27 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Emisi Karbondioksida (CO 2 ) yang Dikeluarkan Kendaraan Bermotor di Kota Bogor Tahun 2010 Emisi CO 2 dari kendaraan bermotor dapat diketahui dengan cara terlebih dahulu menghitung jarak tempuh kendaraan perhari dari masing-masing jenis kendaraan. Jarak tempuh ini diperoleh dengan mengalikan rata-rata konsumsi bahan bakar perhari dari masing-masing jenis kendaraan dengan rata-rata jarak yang dapat ditempuh kendaraan dalam satu liter atau efisiensi dari masing-masing jenis kendaraan. Hasil perhitungan tersebut ada pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Jarak Tempuh Perhari dari Masing-masing Jenis Kendaraan Jenis Jenis Bahan Bakar Konsumsi Bahan Bakar (liter/hari) Efisiensi (km/liter) Jarak Tempuh (km/hari) Sepeda Motor Bensin 0,5 40 20 Mobil Penumpang : a. Angkot Bensin 8,00 4 32 b. Mobil Pribadi Bensin 4,00 5 20 Mobil Barang : a. Truk Solar 10,00 3 30 b. Tangki Solar 10,00 3 30 c. Pick Up Bensin 6,00 4 24 d. Box Bensin 6,00 4 24 Bis transpakuan Solar 10,00 3 30 Setelah mengetahui jarak tempuh kendaraan perhari, maka dapat diketahui jarak yang ditempuh kendaraan dalam setahun. Cara untuk mengetahui jarak yang ditempuh kendaraan dalam setahun yaitu jarak tempuh kendaraan perhari dikalikan dengan lama hari aktif kendaraan dalam setahun. Pada penelitian ini diasumsikan hari aktif kendaraan yaitu 365 hari. Pada penelitian ini juga, angkot yang dibagi tiga shift, yakni shift A, shift B dan shift C masing-masing shiftnya diasumsikan dalam sehari untuk satu angkotnya beroperasi tiga kali pulang-pergi. Maka dari itu, jarak tempuh perhari untuk angkot dikali tiga. Hal serupa juga berlaku untuk bis transpakuan. Jarak tempuh perhari untuk truk, tangki, pick up dan mobil box juga dikali tiga. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa truk, tangki, pick up dan mobil box dalam satu hari beroperasi tiga kali atau melakukan bongkar muat sebanyak tiga kali. Jarak tempuh perhari untuk angkot dan bis
28 transpakuan masing-masing menjadi 96 km/hari dan 90 km/hari. Jarak tempuh perhari untuk truk, tangki, pick up dan mobil box masing-masing menjadi 90 km/hari, 90 km/hari, 72 km/hari dan 72 km/hari. Lebih jelasnya lihat Tabel 15. Tabel 15. Emisi CO 2 yang Dikeluarkan dari Jumlah Kendaraan Bermotor Tahun 2010 Jumlah Jarak Lama Faktor Kendaraan Tempuh Hari Emisi Jenis Kendaraan Tahun Kendaraan Aktif CO 2 2010 (unit) (km/hari) (hari) (g/km) Emisi CO 2 (ton) Sepeda Motor 128.281 20 365 40 37.458,05 Mobil Penumpang : a. Angkot 3.413 96 365 200 23.918,30 b. Mobil Pribadi 38.617 20 365 200 56.380,82 Mobil Barang : a. Truk 2.591 90 365 850 72.347,20 b. Tangki 136 90 365 850 3.797,46 c. Pick Up 4.584 72 365 200 24.093,50 d. Box 1.199 72 365 200 6.301,94 Bis Transpakuan 30 90 365 850 837,68 Jumlah 178.851 225.134,96 Berdasarkan Tabel 15 diatas, emisi CO 2 yang dihasilkan kendaraan bermotor dari berbagai jenis pada tahun 2010 sebesar 225.134,96 ton. Jenis kendaraan yang paling banyak mengemisikan CO 2 adalah jenis mobil pribadi yaitu sebesar 56.380,82 ton. Mobil truk menghasilkan emisi sebesar 72.347,20 ton yang dikeluarkan dari 2.591 unit kendaraan. Sementara itu untuk sepeda motor dengan jumlah kendaraan terbanyak yakni 128.281 unit atau 71,73 % dari 178.851 unit total kendaraan bermotor mengemisikan CO 2 sebesar 37.458,05 ton. Angkotan kota dengan jumlah kendaraan sebanyak 3.413 unit atau 1,91 % mengemisikan CO 2 sebesar 23.918,30 ton. 5.2. Prediksi Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Bogor serta Emisi CO 2 yang Dikeluarkannya Hingga 30 Tahun Mendatang Berdasarkan data kendaraan bermotor di Kota Bogor pada tahun 2000, 2005 dan 2010 yang tertera pada Tabel 13, maka rata-rata pertambahan pertahun dari kendaraan bermotor pada tahun 2000 hingga 2010 sebanyak 13.260 unit. Jenis kendaraan yang pertambahan pertahunnya paling banyak adalah sepeda motor dengan pertambahan pertahunnya sebanyak 10.827 unit. Lebih jelasnya lihat Tabel 16.
