39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang memiliki lebar 50 cm dan panjang sesuai lahan yaitu 6,5 m. Penanaman dalam budidaya pare tersebut dilakukan secara langsung dengan menanam langsung benih di lahan yang telah siap. Perawatan yang dilakukan dalam budidaya ini adalah penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan susulan, pemangkasan dan penyemprotan. Pemupukan dibedakan menjadi 3 pemberian pemupukan, yaitu pemberian pemupukan dengan pupuk kandang, pemupukan dengan pupuk NPK dan pemupukan dengan 50% pupuk kandang ditambah 50% pupuk NPK. Panen pertama buah pare dapat dilakukan kira-kira 7 minggu setelah tanam. Budidaya tanaman pare ini dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman yang paling baik yaitu berupa : 1. Tinggi Tanaman Pertumbuhan merupakan suatu keadaan pertambahan ukuran dimana ukuran tersebut tidak akan kembali lagi kembali lagi ke bentuk semula, pertumbuhan terjadi karena adanya kegiatan pembelahan sel pada jaringan meristematik secara mitosis yang dapat dilihat dengan pertambahan jumlah daun, bertambahnya tinggi tanaman maupun akar tanaman yang semakin panjang (Tim Biologi 2004). Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan ataupun pemberian yang diterapkan dan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno 1995). 39
Tinggi Tanaman (cm) 40 Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Pare Minggu ke- Kandang Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) kandang + 1 4,6 2,9 4,7 2 12,3 6,8 13,4 3 31,2 23,8 30,7 4 46,8 59,5 59,3 5 76,9 82,7 81,2 6 91,1 113,2 104 7 127,2 136,5 147 8 165 178,6 184,5 9 175,4 193,7 199,4 10 182,8 206,3 211,6 Sumber : Data Primer 250 200 150 100 50 kandang kandang + NPK 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Minggu ke- Gambar 24. Grafik Rata-rata Tinggi Tanaman Pare Tabel 1 memperlihatkan pemberian pupuk kandang kambing ditambah pupuk buatan, menghasilkan panjang tanaman terpanjang yaitu 211,6 cm dan tidak terpaut jauh dengan tanaman yang mendapat pemberian pupuk buatan NPK hanya berbeda sekitar 5 cm yaitu 206,3 cm. Penggunaan pupuk kandang kambing ditambah pupuk buatan dapat memberikan unsur hara yang penting bagi tanaman. Data tersebut menunjukkan juga bahwa pemberian pupuk kandang kambing yang diiringi dengan pemberian pupuk
41 buatan atau NPK memberikan ketersedian unsur hara yang berimbang, sehingga memacu pertumbuhan pare secara optimal. Berbeda dengan tanaman yang hanya diberi pupuk kandang saja, pertumbuhan tanaman cukup lambat dengan panjang akhir tanaman adalah 182,8 cm terpaut cukup jauh dengan kedua pemberian yang lain. Pertumbuhan tanaman pare yang lebih baik dijumpai pada pemberian pupuk kandang ditambah pemberian pupuk susulan NPK dan pemberian pupuk NPK saja. Hal ini karena pemberian pupuk NPK unsur hara N, P dan K tersedia dalam jumlah yang optimal dan seimbang sehingga dengan sekali pemberian pupuk ini telah mampu memberikan keseimbangan hara makro bagi tanaman. Sutejo dan Kartasapoetra (1990) menyatakan bahwa untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman membutuhkan hara N, P dan K yang merupakan unsur hara esensial di mana unsur hara ini sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman secara umum pada fase vegetatif. Menurut Djoni (2009) mendefenisikan pupuk adalah sumber hara bagi tanaman, sehingga pemakaian pupuk tidak hanya pupuk buatan pabrikan seperti Urea dan NPK tetapi masih banyak sumber hara lainnya. Kotoran ternak dan sisa tanaman bahan hijauan merupakan sumber daya lokal yang potensial dimanfaatkan. Bahan ini jika dimanfaatkan secara optimal tentunya akan dapat menjadi sumber hara bagi tanaman sekaligus mengurangi biaya produksi serta menghilangkan ketergantungan petani pada pihak lain dan mendorong terwujudnya petani hijau lestari. Demikian juga menurut Rosmarkan dan Yuworo (2002) bahwa pupuk organik yang sering diberikan petani karena banyak tersedia adalah pupuk kandang kambing, karena pupuk organik ini mengandung komposisi hara antara lain 8 kg N, 7 kg P, 15 kg K dan 18 kg Ca. Berarti dengan penambahan pupuk organik berupa pupuk kandang kambing dapat memberikan sumbangan hara terutama hara makro dan mikro, disamping itu yang penting adalah memperbaiki struktur tanah dan biologi tanah sehingga tanaman akan tumbuh optimal.
