KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Kebangkitan Kembali Studi Tentang Kepemimpinan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

Masih dari hasil penelitian Al-Ababneh (2010), tidak ada gaya kepemimpinan

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN CV. AR RAHMAN NASKAH PUBLIKASI

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

JURNAL MANAJEMEN Terbit online :

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah

MAKALAH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. semaksimal mungkin sehingga dapat menjaga kelangsungan hidup nya, untuk itu ada

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

Instrumen Kepemimpinan Transformasional. (Multifactor Leadership Questionnaire-MLQ)

Kepemimpinan PRESENTED BY: M ANANG FIRMANSYAH

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

FOLLOWERSHIP : SISI LAIN KEPEMIMPINAN YANG TERLUPAKAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB I PENDAHULUAN Profil Perusahaan PT. Bravo Satria Perkasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian suatu proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat. modal, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan waktu.

IMPLEMENTASI MODEL KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Yohanes Hendro Pranyoto 1

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. regresi linier berganda yang dilaksanakan mengenai pengaruh pelaksanaan gaya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaanperusahaan

MODUL KELIMA KEPEMIMPINAN. Di Susun Oleh: Erna Multahada, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan ekonomi global pada era ini telah menjadi lebih dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Analisis interaksi motivasi...puji Lestari, FPsi UI, PENDAHULUAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. heterogen terdiri dari penduduk asli, penduduk urbanisasi maupun imigran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan organisasi. Kualitas kinerja yang baik tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini bila kita teliti dengan lebih seksama penyebabnya

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. transformasional dan iklim psikologis pada kinerja karyawan, maka berdasarkan pada

PENGARUH DIMENSI-DIMENSI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL PADA KINERJA KARYAWAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH PADA SEKOLAH UNGGUL (Studi di SMA Negeri 1 Sumatera Barat)

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

ANALISIS PENGUKURAN GAYA KEPEMIMPINAN (Studi kasus pada Perusahaan Kerajinan Palupi Craft) Akbar Insani, Mirwan Surya Perdhana 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB II LANDASAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wadah tersebut adalah organisasi. Dengan adanya organisasi, perangkat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PRODUKSI PT HSL

BAB III METODE PENELITIAN. 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel Y) : Kinerja. maka dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. organisasi, lingkungan kerja, serta kinerja yang dapat mendukung penelitian ini.

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

1

PERTEMUAN 13 dan 14: KEPEMIMPINAN. DIKTAT KULIAH: TEORI ORGANISASI UMUM 1 Dosen: Ati Harmoni 1

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

II. LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. pada bidang sumber daya manusia yang tidak lagi dianggap sebagai faktor

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN

BAB II LANDASAN TEORI & HIPOTESIS. Stoner mendefinisikan kepemimpinan manajerial sebagai suatu proses

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BIOSFER: JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI (BIOSFERJPB) 2017, Volume 10 No 1, ISSN:

Supriyatin, Mieke Miarsyah, Melia Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. paparkan pada bab Pendahuluan. Adapun pertanyaan penelitian yaitu :

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dan 11 karyawan perempuan. Masa kerja karyawan adalah minimal 6 bulan Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

PENDAHULUAN Olahraga pada hakikatnya adalah salah satu unsur yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Untuk menjadi sehat dan bugar, seorang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat yang dipilih sebagai objek penelitian adalah PT Komatsu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab III. Metode Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Presiden Masa Depan Dalam Teori Kepemimpinan (363/M) Oleh : Rohmah Kusma Wihantari Kamis, 12 Juli :46

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP EMPLOYEE ENGAGEMENT PADA PT PLN (Persero) PUSDIKLAT

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN DI PT JAYA MULIA PERKASA

GAMBARAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI PT BANK X (STUDI DESKRIPTIF) Octarina Arista Ningrum, Unika Prihatsanti *

Transkripsi:

28 KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Kebangkitan Kembali Studi Tentang Kepemimpinan Bagus Riyono PENGANTAR Studi tentang kepemimpinan menghangat kembali pada dekade terakhir ini berkat dirumuskannya teori tentang kepemimpinan transformasional (Den Hartog dkk, 1997), yang terutama dikemukakan oleh Bass (1985; 1990). Konsep kepemimpinan transformasional ini, menurut Bass, memiliki dimensi yang berbeda dari teori-teori kepemimpinan sebelumnya. Teori ini merupakan gabungan antara paradigma trait, gaya dan pendekatan contingensi (ketergantungan) (Den Hartog dkk, 1997), sehingga dapat dimasukkan dalam penganut aliran yang penulis istilahkan sebagai integrated psychology (Riyono, 1998). Salah satu ciri dari integrated psychology adalah konsepnya tentang manusia yang memandang manusia sebagai integrated man, being, and becoming (Bennis dkk, 1994). Menurut Bass (1985) -- berdasar pada konsep kepemimpinan transaksional dari Burns (1978) -- penelitian-penelitian mengenai kepemimpinan, pada umumnya merumuskan konsep kepemimpinan sebagai proses pertukaran timbal balik. Misalnya, anak buah akan menerima imbalan berdasarkan perilakunya yang sesuai dengan keinginan sang pemimpin. Imbalan tersebut bisa bersifat material (upah, insentif) atau immaterial (kebanggaan, kepuasan). Teori kepemimpinan transaksional dilandasi oleh ide bahwa hubungan pemimpin dan anak buah merupakan serangkaian pertukaran atau tawar-menawar secara implisit. Peran pemimpin adalah sebagai pengisi kekosongan dalam hubungan pekerja dengan pekerjaannya serta lingkungannya. Ketika pekerjaan dan lingkungan tidak menyediakan bimbingan, kepuasan atau dorongan motivasi, maka adalah tugas pemimpin untuk menyediakan hal-hal tersebut (Den Hartog dkk, 1997). Pada prinsipnya, kepemimpinan transaksional memotivasi anak-buah untuk berprestasi sesuai dengan yang diharapkan. Berbeda halnya dengan kepemimpinan transformasional, yang memungkinkan anak buah untuk berprestasi lebih dari yang diharapkan. TEORI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Kepemimpinan transformasional memiliki dampak yang melebihi kepemimpinan transaksional, yaitu mengilhami dan memotivasi anak buah untuk berbuat lebih dari yang diharapkan. Indikator langsung dari adanya kepemimpinan transformational ini terletak pada perilaku para pengikutnya yang didasarkan pada persepsi mereka terhadap sang pemimpin. Oleh karena itu teori ini dapat dikategorikan sebagai teori atribusi.