29 Tabel 16. Rata-rata Pertambahan Pertahun dari Masing-masing Jenis Kendaraan Bermotor Jumlah Kendaraan (unit) Rata-rata Jenis Tahun 2000 Tahun 2005 Tahun 2010 Pertambahan Pertahun (unit) Sepeda Motor 20.009 73.145 128.281 10.827 Mobil Penumpang : a. Angkot 2.412 3.316 3.413 100 b. Mobil Pribadi 18.159 28.388 38.617 2.046 Mobil Barang : a. Truk 1.951 2.271 2.591 64 b. Tangki 46 91 136 9 c. Pick Up 3.124 3.854 4.584 146 d. Box 549 874 1.199 65 Bis Transpakuan 30 3 Jumlah 46.250 111.939 178.851 13.260 Jika pertambahan kendaraaan bermotor pertahunnya dari tahun 2000 hingga 2010 tersebut terus berlanjut dan tidak ada kebijakan atau tindakan penekanan terhadap jumlah kendaraan, maka diprediksikan jumlah kendaraan pada 30 tahun mendatang yakni pada tahun 2040 dari berbagai jenis akan mencapai 576.654 unit. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Prediksi Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Bogor 30 Tahun Mendatang Jenis Jumlah Kendaraan (unit) 2015 2020 2025 2030 2035 2040 Sepeda Motor 182.417 236.553 290.689 344.825 398.961 453.097 Mobil Penumpang : a. Angkot 3.914 4.414 4.915 5.415 5.916 6.416 b. Mobil Pribadi 48.846 59.075 69.304 79.533 89.762 99.991 Mobil Barang : a. Truk 2.911 3.231 3.551 3.871 4.191 4.511 b. Tangki 181 226 271 316 361 406 c. Pick Up 5.314 6.044 6.774 7.504 8.234 8.964 d. Box 1.524 1.849 2.174 2.499 2.824 3.149 Bis Transpakuan 45 60 75 90 105 120 Jumlah 245.152 311.452 377.753 444.053 510.354 576.654 Sementara itu, setelah mengetahui jumlah kendaraan bermotor yang telah diprediksikan hingga tahun 2040, maka besarnya emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor tersebut dapat diketahui. Maka pada tahun 2015, dengan jumlah kendaraan bermotor sebanyak 245.152 unit akan mengemisikan CO 2 sebesar 275.540,13 ton, tahun 2020 akan mengemisikan CO 2 sebesar 325.945,33 ton, tahun 2025 sebesar 376.350,52 ton, tahun 2030 sebesar 426.755,70 ton, tahun 2035 sebesar 477.160,87 ton dan tahun 2040 akan mengemisikan CO 2 sebesar
30 527.566,07 ton. Besarnya emisi CO 2 yang dihasilkan dari jumlah kendaraan bermotor yang telah diprediksikan hingga 30 tahun mendatang bisa dilihat pada Gambar 10. 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 275,540.13 245,152 325,945.33 311,452 527,566.07 576,654 477,160.87 510,354 426,755.70 444,053 376,350.52 377,753 100,000 0 2015 2020 2025 2030 2035 2040 Jumlah Kendaraan Kendaraan Bermotor (unit) Jumlah Emisi CO 2 yang Emisi Dikeluarkan (ton) Gambar 10. Grafik Prediksi Jumlah Kendaraan Bermotor serta Emisi CO 2 yang Dikeluarkannya Hingga 30 Tahun Mendatang Berdasarkan data dari Health and Safety Information (1989) yang menyatakan bahwa batas aman menghirup CO 2 di udara adalah 5000 ppm volume (0,5 %) dengan batas waktu paparan selama 8 jam dan jika menghirup CO 2 sebanyak 15000 ppm volume (1,5 %) maka batas waktu paparan yang diperkenankan yaitu selama 10 menit. Sementara itu jika menghirup CO 2 sebesar 4%-5% sekitar 30 menit maka akan mengakibatkan intensitas bernafas meningkat empat kali lipat dari intensitas normal. Selain itu juga akan berakibat sesak nafas dan keracunan, sedangkan menurut Garner, et al. (2011) jika menghirup CO 2 sebesar 7,5 % selama 20 menit maka akan mengakibatkan rasa cemas, khawatir, tegang, denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Berdasarkan pernyataan