42 2. Jumlah Daun Tanaman tumbuh dengan baik dapat dilihat pada banyak sedikitnya daun yang tumbuh serta tinggi tanaman. Semakin banyak daun, dapat dikatakan tanaman itu tumbuh dengan subur. Karena tanaman tersebut dapat menyerap unsur hara yang terdapat pada tanah kemudian digunakan untuk tumbuh serta menghasilkan daun yang selanjutnya akan digunakan tumbuhan tersebut untuk berfotosintesis. Daun merupakan pabrik karbohidrat bagi tanaman. Daun diperlukan untuk mengubah CO 2 dan H 2 O menjadi cadangan makanan melalui proses fotosintesis dengan energi cahaya matahari. Jumlah daun dipengaruhi oleh kandungan unsur hara yang tersedia dan lingkungan (Gardner 1991). Lingkungan yang mendukung pertumbuhan secara otomatis juga mampu mendorong pertambahan jumlah daun. Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pare Minggu ke- Kandang Rata-rata Jumlah Daun (helai) kandang + 1 2 1,3 2 2 7 5,3 6,7 3 14,2 9,2 11,5 4 20,5 24,3 19,7 5 30,8 30,5 28,8 6 38,2 39,7 34,2 7 43,8 46,5 43,5 8 50,7 61,5 55,7 9 56,7 73,8 67,8 10 63,2 86 80,2 Sumber : Data Primer
Jumlah Daun (helai) 43 250 200 150 100 50 Kandang+ kandang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Minggu ke- Gambar 25. Grafik Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pare Tabel 2 memperlihatkan jumlah daun pada tanaman pare pada setiap pemberian pemberian pupuk berbeda-beda. Jumlah daun pada pemberian pupuk kandang memiliki rata-rata jumlah daun minggu terakhir pengamatan 63,2 helai, pada pemberian pupuk NPK memiliki rata-rata 86 helai sedangkan pada pemberian pupuk kandang kambing ditambah pupuk susulan pupuk NPK berkisar 80,2 helai. pupuk NPK, memberikan hasil jumlah daun terbanyak yaitu 86 helai dan tidak terpaut jauh dari pemberian pupuk kandang ditambah pupuk NPK hanya berbeda 6 helai yaitu 80,2 helai. Tidak berbedanya jumlah daun yang dihasilkan lebih dipengaruhi sifat genetis tanaman. Banyaknya jumlah daun yang dihasilkan tanaman pare dengan pemberian pupuk NPK saja lebih banyak karena setiap butir pupuk NPK mengandung tiga macam unsur hara utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) yang diperkaya unsur hara Belerang (S) dalam bentuk larutan air sehingga mudah diserap akar tanaman yang bermanfaat menjadikan daun tanaman lebih banyak dan lebih hijau segar. Menurut Poespodarsono (1988) pertumbuhan daun tanaman pare sangat cepat karena sifat tanaman ini yang merambat. Jumlah daun tanaman
Jumlah Buah Pare (buah) 44 pare pada minggu pertama hanya berkisar 1-3 daun, minggu selanjutnya berkembang sangat banyak dan terus bertambah banyak lagi pada minggu berikutnya. Apalagi ditambah dengan pemakaian pupuk organik yaitu pupuk kandang kambing dan pupuk buatan yaitu NPK jumlah setiap minggu daunnya berkembang sangat pesat. B. Komponen Hasil 1. Jumlah Buah Tabel 3. Rata-rata Jumlah Buah Tanaman Pare Panen ke- Tanggal Jumlah Buah (buah) Kandang 1 22 April 2016 1,5 1,7 2,2 2 26 April 2016 1,7 1,8 2,5 3 30 April 2016 1,7 2,3 2,8 4 4 Mei 2016 1,8 2,2 3,2 5 8 Mei 2016 2,2 2,5 3 6 12 Mei 2016 2,3 2,8 3,3 Sumber : Data Primer 3,5 kandang + 3 2,5 2 1,5 1 0,5 Kandang kandang + 0 1 2 3 4 5 6 Panen ke- Gambar 26. Grafik Rata-rata Jumlah Buah Panen pada Sampel Tabel 3 memperlihatkan terhadap jumlah buah per tanaman pare yang dipanen pupuk buatan NPK dengan penggunaan bahan organik kotoran kambing. Rata-rata jumlah buah tanaman pare berkisar antara 1,5 sampai
