Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi Gigi Dengan Penambahan Natrium Fluorida Ruslan*

dokumen-dokumen yang mirip
Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi Gigi Dengan Penambahan Natrium Fluorida Ruslan*

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan kerangka teori yang ada, maka dapat disusun kerangka konsep

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

VALIDITAS PENETAPAN KADAR TEMBAGA DALAM SEDIAAN TABLET MULTIVITAMIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET VISIBEL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

Metodologi Penelitian

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

3. Metodologi Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini kerangka konsep yang digunakan yaitu:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Resin komposit dikenal sebagai salah satu bahan restorasi yang sering

LAMPIRAN. Lampiran 1 Langkah Kerja Percobaan Adsorbsi Methylene Blue. Mempersiapkan alat dan bahan. Membersihkan lumpur dengan air kran

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN AKTIVASI ARANG AKTIF BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) MENGGUNAKAN AKTIVATOR H 3 PO 4 PADA PENYERAPAN LOGAM TIMBAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEREDUKSI Na 2 S 2 O 3 DAN K 2 C 2 O 4 PADA ANALISA KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental yang dilakukan dengan

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

ANALISIS KADAR MINERAL DALAM ABU BUAH NIPA (NYPA FRUCTICANS) KALIWANGGU TELUK KENDARI SULAWESI TENGGARA

BAB III METODE PENELITIAN

PENAMBAHAN LANTAN PADA PENETAPAN KALSIUM SECARA SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM (SSA): STUDI PENDAHULUAN. Juli Astuti dan Herawati. Kimia Analisis Bogor

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe, Sn DAN Pb DALAM IKAN SARDEN KEMASAN KALENG T. Gunawan 1, S. Anita 2, Itnawita 2

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

BAB III BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Pupuk Organik Cair

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

BAB III METODE PERCOBAAN. dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Deli Tua yang berada di Jalan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Transkripsi:

Ind. J. Chem. Res, 2014, 1, 61-65 EFFECT OF SOFT DRINK TO DEMINERALIZATION ON THE TOOTH ENAMEL BY ADDITION OF SODIUM FLUORIDE Pengaruh Minuman Bersoda Terhadap Demineralisasi Email Gigi Dengan Penambahan Natrium Fluorida Ruslan* Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Tadulako University, Palu-Central Sulawesi 94118 *Corresponding author e-mail: ruslan_abdullah66@yahoo.co.id Received: November 2013 Published: January 2014 ABSTRACT This research was carried to determine the influence of soft drink with tooth, determine power to retard of NaF at the demineralization of tooth enamel and to determine of Calcium and Phosphate total which dissolve. The research was carried out with to flood the tooth in soft drink without to add a soft drink and with to add a soft drink at the certain time variation. The demineralization of tooth enamel to see at the decrease of tooth weight before and after flooded. The degree of Calcium in soft drink to measure with Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) and the degree of Phosphate in soft drink to measure with Ultra Violet-Visible Spectrophotometry. The result of research shows that the more long time tooth contacts with soft drink, the more much Calcium and Phosphate which dissolve. And with to add the Fluor with concentration 1 ppm can to harm demineralization of tooth enamel. Keywords: Soft drink, Demineralization, Tooth Enamel, Sodium Fluoride PENDAHULUAN Gigi merupakan organ penting bagi manusia yang berfungsi untuk membantu proses pencernaan. Gigi mengandung unsur yang paling keras, sehingga peneliti purbakala seringkali menemukan rahang dan gigi manusia yang masih utuh dari penggalian yang mereka lakukan. Penyakit karies gigi diderita oleh 90 % penduduk Indonesia, sifatnya progresif yang bila tidak diobati/dirawat akan menyebabkan berkurangnya kemampuan mengunyah sehingga menimbulkan gangguan gizi. Penyakit yang disebabkan oleh karies dapat menyebabkan penderita tidak dapat bekerja atau berpikir dengan baik. Oleh karena itu, haruslah selalu diperhatikan pentingnya peranan gigi tersebut dalam pengunyahan serta kesehatan tubuh pada umumnya (Hoogendorn, 1982). Karies dapat dialami oleh setiap orang tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Hal ini merupakan masalah yang cukup berarti terutama bagi kelompok sosial ekonomi rendah, karena penggantian dengan gigi tiruan sulit dilakukan karena alasan ekonomi. Menurut penelitian di negara-negara Eropa, Amerika dan Asia, termasuk Indonesia, ternyata bahwa 80-95 % dari anak-anak di bawah umur 18 tahun terserang karies gigi (Tarigan, 1990). Pada umumnya karies gigi disebabkan oleh permukaan dan bentuk gigi yang tidak teratur serta pola hidup manusia itu sendiri. Permukaan dan bentuk gigi yang tidak teratur menyebabkan sisa-sisa makanan lebih cenderung tertinggal dan susah untuk dibersihkan, apalagi hal ini didukung oleh cara menyikat gigi yang tidak benar. Sisasisa makanan yang paling banyak mengandung karbohidrat akan mengalami fermentasi (pengasaman) oleh mikroorganisme dalam mulut menjadi asam-asam organik yang dapat mengikis lapisan email gigi. Asam-asam tersebut diantaranya asam sitrat, asam asetat, asam laktat dan lain-lain (Jusman & Ruslan, 2007). Pembentukan asam maksimal pada permukaan gigi yang mengikuti pencernaan gula, yakni sesudah 20-30 menit. Proses pelarutan email gigi oleh asam hasil fermentasi tersebut akan lebih lambat dibandingkan dengan asam yang langsung dikonsumsi melalui minuman bersoda. Hal ini disebabkan karena pada karbohidrat, dibutuhkan waktu untuk melakukan fermentasi sebelum membentuk asam. Sebuah 61

