HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Semen Spermatozoa

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi. Evaluasi semen segar yang telah

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Inseminasi Buatan (IB)

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Karakteristik. Volume (ml) 1,54 ± 0,16. ph 7,04±0,8

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) YANG DISIMPAN PADA SUHU 3-5 o C

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

BAB III MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.

Pengaruh Level Glutathione dalam Pengencer Tris-Kuning... Riga Pradistya Hardian

PENGARUH SUHU DAN LAMA SIMPAN SEMEN SEGAR TERHADAP MOTILITAS DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh metode gliserolisasi terhadap kualitas semen domba postthawing... Labib abdillah

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

Kualitas spermatozoa epididimis sapi Peranakan Ongole (PO) yang disimpan pada suhu 3-5 C

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

PENGGUNAAN KATALASE DALAM PRODUKSI SEMEN DINGIN SAPI

TINJAUAN PUSTAKA. domestik dari banteng ( Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik. Sapi asli

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

PENANGANAN SEMEN DARI TEMPAT KOLEKSI KE LAB HINDARI SINAR MATAHARI LANGSUNG USAHAKAN SUHU ANTARA O C HINDARI DARI KOTORAN TERMASUK DEBU

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

Efektivitas Penambahan berbagai Konsentrasi Glutathion terhadap Daya Hidup dan Motilitas Spermatozoa Sapi Bali Post Thawing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

EFEK PENAMBAHAN LAKTOSA DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA EPIDIDIMIS MARMUT (Cavia cobaya) SELAMA PRESERVASI SKRIPSI

PERAN MALTOSA SEBAGAI KRIOPROTEKTAN EKSTRASELULER DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS SEMEN BEKU DOMBA GARUT

Pengaruh Level Gliserol dalam Pengencer Tris-Sitrat... Muthia Utami Islamiati

THE QUALITY OF BOER GOAT FREEZING SPERMS USING MR. FROSTY EQUIPMENTS WITH DIFFERENT ANDROMED EQUILIBRATION

PENGUJIAN MORFOLOGI SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos Sondaicus) MENGGUNAKAN PEWARNAAN "WILLIAMS"

Transkripsi:

14 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Domba Segera Setelah Koleksi Pemeriksaan karakteristik semen domba segera setelah koleksi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil pemeriksaan karakteristik semen domba segera disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik semen segar setelah koleksi Karakteristik Rata-rataan Makroskopis Warna Putih susu- Kream Kosistensi Kental Volume (ml) 0.63±0.25 ph 6.8± 0.12 Mikroskopis Motilitas (%) 75±0 Viabilitas (%) 82.3±6.18 Abnormal (%) 1.2 ± 1.07 MPU (%) 88.8 ± 4.26 Hasil pemeriksaan makroskopis menunjukan warna semen domba berwarna putih susu-krem, hal ini sesuai dengan penelitian Qomariyah et al. (2001) yang menyatakan warna semen domba berwarna putih susu atau krem. Konsistensi dari semen domba yang diperoleh dari penelitian ini mempunyai konsistensi yang kental sama halnya dengan penelitian Hastono et al. (2001). Menurut Garner & Hafez (2000) volume semen domba perejakulasi berkisar 0.8-1.2 ml, sehingga dilihat dari hasil yang diperoleh volume semen dalam penelitian ini lebih rendah. Adanya perbedaan volume semen bisa dikarenakan oleh perbedaan umur, ukuran badan, tingkat makanan, frekuensi penampungan, dan cara penampungan (Murtidjo 1993). Derajat keasaman (ph) dalam penelitian ini masih dalam kisaran normal nilai semen domba yaitu 5.9-7.3 (Garner & Hafez 2000). Hasil evaluasi pemeriksaan semen domba secara mikroskopis diperoleh persentase motilitas 75± 0, dengan persentase rataan dari viabilitas semen domba pada penelitian ini 82.3± 6.18. Sedangkan persentase abnormal dari semen domba

