ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035

dokumen-dokumen yang mirip
KEADAAN SAMPAI DENGAN BULAN 02 NOPEMBER Januari - April Mei - Agustus September - Desember Januari - Desember Produksi (ton)

PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TAHUN 2016 KABUPATEN LAMONGAN

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2032

PROYEKSI DAYA DUKUNG LAHAN DAN KEBUTUHAN PERTANIAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2029 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PREDIKSI PERKEMBANGAN LAHAN PERTANIAN BERDASARKAN KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KOTA LAMONGAN TAHUN

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Oleh : Nanda Gayuk Candy DosenPembimbing : Bapak Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. Phd.

Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial

TINJAUAN LINGKUP EKSTERNAL

FORMULASI PERHITUNGAN CAPAIAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN LAMONGAN

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Sebagai Upaya Prediksi Perkembangan Lahan Pertanian di Kabupaten Lamongan

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS

Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan (Studi Kasus: Sektor Pertanian)

BAB IV PEMBAHASAN. menggunakan metode jaringan saraf Kohonen Self Organizing Maps (SOM).

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lamongan Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Pemerintah Kabupaten Lamongan GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA POLA RUANG V - 1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

TUGAS AKHIR RP

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Nomor : 056/054.a/ /I/2013 Tanggal : 28 Januari 2013

ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN. Vicky R.B. Moniaga ABSTRACT

KETIMPANGAN PEMBANGUNAN DAN SEKTOR UNGGULAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN LAMONGAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENDAHULUAN Latar Belakang

dari konsep semula. Beberapa kota lain yang mempunyai perkembangan yang AH Pasarlegi KEC. SAMBENG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN LAMONGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab V Analisis, Kesimpulan dan Saran

PENDAHULUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

Jurnal Ternak, Vol.05, No.02, Des. 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. DESKRIPSI DAERAH ASAL DAN DAERAH TUJUAN MIGRAN SEKTOR INFORMAL

Jurnal Ternak, Vol.03, No.02, Desember 2012

DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN LAMPASIO KABUPATEN TOLITOLI A JURNAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

KAJIAN DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN DALAM MENUNJANG SWASEMBADA PANGAN DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN ABSTRACT

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB III KINERJA ADVOKAT DI PENGADILAN AGAMA LAMONGAN. A. Letak Geografis Pengadilan Agama Lamongan

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : , 2018 e-issn:

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lamongan III-1

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

KATA PENGANTAR. Lamongan,

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Gambaran Wilayah. Kabupaten LAMONGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN. Andre Giant Galentsi Masengi Celcius Talumingan Juliana R.

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah di wilayah Indonesia,

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar

ANALISA DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENYEDIAAN PANGAN DI WILAYAH JAWA TIMUR BAGIAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. umum disebabkan dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

Arahan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian ke Non-Pertanian di Kabupaten Gresik

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN GEOGRAFIS MENGENAI USAHA TANI PADI DI KABUPATEN LAMONGAN. Nina Nur Melia Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi,

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

5. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2035 Imam Arifa illah Syaiful Huda, Melly Heidy Suwargany, Diyah Sari Anjarika Fakultas Geografi UGM Email: faillah.arif@gmail.com ABSTRAK Pertumbuhan penduduk yang cepat akan menimbulkan berbagai masalah, khususnya peningkatan kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Di sisi lain, perkembangan di sektor industri juga mengalami pertumbuhan yang cepat. Hal ini berimplikasi pada alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian. Permasalahan yang paling mendasar dari sektor pertanian ini adalah semakin menyusutnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan (BAPPENAS, 2015). Tingginya alih fungsi lahan pertanian akan memberi ancaman terhadap ketahanan pangan suatu wilayah. Kondisi seperti ini menjadi salah satu tugas penting pemerintah daerah dalam menerapkan kebijakan untuk pembangunan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini yakni menganalisis daya dukung dan kebutuhan lahan pertanian di Kabupaten Lamongan tahun 2035. Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini yakni metode kuantitatif. Proses pencarian, pengumpulan, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan dari berbagai sumber terpercaya, seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kabupaten Lamongan memiliki tingat daya dukung lahan pertanian yang sangat baik atau tergolong dalam kelas satu. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Lamongan mampu swasembada pangan dan mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya. Sedangkan dari hasil perhitungan jumlah penduduk optimal bahwa tidak diperlukan tambahan luas panen. Selain itu, kebutuhan lahan pertanian pada tahun 2035 dapat dipenuhi dari luas lahan produksi yang ada. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebijkan yang mendukung sektor pertanian agar daya dukung lahan pertanian dan kebutuhan lahan pertanian tetap terjaga dengan baik. Seperti halnya, pengetatan aturan alih fungsi lahan pertanian untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Kebijakan ini diharapkan mampu berpengaruh pada pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Kata Kunci: Daya Dukung, Kebutuhan Lahan, Pertanian PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang cepat akan menimbulkan berbagai masalah, khususnya peningkatan kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Di sisi lain, perkembangan di sektor industri juga mengalami pertumbuhan yang cepat. Hal ini berimplikasi pada alih fungsi lahan pertanian ke lahan non pertanian. Permasalahan yang paling mendasar dari sektor pertanian ini adalah semakin 396

menyusutnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan (BAPPENAS, 2015). Tingginya alih fungsi lahan pertanian akan memberi ancaman terhadap ketahanan pangan suatu wilayah. Kerisauan masyarakat terhadap ketahanan pangan semakin menguat setelah menyaksikan berbagai krisis di bidang pangan yang sering muncul akhir-akhir ini mengalami krisis dengan ditandai oleh meningkatnya volume impor setiap tahunnya. Menyadari bahwa mencukupi kebutuhan pangan utama merupakan langkah awal strategis bagi pembangunan bangsa, berperan dominan dalam perekonomian, baik dari segi produksi maupun konsumsi atau pengeluaran rumah tangga. Dengan pertimbangan tersebut, kebijakan pembangunan pertanian selalu didominasi oleh kebijakan perberasan (Nurmalia,dkk. 2007). Kondisi seperti ini tentu menjadi salah satu tugas penting pemerintah daerah dalam mengatasi permasalahan perubahan lahan pertanian dan ketahanan pangan. Jika perubahan lahan pertanian menajdi lahan non pertanian semakin besar, maka kemungkinan terjadinya krisis ketahanan pangan akan semakin besar. Hal ini juga disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan berpengaruh terhadap tingginya kebutuhan pangan. Analisis daya dukung lahan pertanian merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran mengenai hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. McCall (1995) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan daya dukung adalah alat untuk menganalisis penggunaan tanah khususnya untuk pertanian dan data populasi yang sistematis. Dengan cara ini kelangsungan hidup dalam suatu wilayah dalam kaitan dengan rasio populasi/tanahnya dapat ditentukan. Mengetahui tingkat dukungan dari suatu area/lahan sangat penting bagi seorang perencana pembangunan, karena ia akan bisa memperkirakan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi atau memperkirakan tingkat kebutuhan penduduk yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada (Muta ali, 2015). Rencana pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari aspek kajian penduduk. Informasi mengenai kependudukan sangat dibutuhkan dalam perencanaan wilayah. Dengan berdasarkan informasi kependudukan, maka rencana pembangunan akan semakin akurat atau tepat sasaran. Untuk itu, kajian kependudukan perlu dilaksanakan untuk menunjang perencanaan pembangunan di masa yang akan datang, baik tingkat regional ataupun nasional. Salah satu aspek kajian kependudukan yang dapat dijadikan dasar perencanaan pembangunan yaitu proyeksi parameter penduduk. Proyeksi penduduk merupakan suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan. Ketiga komponen inilah yang menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur umur penduduk di masa yang akan datang. Untuk menentukan masingmasing asumsi diperlukan data yang menggambarkan tren di masa lampau hingga saat ini, faktorfaktor yang mempengaruhi komponen397