29 Jika kita amati panggung politik negara kita secara sepintas, kita akan menemukan banyak contoh-contoh pemimpin dengan berbagai macam sifat, gaya dan perilakunya, yang memiliki dampak berbeda terhadap perilaku para pengikutnya. Misalnya, di era reformasi ini kita mengenal Amien Rais, Gus Dur dan Megawati. Kemudian kita juga bisa melihat sepak terjang Pak Harto, Harmoko dan Habibie. Dari observasi pada perilaku para pendukung masing-masing pemimpin tersebut, bisa dilihat bahwa ada pendukung yang rela berkorban demi pemimpinnya tanpa mengharapkan balasan untuk dirinya sendiri. Sedang di pihak lain kita juga bisa melihat perilaku para pendukung yang sekedar melakukan apa yang diharapkan pemimpinnya dengan imbalan yang setimpal. Secara sederhana hal tersebut mengilustrasikan perbedaan antara pemimpin transformasional dan transaksional. Dalam dunia usaha, sangat lazim terjadi hubungan pimpinan-bawahan yang bersifat transaksional sehingga kadang jika pimpinan lupa atau lalai tidak memberikan imbalan yang setimpal maka produktivitas langsung turun. Hal semacam itu tidak akan terjadi jika sang pemimpin memiliki kualitas yang transformasional. Bagi para pengikutnya, pemimpin transformasional dapat mendorong mereka untuk bertindak melebihi yang diharapkan. Mereka mau berkorban dan merasa ikhlas untuk bekerja sehingga bisa lebih mandiri dan lebih maju. Teori-teori kepemimpinan yang lama memang sudah berusaha untuk menerangkan fenomema kepemimpian semacam ini, namun belum ada yang bisa menerangkannya selengkap Bass (1985). Seorang pemimpin untuk bisa mencapai kualitas transformasional memang harus berusaha keras untuk dapat memiliki pengaruh seperti yang diterangkan di atas. Untuk itu Bass telah merumuskan empat ciri atau kualitas pribadi dari pemimpin transformasional. EMPAT CIRI PEMIMPIN TRANSFORMASIONAL Bass (1990) merumuskan empat ciri yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga memiliki kualitas transformasional. Pertama, pemimpin tersebut memiliki karisma yang diakui oleh pengikutnya (charisma), sehingga dia dapat memberikan inspirasi atau menjadi sumber inspirasi bagi anak buahnya (inspirational). Ciri yang ke tiga adalah perilakunya dan perhatiannya terhadap anak buah yang sifatnya individual (individualized consideration). Artinya dia bisa memahami dan peka terhadap permasalahan dan kebutuhan tiap-tiap anak buahnya. Hal ini tercermin dari persepsi anak buahnya yang merasa bahwa sang pemimpin mampu memahami dirinya sebagai individu. Setiap anak buah merasa dekat dengan pemimpinnya dan merasa mendapat perhatian khusus. Ciri yang ke empat adalah kemampuan sang pemimpin untuk menstimulasi pemikiran atau ide-ide dari bawahannya (intelektual stimulation). Dalam pemahaman kita mungkin bisa dikatakan bahwa pemimpin transformasional adalah seorang pemimpin yang cerdas sehingga ide-idenya atau analisisnya mampu memberikan pencerahan intelektual pada anak buahnya. Keempat syarat tersebut akan saling melengkapi, namun tidak harus semuanya dimiliki oleh seorang pemimpin transformasional. Semakin banyak kualitas yang dimiliki akan semakin kuat pengaruhnya sebagai pemimpin transformasional. Menurut Bass (1990) kepemimpinan transformasional ini sifatnya kontinuum dan merupakan suatu tingkatan di atas kepemimpinan transaksional. Bass (1990) tidak sependapat dengan Burns (1978) yang

30 mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan kebalikan dari kepemimpian transaksional. STUDI EMPIRIS MENGENAI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Semenjak dirumuskan oleh Bass (1985), teori kepemimpinan transformasional ini telah merangsang banyak penelitian yang berusaha menguji efektivitasnya pada berbagai ragam organisasi. Bass (1990) menyebutkan bahwa studi empiris telah dilakukan terhadap tidak kurang dari 1.500 pimpinan organisasi, yang terdiri dari General Manager, ketua tim teknis, pengelola sekolah dan kantor-kantor pemerintahan, manager tingkat menengah atas, dan perwira angkatan bersenjata. Hasil penelitian tersebut mendukung secara empirik bahwa semakin transformasional seorang pemimpin maka organisasi yang mereka pimpin juga semakin efektif. Di samping itu semakin transformasional seorang pemimpin maka semakin baik pula hubungannya dengan atasannya serta anak buahnya. Anak buah melaporkan bahwa mereka rela untuk bekerja lebih giat bagi pemimpin semacam itu. Yang menarik adalah penelitian yang menilai satu orang pemimpin oleh dua kelompok anak buah yang berbeda. Satu kelompok menilai tingkat transformasional pemimpinnya dan yang lain menilai tingkat keberhasilan organisasinya. Pemisahan ini dimaksudkan untuk mengurangi bias yang mungkin terjadi jika penilaian kualitas pribadi dengan hasil kerja dilakukan oleh orang yang sama. Karena, jika seseorang telah menilai pemimpinnya sebagai pemimpin yang baik maka penilaian terhadap prestasinya juga cenderung baik. Ternyata walaupun dipisahkan penilaiannya, kepemimpinan transformasional tetap berkorelasi positif dengan prestasi organisasinya (Bass, 1990). Bass telah mengerjakan tugasnya dengan baik. Di samping argumentasinya yang meyakinkan mengenai konsep kepemimpinannya, dia juga telah menyusun alat ukur untuk mengukur tingkat kepemimpinan transformasional, sehingga hal ini memudahkan peneliti lain untuk bekerja. Alat ukur ini disebut MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire). ALAT UKUR UNTUK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Pendapat Bass (1990) tentang kepemimpinan transformasional ternyata lebih populer dibandingkan dengan pendapat Burns (1978). Salah satu kekuatan Bass adalah alat ukur yang dikembangkannya dan telah teruji secara empiris yaitu MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire). Untuk mendukung argumentasinya bahwa kepemimpinan transformasional bukanlah kebalikan dari kepemimpinan transaksional, melainkan kelanjutan nya, Bass bersama rekan-rekannya Waldman dan Einstein (Waldman dkk, 1987) melakukan analisis regresi hierarkis. Hasilnya menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki efek yang melebihi dan di atas (over and above) kepemimpinan transaksional. MLQ memiliki 8 faktor kepemimpinan yang terdiri dari 4 faktor kepemimpinan transformasional, 3 faktor kepemimpinan transaksional dan satu faktor kepemimpinan Laissez-faire (Den Hartog dkk, 1997). Seperti tersebut di atas, 4 faktor kepemimpinan transformasional adalah karisma, inspirasi, perhatian individual (individual consideration), dan stimulasi intelektual (intellectual stimulation). Kepemimpinan transaksional dibagi dalam tiga

