Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

Metode Pembuatan Rencana Garis dengan Maxsurf

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Lembar Pengesahan Laporan Tugas Gambar Kurva Hidrostatik & Bonjean (Hydrostatic & Bonjean Curves)

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

Keseimbangan benda terapung

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

PENERAPAN KESETIMBANGAN BENDA TERAPUNG

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

BAB V BUKAAN KULIT (SHELL EXPANSION)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V MIDSHIP AND SHELL EXPANSION

UPN "VETERAN" JAKARTA

Z = 10 (T Z) + Po C F (1 + )

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH UKURAN UTAMA KAPAL TERHADAP DISPLACEMENT KAPAL. Budi Utomo *)

PERHITUNGAN BUKAAN KULIT SHELL EXPANTION

4 HASIL PENELITIAN. Tabel 6 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

Desain Rencana Garis. Bukaan Kulit. (Lines Plan) dan. (Sheel Expansion) Program Studi Teknik Perencanaan dan Konstruksi Kapal

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISA HIDROSTATIS DAN STABILITAS PADA KAPAL MOTOR CAKALANG DENGAN MODIFIKASI PENAMBAHAN KAPAL PANCING.

Keseimbangan benda terapung

KONSEP DASAR PERKAPALAN FLOODABLE LENGTH C ??????? ??????? ???????? KAMAR MESIN

STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT

BAB V SHELL EXPANSION

2 KAPAL POLE AND LINE

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stabilitas

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT

5. KAJIAN DAN PEMBAHASAN

FUNGSI KURVA BONJEAN PADA PELUNCURAN KAPAL SECARA END LAUNCHING

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.

A.A. B. Dinariyana. Jurusan Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2011

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK MERANCANG LINES PLAN MENGGUNAKAN FORM DATA I DAN PENDEKATAN B-SPLINE

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

Rencana garis (lines plan) merupakan salah

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

BAB V DASAR BERGANDA ( DOUBLE BOTTOM )

BAB V RENCANA BUKAAN KULIT (SHEEL EXPANSION) Beban sisi geladak dihitung menurut rumus BKI 2006 Vol II Sect.

Kapal juga harus memenuhi kondisi keseimbangan statis (static equilibrium condition) selain gaya apung oleh air.

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

KONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL

KARAKTERISTIK KM. ZAISAN STAR AKIBAT PERUBAHAN MUATAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL

KARAKTERISTIK KM. ZAISAN STAR AKIBAT PERUBAHAN MUATAN

RANCANG EDIT MAXSURF MUHAMMAD BAQI. Oleh : Saran dan kritik sangat diharapkan oleh penulis :

MOHAMMAD IMRON C INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS PERI KANAN. Oleh : KARVA IlMIAH

BAB 5 STABILITAS BENDA TERAPUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV BUOYANCY DAN STABILITAS BENDA MENGAPUNG

PERANCANGAN AWAL STABILITAS STATIS LAMBUNG KENDARAAN AMFIBI UI SKRIPSI

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya. Hal-hal dasar yang. harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

SKRIPSII FAKULTAS INSTITUT 2008

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

BAB I PENDAHULUAN A. Umum A.1. Jenis Kapal A.2. Kecepatan Kapal A.3. Masalah Lain

Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

Analisa Stabilitas Semi-submersible saat terjadi Kebocoran pada Column

Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

ANALISA STABILITAS WORK BARGE ELANG BIRU 505 AKIBAT PENGARUH OPERASIONAL CRAWLER CRANE DI ATASNYA DI LEPAS PANTAI KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH KARAKTERISTIK GEOMETRI TERHADAP STABILITAS KAPAL

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi utamanya, kapal rawai ini memiliki niiai resistensi yang cukup besar, kecepatan yang dihasilkan oleh

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

Proses pengedokan kapal pada graving dock. Deady Helldiningrat

2 Mekanika Rekayasa 1

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

ANALISA PENGARUH LETAK LUNAS BILGA TERHADAP PERFORMA KAPAL IKAN TRADISIONAL (STUDI KASUS KAPAL TIPE KRAGAN)

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

ANALISA TEKNIS PENENTUAN SPESIFIKASI KANTUNG UDARA (AIRBAG) SEBAGAI SARANA UNTUK PELUNCURAN TONGKANG

DISTRIBUSI MUATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS KAPAL IRA RAHMAWATI

Transkripsi:

