tata ruang mulai dari rencana tata ruang wilayah sampai rencana teknik ruang kota, masyarakat sebagai stake holder harus diikutsertakan dalam proses perencanaan mulai dari penyerapan aspirasi sampai adanya sosialisasi rencana. VIII -

301 Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang, dijelaskan bahwa masyarakat berhak untuk : a. Mengetahui rencana tata ruang artinya masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang melalui Lembaran Daerah, pengumuman atau penyebarluasan oleh pemerintah. Pengumuman atau penyebarluasan dapat diketahui masyarakat, antara lain dengan pemasangan peta rencana tata ruang wilayah pada tempat umum, kantor kelurahan dan kantor yang secara fungsional menangani rencana tata ruang tersebut. b. Menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang artinya pertambahan nilai ruang dapat dilihat dari sudut pandang ekonomi, sosial, budaya dan kualitas lingkungan yang dapat berupa dampak langsung terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, sosial, budaya dan kualitas lingkungan. c. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang maksudnya dengan penggantian yang layak adalah nilai atau besarnya penggantian tidak menurunkan tingkat kesejahteraan orang yang diberi penggantian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. d. Mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. e. Mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang. f. Mengajukan gugatan ganti rugi kerugian kepada pemerintah atau pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian. Untuk mengetahui rencana tata ruang, selain dari pemerintah masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang yang telah ditetapkan melalui pengumuman atau penyebarluasan oleh pemerintah kabupaten pada tempat-tempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui dengan mudah. VIII - 3

302 Maka pemerintah harus menyediakan sarana/media pengumuman atau penyebarluasan dilakukan melalui penempelan/pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempat-tempat umum dan juga pada media masa, serta melalui pembangunan sistem informasi tata ruang. Dengan demikian masyarakat akan dapat mengakses dan dapat mengetahui arah perkembangan wilayah Kabupaten Tanah Datar kedepan hingga tahun 3. Dalam menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang dan perkembangan wilayah, pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau kaidah yang berlaku. Sedangkan dalam upaya menikmati dan memanfaatkan ruang beserta sumberdaya alam yang terkandung didalamnya, yang berupa manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dilaksanakan atas dasar pemilikan, penguasaan, atau pemberian hak tertentu berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan ataupun atas hukum adat dan kebiasaan yang berlaku atas ruang pada masyarakat setempat, dengan ketentuan meliputi: a. Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai akibat pelaksanaan RTRW Kabupaten diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak yang berkepentingan. b. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak maka penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Kewajiban Masyarakat. Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang, dalam kegiatan penataan ruang wilayah Kabupaten Tanah Datar, seluruh stakeholder baik pemerintah ataupun masyarakat kewenangannya wajib untuk : a. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk memiliki izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang sebelum pelaksanaan permanfaatan ruang. VIII - 4

303 b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai denghan fungsi ruang yang dicantumkan dalam izin pemanfaatan ruang. c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang, dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk memenuhi ketentuan amplop ruang dan kualitas ruang. d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan perundangudangan dinyatakan sebagai milik umum dimaksudkan untuk menjamin agar masyarakat dapat mencapai kawasan yang dinyatakan dalam peraturan perundangundangan sebagai milik umum, antara lain kawasan sumber air. Kewajiban memberikan akses dilakukan apabila memenuhi syarat berikut : Untuk kepentingan masyarakat umum Tidak ada akses lain menuju kawasan sebagai milik umum Berdasarkan uraian tersebut diatas, dengan mengacu pada peraturan perundangan yang terkait, tujuan penataan ruang Kabupaten Tanah Datar, dan kondisi yang ada maka ditetapkan aturan peran serta masyarakat dalam penataan ruang di Kabupaten Tanah Datar menurut tahapannya. Masyarakat yang dimaksud dapat perseorangan atau kelompok. Adapun tahapannya sebagai berikut :. Tahap Perencanaan Tata Ruang Pada tahap perencanaan tata ruang, peran serta masyarakat yang dapat dilakukan diantaranya : a. Memberikan informasi yang berkaitan dengan daerah yang sedang direncanakan tata ruangnya. b. Memberikan masukan dan/atau saran terhadap substansi tata ruang, baik yang menyangkut struktur ruang maupun pola ruang. c. Menyampaikan usul keberatan atas rencana tata ruang. d. Bantuan pemikiran perencanaan tata ruang. VIII - 5