45 3,3 buah setiap kali panen. pupuk organik tanpa penambahan pupuk buatan menghasilkan jumlah buah yaitu 2,3 buah dan pemberian pupuk buatan memberikan hasil buah yaitu 2,8. pupuk kandang (organik) dan pupuk NPK (anorganik) memberikan hasil jumlah buah terbanyak dari ketiga pemberian tersebut yaitu 3,3 buah, ini karena secara kualitatif kandungan unsur hara dalam pupuk anorganik lebih unggul daripada pupuk organik. Namun penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dalam rentang waktu tertentu akan dapat merusak struktur tanah dibanding pupuk organik. Jumlah buah pare ini dipengaruhi oleh jumlah bunga pada tanaman pare, jika jumlah bunga semakin banyak maka buah yang dihasilkan juga semakin banyak. Sebagaimana yang dijelaskan Subahar (2004) bahwa umumnya bunga yang berkembang pada tanaman pare akan berkembang menjadi buah. 2. Berat Buah Panen Keseluruhan Tabel 4. Berat Buah Pare Saat Panen pada Perbandingan Kandang dan Panen ke- Tanggal Kandang Berat Buah (kg) kandang + 1 22 April 2016 11,2 11,6 11,87 2 26 April 2016 10,23 10,48 10,6 3 30 April 2016 10,45 10,69 11,4 4 4 Mei 2016 11 11,30 12,25 5 8 Mei 2016 9,15 9,20 9,5 6 12 Mei 2016 10,4 11,34 11,5 Total 62.43 64,61 67,12 Sumber : Data Primer Tabel 4 memperlihatkan berat buah pare setiap kali panen pada ketiga pemberian tersebut. Panen yang memiliki berat buah terbesar adalah panen pada pemberian pupuk kandang ditambah pupuk NPK. Penggunaan pupuk kandang ditambah pupuk NPK dapat menghasilkan berat panen buah pare yaitu 67,12 kg. NPK menghasilkan berat panen buah pare yaitu
46 64,61 kg sedangkan untuk pemberian pupuk kandang menghasilkan berat buah pare yaitu 62,43. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tabel pertumbuhan vegetatif seperti panjang tanaman, jumlah daun, waktu berbunga, jumlah buah per tanaman dan berat tanaman tiap petak dimana pemberian yang terbaik adalah kombinasi pada 50% pupuk organik + 50% pupuk buatan, sehingga akan memberikan bobot buah juga yang terbaik. Sebagaimana hasil penelitian Sarno (2009) bahwa kombinasi pemupukan antara pupuk organik dan pupuk buatan penting diberikan dibanding hanya pupuk buatan saja, karena kombinasi pupuk organik dan pupuk buatan dapat meningkatkan hasil pada tanaman pare. Selanjutnya menurut Haryanto et al (2006) kandungan bahan organik yang rendah merupakan kendala utama dalam produksi sayursayuran. Oleh karena itu untuk mendapatkan produksi sayuran yang tinggi, disamping pemberian pupuk kimia juga harus dilakukan pemberian pupuk organik. Gambar 27. Hasil buah pare pupuk kandang dan npk (kiri), hasil buah pare pupuk npk (tengah) dan hasil buah pare pupuk kandang (kanan)
47 C. Pemasaran dan Analisis Usaha Tani 1. Pemasaran Menurut Swastha dan Irawan 2005, mendefinisikan konsep pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan tercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja bagian pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar. Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari seluruh usaha yang ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Pemasaran pare tanpa pengemasan yang langsung dipasarkan ke penjual sayur keliling dan penjual sayur di pasar. Pembelian pare secara kiloan dengan harga Rp 4.500,00/kg. 2. Analisis Usaha Tani Analisa ekonomi dapat dibedakan atas tiga yaitu ekonomi deskriptif, teori ekonomi dan ekonomi terapan. Ekonomi deskriptif adalah analisis ekonomi yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya nyata dalam perekonomian. Teori ekonomi adalah pandangan-pandangan yang menggambarkan sifat-sifat hubungan yang nyata dalam kegiatan ekonomi dan ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu keadaan yang mempengaruhinya mengalami perubahan. Ekonomi terapan (ilmu ekonomi kebijakan) adalah cabang ilmu ekonomi yang menelaah tentang kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi. Analisis ekonomi digunakan untuk menghitung biaya-biaya yang diperlukan dalam budidaya pare baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Analisis ekonomi budidaya tanaman pare ini untuk satu kali tanam yaitu selama 3 bulan dengan luasan lahan total adalah 112,5 m 2.