31 faktor, yaitu, reinforcement yang sesuai (contingent reinforcement), manajemen seperlunya (management-by-exception) aktif dan manajemen seperlunya pasif. Sedangkan faktor ke delapan adalah kepemimpinan serba boleh (Laissez-faire). Karisma ditandai dengan kekuatan visi dan penghayatan akan misi, memunculkan kebanggaan, menimbulkan hormat dan kepercayaan, dan peningkatan optimisme. Pemimpin yang karismatik membuat anah buah bersemangat, terangsang dan terinspirasi (Bass & Avolio, 1989; Bass, 1985; Yammarino & Bass, 1990). Dimensi inspirasi mencakup kapasitas seorang pemimpin untuk bertindak sebagai model atau panutan bagi pengikutnya. Tindakan itu dapat juga berupa cara mengkomunikasikan visi dan penggunaan simbol-simbol sehingga anak buah dapat bekerja dan berusaha secara terfokus. Perhatian individual dapat berupa aktivitas pembimbingan dan mentoring, yang merupakan proses pemberian feedback yang berkelanjutan dan pengkaitan misi organisasi dengan kebutuhan individual sang anak buah. Dengan demikian anak buah akan merasakan pentingnya berusaha dan bekerja semaksimal mungkin karena itu terkait langsung dengan kebutuhannya sendiri. Dimensi stimulasi intelektual ditandai oleh kemampuan pemimpin untuk mencetuskan ide-ide segar yang merangsang pemikiran dan memberikan tantangan untuk pemecahan permasalahan yang berbeda dengan cara-cara yang lazim. Stimulasi intelektual ini merangsang kesadaran akan permasalahan, kesadaran akan cara berpikirnya selama ini dan merangsang imajinasi. Oleh karena itu stimulasi intelektual ini meningkatkan penghargaan anak buah terhadap keyakinan dan nilai-nilai sang pemimpin. Adanya pengaruh stimulasi intelektual ini dapat dilihat dari kemampuan anak buah dalam hal konseptualisasi, pemahaman komprehensif, dan analisis permasalahan, serta pemecahan masalah yang mereka lakukan. Dimensi reinforcement-yang-sesuai mengukur apakah imbalan yang diberikan oleh sang pemimpin sudah sesuai dengan usaha yang diberikan dan prestasi yang dicapai. Kesesuaian imbalan dengan usaha dan prestasi ini akan mempengaruhi prestasi selanjutnya dan kepuasan kerja anak buah (Bass, 1990). Dimensi manajemen seperlunya adalah sikap pemimpin yang sekedar mempertahankan cara kerja yang sudah ada asal berjalan baik. Pimpinan hanya bertindak jika ada penyimpangan atau ada masalah. Dimensi ini dibagi dua, yang aktif dan pasif. Disebut aktif jika pemimpin secara aktif mencari apakah ada penyimpangan prosedur atau kesalahan-kesalahan, dan jika ditemukan akan mengambil tindakan seperlunya. Disebut pasif jika pemimpin hanya bertindak jika ada laporan penyimpangan atau kesalahan, sehingga tanpa adanya informasi yang diberikan padanya sang pemimpin tidak mengambil tindakan apa-apa. Dimensi serba boleh adalah dimensi yang paling pasif, sehingga sering juga disebut sebagai kondisi yang sama dengan tidak ada kepemimpinan sama sekali. Segalanya serba boleh, karena pemimpin tidak berani mengambil keputusan. Pembagian menjadi 8 faktor (dimensi) ini dikritik oleh Den Hartog dkk, (1997) terutama pembedaan manajemen seperlunya yang pasif dengan serba boleh. Hasil uji ulang mereka menunjukkan bahwa pembagian dua faktor itu tidak begitu berarti dan sebaiknya digabungkan