304 e. Tata cara penyampaian informasi dan masukan dalam taha perencanaan tata ruang dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.. Tahap Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pada tahap pemanfaatan ruang, peran serta masyarakat yang dapat dilakukan diantaranya : a. Perperan aktif dalam pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. b. Perperan aktif dalam pemantauan dan pengawasan pemanfaatan ruang. c. Memberikan laporan pemantauan adanya indikasi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana. d. Turut menjaga adanya kepastian pemanfaatan ruang yang suai dengan rencana. e. Tata cara penyampaian laporan adanya indikasi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku. Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Peran Serta Masyarakat Pada dasarnya, penataan ruang perlu dilakukan untuk mengelola onflik dalam alokasi dan/atau distribusi pemanfaatan berbagai sumber daya secara efisien, adil dan berkelanjutan. Konflik yang dimaksud baik konflik terpendam maupun yang terbuka karena salah satu pihak telah bertindak untuk melaksanakan tujuannya yang berbenturan dengan tujuan dan kepentingan pihak lainnya. Untuk menghindari ataupun mengatasi konflik demikian diperlukan peran serta semua pihak. Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan syarakat secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung VIII - 6

305 lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang. Penyelenggaran penataan ruang pada dasarnya dilakukan oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat, yang merupakan hal yang sangat penting sebab penataan ruang merupakan kepentingan seluruh masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam penataan ruang bertujuan agar masyarakat ikut memahami, berpatisipasi aktif dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas ruang. Peran serta masyarakat dilakukan, antara lain melalui : a. Patisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang b. Partisipasi dalam pemanfaatan ruang c. Partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang Prinsip dasar pelayanan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar adalah :. Menempatkan masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat aktif dalam seluruh proses penataan ruang, pemanfaatan dan penghendalian pemanfaatan ruang 3. Seluruh masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama 4. Seluruh masyarakat memiliki kesetaraan dalam keikutsertaannya 5. Mengetahui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tanah Datar 6. Masyarakat menerima manfaat ruang dan pertambahan nilai ruang akibat penataan ruang Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan dan pemanfaatan ta Kabupaten Tanah Datar dapat berbentuk: ruang wilayah a. Pemberian masukan dalam penentuan arah pengembangan wilayah yang akan dicapai VIII - 7

306 b. c. d. e. f. g. h. i. j. Pengidentifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan, termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang di wilayah, dan termasuk pula perencanaan tata ruang kawasan Bantuan untuk merumuskan perencanaan tata ruang wilayah provinsi Pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah provinsi Pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang wilayah Kerja sama dalam penelitian dan pengembangan; dan atau bantuan tenaga ahli Peningkatan efesiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang berdasarkan peraturan perundang-undangan, agama, adat, atau kebisaan yang berlaku Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah nasional Kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan Bentuk lain dari peran serta masyarakat adalah melalui pertukaran informasi. Salah satu cara pertukaran informasi antara pemerintah dan masyarakat adalah melalui forum pertemuan. Forum pertemuan yang sekarang sering pula disebut Mekanisme Konsultasi Publik merupakan cara peran serta masyarakat yang cukup berdampak bila diselenggarakan dengan baik. Penyelenggaraan Konsultasi Publik ini adalah tanggung jawab pemerintah dan dapat berupa diskusi, lokakarya, seminar. Agar dapat berlangsung dengan baik dan benar serta bermanfaat maka sebaiknya konsultasi demikian dilakukan dengan bantuan seorang fasilitator atau pendamping. forum pertemuan atau konsultasi publik, pemerintah dapat menyampaikan rencana kerjanya dan masyarakat dapat menyampaikan masukan, saran, dan pertimbangan ataupun keberatan mereka. Syarat agar komunikasi dua arah ini tercapai adalah sikap terbuka dan kemauan mendengar dari kedua belah pihak. VIII - 8