komponen itu, dan hubungan antara satu komponen dengan yang lain serta target yang diharapkan tercapai pada masa yang akan datang. Beberapa manfaat dalam menghitung proyeksi penduduk yaitu mengetahui keadaan penduduk pada saat ini, yang berkaitan dengan penentuan kebijakan kependudukan serta perbandingan tingkat pelayanan yang diterima masyarakat saat ini dengan tingkat pelayanan yang ideal, mengetahui kebutuhan fasilitas atau infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat, seperti kebutuhan sekolah dan rumah sakit, mengetahui pengaruh berbagai kejadian terhadap keaadaan penduduk di masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang. Jurnal ini akan membahas tentang perhitungan kebutuhan lahan pertanian di Kabupaten Lamongan berdasarkan perhitungan proyeksi penduduk tahun 2035 atau 20 tahun kedepan. Berdasarkan perhitungan kebutuhan lahan pertanian nanti, diharapkan mampu menjadi dasar perencanaan pembangunan wilayah dan sebagai dasar untuk menetapkan kebijakan. METODE Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini yakni metode kuantitatif. Proses pencarian, pengumpulan, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan dari berbagai sumber terpercaya, seperti Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan data jumlah penduduk, luas lahan produksi pertanian per ton, dan menganalisis berbagai referensi seperti artikel ilmiah, jurnal, buku, dan arsip akademis yang menjelaskan temuan, ide atau pendapat, dan konsep atau teori yang berhubungan dengan kebutuhan lahan pertanian di Kabupaten Lamongan. Teknis analisis yang digunakan dalam menentukan tingkat daya dukung lahan pertanian digunakan rumus matematika dari konsep gabungan atas teori Odum, Christeiler, Ebenezer Howard dan Issard dalam Soehardjo dan Tukiran, 1990) yaitu: = = ℎ ℎ (ℎ ) ( ) ( ) / ℎ dimana: s = Tingkat daya dukung lahan pertanian X = Luas panen tanaman pangan per kapita K = Luas lahan untuk swasembada pangan Odum dkk., dalam Soehardjo dan Tukiran (1990), wilayah yang mampu swasembada pangan adalah wilayah yang dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum penduduk sebesar 1600 kalori/orang/hari atau setara dengan 265 398

kilogram beras/orang/tahun. Sedangkan untuk wilayah yang mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduk yang tergantung pada tanaman pangan adalah wilayah yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk dalam taraf yang layak yaitu setara dengan 650 kilogram beras/orang/tahun atau 2,466 kali KFM. Berdasarkan nilai nilai tersebut maka klasifikasi yang ditetapkan adalah: 1. Kelas I σ > 2, 47: Wilayah yang mampu swasembada pangan dan mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya. 2. Kelas II 1 σ 2,47 :Wilayah yang mampu swasembada pangan tetapi belum mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya 3. Kelas III σ < 1: Wilayah yang belum mampu swasembada pangan Sedangkan, referensi lain menyebutkan bahwa wilayah dipandang sebagai ekosistem pertanian. Jika > 1, mampu berswasembada pangan, < 1 tidak mampu berswasembada pangan, penduduk melampui batas optimal (over populated), dan jika = 1 wilayah optimal, (Muta ali, 2015). Dari rumusan di atas maka dapat diturunkan rumus untuk mencari jumlah penduduk optimal (JPO) yang dapat didukung oleh hasil tanaman pangan dari lahan pertanian yang ada di wilayah tersebut, yaitu: = ℎ ℎ Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan kebutuhan lahan pertanian yaitu: 1+ = Pr 0,632 Keterangan: KLPR = Kebutuhan Lahan Pertania perhektar/panen KPB = Kebutuhan pangan beras perkapita, yaitu sebesar 154, 1 kg/kapita/tahun (badan ketahanan pangan). r = Pertumbuhan penduduk awal tahun n = Tahun Proyeksi Pr = Produksi Lahan Rata-rata per hektar (Kg/ha). 0, 632 = Konstanta peubah dari padi ke beras Tujuan praktis jurnal ini adalah untuk mengetahui seberapa besar daya dukung lahan pertanian, jumlah penduduk optimal, dan kebutuhan lahan pertanian yang ada pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Lamongan sehingga dapat dilakukan upaya untuk menentukan kebijakan penggunaan lahan serta pengembangan wilayah lebih lanjut. 399