48 a. Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Variabel (Variable Cost) Menurut Supriono (2009) analisis usaha tani dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha, beberapa hal yang dibahas dalam analisis ini adalah biaya tetap memiliki karakteristik sebagai berikut biaya yang jumlah totalnya tetap konsisten tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktifitas sampai dengan tingkatan tertentu. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume penjualan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan. Biaya variabel memiliki karakteristik sabagai berikut biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proposional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variable, semakin rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah biaya variabel. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh volume kegiatan, jadi biaya semakin konstan. 1) Biaya Budidaya Tanaman Pare (Momordica charantia L.) keseluruhan Tabel 5. Rincian Biaya Tetap Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali masa tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Keterangan Frekuensi Harga Jumlah Sewa Tanah 30,875 m² Rp 1.000 /m² Rp 30.875 Cangkul (umur eko 2 buah Rp 100.000 5 thn) /buah Sabit (umur eko 4 2 buah Rp 25.000 /buah thn) Rp 3.100 Sprayer (umur eko 1 buah Rp 500.000 10 thn) /buah Rp 12.500 Selang air (umur 1 buah Rp 80.000/buah eko 4 thn) Rp 5.000 Garu (umur eko 5 1 buah Rp 20.000 /buah thn) Rp 1.000 Bambu (umur eko 3 buah Rp 7.000/buah 2 thn) Rp 21.000 Total Biaya Tetap Rp 83.475 Sumber : Analisis Primer
49 Tabel 6. Rincian Biaya Variabel Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali masa tanam (3 bulan) per petak dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang dan Kandang Benih Rp 50.000 Rp 50.000 Rp 50.000 Rafia Rp 12.000 Rp 12.000 Rp 12.000 Plastik pembungkus Rp 9.000 Rp 9.000 Rp 9.000 pare Pengolahan lahan Mencangkul dan membuat barisan Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000 Tenaga Kerja Tanam Pemangkasan, Pembungkusan Buah dan Panen Pemupukan Kandang Rp 35.100 - - Rp 4.140 Rp 17.280 Rp 2.070 Pengendalian Hama dan Penyakit Siflutrin 50 g/l Rp 18.000 Rp 18.000 Rp 18.000 Tenaga Kerja Pemeliharaan Transportasi Bensin Rp 14.100 Rp 14.100 Rp 14.100 Total Biaya Variabel Rp 188.200 Rp 157.240 Rp 172.450 Sumber : Analisis Primer b. Penerimaan Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Total penerimaan dapat dihitung dengan cara mengkalikan harga jual tiap unit dengan jumlah produksi. Berikut adalah tabel produksi dan penerimaan budidaya pare :
50 Tabel 7. Produksi dan Penerimaan Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang dan Kandang Panen 62,43 kg 64,61 kg 67,12 kg Produksi (panen tidak layak) 1,6 kg 2 kg 5,4 kg Produksi (panen layak) 60,83 kg 62,61 kg 65,32 kg Harga (Rp) 4.500 4.500 4.500 Penerimaan (Rp) 273.735 281.745 293.940 Sumber : Analisis Primer Pemanenan buah pare pada pemberian pupuk kandang saja adalah sebanyak 62,43 kg akan tetapi ada buah yang rusak sebanyak 1,6 kg sehingga pare yang layak jual sebanyak 60,83 kg jadi penerimaannya sebesar Rp 273.735,00. Pemanenan buah pare pada pemberian pupuk NPK saja adalah sebanyak 64,61 kg akan tetapi ada buah yang rusak sebanyak 2 kg sehingga pare yang layak jual sebanyak 62,61 kg sehingga penerimaannya sebesar Rp 281.745,00. Pemanenan buah pare pada pemberian pupuk kandang dan NPK adalah sebanyak 67,12 kg akan tetapi ada buah yang rusak sebanyak 1,8 kg sehingga pare yang layak jual sebanyak 65,32 