307 Cara peran serta masyarat yang lain adalah melalui pemetaan partisipatif, cara ini terutama bermanfaat pada langkah kedua dalam proses perencanaan yaitu identifikasi potensi dan masalah. Dengan pemetaan partisipatif, masukan dan aspirasi masyarakat dapat disampaikan dalam bentuk yang jelas dan mudah dimengerti semua pihak. Bukan saja kejelasan mengenai hak masyarakat tetapi juga pandangan masyarakat mengenai tata guna lahan pada umumnya dapat terlihat dari kegiatan ini. Pemetaan partisipatif juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan dan mencapai kesepakatan atas rencana pemanfaatan ruang itu sendiri. Misalnya untuk menentukan batas hutan, lokasi pemukiman dan lahan pertanian dan kebutuhan akan transportasi. Manfaat yang sudah teruji adalah bahwa pemetaan partisipatif merupakan cara efektif untuk mendorong peran serta karena cukup mudah dilakukan; kegiatan ini juga merupakan proses penyadaran dan pemberdayaan masyarakat karena penggalian informasi berlangsung melalui diskusi yang memunculkan keterkaitan antara berbagai hal dan kegiatan dalam kawasan tertentu; dan bagi orang luar pemetaan bermanfaat untuk mengetahui gambaran tentang keadaan wilayah, membantu orang luar tersebut belajar dan mengerti cara pandang masyarakat, prioritas mereka dan alasan-alasan mereka memanfaatkan suatu kawasan untuk tujuan dan dengan cara tertentu. Masyarakat juga dapat berperan serta melalui proses pengelolaan konfli mengingat bahwa penataan ruang pada dasarnya dilakukan untuk mengelola konflik dalam alokasi atau pembagian pemanfaatan berbagai sumberdaya. Salah satu yang terpenting adalah pertentangan antara kepentingan umum, termasuk kepentingan masyarakat umum di luar kabupaten, dengan kepentingan perorangan. Dalam mengelola konflik, langkah pertama adalah pengakuan bahwa memang ada konflik kepentingan atau beda pendapat mengenai penataan ruang. Setelah itu dirundingkan cara terbaik menyelesaikan konflik tersebut. Salah satu cara penyelesaian konflik atau beda pendapat meliputi konsultasi dan perundingan atau dengan perkataan lain melalui musyawarah. Bila perlu perundingan melibatkan seorang dan/atau tenaga ahli. Diharapkan bahwa cara ini menghasilkan kompromi yang menguntungkan dan memuaskan bagi semua pihak yang kemudian dapat menjadi kesepakatan bersama. VIII - 9

308 LAMPIRAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS Rtrw KABUPATEN TANAH DATAR Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tahun 3

309 Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Datar KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) rtrw KABUPATEN TANAH DATAR Dalam penataan ruang pada umumnya dan untuk wilayah Kabupaten Tanah Datar pada khususnya, diperlukan Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) hal ini untuk mengetahui daya dukung fisik dan lingkungan terutama kajian terhadap dampak lingkungan dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan Kebijakan nasional penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan kualitas tata ruang nasional yang semakin baik, yang oleh undang-undang dinyatakan dengan kriteria aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Namun, setelah diberlakukannya kebijakan tersebut, kualitas tata ruang masih belum memenuhi harapan. Bahkan cenderung sebaliknya, justru yang belakangan ini sedang berlangsung adalah indikasi dengan penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan bahkan makin terlihat secara kasat mata baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan. Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut, maka tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang menjadi produk dari rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penegasan sanksi atas pelanggaran tata ruang sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No 6 Tahun 7 tentang Penataan Ruang menuntut