32 saja menjadi satu faktor, yaitu kepemimpinan pasif. Namun demikian studi mereka semakin memperkuat signifikansi faktor-faktor yang lain sebagai alat ukur yang handal untuk kepemimpinan transformasional. BAGAIMANA MENDIDIK DAN MEMBENTUK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL Teori kepemimpinan transformasional bukanlah penganut faham naturalistik, walaupun banyak dimensinya, seperti misalnya karisma dan kemampuan intelektual, yang seolah bersifat bawaan. Oleh karena itu Bass (1996) mengilustrasikan paling tidak dua strategi untuk mendidik atau membina pemimpin transformasional. Strategi pertama adalah dimulai dengan evaluasi kualitas kepemimpinan transformasional yang dimiliki peserta training, yang diperoleh dari bawahan dan/atau rekan kerja. Hasil evaluasi tersebut kemudian didiskusikan dengan seorang mentor dan dibandingkan dengan evaluasi yang dilakukan diri sendiri. Evaluasi kualitas kepemimpinan transformasional tersebut dilakukan dengan MLQ. Fokus dari diskusi adalah jika terjadi kesenjangan antara hasil evaluasi orang lain dengan hasil evaluasi diri sendiri. Kemudian ditanyakan mengapa orang lain memiliki pandangan seperti itu, hal-hal apakah yang bisa dilakukan untuk menutup kesenjangan tersebut dan sebagainya. Proses diskusi ini dapat juga dilakukan secara kelompok. Dalam kelompok, masing masing peserta dapat berbagi pengalaman tentang apa yang telah dilakukan sehingga, misalnya, dia mendapatkan skor tinggi dalam hal stimulasi intelektual. Peserta lain kemudian dapat mengambil pelajaran dari pengalaman rekannya. Strategi ke dua adalah dengan membayangkan sosok pemimpin yang ideal yang mereka pernah kenal. Kemudian dijabarkan dan ditelaah bagaimana perilaku sosok pemimpin ideal tersebut. Biasanya akan muncul contoh-contoh yang menunjukkan karisma, perhatian individual atau kemampuan stimulasi intelektual. Pelatih harus menekankan bahwa kualitas seperti itu bukanlah monopoli sang pemimpin ideal, melainkan dapat dikembangkan oleh siapa saja yang mau berusaha. Kemudian perilaku-perilaku ideal yang sudah diidentifikasi ditelaah lebih lanjut untuk dapat ditiru dan diterapkan dalam konteks lingkungan kerja masing-masing peserta training. Masih banyak cara yang mungkin dikembangkan dalam usaha untuk membina pemimpin transformasional ini. Yang penting adalah pemahaman yang mendalam akan keempat ciricirinya dan kemampuan untuk mengukurnya. Tentu saja ukuran yang paling tepat adalah bagaimana prestasi organisasi dari sang pemimpin tersebut. TANTANGAN DAN PELUANG BAGI ILMUWAN INDONESIA Setelah kita bahas apa dan bagaimana kepemimpinan transformasional tumbuh menjadi salah satu teori kepemimpinan yang mampu menerangkan efektivitas peranan pemimpin dalam organisasi, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan dan mengembangkan teori ini agar bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Sebagai ilmuwan psikologi