HASIL Hasil penghitungan daya dukung lahan pertanian, jumlah penduduk optimal, dan kebutuhan lahan pertanian Kabupaten Lamongan tahun 2035 bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Daya Dukung Lahan Pertanian Kabupaten Lamongan tahun 2035 Hasil perhitungan daya dukung lahan pertanian di Kabupaten Lamongan tahun 2035 secara umum masuk dalam kategori positif atau memiliki kemampuan swasembada pangan dan mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya. Tabel 1. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Lamongan Menurut Klasifikasi Tingkat Daya Dukung Lahan Pertanian Proyeksi Tahun 2030 Kelas Daya Dukung Kecamatan Keterangan Lahan Pertanian I σ > 2,47 Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Wilayah yang mampu Sambeng, Mantup, swasembada pangan Kembangbahu, Sugio, dan mampu Kedungpring, Modo, Babat, memberikan Pucuk, Sukodadi, Lamongan, kehidupan yang layak Tikung, Sarirejo, Deket, Glagah, bagi penduduknya Karangbinangun, Turi, Kalitengah, Karanggeneng, Sekaran, Maduran, Laren. II l< σ <2,47 Solokuro Wilayah yang mampu swasembada pangan tetapi belum mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya III σ <l Paciran, Brondong Wilayah yang belum mampu swasembada pangan Sumber: Hasil Analisis 2017 Terdapat 2 Kecamatan yang nilai daya dukungnya < 1, yaitu kecamatan Paciran dan Kecamatan Brondong. Artinya kecamatan Paciran dan Brondong termasuk dalam Wilayah yang belum mampu swasembada pangan. Jumlah penduduk optimal Kabupaten Lamongan Tahun 2035 Daya dukung lahan yang seimbang ditentukan apabila luas lahan pertanian yang ada pada suatu wilayah dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum penduduknya. Keseimbangan daya dukung lahan pertanian pada 400

penelitian ini diwujudkan dalam suatu keadaan dimana jumlah penduduk optimal yang mampu di dukung oleh hasil tanaman pangan dari lahan pertanian yang ada (Talumingat, 2017). Berdasarkan angka daya dukung lahan pertanian dan jumlah penduduk diperoleh jumlah penduduk optimal. Hasil perhitungan Tabel 2 (Jumlah penduduk optimal) memperlihatkan jumlah penduduk optimal yang dapat didukung oleh lahan pertanian di Kabuapaten Lamongan Tahun 2035, sebagai berikut. Tabel 2. Jumlah Penduduk Optimal Menurut Kecamatan di Kabupaten Lamongan tahun 2035 Jumlah No Kecamatan penduduk Daya Dukung (jiwa) 2035 Lahan Pertanian Pd Optimal 1 Sukorame 21070 6.89 145114 2 Bluluk 22368 8.21 183725 3 Ngimbang 53819 5.19 279215 4 Sambeng 53133 4.13 219280 5 Mantup 47358 4.33 204886 6 Kembangbahu 50273 6.32 317502 7 Sugio 67983 7.79 529481 8 Kedungpring 70559 5.68 400954 9 Modo 53856 7.45 401317 10 Babat 105302 3.11 327898 11 Pucuk 58901 4.37 257307 12 Sukodadi 64103 5.90 378371 13 Lamongan 76858 3.26 250909 14 Tikung 26892 11.39 306431 15 Sarirejo 24314 12.33 299792 16 Deket 50255 3.40 170733 17 Glagah 53471 2.64 141168 18 Karangbinangun 49963 3.51 175172 19 Turi 61115 3.56 217378 20 Kalitengah 42041 2.78 116944 21 Karanggeneng 50460 2.90 146437 22 Sekaran 66440 4.09 271882 23 Maduran 45150 3.80 171746 24 Laren 66531 4.90 326197 25 Solokuro 64438 1.64 105996 26 Paciran 119096 0.11 13082 27 Brondong 106923 0.35 37106 Sumber: Hasil Analisis 2017 401