31 tersebut maka dapat disimpulkan bahwa durasi dalam menghirup CO 2 dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Maka dari itu jika jumlah emisi CO 2 yang dikeluarkan di Kota Bogor sebesar 527.566,07 ton terlalu lama terhirup oleh manusia maka akan mengakibatkan gangguan kesehatan, sehingga dibutuhkan ruang terbuka hijau untuk menyerap emisi CO 2 agar manusia tidak terlalu lama menghirup emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Presentase kontribusi dalam mengemisikan CO 2 dari masing-masing jenis kendaraan pada tahun 2040 bisa dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Presentase Kontribusi Emisi CO 2 dari Masing-masing Jenis Kendaraan Bermotor di Kota Bogor Tahun 2040 Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Tahun 2040 (unit) Emisi CO 2 (ton/tahun) Presentase Kontribusi Emisi CO 2 (%) Sepeda Motor 453.097 132.304,32 25,08 Mobil Penumpang : a. Angkot 6.416 44.963,33 8,52 b. Mobil Pribadi 99.991 145.986,86 27,67 Mobil Barang : a. Truk 4.511 125.958,40 23,88 b. Tangki 406 11.336,54 2,15 c. Pick Up 8.964 47.114,78 8,93 d. Box 3.149 16.551,14 3,14 Bis Transpakuan 120 3.350,70 0,64 Jumlah 576.654 527.566,07 100,00 5.3. Potensi Serapan CO 2 dari Keadaan Pohon Eksisting di Kebun Raya Bogor Menggunakan ArcView 3.2 serta Ekstensi CITYgreen 5.0. Pohon dalam melangsungkan hidupnya memerlukan energi dari sinar matahari yang diserap oleh kloroplas, air dan hara yang diserap dari dalam tanah serta CO 2 di udara yang masuk melalui stomata dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan keseluruh bagian pohon meliputi daun, batang, ranting, bunga dan buah. Pohon mampu mengurangi kadar karbondioksida (CO 2 ) di atomosfir dengan melakukan fotosintesis. Fotosintesis sendiri merupakan proses kimia pada tumbuhan dengan menggunakan energi matahari untuk mengubah nutrisi menjadi gula dan karbohidrat. Fotosintesis dipengaruhi oleh cahaya, suhu, konsentrasi CO 2, ketersediaan air dan nutrisi. Proses fotosintesis terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu tahap foto atau biasa disebut reaksi terang. Pada
32 reaksi ini terjadi penggunaan energi matahari untuk membuat ATP dan NADPH. Reaksi ini terjadi di bagian granum. Tahap kedua yaitu proses sintesis atau biasa disebut dengan siklus calvin. Proses ini terjadi di bagian stroma. Pada siklus calvin ini terjadi pembuatan gula yang diubah dari CO 2 dengan bantuan ATP dan NADPH yang telah terbentuk pada reaksi terang. Adapun persamaan reaksi kimia dari proses fotosintesis tersebut terbentuk dari reaktan karbondioksida (CO 2 ) dan air (H 2 O) menghasilkan produk yaitu karbohidrat (C 6 H 12 O 6 ) dan oksigen (O 2 ). Persamaan reaksi tersebut yaitu : 6 CO 2 + 6 H 2 O C 6 H 12 O 6 + 6 O 2 1 mol + 1 mol - - 1 mol + 1 mol 1 mol + 1 mol 1 mol + 1 mol Dari persamaan reaksi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa 1 mol C 6 H 12 O 6 setara dengan 6 mol CO 2, sehingga massa CO 2 yang dihasilkan dalam proses fotosintesis dapat dihitung. Perhitungan