15 yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1.2 ± 1.07. Menurut Garner & Hafez (2000) bahwa kisaran abnormal spermatozoa domba antara 5-20%, sehingga dilihat dari hasil penelitian ini maka nilai abnormal spermatozoa yang didapatkan masih di bawah kisaran normal. Hasil rata-rataan persentase MPU pada penelitian ini 88.8 ± 4.26. Dari hasil evaluasi tersebut di atas, semen domba yang dikoleksi layak untuk dibekukan karena memenuhi syarat motilitas progresif lebih dari 65% dan abnormalitas kurang dari 20%. Persentase Motilitas Spermatozoa Motilitas spermatozoa berperan dalam penentuan kualitas semen karena berkaitan erat dengan kemampuan spermatozoa untuk fertilisasi. Pengukuran persentase motilitas dilakukan secara subjektif yang dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 400 X dengan cara membandingkan spermatozoa yang bergerak progresif dengan semua spermatozoa yang teramati dinyatakan dalam nilai persentase dari nol sampai seratus persen (0-100%) (Bearden et al. 2004). Persentase motilitas spermatozoa penelitian ini disajikan dalam Tabel 2. domba selama proses pembekuan dalam Tabel 2 Persentase motilitas spermatozoa domba selama proses pembekuan Kelompok Persentase motilitas± SD Segera Setelah Post -thawing setelah ekuilibrasi 0 jam 3 jam 6 jam diencerkan K 75±0 67.5±2.9 38.8±2.5 30±0 21.3±6.3 a GSH 1 mm 75±0 71.1±2.5 42.5±2.9 33.8±2.5 22.5±2.9 a GSH 3 mm 75±0 71.1±2.5 40±4.1 33.8±2.5 28.8±4.8 b Ket: (K) Kontrol, (GSH 1 mm) penambahan glutation dengan konsentrasi 1 mm, (GSH 3 mm) penambahan glutation dengan konsentrasi 3 mm. Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p< 0.05). Persentase motilitas spermatozoa segera setelah diencerkan dan setelah ekuilibrasi tidak berbeda diantara kelompok perlakuan (p>0.05). Terjadi penurunan motilitas yang signifikan antara spermatozoa sebelum dan setelah dibekukan. Motilitas spermatozoa segera setelah semen beku dicairkan kembali 0

16 jam dan 3 jam tidak berbeda diantara kelompok perlakukan (p>0.05), akan tetapi 6 jam setelah thawing, motilitas spermatozoa pada kelompok GSH 3 mm lebih tinggi dari kontrol dan kelompok GSH 1 mm (p<0.05). Hasil penelitian ini menunjukan penambahan GSH dalam pengencer semen domba selama proses pembekuan memberikan pengaruh yang baik terhadap motilitas spermatozoa 6 jam setelah thawing pada konsentrasi 3 mm. Glutation merupakan antioksidan yang mampu menetralisirkan reaksi radikal bebas hidroksil yang bersifat sangat reaktif. Radikal hidroksil dapat merusak 3 jenis komponen penting yang diperlukan untuk mempertahankan integritas membran sel yakni 1) asam lemak tak jenuh yang merupakan komponen penting fosfolipid plasma dalam penyusun membran plasma sel; 2) deoxyribo nucleid acid (DNA) yang merupakan perangkat genetik sel; 3) protein yang mempunyai peran penting sebagai enzim, pembentuk matriks, dan sitoskeleton (Suryohudoyo 2000). Penambahan glutation dapat meminimalkan kerusakan membran plasma spermatozoa akibat reaksi rantai peroksidasi lipid serta dapat mempertahankan persentase motilitas spermatozoa selama proses pembekuan (Holt 2000; Triwulanningsih et al. 2003). El-kon II & Darwish (2011) juga melaporkan bahwa penambahan GSH dalam semen cair kerbau dapat membantu menjaga integritas normal akrosom dan menstabilkan membran plasma spermatozoa sehingga meningkatkan motilitas spermatozoa. Persentase Integritas Membran Plasma Spermatozoa Integritas membran plasma atau keutuhan membran plasma spermatozoa merupakan faktor yang penting untuk kelangsungan hidup spermatozoa karena kerusakan membran plasma akan berpengaruh terhadap proses metabolisme spermatozoa yang berhubungan dengan daya hidup spermatozoa yang dihasilkan (Rizal 2005). Metabolisme dapat berlangsung dengan baik apabila membran plasma berada dalam keadaan utuh, sehingga dapat mengatur lalu lintas masuk dan keluar semua elektrolit yang dibutuhkan dalam proses metabolisme (Herdis et al. 2003). Selain itu, integritas membran plasma mempunyai fungsi untuk kapasitasi dan membantu spermatozoa menembus membran sel telur selama proses fertilisasi (Ansari et al. 2010).