310 Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar proses perencanaan tata ruang harus diselenggarakan dengan baik agar penyimpangan pemanfaatan ruang bukan disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana tata ruang wilayah. Guna membantu mengupayakan perbaikan kualitas rencana tata ruang wilayah maka Kajian Lingkungan Hidup Strategis [KLHS] atau Strategic Environmental Assessment [SEA] menjadi salah satu pilihan alat bantu melalui perbaikankerangka pikir [framework of thinking] perencanaan tata ruang wilayah untuk mengatasi persoalan lingkungan hidup. Kota/permukiman banyak menyedot sumber daya alam dan membuang limbah/polusi KLHS sesedikit mungkin menyedot sumber daya alam dan mengotori alam, serta memiliki mekanisme memperbaiki kerusakan (alternative mitigasi bencana) Yang ditimbulkannya. Definisi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Ada dua definisi KLHS yang lazim diterapkan, yaitu definisi yang menekankan pada pendekatan telaah dampaklingkungan (EIA-driven) dan pendekatan keberlanjutan (sustainability-driven).pada definisi pertama, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari suatu kebijakan, rencana atau programpembangunan. Sedangkan definisi kedua, menekankan pada keberlanjutan pembangunan dan pengelolaansumberdaya. Definisi KLHS untuk Indonesia kemudian dirumuskan sebagai proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruhlingkungan hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya prinsipprinsip keberlanjutan dalam, pengambilankeputusan yang bersifat strategis.

311 Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar. Peran KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun, mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinyaefek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana danprogram [KRP]. Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan.oleh karena tidak ada mekanisme bakudalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang, maka manfaat KLHS bersifatkhusus bagi masing-masing hirarki rencana tata ruang wilayah [RTRW]. KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrument metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau kombinasi daribeberapa atau semua fungsi-fungsi diatas. Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya,menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku kepentingan yangstrategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuanekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga disebut bio-region dan/atau biogeo-region ). Sifat pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu KLHS yang bersifat instrumental, transformatif, dan substantif. Tipologi ini membantu membedakan pengaruh yang diharapkan dari tiap jenis KLHS terhadap berbagai ragam RTRW, termasuk bentuk aplikasinya, baik dari sudut langkah-langkah prosedural maupun teknikdan metodologinya..3 KLHS Aspek Fisik dan Daya Dukung Lingkungan Analisis kondisi topografi (kontur) kawasan menggunakan peta topografi dengan skala terbesar yang tersedia, yang diperoleh dari instansi: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) dengan tingkat kedetailan skala : 5.. Dari peta topografi ini dapat diturunkan beberapa peta yang berkaitan dengan bentuk bentang alam dan kemiringannya, yakni peta kemiringan lereng/lahan dan peta morfologi. 3

312 Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar Kemiringan lereng dinyatakan dengan persen (%) atau derajat (o). Misalnya lereng % berarti setiap jarak meter terjadi kenaikan tinggi tempat meter. Kemiringan lereng dianalisis dari peta topografi dengan perhitungan sebagai berikut : Ci. x L sxd Dimana : L = lereng (dalam %) Ci = kontur interval (dalam m) S = skala interval D = jarak antara garis kontur (transis). Ketinggian Ketinggian wilayah di Kabupaten Tanah Datar dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelas ketinggian, yaitu : a. Ketinggian antara - 75 meter diatas permukaan air laut. Tersebar di Kecamatan Lintau Buo, Lintau Buo Utara, Sungayang b. Ketinggian antara meter diatas permukaan air laut. Tersebar di Kecamatan Lima Kaum, Tanjung Emas, Padang Ganting, Sungai Tarab, c. Ketinggian antara 5-85 meter diatas permukaan air laut. Tersebar di Kecamatan Batipuh, Batipuh Selatan, Pariangan, Rambatan d. Ketinggian lebih dari 7. meter diatas permukaan air laut Tersebar di Kecamatan X Koto, Salimpaung, Tanjung Baru.. Kemiringan Lahan Berdasarkan kondisi kemiringan lereng di atas, maka dapat digambarkan sebagai berikut : a. Daerah dengan kemiringan lahan -3% (Datar) sebagian besar tersebar di Kecamatan Tanjung Emas, Rambatan, Lintau Buo, Tanjung Baru dan Kecamatan Padang Ganting. b. Daerah dengan kemiringan lahan 3-8% (Agak Landai) sebagian besar tersebar di Kecamatan Lima Kaum, Rambatan, Sungai Tarab, Salimpaung dan Kecamatan Sungayang. c. Daerah dengan kemiringan lahan 8-5% (Bergelombang), sebagian besar tersebar di Kecamatan Lintau Buo Utara, Pariangan, Sungai Tarab, X Koto dan Kecamatan 4