tersebut yaitu : n = 6 x mol C 6 H 12 O 6 x Mr CO 2 gr = 6 x 1 x 44 Mr CO 2 Massa CO 2 = Ar C + (2 x Ar O) = 12 + (2 x 16) = 44 = 6 x mol C 6 H 12 O 6 x Mr CO 2 = 6 x 1 x 44 = 264 gram Dari perhitungan tersebut, massa dari masing-masing reaktan dan produk dari persamaan reaksi fotosintesis yaitu sebagai berikut : 264 g CO 2 + 108 g H 2 O 180 g C 6 H 12 O 6 + 192 g O 2 Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, dengan 264 g karbondioksida (CO 2 ) dan 108 g (H 2 O) yang diserap menghasilkan 180 g karbohidrat (C 6 H 12 O 6 ) dan 192 g oksigen (O 2 ). Persamaan tersebut menandakan bahwa dengan menghitung karbohidrat (C 6 H 12 O 6 ) yang dihasilkan sama dengan menghitung banyaknya karbondioksida (CO 2 ) yang diserap atau yang masuk melalui stomata yang terdapat pada daun. Maka banyaknya CO 2 yang diserap dapat dihitung dengan
33 mengetahui jumlah stomata dalam daun. Semakin banyak jumlah stomata dalam daun maka semakin besar pula CO 2 yang diserap, dengan demikian semakin banyak daun pada pohon maka akan semakin banyak CO 2 yang diserap oleh pohon. Cara mudah untuk mengetahui seberapa besar karbondioksida (CO 2 ) yang diserap oleh kanopi pohon tersebut, maka pada penelitian ini digunakan perangkat lunak ArcView 3.2 beserta ekstensi CITYgreen 5.0. Gambar 11 berikut ini merupakan hasil analisis dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor. Total Area : 86,33 Hektar = 213,31 acres Komposisi Tutupan Lahan : (51,47 %) 44,43 ha = 109,79 acres : Pohon-pohon; Dibawah kanopi ditutupi rumput sebesar 50% - 75% (1,82 %) 1,57 ha = 3,88 acres : Permukaan yang tidak dapat ditembus air; Aspal ; Mengalirkan air ke selokan terbukan (35,97 %) 31,05 ha = 76,73 acres : Ruang Terbuka Sebaran rumput;tutupan rumput sebesar 50% - 75% (4,21 %) 3,63 ha = 8,98 acres : Perkotaan : Perumahan; 0,125ac Lots (6,53 %) 5,64 ha = 13,93 acres : Area air Kemampuan dalam menangkap karbon: -Distribusi Umur : Tidak Diketahui/ Rata-rata -Kapasitas Tampung (tons) : 4.724,77 -Rata rata Serapan Karbon (C) (ton/tahun) : 36,78 = 134,61 Serapan CO 2 (ton/tahun) Gambar 11. Hasil Analisis CITYgreen 5.0 dari Keadaan Eksisting Kebun Raya Bogor
34 Berdasarkan Gambar 11 tersebut, hasil analisis CITYgreen 5.0 menyatakan bahwa luasan tutupan kanopi pohon di Kebun Raya Bogor yaitu seluas 44,43 ha. Luasan tersebut menghasilkan serapan karbon (C) dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor (KRB) sebesar 36,78 ton/tahun. Hal ini berarti dalam satu hektar tutupan kanopi pohon menghasilkan serapan karbon (C) sebesar 0,83 ton/tahun. Serapan karbon (C) sebesar 36,78 ton/tahun tersebut jika mengacu pada perhitungan Johnson dan Coburn (2010) serta U.S. Greenhouse Gas Emissions and Sinks (2004) yang menyatakan bahwa 1 ton serapan karbon (C) setara dengan 3,66 ton karbondioksida (CO 2 ), maka nilai serapan karbon (C) dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor sebesar 36,78 ton/tahun tersebut sama dengan menyerap karbondioksida (CO 2 ) sebesar 134,61 ton/tahun. Besarnya serapan CO 2 tersebut hanya mampu menyerap emisi CO 2 sebesar 0,06 % dari 225.134,96 ton emisi CO 2 yang dikeluarkan kendaraan bermotor saat ini. Sementara