17 Persentase integritas membran plasma spermatozoa selama proses pembekuan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Persentase integritas membran plasma spermatozoa selama proses pembekuan Kelompok Persentase integritas membran plasma ± SD Segera setelah diencerkan Setelah ekuilibrasi Post thawing 0 jam 3 jam 6 jam K 85.1±5.9 79.3±4.6 74.7±8.8 a 57.4±3.2 a 50.1±6.8 GSH 1 mm 89.1±1.6 85.6±6.9 79.8±12.9 b 59.1±8.8 a 57.1±9.1 GSH 3 mm 86.1±7.9 85.1±4.6 73.1±11.8 a 62.7±6.2 b 54.5±11.0 Ket: (K) Kontrol, (GSH 1 mm) penambahan glutation dengan konsentrasi 1 mm, (GSH 3 mm) penambahan glutation dengan konsentrasi 3 mm. Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p< 0.05). Data pada Tabel 3 menunjukan bahwa integritas membran plasma spermatozoa segera setelah semen diencerkan dan setelah diekuilibrasi tidak beda diantara perlakuan (p>0.05). Integritas membran plasma segera setelah thawing pada kelompok GSH 1 mm lebih tinggi dari kelompok kontrol dan kelompok GSH 3 mm (p<0.05). Tiga jam setelah thawing, integritas membran plasma spermatozoa pada kelompok GSH 3 mm lebih tinggi dari kontrol dan GSH 1 mm (p<0.05), tetapi 6 jam setelah thawing integritas membran plasama spermatozoa tidak berbeda diantara kelompok perlakuan (p>0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan GSH ke dalam pengencer selama proses pembekuan dapat melindungi keutuhan membran plasma spermatozoa. Ansari et al. (2010) melaporkan bahwa pemberian GSH sebanyak 2 mm pada pengencer semen kerbau dapat melindungi membran plasma dari stres oksidatif akibat produksi ROS berlebihan sehingga menyebabkan peroksidasi lipid, sedangkan penelitian Triwulanningsih et al. (2003) menemukan bahwa penambahan GSH sebanyak 0.5 mm ke dalam pengencer semen sapi dapat meningkatkan keutuhan membran plasma spermatozoa sapi dengan cara mempertahankan membran plasma akibat adanya radikal bebas, melindungi membran plasma, dan menyebabkan kerusakan tersebut tertunda atau belum terjadi.

18 Larutan hypoosmotic swelling test (HOS-Test) dalam penelitian ini digunakan untuk melihat integritas membran plasma utuh. Spermatozoa dengan membran plasma yang masih utuh akan ditandai dengan ekor spermatozoa mengalami pengembunggan (swollen) atau yang ditandai dengan melingkarnya ekor spermatozoa (gambar 1a) sedangkan membran plasma tidak utuh ditandai dengan ekor yang lurus (gambar 1b) (Gordon 2003). Melingkarnya ekor spermatozoa merupakan reaksi yang diberikan oleh spermatozoa untuk mencapai keseimbangan osmotik akibat masuknya air ke dalam spermatozoa yang meningkatkan volume spermatozoa (Fonseca et al. 2005). Gambar 1 Gambaran integritas membran plasma spermatozoa domba. Spermatozoa dengan membran plasma utuh (a) dan spermatozoa dengan membran plasma tidak utuh (b). Persentase Viabilitas Spermatozoa Viabilitas spermatozoa dalam penelitian ini dievaluasi dengan pewarnaan eosin-nigrosin. Pewarnaan eosin-nigrosin akan memberikan perubahan warna pada spermatozoa yang memiliki membran plasma yang rusak atau sel yang mati sehingga bagian kepala terlihat merah seperti pada gambar 2a, sedangkan gambar 2b menunjuk spermatozoa yang hidup ditandai dengan bagian kepala trasparan atau putih.

19 Gambar 2 Contoh gambaran spermatozoa domba setelah diwarnai dengan eosinnigrosin. Spermatozoa mati (a). Spermatozoa hidup (b). Spermatozoa ekor melingkar atau membengkok (c). Viabilitas spermatozoa domba selama proses pembekuan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4 Persentase viabilitas spermatozoa selama proses pembekuan Kelompok Segera setelah diencerkan Setelah ekuilibrasi Persentase viabilitas±sd Post thawing 0 jam 3 jam 6 jam K 76.5± 4.5 a 77.4±6.3 51.8±11.2 32.1±4.5 26.4±11.2 GSH 1mM 80.4±4.5 b 77.6±4.5 57.8±12.0 34.7±4.3 25.9±9.9 GSH 3mM 81.3±3.6 b 80.0±8.9 51.5±14.9 38.7±4.9 30.8±5.3 Ket: (K) Kontrol, (GSH 1 mm) penambahan glutation dengan konsentrasi 1 mm, (GSH 3 mm) penambahan glutation dengan konsentrasi 3 mm. Superskrip pada kolom yang sama menunjukan perbedaan nyata (p< 0.05). Data dalam Tabel 4 menunjukan bahwa terjadi penurunan viabilitas spermatozoa setelah semen dibekukan. Walaupun terjadi perbedaan viabilitas spermatozoa diantara kelompok perlakuan segera setelah semen diencerkan (p<0.05), tetapi tidak ditemukan adanya perbedaan yang nyata pada viabilitas antara spermatozoa diantara kelompok perlakuan setelah waktu ekuilibrasi, segera setelah thawing (0 jam), 3 jam setelah thawing, dan 6 jam setelah thawing (p>0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa penambahan GSH tidak berpengaruh terhadap viabilitas spermatozoa domba dalam penelitian ini.