kg sehingga penerimaannya sebesar Rp 293.940,00. yang mendapatkan panen paling banyak dan otomatis penerimaan paling besar adalah pemberian pupuk kandang ditambah pupuk NPK. Pemanenan pare keseluruhan adalah 188,76 kg, karena ada yang rusak dan tidak layak panen sebanyak 5,4 kg, sehingga panen hanya mendapatkan 188,76 kg. Pemanenan pare didapatkan berat buah pare pemberian pupuk kandang dan pupuk NPK sekitar 350-400 gram, pemberian pupuk NPK sekitar 250-340 gram dan pemberian pupuk kandang sekitar 200-250 gram. Budidaya pare ini tidak menerapkan sistem grading sehingga pemasaran pare dijual langsung ke pedagang dengan sistem kiloan. Harga jual pare adalah Rp 4.500,00/kg. Produksi
51 panen budidaya pare didapatkan sekitar 188,76 kg dengan luas lahan 112,5 m 2, sehingga mendapatkan penerimaan Rp 849.420,00. c. Keuntungan Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi (Soemarso 2005). Tujuan dari pelaku ekonomi adalah memaksimumkan utility. Produsen memaksimumkan utility dengan cara memaksimumkan keuntungan. Keuntungan merupakan hasil pengurangan dari penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan harga produk. Tabel 8. Keuntungan Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang Kandang NPK dan Penerimaan (Rp) 273.735 281.745 293.940 Biaya Tetap (Rp) 83.475 83.475 83.475 Biaya Variabel (Rp) 188.200 157.240 172.450 Total Biaya (Rp) 271.675 240.715 255.925 Keuntungan (Rp) 2.060 41.030 38.015 Sumber : Analisis Primer Laba ekonomis dari barang yang dijual adalah selisih antara penerimaan yang diterima dari penjualan dan biaya peluang dari sumber yang digunakan untuk membuat barang tersebut. Jika biayanya lebih besar dari pada penerimaan, yang berarti lebanya negatif, situasi ini disebut rugi. Keuntungan tiap pemberian berbeda-beda karena biaya variabel yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk berbeda-beda, ada yang pupuk kandang saja, ada yang pupuk NPK saja dan ada pula yang pupuk campuran.
52 Keuntungan paling besar diperolehan pada pemberian pupuk NPK yaitu sebesar Rp 41.030,00 dengan total biaya Rp 240.715 sedangkan pemberian pupuk campuran memiliki selisih sedikit dengan pemberian pupuk NPK yaitu keuntungan sebesar Rp 38.015 dengan total biaya Rp 255.925,00. Budidaya pare dengan pemberian pupuk kandang mendapatkan keuntungan Rp 2.060,00 dengan biaya Rp 271.675,00. Keseluruhan aplikasi pupuk yang paling besar dalam pengeluaran biaya adalah dengan pemberian pupuk kandang akan tetapi keuntungannya lebih kecil karena penerimaannya juga kecil. pupuk NPK saja mempunyai pengeluaran biaya paling kecil, akan tetapi keuntungannya lebih besar walaupun penerimaannya lebih rendah daripada pemberian pupuk campuran. Hal ini dikarenakan kebutuhan pupuk kandang dalam jumlah besar sedangkan kebutuhan pupuk NPK lebih sedikit walaupun harganya lebih mahal per kilonya. Total keuntungan budidaya tanaman pare secara keseluruhan adalah Rp 212.630,00 dengan total biaya produksi Rp 636.790,00 d. Break Event Point (BEP) Tabel 9. BEP Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang Kandang NPK dan BEP harga (Rp) 269.274 189.715 203.598 BEP unit/produksi 59,37 41,97 44,88 Sumber : Analisis Primer Break event point (BEP) merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu usaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan dan juga harga jual agar suatu perusahaan tidak rugi. BEP harga yang didapat tiap sekali masa tanam pada pemberian pupuk kandang 269.274, pemberian pupuk NPK 189.715 dan pemberian pupuk campuran yaitu 203.598.