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal 1. Titik Berat (Centre of Gravity) Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik beratnya adalah perpotongan antara garis berat segitiga tersebut. Demikian pula dari sebuah kubus yang homogen, titik berat kubus adalah titik potong antara dua diagonal ruang kubus. Kapal juga memiliki titik berat yaitu titik tangkap gaya berat dari kapal. Titik berat kapal biasanya ditulis dengan huruf G dan titik G ini merupakan gaya berat kapal W bekerja vertikal ke bawah. Jarak vertikal terhadap titik berat G terhadap keel (lunas) ditulis KG. Kedudukan memanjang dari titik berat G terhadap penampang tengah kapal (midship) ditulis G. Di samping cara tertentu untuk menghitung letak titik G, maka titik KG dan B dapat dihitung sebagai berikut: KG = Titik tangkap gaya berat kapal W = berat komponen h = jarak vertikal atau horizontal titik berat terhadap keel atau midship Wh = momen komponen berat Titik berat G sangat tergantung pada konstruksi kapal itu sendiri. Letak titik G tetap selama tidakada penambahan, pengurangan atau pergeseran muatan. 2. Titik Tekan ( Centre of Buoyancy)

Pada sebuah benda yang terapungdi air, maka benda tersebut akan mengalami gaya tekan ke atas. Demikian pada sebuah kapal yang akan mengalami gaya tekan ke atas. Resultan gaya tekan ke atas oleh air ke badan kapal pada bagian yang terendam air akan melalui titik berat dari bagian kapal yang masuk ke dalam air. Titik Berat dari bagian kapal yang berada di bawah permukaan air di sebut titik tekan. Untuk sebuah ponton, titik tekannya adalah titik berat bagian yang tercelup ke dalam air yang merupakan perpotongan diagonal dari bagian ponton yang tercelup. Titik tekan ditulis dengan huruf B, titik tekan pada kedudukan vertikal di tulis dengan KB dan pada kedudukan memanjang terhadap midship ditulis ϕb atau LCB. Menurut hukum Archimedes besarnya gaya tekan ke atas adalah volume kapal yang terendam air dikalikan dengan berat jenis zat cair. Gaya tekan ke atas = γv γ = Berat jenis zat cair V = Volume kapal yang terendam air Pada sebuah kapal yang terapung, tiitk tekan terletak pada satu vertikal dengan titik berat kapal dan besar gaya berat kapal sama dengan gaya tekan. Karena letak titik tekan tergantung dari bentuk bagian kapal yang masuk ke dalam air, maka titik tekan kapal akan berubah letaknya kalau kapaloleh gaya luarmengalami oleng atau trim. Titik tekan kapal tegak

Titik tekan kapal oleng B = Titik tekan Bφ = Titik tekan setelah kapal oleng γv = Gaya tekan keatas ( ton ) Bθ = Titik tekan setelah kapal trim G = Titik berat kapal W = Gaya berat kapal ( ton ) Titik tekan kapal tegak Titik tekan kapal dalam kondisi Trim 3. Titik Berat Garis Air (Centre of Floatation) Titik berat garis air adalah titik berat dari bidang garis air pada sarat kapal dimanakapalsedang terapung. Kapal mengalami trim dimana sumbunya melalui titik berat garis air. Titik berat garis air di tulis dengan huruf F ini pada kedudukan memanjang terhadap penampang tengah kapal (midship) ditulis dengan ϕf. ϕf = momen statis bidang garis air terhadap midship/ luas garis air

F adalah titik berat garis air. Momen inersia melintang adalah momen inersia terhadap sumbu x. Harga I dalam m 4 sedang V dalam m 3 jadi satuan untuk BM adalah meter. Karena I dan V selalu positif, maka harga BM juga selalu positif, atau dengan perkataan lain letak titik M selalu di atas titik tekan B. Untuk sebuah ponton yang terbentuk kotak dengan panjang L, lebar B dan sarat T. V = L x B x T Momen inersia untuk garis air berbentuk empat persegi panjang adalah: I = 1/12 L x B 3 BM = (1/12L x B 3 )/LBT BM = B 2 /12 T Momen Inersia melintang. Jari-jari metacentra memanjang adalah jarak antara titik tekan B pada kedudukan kapal tegak dengan metacentra memanjang ML. Jari-jari metacentra memanjang ditulis BML. BML = momen inersia memanjang dari garis air/ volume kapal sampai garis air tersebut BML = IL/V BML = jari-jari metacentra memanjang IL = momen inersia memanjang, yaitu momen inersia yang bekerja pada sumbu yang melalui titik berat luas bidang garis air (F) V = volume Momen inersia memanjang adalah momen inersia terhadap sumbu trim yang melalui titik berat luas bidang garis air pada tengah kapal (midship). Setelah itu menghitung momen inersia memanjang terhadap sumbu melintang yang melalui titik berat bidang garis air yaitu momen inersia terhadap midship dikurangi hasil perkalian antara jarak kuadrat kedua sumbu dengan luas bidang garis air. IL = Ly-(ϕF) 2.A Dimana, IL = momen inersia memanjang terhadap sumbu melintang yang melalui titik berat bidang garis air (F) ϕf = jarak sumbu