itu, untuk daya simpan karbon (C) dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor yaitu sebesar 4.724,77 ton/tahun. Nilai daya simpan tersebut lebih besar daripada nilai daya serapnya, karena berdasarkan hasil analisis CITYgreen 5.0 bahwa tipe pohon di Kebun Raya Bogor termasuk tipe pohon tua. Semakin tua umur pohon tersebut, maka kapasitas simpan karbonnya akan semakin besar. Hal tersebut dikarenakan umur pohon dapat berpengaruh terhadap besarnya kapasitas karbon (C). Oleh karena itu, semakin bertambahnya umur pohon maka akan semakin besar diameter batang dan tajuk pohon tersebut. Secara umum biomassa pada tiap bagian pohon akan meningkat seiring dengan besarnya diameter pohon. Semakin besar diameter batang dan tajuk pohon, maka total biomassa pohon pun akan semakin besar, sehingga jumlah karbon (C) yang disimpan dalam pohon berumur tua lebih besar daripada karbon (C) yang diserapnya. 5.4. Skenario terhadap Kebun Raya Bogor Skenario ini dibuat untuk mengetahui karakter tutupan kanopi pohon yang mana yang paling berpotensi untuk menyerap karbondioksida (CO 2 ). Hasil dari skenario ini akan digunakan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam menyerap karbondioksida (CO 2 ).
35 1. Skenario Pertama (Pohon-pohon di Kebun Raya Bogor saat ini diasumsikan pohon berumur muda) Pohon berumur muda spesifikasinya dalam CITYgreen 5.0 yakni pohon yang rata-rata diameternya <10 inchi (25,4 cm). Luas tutupan kanopi pada skenario pertama ini sama dengan luas kanopi pada keadaan eksisting Kebun Raya Bogor yakni seluas 44,43 ha. Hasil analisis dari skenario pertama ini bisa dilihat pada Gambar 12. Total Area : Total Area : 86,33 Hektar = 213,31 acres Komposisi Tutupan Lahan : (51,47 %) 44,43 ha = 109,79 acres : Pohon-pohon; Dibawah kanopi ditutupi rumput sebesar 50% - 75% (1,82 %) 1,57 ha = 3,88 acres : Permukaan yang tidak dapat ditembus air; Aspal ; Mengalirkan air ke selokan terbukan (35,97 %) 31,05 ha = 76,73 acres : Ruang Terbuka Sebaran rumput;tutupan rumput sebesar 50% - 75% (4,21 %) 3,63 ha = 8,98 acres : Perkotaan : Perumahan; 0,125ac Lots (6,53 %) 5,64 ha = 13,93 acres : Area air Kemampuan dalam menangkap karbon: -Distribusi Umur : Pohon Muda -Kapasitas Tampung (tons) : 3.542,21 -Rata rata Serapan Karbon (C) (ton/tahun) : 79,83 = 292,18 Serapan CO 2 (ton/tahun) Gambar 12. Hasil Analisis CITYgreen 5.0 dari Skenario Pertama
36 Tutupan kanopi pohon seluas 44,43 ha tersebut menghasilkan serapan karbon (C) sebesar 79,83 ton/tahun atau dalam satu hektarnya sebesar 1,80 ton/tahun. Hasil analisis CITYgreen ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Lukmanniah (2011). Hasil analisis CITYgreen dari penelitian Lukmanniah (2011) menyatakan bahwa tutupan kanopi pohon seluas 0,01618 ha menghasilkan serapan karbon (C) sebesar 0,03 ton/tahun. Maka dalam satu hektarnya menyerap karbon (C) sebesar 1,85 ton/tahun. Setelah dikonversi ke potensi serapan CO 2, dengan skenario ini Kebun Raya Bogor mampu menyerap CO 2 sebesar 292,18 ton/tahun. Hal ini berarti dengan skenario ini mampu meningkatkan potensi serapan CO 2 sebesar 157,57 ton atau 117,06 %, yakni dari 134,61 ton/tahun menjadi 292,18 