Tabel di atas menggambarkan bahwa, jika jumlah penduduk optimal yang diperoleh lebih kecil dari jumlah penduduk yang terdata, maka diperlukan tambahan luas panen yang dapat mendukung penduduk tersebut. Selain tambahan luas panen, dapat juga dilakukan dengan cara peningkatan produksi tanaman pangan meialui usaha intensifikasi untuk mendukung penduduk tersebut. Dari hasil perhitungan di atas, hanya dua kecamatan yang nilai penduduk optimal lebih kecil dari jumlah penduduk yakni Kecamatan Brondong dan Paciran. menanam tanaman pangan dibawah tanaman lain seperti tanaman kelapa, cengkeh, atau melalui usaha intensifikasi untuk mendukung penduduk tersebut. Sehingga daya dukung lahan bisa terjadi dan perlukan adanya penganekaragaman konsumsi yang tidak berfokus pada beras saja tetapi pada makanan lainya agar kecukupan pangan bisa terpenuhi dan daerah tersebut mengalami swasembada pangan. Kebutuhan lahan pertanian Kabupaten Lamongan Tahun 2035 Secara umum, kebutuhan luas lahan pertanian kabupaten Lamongan pada tahun 2035 dapat dipenuhi dari luas lahan produksi yang ada, dengan asumsi tidak terjadi konversi lahan sawah menjadi non sawah. Tercukupinya kebutuhan lahan pertanian Kabupaten Lamongan karena lahan masih didominasi oleh persawahan. Hal ini berarti bahwa pengelolaan SDA dan irigasi di kabupaten ini menjadi faktor yang sangat penting bagi ketahanan pangan di kabupaten ini. Hal ini bisa dilihat pada grafik kebutuhan lahan pertanian dan peta tutupan lahan kabupaten Lamongan. 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 Luas Panen (Ha) Kebutuhan Lahan Pertanian 2035 Gambar 3. Grafik Kebutuhan Lahan Pertanian di Kabupaten Lamongan tahun 35 Sumber: Hasil analisis, 2017 PEMBAHASAN Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,80 Km² setara 181.280 Ha atau + 3.78 % dari luas wilayah Propinsi Jawa Timur dengan panjang garis pantai sepanjang 47 Km. Batas wilayah administratif Kabupaten Lamongan adalah: 402

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Gresik Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab. Jombang dan Kab. Mojokerto Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kab. Bojonegoro dan Kab. Tuban. Kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten Lamongan secara keseluruhan seluas 91.458,91 ha dengan rincian: pertanian lahan basah (sawah) seluas 79.320 ha dan pertanian lahan kering/ hortikultura (bukan sawah) seluas 12.138,91 ha. Dimana untuk kawasan jenis ini keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Lamongan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kawasan ini mampu menciptakan swasembada pangan terutama melalui program-program yang ada yaitu melalui ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi serta rehabilitasi dan tidak menutup kemungkinan pembukaan lahan-lahan baru yang diperuntukkan bagi pertanian daerah. Berdasarkan hasil perhitungan daya dukung lahan pertanian dan kebutuhan lahan pertanian Kabupaten Lamongan tahun 2035 tidak terlepas dari faktor fisik wilayah dan kebijakan pengembangan wilayah oleh pemerintah daerah. Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0-25 m dengan luas 50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25-100 m seluas 45,68% dan sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m dari permukaan air laut. Secara garis besar, kabupaten lamongan mempunyai 3 karakteristik yaitu: 1) Bagian Tengah Selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Sarirejo dan Kembangbahu 2) Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu batu dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokoro. 3) Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi Kecamatan Sekaran, Maduran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinangun dan Glagah Rendahnya daya dukung lahan pertanian di Kecamatan Brondong dan Paciran menggambarkan bahwa Kecamatan Paciran dan Brondong belum mampu swasembada pangan. Kondisi ini tentu membutuhkan wilayah sekitarnya (hinterland) untuk memasok kebutuhan masyarakat. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Brondong dan Paciran berada pada daerah bentanglahan karst yang sulit ditanami padi. Serta kedua kecamatan tersebut berada di wilayah kepesisiran atau berbatasan dengan laut Jawa. Selain itu, Kecamatan Brondong dan Paciran terwasuk dalam wilayah pengembangan Kabupaten Lamongan yang bergerak pada sektor industri, pariwisata, dan perdagangan. Kondisi lahan di 403