Ly = momen inersia terhadap midship (sumbu y) A = luas bidang garis air BM dalam meter, dan titik ML selalu di atas B. Jadi dapat disimpulkan bahwa tinggi metacentra melintang (M) terhadap B (centre of buoyancy) adalah I/V atautinggi metacentra memanjang terhadapa B (centre of buoyancy) adalah IL/V. Dengan demikian tinggi metacentra melintang maupun memanjang terhadap lunas kapal (keel) dapat dihitung yaitu: KM = KB + BM KML = KB + BML KB = tinggi centre of buoyancy terhadap lunas. Dengan mengetahui tinggi KM dan KML, apabila harga KG atau tinggi berat kapal dari lunas (keel) diketahui, maka kita dapat menghitung harga atu tinggi metacentra melintang maupun tinggi metacentra memanjangnya. MG = KM KG atau MG = KB + BM KG MLG = KML KG atau MLG = KB + BML KG Di dunia perkapalan yang perlu mendapat perhatian adalah harga MG yaitu nilainya harus positif, dimana M harus terletak di atas G atau KM harus lebih besar dari KG. Benda yang melayang Untuk benda yang melayang di dalam air, maka garis air benda tidak ada. Jadi harga I dan IL adalah nol sehingga dengan demikianbm dan BML adalah nol. IL = 1/12L 3 B BML = (1/12L 3 B)/LBT BML = L 2 /12T 4. Tinggi metacentra (Metacentric Height) Metacentra merupakan titik maya dimana seolah-olah merupakan titik pusat ayunan pada bandul atau pendulum. Tinggi metacentra ditulis dengan MG. Kita mengenal tinggi metasentra melintang dan tinggi metasentra memanjang.

Tinggi metacentra melintang adalah jarak antara titik berat kapal G dengan metacentra M. Tinggi metasentra GM MG = KB + BM KG KB = KB + (I/V) KG KB = tinggi titik tekan di atas lunas (keel) KG = tinggi titik berat kapal di atas lunas (keel) I = momen inersia melintang garis air V = volumekapal sampai sarat tersebut Titik metacentra positif kalau titik M di atas G Titik metacentra negatif kalau titik M di bawah G Titik metacentra nol kalau titik M dan G berhimpit Tinggi metacentra memanjang adalah jarak antara titik berat kapal G dengan titik metacentra memanjang ML. Tinggi metasentra GM MG = KML KG MG = KB + BML KG KB = KB + (IL/V) KG KB = tinggi titik tekan di atas lunas (keel) KG = tinggi titik berat kapal di atas lunas (keel) I = momen inersia dari garis terhadap sumbu melintang yang melalui titik berat garis air F V = volume kapal sampai sarat tersebut Karena harga IL besar, maka harga MLG selalu positif jadi titik ML selalu di atas G.

Lines Plan Rencana garis air (lines plan) adalah gambar rencana garis dari bentuk sebuah kapal. Dengan gambar ini kita dapat mengetahui bentuk kapal yang direncanakan. Lines plan atau rencana garis merupakan langkah selanjutnya dalam proses merancang suatu kapal dengan berdasar pada data kapal yang diperoleh dari perancangan. Sebelum mulai menggambar rencana garis ( lines plan ). Harus mengetahui lebih dahulu ukuran besar kecilnya kapal, seperti panjang, lebar maupun tinggi badan kapal. Ukuran kapal tersebut menggunakan singkatan singkatan yang mempunyai arti tertentu walaupun dalam istilah bahasa inggris dan penggunaannya sudah standart. Apabila seseorang hendak membuat suatu kapal digalangan, maka pertama tama yang harus dikerjakan adalah pemindahan gambar rencana garis dari kertas gambar kelantai (mould loft) dengan ukuran yang sebenarnya atau skala 1 : 1 karena dari gambar rencana garis inilah kita dapat membentuk kapal yang akan dibangun. Dalam gambar rencana garis ini ada beberapa istilah atau pengertian yang harus diketahui seperti yang diuraikan dibawah ini : Garis Geladak Tepi ( Sheer Line ). Dalam gambar rencana garis, garis geladak tepi adalah garis lengkung dari tepi geladak yang di tarik melalui ujung atas dari balok geladak. Kalau kita melihat garis geladak tepi dari gambar diatas, maka terlihat bahwa jalannya garis sisi tersebut adalah menanjak naik dihaluan maupun di buritan. 1. Pembagian panjang kapal tersebut masing masing : 1/6L dari AP, 1/3 L dari AP, midship, 1/3 L dari FP dan 1/6 L dari FP. 2. Selanjutnya pada midship ukurkan tinggi kapal ( H ). 3. Kemudian pada ketinggian H ditarik garis datar sejajar dengan garis dasar ( base line ), sedemikia rupa hingga memotong garis tegak yang ditarik melalui titik AP, 1/6 L dari AP, 1/3 L dari AP midship, 1/3 L dari FP, 1/6 L dari FP dan FP 4. Dari perpotongan antara garis datar yang ditarik sejajar dengan base line setinggi H pada midship tadi dengan garis tegak yang ditarik melalui titik-titik AP, diukurkan tinggi sheer standart sebagai berikut ( dalam mm ) : AP = 25 (L/3 + 10) 1/6 L dari AP = 11,1 (L/3 + 10) 1/3 L dari AP = 2,8 (L/3 + 10)