ton/tahun. Peningkatan tersebut dikarenakan skenario ini menggunakan pohon berumur muda yang mana pohon bermuda ini merupakan tipe pohon yang sedang dalam masa pertumbuhan, sehingga serapan CO 2 dengan skenario ini nilainya lebih besar dari serapan CO 2 keadaan eksisting Kebun Raya Bogor. Selain itu, pohon-pohon di Kebun Raya Bogor sudah lebih dari 30 tahun, yang mana pohon tersebut tidak lagi aktif dalam proses penyerapan karbon yang baru, tetapi karbon yang diserap seluruhnya akan disimpan hingga umur 100 tahun dan tidak akan digunakan untuk proses pertumbuhan karena umurnya sudah tua. Besarnya presentase Kebun Raya Bogor dengan skenario ini dalam menyerap emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor yang telah diprediksikan hingga tahun 2040 dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Presentase Potensi Serapan CO 2 Kebun Raya Bogor dari Skenario Pertama Tahun Emisi CO 2 Kendaraan Potensi Serapan CO 2 KRB Presentase Bermotor (ton) Skenario Pertama (ton) Serapan (%) 2015 275.540,13 48,7 0,018 2020 325.945,33 97,39 0,030 2025 376.350,52 146,09 0,039 2030 426.755,70 194,79 0,046 2035 477.160,87 243,48 0,051 2040 527.566,07 292,18 0,055 Berdasarkan Tabel 19, diperkirakan pada tahun 2040 dengan skenario pertama ini hanya mampu menyerap emisi CO 2 sebesar 0,055 % dari 527.566,07 ton emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Nilai serapan ini
37 sangatlah kecil untuk mengurangi emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor, maka dari itu dibuatlah skenario kedua. Skenario kedua ini dilakukan untuk meningkatkan presentase Kebun Raya Bogor dalam menyerap emisi CO 2 yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. 2. Skenario Kedua (Skenario Pertama Ditambah dengan Ruang-ruang Kosong yang Diasumsikan telah Ditanami Pohon Berumur Muda) Ruang-ruang kosong yang dimaksud adalah hamparan rumput yang tidak tertutupi kanopi pohon eksisting. Hamparan rumput tersebut seluas 31,05 ha, sehingga luas total kanopinya menjadi 75,49 ha. Hasil analisis dengan skenario kedua ini bisa dilihat pada Gambar 13. Total Area : 86,33 Hektar = 213,31 acres Komposisi Tutupan Lahan : (87,44 %) 75,49 ha = 186,52 acres : Pohon-pohon; Dibawah kanopi ditutupi rumput sebesar 50% - 75% (1,82 %) 1,57 ha = 3,88 acres : Permukaan yang tidak dapat ditembus air; Aspal ; Mengalirkan air ke selokan terbukan (4,21 %) 3,63 ha = 8,98 acres : Perkotaan : Perumahan; 0,125ac Lots (6,53 %) 5,64 ha = 13,93 acres : Area air Kemampuan dalam menangkap karbon: -Distribusi Umur : Pohon Muda -Kapasitas Tampung (tons) : 6.003,67 -Rata rata Serapan Karbon (C) (ton/year) : 135,30 = 495,20 Serapan CO 2 (ton/tahun) Gambar 13. Hasil Analisis CITYgreen 5.0 dari Skenario Kedua