313 Batipuh. Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar d. Daerah dengan kemiringan lahan 5-5% (Agak Curam), penyebarannya hampir di seluruh kecamatan sama, kecuali bagian tengan wilayah Kabupaten Tanah Datar meliputi; sebelah utara Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas dan Kecamatan Rambatan, sebelah selatan Kecamatan Lintau Buo Utara, Sungayang, Pariangan dan Kecamatan Sungai Tarab. Lahan dengan kemiringan 5-5 % ini merupakan wilayah paling luas dan dominan di Kabupaten Tanah Datar. e. Daerah dengan kemiringan lahan 5-45% (Curam), sebagian besar tersebar di Kecamatan X Koto, Batipuh Selatan, Sungayang dan Tanjung Emas. f. Daerah dengan kemiringan lahan > 45% (Sangat Curam), sebagian besar tersebar di sebelah barat, utara dan bagian timur wilayah Tanah Datar. Tabel Luas Wilayah Berdasarkan Kemiringan LahanDi Kabupaten Tanah Datar No. Klasifikasi Kemiringan Prosentase Luas (Ha) (%) 3% (Landai) , % (Agak Landai) 3.594, % (Bergelombang) ,88 4 > 5 % (Agak Curam Sangat Curam) ,8 Jumlah 336, Sumber : Hasil Pengolahan Data Kontur Untuk melihat kemungkinan penggunaan lahan yang optimum, digunakan teori Mabbery (Sampurno, 979 : 5) yang membuat klasifikasi tujuh kelas lereng. Adapun 7 (tujuh) kelas lereng yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel berikut Tabel Penggunaan Lahan dan Sudut Lereng Optimum No Penggunaan Lahan Kelas Sudut Lereng (%) > 7 Rekreasi Umum * * * * * * * Bangunan Terhitung * * * * * * * 3 Perumahan Konvesional * * * * * 4 Penggunaan Kota Umum * * * * * 5 Jalan Urban/ Kota * * * 6 Sistem Septictank * * 7 Pusat Perdagangan * * 8 Jalan Raya * * 9 Jalan Lain * * * * * Sumber : Mabery (Sampurno, 979 : 5) 5

314 Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar Berdasarkan keadaan kemiringan lahan di atas, maka pengembangan wilayah Kabupaten Tanah Datar adalah sebagai berikut : ) Kemiringan 8% (datar), lahan pada interval ini masuk dalam klasifikasi sangat layak bagi pengembangan semua kegiatan budidaya karena kondisi permukaan tanah yang datar. Luas lahan dengan kemiringan 8% ini adalah seluas Ha atau sekitar 7.3 %. ) Kondisi kemiringan 8 5% (datar s/d landai), memiliki kelayakan fisik bagi pengembangan kegiatan budidaya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kawasan dalam klasifikasi lereng 8 5% adalah : a) Struktur dan lapisan tanah yang miring meskipun dalam kadar kekuatan yang rendah, ada kemungkinan pergeseran tanah, artinya bahwa keadaan tanah tidak begitu stabil. b) Hal tersebut akan mempengaruhi aspek teknis yang diperlukan bagi pengembangan wilayah. Luas lahan dengan kemiringan 8 5% di Kabupaten Tanah Datar ini sebesar 43.9 Ha atau sekitar 3,88 %. 3) Lahan dengan kemiringan 5 4% (agak curam s/d curam), dengan luas 79,895 Ha atau 59,8 %, pemanfaatan lahan pada interval ini masih memungkinkan bagi pengembangan kegiatan budidaya terbangun secara terbatas. Beberapa kendala pengembangan lahan dengan kemiringan 5 4% antara lain: a) Disamping beresiko terhadap kemungkinan gerakan tanah, pembangunan pada kawasan ini pun memiliki cost yang cukup tinggi. b) Pada banyak kasus, lahan-lahan dengan kemiringan hingga 4% merupakan daerah budidaya terbatas sehingga setiap pembangunan fisik dilakukan dengan pertimbangan urgensi kegiatan yang akan dikembangkan. Tabel 3 Analisis Potensi Pengembangan Lahan Berdasarkan Kelerengan di Kabupaten Tanah Datar No Kemiringan (%) Potensi 8 Pengembangan Kegiatan Budidaya 8 5 Pengembangan Kegiatan Sebaran Sebagian Kecamatan Tanjung Emas, Rambatan, Lintau Buo, Tanjung Baru dan Kecamatan Padang Ganting Sebagian besar tersebar di Kecamatan Lintau Buo Utara, Pariangan, Sungai Tarab, X Koto 6