53 Artinya penjualan sebesar Rp 269.274 pada pemberian pupuk kandang saja, Rp 189.715 pada pemberian pupuk NPK dan Rp 203.598 pada pemberian pupuk campuran tiap masa tanam dianggap telah mencapai Break Event Point (BEP). BEP total didapatkan Rp 414.200,00 artinya tiap masa tanam dianggap telah mencapai Break Event Point (BEP). BEP unit/produksi pada budidaya tanaman pare dengan pemberian pupuk kandang 59,37 kg; pupuk NPK 41,97 kg dan pupuk campuran 44,88 kg artinya pada budidaya pare dalam sekali masa tanam perlu menjual sebesar angka yang dihasilkan pada perhitungan tersebut agar mencapai Break Event Point (BEP). BEP unit/produksi keseluruhan didapatkan sebesar 93,12 sehingga budidaya pare dalam sekali masa tanam perlu menjual sebesar 93,12 kg agar mencapai BEP. Menurut Jumingan (2006), analisis Break Event Point diperlukan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya baik yang bersifat tetap maupun variabel, dan laba atau rugi. e. R/C ratio (nilai kelayakan suatu usaha) R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitunng untuk menentukan kelayakan usaha. R/C Ratio lebih dari 1 maka usaha ini layak untuk dijalankan. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Tabel 10. R/C Ratio Budidaya Pare (Momordica charantia L.) dengan pemberian pupuk kandang untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan per petak 30,875 m 2 Kandang Kandang dan R/C ratio 1,008 1,17 1,15 Sumber : Analisis Primer R/C ratio yang didapat pada sekali masa tanam pada pemberian pupuk kandang yaitu 1,008; pada pemberian pupuk NPK sebesar 1,17 dan pupuk campuran yaitu 1,15 karena ketiga nilai R/C ratio lebih dari 1,
54 hal ini berarti usaha tersebut layak dilanjutkan. R/C ratio untuk keseluruhan budidaya pare didapatkan 1,33 jadi setiap modal Rp. 1,- akan kembali sebanyak Rp. 1,33 tiap produksi. f. B/C Ratio (Benefit/Cost Ratio) atau nilai keuntungan suatu usaha Analisis B/C ratio merupakan suatu analisis yang diperlukan untuk melihat sejauh mana perbandingan antara keuntungan yang didapat dengan total biaya yang dikeluarkan. B/C ratio merupakan analisis untuk mengukur tingkat keuntungan penjualan produk dalam proses produksi usahatani. Apabila nilai B/C ratio suatu produk lebih dari nol maka dikatakan usaha tersebut layak dijalankan dan mendapat keuntungan. Apabila nilainya sama dengan satu maka usaha tersebut tidak rugi dan tidak untung, sehingga akan dijalankan atau tidak tergantung keputusan. Sedangkan apabila nilainya kurang dari satu maka usaha tersebut dikatakan tidak layak dijalankan dan mengalami kerugian. Tabel 11. B/C Ratio Budidaya Pare (Momordica charantia L.) untuk satu kali tanam (3 bulan) dengan luasan lahan 30,875 m 2 Kandang Kandang dan B/C ratio 0,008 0,17 0,15 Sumber : Analisis Primer Perhitungan B/C ratio pada pemberian pupuk kandang sebesar 0,003; pupuk NPK sebesar 0,17 dan pemberian pupuk campuran sebesar 0,15 yang berarti usaha tersebut mendapatkan keuntungan jadi layak dilanjutkan. Perhitungan B/C ratio keseluruhan budidaya tanaman pare didapatkan 0,33 yang berarti nilai tersebut lebih dari nol sehingga usaha budidaya tanaman pare menghasilkan keuntungan dan layak dilanjutkan.