Miship = 0 AP = 5,6 (L/3 + 10) 1/6 L dari AP = 22,2 (L/3 + 10) 1/3 L dari AP = 50 (L/3 + 10) 5. Kemudian dari titik-titik tersebut diatas dibentuk garis yang stream line, menanjak naik kedepan dan kebelakang. Garis Geladak Tengah ( Camber ) Tinggi 1/50 B dari garis geladak tepi diukur pada centre line dari kapal disebut camber. Lengkungan dari camber kesisi kiri kanan lambung kapal dan berhenti pada titik garis geladak tepi disebut garis lengkung geladak. 1. Pertama tama kita menggambar garis geladak tepi sesuai dengan petunjuk diatas. 2. Kemudian dari masing masing titik pada garis geladak tepi sesuai dengan pembagian AP, 1/6 L dari AP, 1/3 L dari AP dan seterusnya kita ukurkan keatas harga harga dari 1/50 B ( B = adalah lebar kapal setempat pada potongan AP, 1/6 L dari AP, 1/3 L dari AP dan seterusnya). 3. Titik tersebut kita hubungkan satu sama lain sehingga terbentuk gambar garis geladak tengah seperti pada gambar. Potongan memanjang kapal secara horizontal yang disebut Water Line. Misalkan suatu kapal dipotong secara memanjang dengan arah mendatar atau horizontal.pada potongan ini terlihat dua dimensi yaitu dimensi panjang (L) dan dimensi lebar (B) Garis Tegak Potongan Memanjang ( Buttock Line ). Diumpamakan suatu kapal dipotong potong tegak memanjang kapal. Penampang kapal yang terjadi karena pemotongan ini disebut bidang garis tegak potongan memanjang. Garis Tegak Potongan Melintang ( Station Atau Ordinat ) Garis tegak potongan melintang adalah garis kalau diumpamakan suatu kapal dipotong-potong tegak melintang. Penampang kapal yang terjadi karena pemotongan ini disebut bidang garis tegak melintang.

1. Gading Ukur ( Ordinat atau Station ) Pada umumnya kalau seseorang merencanakan kapal, maka panjang kapal ini dibagi 10 atau 20 bagian yang sama. Garis tegak yang membatasi bagian ini disebut gading ukur atau station. Gading ukur diberi nomer 1 sampai 10 atau 1 sampai 20 dimulai dari kiri Gading ukur dengan nomer 0 adalah tepat pada garis tegak belakang atau after perpendicular ( AP ) sedangkan gading ukur dengan nomer 10 atau 20 adalah tepat pada garis tegak haluan atau fore perpendicular ( FP ). Jumlah bagian dari gading ukur biasanya genap agar memudahkan memperhitungkannya. Dalam prakteknya pembagian 0 sampai 10 bagian ini umumnya masing-masing bagian masih dibagi lagi menjadi bagian kecil. Terutama hal ini dilakukan pada ujung haluan dan bentuk belakang kapal mengingat bahwa bagian ini garis air kapal melengkung. Sehingga untuk membuat lengkungan tersebut cukup selaras diperlukan beberapa titik yang cukup berdekatan. 2. Gading nyata. Gading nyata diperoleh dengan mengukur dari rencana garis yang dibentuk melalui gading ukur. Dalam prakteknya biasanya gading nyata diukur pada gambar rencana garis lalu hasilnya pengukuran digambar langsung pada lantai gambar ( Mould loft ) dengan skala satu-satu ( 1 : 1 ). Dari gambar dengan skala 1 : 1 ini dapat dibuat mal dari masing-masing gading untuk kemudian dengan mal tersebut dapat membentuk gading gading nyata dari kapal dibegkel. Pada mould loft semua potongan gading harus digambarkan yaitu sesuai dengan banyaknya gading yang akan dipasang ada kapal tersebut. Semua dari potongan gading nyata ini harus dibuatkan malnya untuk dikerjakan. Garis Sent ( Diagonal ) Garis sent adalah garis yang ditarik pada salah satu atau beberapa titik yang ada pada garis tengah ( centre line ) membuat sudut dengan garis tengah. Adapun kegunaan dari garis sent adalah utuk mengetahui kebenaran dari bentuk gading ukur yang masih kurang baik atau kurang streamline, maka bentuk dari garis sent ini juga kurang streamline. Sheer Plan ( Pandangan Samping ) Sheer plan merupakan penampakan bentuk kapal jika kapal dipotong kearah tegak sepanjang badan kapal.pada kurva ini diperlihatkan bentuk haluan dan buritan kapal, kanaikan deck dan pagar. Garis tegak yang memotong kapal dapat diketahui apakah garis air yang direncanakan sudah cukup baik atau tidak. Langkah Awal