315 Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar No Kemiringan (%) Potensi Budidaya Pengembangan Kegiatan Budidaya Pengembangan Kawasan Lindung 5 > 45 Pengembangan Kawasan Lindung Sumber : Hasil Analisis, Sebaran dan Batipuh penyebarannya hampir di seluruh kecamatan sama, kecuali bagian tengan wilayah Kabupaten Tanah Datar meliputi; sebelah utara Kecamatan Lima Kaum, Kecamatan Tanjung Emas dan Kecamatan Rambatan, sebelah selatan Kecamatan Lintau Buo Utara, Sungayang, Pariangan dan Kecamatan Sungai Tarab sebagian besar tersebar di Kecamatan X Koto, Batipuh Selatan, Sungayang dan Tanjung Emas. sebagian besar tersebar di sebelah barat, utara dan bagian timur wilayah Tanah Datar. Secara fungsional pemanfaatan wilayah tertentu tergantung dari kondisi fisik dan lingkungan yang mendukung penggunaannya. Apabila kriteria fisik digunakan sebagai parameter penentu utama pemanfaatan suatu lahan, maka hutan Lindung merupakan kawasan hutan yang memiliki kelerengan lebih dari 4%, ketinggian tempat lebih dari. m di atas permukaan laut dan atau nilai atas faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah dan intensitas curah hujan (mm/hh) melebihi 75 (Keppres No. 3 tahun 99 dan Lampiran SK Mentan No. 837/Kpts/Um//98). Tabel 4 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Kabupaten Tanah Datar SPT Kemiringan Bobot Curah Hujan Bobot Jenis Lahan (%) (mm/hr) Tanah Bobot Score Luas (Ha) Fungsi - 8 3,6 -,7 Gleisol Budidaya ,6 -,7 Gleisol Budidaya ,6 -,7 Gleisol Budidaya ,6 -,7 Gleisol Budidaya 5 > 45 3,6 -,7 Gleisol Penyangga 6-8 < 3,6 Gleisol Budidaya < 3,6 Gleisol Budidaya < 3,6 Gleisol Budidaya < 3,6 Gleisol Budidaya > 45 3,6 -,7 Podsolik Lindung - 8 3,6 -,7 Podsolik Budidaya ,6 -,7 Podsolik Budidaya ,6 -,7 Podsolik Penyangga ,6 -,7 Podsolik Penyangga 5 > 45 < 3,6 Podsolik Penyangga 6 8 < 3,6 Podsolik Budidaya < 3,6 Podsolik Budidaya < 3,6 Podsolik Penyangga < 3,6 Podsolik Penyangga 7

