BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting dalam menentukan manajemen pasien selanjutnya. Diagnosis yang tidak tepat dapat membawa rentetan kesalahan yang dapat berujung kerugian bagi pasien maupun keluarganya, bahkan dapat berakibat fatal (Pusponegoro et al., 2011). Salah satu keluhan yang dapat kita jumpai adalah limfadenopati, yaitu perbesaran kelenjar getah bening lebih dari 1 cm. Kasus limfadenopati membutuhkan pendekatan diagnosis yang seksama. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya kondisi yang mendasari terjadinya limfadenopati, seperti keganasan, infeksi, kelainan autoimun, dan lain-lain (Oehadian, 2013). Namun, yang ingin ditekankan oleh penulis adalah limfadenopati akibat keganansan, mengingat kasus keganasan yang semakin meningkat jumlahnya. Lebih dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat kanker di dunia setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia, dan Amerika Tengah dan 1
Selatan. Diperkirakan kasus kanker akan terus meningkat setiap tahunnya. Untuk di Indonesia, prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur tahun 2013 mencapai 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang; dengan prevalensi tertinggi berada di provinsi Yogyakarta, yaitu sebesar 4,1% (Riskesdas, 2013). Secara umum, penegakkan diagnosis limfadenopati melalui tiga tahapan: anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat ditemukan beberapa diagnosis banding. Bila dicurigai adanya keganasan, dibutuhkan uji spesifik dengan pemeriksaan penunjang untuk dapat menegakkan diagnosis pasti. Biopsi patologi anatomi masih menjadi baku emas (gold standard) dalam kasus neoplasia, termasuk limfadenopati (Oehadian, 2013). Sayangnya, tidak semua pusat layanan kesehatan dapat melakukan prosedur ini karena keterbatasan sarana dan tenaga medis. Disamping itu, metode biopsi eksisi ini tergolong invasif dan mahal. Oleh karena itu, diperlukan metode diagnosis lain yang lebih murah, sederhana, serta mempunyai akurasi diagnostik yang cukup tinggi (Orell dalam Prasetyo, 2012). Metode lain yang terus dikembangkan guna mengatasi keterbatasan tersebut adalah biopsi aspirasi jarum 2
halus, atau sering disebut sebagai BAJH. Pada BAJH, pengambilan sampel hanya dilakukan dengan menggunakan jarum aspirasi dan tanpa prosedur bedah. Hal ini menjadikan BAJH sebagai prosedur diagnostik yang sederhana, murah, cepat, dan aman (Tambunan, 1990). Keuntungan lainnya adalah metode BAJH ini memiliki akurasi tinggi dalam mendiagnosis keganasan. Sebagai contoh, pada penelitian Sari et al. (2011), BAJH memiliki senstivitas 98,33% dan spesivisitas 100% dalam mendiagnosis kanker payudara. Penilitian lain menunjukkan bahwa BAJH juga bermanfaat dalam menegakkan diagnosis keganasan jaringan lunak, dengan sensitivitas sebesar 95,4% dan spesifisitas 84,6% (Sriwibowo, 2005). Sayangnya, penelitian tentang nilai diagnostik BAJH pada limfadenopati belum banyak dipublikasikan. Salah satu penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa dalam menegakkan keganasan pada limfonodi inguinal, BAJH memiiki sensitivitas sebesar 91,7% dan spesifisitas 98,2% (Gupta et al., 2003). Nilai uji diagnostik BAJH pada berbagai penelitian menunjukkan angka yang bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman diagnostik ahli patologi dan prosedur tetap BAJH di pusat layanan yang bersangkutan (Orell dalam Prasetyo, 2012). 3
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu sentra yang rutin melakukan prosedur BAJH di Yogyakarta, yaitu Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr.Sardjito. Melalui penelitian ini, peneliti diharapkan dapat menyajikan data terbaru tentang nilai akurasi metode BAJH sebagai prosedur untuk mendiagnosis keganasan pada kasus limfadenopati. Disamping itu, penelitian ini secara tidak langsung dapat mengevaluasi performa para ahli dan ketepatan prosedur di sentra yang bersangkutan sebagai upaya peningkatkan mutu dan pelayanan di sentra tersebut. I.2. PERUMUSAN MASALAH Atas dasar perumusan tersebut, masalah penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana nilai uji diagnostik BAJH dibandingkan dengan biopsi patologi anatomi dalam mendiagnosis keganasan pada kasus limfadenopati di RSUP Dr. Sardjito tahun 2012-2014? I.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai diagnostik BAJH dibandingkan dengan 4
biopsi patologi anatomi dalam mendiagnosis keganasan limfadenopati di RSUP Dr.Sardjito tahun 2012-2014. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi BAJH dalam menegakkan keganasan limfadenopati di RSUP Dr.Sardjito tahun 2012-2014. I.4. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian Sari et al. (2011) membahas tentang akurasi aspirasi jarum halus (AJH) pada tumor payudara di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Penelitian merupakan studi restrospektif pada 114 sampel sitopatologi AJH dan histopatologi tumor payudara dari bulan Januari 2008 sampai Desember 2009, yang dibaca ulang oleh dua spesialis patologi anatomi. Dari penelitian ini, didapatkan nilai sensitivitas AJH 98,33%, spesifisitas 100%, nilai duga positif 100%, dan nilai duga negatif 98,04%. Penelitian lainnya dilakukan oleh Syahfreadi (2008) yang membahas tentang ketepatan pemeriksaan klinis, sitologi aspirasi jarum halus, dan potong beku pada nodul tunggal tiroid. Penelitian dilakukan pada 51 pasien yang menderita nodul tunggal tiroid di poliklinik bedah 5
onkologi RSUP H. Adam Malik Medan. Seluruh penderita dilakukan pemeriksaan klinis, sitologi bajah preoperatif, dan pemeriksaan potong baku intraoperatif, serta blok parafin pasca operatif sebagai baku emas. Hasil pemeriksaan dianalisa secara statistik dengan tabel 2x2 dan regresi logistik multipel untuk mendapatkan angka probabilitas ganas diagnostik secara bivariat dan multivariat. Dari penelitian ini diperoleh hasil akurasi pemeriksaan klinis 76,5%, bajah 80,4%, dan potong beku 96,1%. Sensitivitas bajah sebesar 41,2%, spesifisitas 100%, nilai duga positif 100%, nilai duga negatif 77,3%, nilai negatif semu 19,6%, dan akurasi 80,4%. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah perbedaan populasi penelitian, ruang lingkup, jangka waktu penelitian, dan metode pengambilan sampel. Penelitian ini mengevaluasi tingkat akurasi biopsi aspirasi jarum halus dalam mendiagnosis keganasan pada pasien dengan limfadenopati di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Jangka waktu penelitian ini adalah sejak Januari 2012 sampai Desember 2014. Sampel penelitian diperoleh melalui pembacaan hasil pemeriksaan BAJH dan biopsi patologi anatomi yang tercatat dalam rekam medis 6
di Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. I.5. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memperoleh informasi mengenai manfaat klinis BAJH dalam mendiagnosis keganasan limfadenopati berdasarkan data terbaru. 2. Para ahli dari sentra yang bersangkutan secara tidak langsung dapat mengetahui performa diri, khususnya dalam pelaksanaan prosedur BAJH di sentra tersebut, dengan harapan untuk memajukan mutu dan pelayanan di sentra tersebut. 3. Dapat menjadi dasar penelitan selanjutnya terkait manfaat klinis BAJH sebagai prosedur diagnosis dalam kasus keganasan. 7