1. Membuat garis dasar ( base line ) sepanjang kapal ( LOA ) 2. Membagi panjang kapal ( LPP ) menjadi station-station AP, ¼, ½, ¾, 1 9 ¾, FP 3. Membuat garis air ( WL 0, WL 1, WL 3 dan seterusnya ) 4. Menentukan tinggi geladak ( D ) 5. Membagi panjang kapal ( LPP ) menjadi 6 bagian sama panjang mulai dari AP Sampai FP 6. Menentukan kelengkungan sheer berdasarkan rumus sheer standar Pada daerah haluan 1. Menentukan garis forecastle deck diatas upper side line dengan ketinggian sesuai ukuran yang telah ditentukan 2. Menentukan bulwark sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan 3. Membuat kemiringan linggi haluan 4. Menentukan garis tengah geladak ( tinggi camber ) sesuai rumus yang telah ditentukan Pada daerah buritan 1. Menentukan poop deck side line ( garis geladak kimbul ) sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan. 2. Membuat bentuk linggi sesuai ukuran 3. Menentukan garis tengah geladak ( tinggi camber ) pada upper deck dan poop deck sesuai rumus. Mengecek / menggambar garis potongan memanjang ( buttock line ) Dengan memperhatikan potongan buttock line dengan gading ukur ( Station ) pada body plan dan potongan buttock line dengan waterline pada gambar pandangan atas. Body Plan ( Pandangan depan dan Belakang )

Body plan merupakan bagian dari rencana garis yang mempelihatkan bentuk kapal jika kapal dipotong tegak melintang. Dari gambar terlihat kelengkungan gadinggading (station-station). Kurva ini digambar satu sisi yang biasanya sisi kiri dari kapal tersebut. Bagian belakang dari midship digambar d isisi kiri dari centre line, bagian depan di sebelah kanan Langkah pengerjaan : 1. Gambar body plan diletakan ditengah-tengah ( Midship ). 2. Membuat garis-garis WL sesuai kebutuhan 3. Menentukan lebar kapal sesuai ukuran utama kapal 4. Menentukan rise of floor ( Kemiringan dasar kapal ) 5. Membuat garis BL ( Buttock Line ) 6. Menggambar bentuk gading ukur ( Station ) sesuai tabel yang diberikan. Half Breadth Plan ( Pandangan Atas ) Half breadth plan atau rencana dari setengah lebar bagian yang ditinjau dari kapal, ini diperoleh jika kapal dipotong kearah mendatar sepanjang badan kapal, dan gambar ini akan memperlihatkan bentuk garis air untuk setiap kenaikan dari dasar (terutama kenaikan setiap sarat). Langkah Pengerjaan : 1. Membuat garis centre line 2. Menentukan garis pembagian gading ukur ( Station ) 3. Membuat buttock line dengan jarak tertentu 4. Membuat garis air ( WL ) di pandang dari atas dengan cara pemindahan ukuran ukurannya dari body plan 5. Mengecek bentuk bentuk gading ukur dengan membuat garis sent ( garis diagonal ). Radius Bilga

Bilga adalah kelengkungan pada sisi kapal terhadap base line.radius bilga adalah jari-jari pada bilga. Radius bilga tanpa rise of floor dapat dihitung dengan rumus : R = {B x T x (1 Cm)/0,4292} 1/2.