316 Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar SPT Kemiringan Bobot Curah Hujan Bobot Jenis Lahan (%) (mm/hr) Tanah Bobot Score Luas (Ha) Fungsi > 45 < 3,6 Podsolik Penyangga 8 3,6 -,7 Kambisol Budidaya ,6 -,7 Kambisol Budidaya ,6 -,7 Kambisol Penyangga ,6 -,7 Kambisol Penyangga 5 > 45 3,6 -,7 Kambisol Penyangga 6 8 < 3,6 Kambisol Budidaya < 3,6 Kambisol Budidaya < 3,6 Kambisol Budidaya < 3,6 Kambisol Penyangga 3 > 45 < 3,6 Kambisol Penyangga 3-8 3,6 -,7 Andosol Budidaya ,6 -,7 Andosol Budidaya ,6 -,7 Andosol Penyangga ,6 -,7 Andosol Penyangga 35 > 45 3,6 -,7 Andosol Lindung 36-8 < 3,6 Andosol Budidaya < 3,6 Andosol Budidaya < 3,6 Andosol Penyangga < 3,6 Andosol Penyangga 4 > 45 < 3,6 Andosol Penyangga 4-8 < 3,6 Renzina Budidaya < 3,6 Renzina Penyangga < 3,6 Renzina Penyangga 44 > 45 < 3,6 Renzina Lindung < 3,6 Regosol Penyangga < 3,6 Regosol Penyangga 47 > 45 < 3,6 Regosol Lindung Jumlah (Ha) 336. Sumber : Hasil Analisis 3. Analisis Kesesuaian Lahan Non Pertanian Dalam hal ini yang dimaksud dengan kesesuaian lahan non pertanian adalah lahan yang dialokasikan untuk permukiman. Kesesuaian lahan untuk permukiman lebih ditentukan oleh kondisi kelerengan lahan, lereng yang baik untuk pengembangan permukiman adalah berada pada kelerengan antara 3%, meskipun pada kelerengan 8% bisa juga dikembangkan untuk permukiman tetapi dalam pengembangannya harus mengikuti aturan-aturan tentang bangunan, seperti KDB, KLB, GSB, RTH, sistem drainase dll. Berdasarkan pada hal di atas, maka kesesuaian lahan untuk jenis pengembangan non pertanian (permukiman) berada pada SPT, 6,, 6,, 6, 3, 36 dan 4..4 Pergeseran Penggunaan Lahan 8

317 Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar Dalam 7 tahun terakhir (-7) jenis penggunaan lahan di Kabupaten Tanah Datar mengalami pergeseran (perubahan). Dari 9 jenis penggunaan, yang mengalami pergeseran terjadi pada lahan sawah, perkampungan, pertanian lahan kering dan lahan tandus. Meskipun pergeseran tersebut tidak terjadi pada setiap penggunaan lahan, tetapi angka perubahan menunjukkan angka yang cukup signifikan terutama pada lahan sawah dan lahan tandus. Penggunaan lahan sawah mengalami penurunan sama besar dengan bertambahnya luas lahan tandus yaitu seluas Ha atau dengan kata lain lahan sawah kehilangan luas sebesar 9,84% dari luas semula (tahun ), sementara itu lahan tandus bertambah luasan lebih dari 4 kali luas semula atau bertambah sebesar 474,49%. Melihat fenomena seperti ini, mengindikasikan bahwa lahan pertanian tersebut tidak ditunjang dengan sistem pengairan yang baik dan biasanya terjadi pada sawah tadah hujan atau pertanian sawah kering (huma). Hal ini dapat dimaklumi mengingat kondisi mofologi wilayah Kabupaten Tanah Datar cukup bergelombang dan hanya sebagian kecil wilayah yang memiliki kemiringan lahan yang datar itupun sebagian besar digunakan untuk lahan terbangun. Guna meningkatkan ketahanan pangan, terlebih bahwa Kabupaten Tanah Datar yang mengandalkan perekonomiannya dari sektor pertanian hal ini perlu diantisipasi agar tidak terjadi perubahan kearah yang kurang bermanfaat melalui intensifikasi, ekstensifikasi maupun diversifikasi pertanian serta meningkatkan sistem pengairan dengan memanfaatkan sumber-sumber mata air yang ada. Pergeseran (perubahan) lahan lain yang terjadi adalah perkampungan yang mengalami perluasan sebesar 9 Ha atau bertambah sekitar,%, hal ini sama besarnya dari lahan yang hilang untuk penggunaan pertanian lahan kering atau menyusut sebesar,5%. Namun demikian perubahan ini masih dianggap wajar dalam kurun waktu 7 tahun mengingat pertumbuhan penduduk yang terjadi sangat mempengaruhi terhadap pergeseran lahan. Untuk mengetahui sejauhmana terjadinya pergeseran dalam penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 5. 9