33 tentunya tantangan pertama adalah melakukan penelitian lokal tentang teori ini untuk menguji universalitasnya. Beberapa pertanyaan yang bisa digali dari teori ini adalah misalnya, kemampuan intelektual yang dimiliki seorang pemimpin apakah memiliki dampak yang sama pada anak buah yang memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda? Bagaimana pengaruh karisma pada anak buah yang memiliki kemampuan tinggi dan kepercayaan diri yang tinggi? Apakah sama pengaruh kepemimpinan transformasional pada anak buah yang memiliki sikap idealis dan pragmatis, misalnya pada profesional versus pegawai negeri (birokrat). Di samping peluang-peluang untuk penelitian tersebut, terbuka pula peluang untuk penerapan. Misalnya pada pendidikan kepemimpinan, kita bisa memakai kerangka pikir teori kepemimpinan transformasional ini untuk meningkatkan kualitas pemimpin. Kemudian, bisa dievaluasi efektivitas dari dimensi-dimensi kepemimpinan yang dikembangkan tersebut setelah mereka kembali bertugas di organisasinya masing-masing. Sebagai ilmuwan sosial, kita juga bisa menguji teori ini untuk memprediksi calon pemimpin bangsa kita, misalnya dengan meneliti persepsi masyarakat terhadap para calon presiden. Siapakah di antara mereka yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan transformasional paling kuat. Lalu bisa dilihat pada hasil pemilihan, siapakah yang akhirnya terpilih menjadi presiden. Lebih lanjut lagi bisa kita teliti di antara para pemimpin yang telah lalu, seberapa kuat sifat-sifat kepemimpinan transformasionalnya, kemudian kita bandingkan prestasi dari organisasi yang mereka pimpin. Memang teori kepemimpinan transformasional ini menarik sehingga mampu merangsang dilakukannya penelitian-penelitian lanjutan. Menariknya teori ini pertama-tama, karena teori ini sejalan dengan akal sehat kita bahwa seorang pemimpin memang semestinya bisa menjadi teladan, berkarakter kuat, berperilaku baik dan cerdas. Kedua, teori ini menarik karena Bass dengan cukup meyakinkan mampu menjabarkan unsur-unsur kepemimpinan ini menjadi definisi operasional yang dapat diukur dan dibentuk. Bass bahkan juga menyediakan alat ukurnya yang siap pakai (MLQ). Kemampuan untuk menjabarkan hal yang intuitif dan abstrak menjadi tolok ukur yang konkret dan operasional ini juga merupakan hal yang menarik untuk kita pelajari dan latih, sehingga sebagai ilmiawan timur yang memiliki banyak wisdom yang filosofis, akan mampu merumuskan teori-teori tentang perilaku yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa kita. DAFTAR PUSTAKA Bass, B.M. 1985. Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: Free Press. Bass, B.M. & Avolio, B.J. 1989. Manual for the Multifactor Leadership Questionnaire. Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press. Bass, B.M. 1990. Bass and Stogdill s Handbook of Leadership: Theory, Research and Managerial Applications, 3 rd ed. New York: Free Press.

34 Bass, B.M. 1996. From transactional to transformational leadership: learning to share the vision. In Steers, R.M., Porter, L.W. and Bigley, G.A. (Eds), Motivation and Leadership at Work: Sixth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Bennis, W., Parikh, J., and Lessem, R. 1994. Beyond Leadership: Balancing Economics, Ethics and Ecology. Cambridge: Blackwell Publishers Inc. Burns, J.M. 1978. Leadership. New York: Harper & Row. Den Hartog, D.N., Van Muijen, J.J. and Koopman, P.L. (1997). Transactional versus Transformational Leadership: an Analysis of the MLQ (Multifactor Leadership Questionnaire). Journal of Occupational and Organizational Psychology, Vol 70 No 1, 19-24. Riyono, B. 1998. Prinsip-Prinsip Psikologi Islami. Dalam proses untuk dipublikasikan pada jurnal Psikologika. Waldman,D.A., Bass, B.M., and Einstein, W.O. 1987. Leadership and outcomes of performance appraisal process. Journal of Occupational Psychology, 60, 177-186. Yammarino, F. J. & Bass, B.M. 1990. Long-term forecasting of transformational leadership and its effects among naval officers: Some preliminary findings. In K.E. Clark & M.B. Clark (Eds), Measures of Leadership. West Orange, NJ: Leadership Library of America.