38 Serapan karbon (C) yang dihasilkan dari analisis CITYgreen 5.0 dari skenario kedua ini adalah sebesar 135,30 ton/tahun. Serapan karbon (C) sebesar 135,30 ton/tahun tersebut setelah dikonversi ke serapan CO 2, maka dengan skenario ini Kebun Raya Bogor mampu menyerap CO 2 sebesar 495,20 ton/tahun. Skenario ini mampu meningkatkan potensi serapan CO 2 dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor sebesar 360,59 ton atau 267,88 %, yakni dari 134,61 ton/tahun menjadi 495,20 ton/tahun. Hal ini selain dikarenakan luasan tutupan kanopinya lebih besar dari skenario pertama, skenario ini juga menggunakan pohon berumur muda yang mana pohon berumur muda ini merupakan tipe pohon yang sedang dalam masa pertumbuhan, sehingga lebih banyak menyerap CO 2. Maka dari itu, tipe pohon muda ini dikatakan tipe pohon yang produktif dalam menyerap CO 2, karena CO 2 yang diserap mayoritas digunakan untuk proses pertumbuhan. Besarnya presentase Kebun Raya Bogor dengan skenario kedua yang luas tutupan kanopi pohonnya lebih luas 32,97 ha dari skenario pertama ini mampu menyerap emisi CO 2 pada tahun 2040 sebesar 0,094 %. Besarnya presentase ini hanya mampu menyerap emisi CO 2 sebesar 495,20 ton dari 527.566,07 ton CO 2 yang diemisikan oleh kendaraan bermotor. Lebih jelasnya lihat Tabel 20. Tabel 20. Presentase Potensi Serapan CO 2 Kebun Raya Bogor dari Skenario Kedua Tahun Emisi CO 2 Kendaraan Potensi Serapan CO 2 KRB Presentase Bermotor (ton) Skenario Kedua (ton) Serapan (%) 2015 275.540,13 82,53 0,030 2020 325.945,33 165,07 0,051 2025 376.350,52 247,60 0,066 2030 426.755,70 330,13 0,077 2035 477.160,87 412,67 0,086 2040 527.566,07 495,20 0,094 Berdasarkan hasil analisis dari keadaan eksisting Kebun Raya Bogor, skenario pertama dan skenario kedua tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dalam hal serapan karbon (C), pohon berumur muda lebih berpotensi daripada pohon berumur tua. Namun, dalam hal simpanan karbon dari hasil analisis tersebut dinyatakan bahwa pohon berumur tua kapasitas simpannya lebih besar daripada pohon berumur muda. Hal tersebut dikarenakan umur pohon dapat berpengaruh terhadap besarnya kapasitas karbon (C), sehingga umur pohon berbanding lurus dengan diameter batang dan tajuk pohon. Oleh karena itu,
39 semakin bertambah umur pohon maka akan semakin besar diameter batang dan tajuk pohon tersebut. Secara umum biomassa pada tiap bagian pohon pun akan meningkat dengan semakin besarnya diameter pohon. Semakin besar diameter batang dan tajuk pohon maka total biomassa pohon pun akan semakin besar sehingga jumlah karbon (C) yang disimpan dalam pohon berumur tua lebih besar daripada karbon (C) yang diserapnya. Selain itu berdasarkan hasil analisis dari kondisi eksisting Kebun Raya Bogor, skenario pertama dan skenario kedua juga menyatakan bahwa karakter tutupan kaopi pohon yang paling berpotensi dalam menyerap karbondioksida (CO 2 ) yaitu skenario kedua. Hal tersebut dikarenakan, selain tutupan kanopi pohon pada skenario kedua lebih luas, skenario kedua juga menggunakan pohon berumur muda. Oleh karena itu, untuk mengembangkan ruang terbuka hijau di daerah perkotaan dalam hal serapan karbondioksida (CO 2 ), tidak bisa dilihat dari luasan atau kuantitasnya saja, tetapi juga kualitas dari komponen ruang terbuka hijau (pohon) juga harus diperhatikan. Maka dari itu, agar emisi karbondioksida (CO 2 ) yang diserap lebih besar, sebaiknya menggunakan pohon berumur muda yang mempunyai tajuk yang rindang dan dari jenis yang memiliki intensitas fotosintesis yang tinggi serta jumlah stomata yang banyak, sehingga karbondioksida (CO 2 ) yang diserap lebih banyak.