318 Kajian Lingkungan Strategis (KLHS) Wilayah Kabupaten Tanah Datar Tabel 5 Pergeseran Penggunaan Lahan Kabupaten Tanah Datar Tahun -7 Luas Penggunaan (Ha) Pergeseran No. Jenis Penggunaan 7 Ha (%) Sawah 8.9, 3.74, Perkampungan 8.489, 8.498, Perkebunan 6.833, ,5.. 4 Pertanian Lhn Kering 8.45,3 8.36, Kebun Campuran 5.9, 5.9,.. 6 Tanah Tandus.8, , Rawa/Danau 6.4, 6.4,.. 8 Kolam Ikan 863,5 863,5.. 9 Hutan 47.44, 47.44,.. Jumlah Sumber : Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka Th dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tanah Datar Tahun 7.5 Matrik "Uji Cepat" KLHS Penyusunan Revisi RTRW Kabupaten Tanah Datar Kecenderungan penurunan kualitas lingkungan terkait dengan tata ruang wilayah sebagai produk dari rangkaian proses penataan ruang, yang diawali tahapan perencanaan tata ruang, oleh karena itu, perbaikan kuaitas rencanatata ruang wilayah menjadi mutlak dan sangat strategis untuk segera direalisasikan guna menghambat laju penurunan kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan. KLHS bisa menjadi pilihan alat bantu untuk memperbaiki kualitas rencana tata ruang wilayah melalui perbaikan kerangka berfikir perencanaan tata ruang, yang berimplikasi pada perbaikan prosedur/proses dan metodologi/muatan perencanaan. Berdasarkan kondisi tersebut maka dalam rangka percepatan penyusunan RTRW Kabupaten Tanah Datar, maka dilakukan kegitan dengan matrik "uji cepat" KLHS penyusunan revisi RTRW Kabupaten Tanah Datar, sebagai berikut :

319

320

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK 2012-2032 BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat Undang-undang Nomor 24 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI

FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI, KEPUTUSAN GUBERNUR, DAN KEPUTUSAN BUPATI/WALIKOTA TENTANG PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH FORMAT SURAT KEPUTUSAN MENTERI,

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab. LAMPIRAN IV PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR : 3 TAHUN 2012 TANGGAL : 11 SEPTEMBER 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BOALEMO TAHUN 2011-2031 I. RENCANA STRUKTUR RUANG No Rencana

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. [Type text] [Type text] [Type tex[type text] [T KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Studi Penerapan Mekanisme Insentif

Lebih terperinci

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d). TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 14 Informasi Geologi Untuk Penentuan Lokasi TPA UU No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 1. Melaksanakan k pengelolaan l sampah dan memfasilitasi i penyediaan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG 2010 2030 BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS TUMPANG PITU KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015 2035

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 17 TAHUN 2003 SERI D.14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA SUMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI MALUKU I. UMUM Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENATAAN RUANG PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan

5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha; dan TUJUAN SASARAN STRATEGIS TARGET KET URAIAN INDIKATOR TUJUAN TARGET TUJUAN URAIAN INDIKATOR KINERJA 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 6 7 8 9 10 13 Mendukung Ketahanan

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2004 NOMOR 1 SERI E NO. SERI 1 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH FORM B PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH Petunjuk Pengisian: 1. Tentukan lokasi/kawasan wisata yang akan diamati sesuai dengan tema/topik yang akan diangkat. Kemudian kaitkan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Yogyakarta, 21 September 2012 BAPPEDA DIY Latar Belakang UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Seluruh

Lebih terperinci