20 Terdapat dua faktor yang dapat menurunkan viabiltas spermatozoa yaitu, adanya kejutan dingin (cold-shock) dan perubahan intraseluler akibat pengeluaran air yang berkaitan dengan pembekuan kristal es (Gazali & Tambing 2002). Faktor pertama adanya kejutan dingin terjadi karena adanya penurunan suhu yang terjadi secara mendadak yang bisa mencapai di bawah 0 C yang dapat menurunkan viabilitas sel, hal ini dapat disebabkan dalam tahap transisi dari membran lipid yang mana menyebabkan terjadinya tahap pemisahan dan penurunan sifat permeabilitas dari membran biologi sel hidup (Watson 1995). Faktor kedua yang menyebabkan penurunan viabilitas sel yaitu terjadinya pembekuan kristal es selama proses kriopreservasi adalah adanya penumpukan elektrolit di dalam sel. Penumpukan elektrolit ini akan merusak dari dinding membran sel sehingga pada waktu pencairan kembali permeabilitas membran plasma akan menurun dan sel akan mati (Gazali & Tambing 2002). Pemberian GSH adalah melindungi viabilitas spermatozoa dari reaksi lipid peroksidasi yang dapat merusak membran plasma sel (Ansari et al. 2010). Persentase Morfologi Abnormal Spermatozoa Persentase abnormal spermatozoa domba selama proses pembekuan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Persentase abnormal spermatozoa domba selama proses pembekuan Kelompok Segera setelah diencerkan Persentase abnormal spermatozoa ±SD Setelah ekuilibrasi Post- thawing 0 jam 3 jam 6 jam K 0.6±0.8 1.2±0.9 1.6±1.1 1.3±1.1 2.1±1.9 GSH 1 mm 0.8±1.2 1.9±1.7 1.7±0.9 2.2±0.5 2.5±0.5 GSH 3 mm 1.9±1.1 0.9±1.4 0.9±1.2 2.5±1.6 1.6±1.2 Ket: (K) Kontrol, (GSH 1 mm) penambahan glutation dengan konsentrasi 1 mm, (GSH 3 mm) penambahan glutation dengan konsentrasi 3 mm Data dalam Tabel 5 menunjukan tidak ditemuakan adanya perbedaan abnormalitas spermatozoa diantara kelompok perlakuan baik sebelum dan setelah dibekukan, setelah waktu ekuilibrasi, segera setelah thawing (0 jam), 3 jam setelah thwing, dan 6 jam setelah thawing (p>0.05). Dari hasil yang diperoleh

21 dalam penelitian ini dapat dinyatakan penambahan GSH tidak mempengaruhi hasil persentase abnormalitas spermatozoa. Menurut Garner & Hafez (2000) bahwa kisaran abnormal spermatozoa domba antara 5-20%, sehingga dilihat dari hasil penelitian ini maka nilai abnormal spermatozoa yang didapatkan masih di bawah batas normal. Menurut Barth & Oko (1989) bentuk-bentuk abnormalitas spermatozoa diklasifikasikan menjadi dua yaitu abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer terjadi karena adanya kegagalan dalam proses spermatogenesis ditubuli seminiferi. Abnormalitas primer dapat dikarenakan faktor keturunan dan pengaruh lingkungan yang buruk. Bentuk dari abnormalitas primer meliputi kepala besar (macrocephalus) atau kepala kecil (microchepalus), kepala pendek, lebar, dan ekor ganda. Abnormalitas sekunder terjadi selama proses penyimpanan atau kriopreservasi spermatozoa dan kemungkinan besar disebabkan perlakuan pada saat pewarnaan dalam proses pembuatan preparat ulas (Garner & Hafez 2000). Bentuk abnormalitas sekunder meliputi bagian ekor yang melipat, adanya butiran-butiran sitoplasmik proksimal atau distal, dan selubung akrosom yang terlepas kepala tanpa adanya ekor, dan ekor yang terputus. Abnormalitas yang teramati dalam penelitian ini adalah abnormalitas sekunder yang dapat dilihat bagian dari ekor spermatozoa melingkar atau membengkok (gambar 2c).