Kecamatan Brondong dan Kecamatan Paciran bisa dilihat pada peta rencana pola ruang yang ada di dalam dokumen rencana tata ruang Kabupaten Lamongan, gambar 1. Secara umum daya dukung dan kebutuhan lahan pertanian di Kabupaten Lamongan sangat baik. Ini menandakan bahwa kawasan lahan pertanian di Kabupaten Lamongan memiliki fungsi dan peran penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan secara mandiri baik sekarang atau di masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan berkelanjutan (LP2B), dimana yang dimaksud dengan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah merupakan sebidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. Yang dimaksud dengan pangan pokok dalam undang-undang ini tidak menunjuk langsung pada beras, tetapi juga termasuk bahan pangan pokok lain seperti umbi-umbian, jagung dan lainnya. Sehingga yang dimaksud dengan lahan pertanian berkelanjutan disini meliputi lahan sawah sebagai penghasil bahan pangan pokok beras dan lahan kering sebagai sumber pangan non beras. Menurut data Bappenas, 2015 disebutkan bahwa Kabupaten Lamongan memiliki beberapa permasalahan terkait dengan pelaksanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan diantaranya, 1) bahan untuk sosialisasi masih kurang terutama masalah insentif yang akan diberikan, 2) tidak ada anggaran sosialisasi LP2B Belum dilaksanakannya sosialisasi LP2B karena belum dapat menjawab insentif dan jaminan pemerintah, 3) Kesulitan dalam mengendalikan alih fungsi lahan, 4) terdapat perbedaan data baku lahan sawah antara Dinas Pertanian dan Kehutanan dengan Dinas PU, 5) terjadi kegamangan atas pelaksanaan LP2B karena tidak jelasnya satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang menjadi leader dalam LP2B. Di sisi lain, Bappenas (2015) mengungkapkan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan LP2B yaitu kondisi sumber air baku, jaringan irigasi, alih fungsi lahan, tataniaga pupuk, dan harga jual panen. Untuk mempertahankan lahan pertanian tetap terjaga, beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan daya dukung lahan pertanian serta implementasi lahan pertanian berkelanjutan yaitu: 1. Melakukan pemetaan lahan pertanian pangan berkelanjutan hingga tingkat desa. Pemetaan hingga tingkat desa akan mempermudah pengawasan dan perlindungan agar tidak terjadi peningkatan alih fungsi lahan 2. Membuat bahan untuk sosialisasi dan merancang secara detail insentif apa yang akan diberikan kepada para petani 3. Melakukan konsolidasi antar lembaga terkait untuk menetapkan luasan lahan pertanian agar tidak terjadi perbedaan data antar instansi 4. Membangun infrastruktur prioritas yang terkait dengan lahan pertanian berkelanjutan. 404

Dengan demikian, hasil analisis terkait daya dukung dan kebutuhan lahan pertanian diharapkan manjadi informasi awal untuk melakukan tindak lanjut terkait dengan pembangunan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Di sisi lain, keberhasilan program lahan pertanian pangan berkelanjutan sangat dipengauhi oleh kebijakan seorang pemimpin terkait rencana pembangunan, baik jangkah menengah atau jangka panjang. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Lamongan memiliki tingat daya dukung lahan pertanian yang sangat baik atau tergolong dalam kelas satu yang berarti Kabupaten Lamongan mampu swasembada pangan dan mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya. Sedangkan dari hasil perhitungan jumlah penduduk optimal bahwa tidak diperlukan tambahan luas panen. Selain itu, kebutuhan lahan pertanian pada tahun 2035 dapat dipenuhi dari luas lahan produksi yang ada. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebijakan yang mendukung lahan pertanian pangan berkelanjutan agar daya dukung lahan pertanian dan kebutuhan lahan pertanian tetap terjaga dengan baik. Serta kebijakan ini diharapkan mampu berpengaruh pada pembangunan wilayah yang berkelanjutan. REFERENSI Muta ali. 2015. Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Muta ali. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota (Tinjauan Normatif-Teknis). Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Pemerintah Kabupaten Lamongan. 2016. Lamongan dalam angka tahun 2016. Suhardjo dan Tukiran, 1990. Studi Literatur Konsep yang Sudah ada Mengenai Daya Tampung Wilayah. Kantor Menteri Negara Ke- pendudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta Nurmalina, Rita. 2008. Keberlanjutan Sistem Ketersediaan Beras Nasional: pendekatan teknik ordinasi rap-rice dengan metoda multidimensional scaling (mds). Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bappenas. 2015. Evaluasi Implementasi Kebijakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Direktorat Pangan dan Pertanian,Bappenas. Jakarta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Lamongan 2011-2031. (2012): Bappeda Kabupaten Lamongan Talumingan. 2017. Kajian Daya Dukung Lahan Pertanian Dalam Menunjang Swasembada Pangan Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal: AgriSosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907 4298, Volume 13 405