penelitian menyebutkan bahwa dalam tiga menit setelah meminum minuman bersoda, terjadi pengikisan email 10 kali lebih kuat dibandingkan dengan meminum jus buah. Konsumsi minuman bersoda memang sedang marak, terutama dikalangan anak muda. Menurut Dr. Peter Rock, minuman bersoda merupakan faktor penyebab kerusakan gigi pada anak muda Inggris karena dapat menggerus email pelindung gigi, melemahkan gigi dan menipiskan lapisan gigi (Anonim, 2007, Irayani, 20081). Di Indonesia sendiri minuman bersoda bukan lagi hal yang luar biasa. Minuman bersoda merupakan minuman ringan yang memiliki sensasi menggigit ketika dikonsumsi. Awalnya minuman bersoda sangat dihindari oleh mereka yang takut gemuk karena kandungan gula di dalam minuman tersebut. Tapi belakangan diketahui bahwa masih ada bahaya yang lain mengintai, yakni kerusakan email gigi. Menurut para ahli, penyebab utamanya adalah kandungan asam sitrat dalam minuman bersoda. Asam sitrat merupakan asam organik yang dapat melarutkan kalsium dan fosfat pada email gigi yang kemudian akan menjadi awal mula dari karies gigi (Tarigan, 1995).. Proses pelarutan email gigi terlihat dari berkurangya kadar kalsium dan fosfat yang terkandung dalam email gigi. Terjadinya karies gigi dapat dihambat dengan fluor. Pengaruh fluor terhadap penghambatan karies gigi dapat diamati melalui perbandingan perlakuan perendaman email gigi dalam minuman bersoda tanpa penambahan Natrium Fluorida dan dengan penambahan Natrium Fluorida (Jusman & Ruslan. 2007). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu kontak minuman bersoda dengan email gigi yang menyebabkan karies gigi serta menentukan kandungan kalsium dan fosfat dalam email gigi yang terlarut selama kontak dengan minuman bersoda tersebut. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan daya hambat Natrium Fluorida terhadap minuman bersoda dalam proses demineralisasi email gigi. Kandungan kimia dalam proses demineralisasi email gigi dapat diukur menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom untuk menentukan kadar kalsium dan Spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan kadar fosfat. Kalsium dan fosfat yang terlarut dalam minuman bersoda merupakan jumlah kalsium dan fosfat yang terlarut akibat pengaruh minuman bersoda (Ismono, 1978). METODOLOGI Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pipet ukur, Labu ukur, Gelas piala, Gelas ukur, Neraca analitik, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), Spektrofotometer Ultraviolet- Visible, Oven, Eksikator, pinset dan Stopwatch. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel minuman bersoda, Kalsium Klorida (CaCl 2.2H 2 O), Kalium hidrogen fosfat (KH 2 PO 4 ), Aquadest, Natrium Fluor (NaF) dan Material penunjang penelitian (gigi). Prosedur Penyiapan material gigi sebanyak 10 buah gigi utuh yang dimabil dari Puskesmas dan Rumah Sakit. Kemudian gigi dibersihkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 30 menit, lalu didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang beratnya. Pembuatan larutan standar Phospat 1000 ppm dengan melarutkan KH 2 PO 4 dengan aquadest dalam labu takar 100 ml. Larutan baku induk Phospat 1000 ppm diencerkan untuk memperoleh larutan baku dengan konsentrasi 2, 4, 6 dan 8 ppm. Pembuatan larutan standar Kalsium 1000 ppm dengan melarutkan sebanyak 0,3672 gram zat CaCl 2.2H 2 O dengan aquadest dalam labu takar 100 ml. Kemudian volume larutan dicukupkan hingga batas. Larutan baku induk Kalsium 1000 ppm diencerkan untuk memperoleh larutan baku dengan konsentrasi 1, 2, 3, dan 4 ppm. Pembuatan larutan baku Fluor 1000 ppm dengan melarutkan sebanyak 0,2211 gram zat NaF pada minuman bersoda dalam labu takar 100 ml, kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 ml. Larutan baku induk Fluor 1000 ppm diencerkan hingga diperoleh larutan 1 ppm. Perlakuan Sampel Tanpa Fluor Disiapkan 5 (lima) buah erlenmeyer kemudian dimasukkan minuman bersoda dengan perbandingan untuk 1 gram gigi dipakai sebanyak 25 ml minuman bersoda. Setelah itu. Dimasukkan ke dalam masing-masing erlenmeyer 1 buah gigi. Kemudian setiap selang waktu 30 menit, 60 menit, 180 menit, 24 jam dan 48 jam, gigi diangkat dan diamati serta ditimbang beratnya. 62

Minuman bersoda diukur kandungan fosfat yang terbentuk dengan spektroskopi UV-Vis dan kandungan kalsiumnya dengan spektroskopi Serapan Atom. Perlakuan sampel dengan Penambahan Fluor Disiapkan 5 (lima) buah erlenmeyer kemudian dimasukkan larutan Natrium Fluor 1 ppm dengan perbandingan untuk 1 gram gigi dipakai sebanyak 25 ml larutan NaF 1 ppm. Setelah itu. Dimasukkan ke dalam masing-masing erlenmeyer 1 buah gigi. Setiap interval waktu 30 menit, 60 menit, 180 menit, 24 jam dan 48 jam, gigi diangkat dan diamati serta ditimbang beratnya. Minuman bersoda diukur kandungan fosfat yang terbentuk dengan spektroskopi UV- Vis dan kandungan kalsium dengan spektroskopi Serapan Atom (Ismono, 1978). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisa kadar Kalsium dan Fosfat yang terkandung dalam minuman bersoda tanpa penambahan Fluor dan dengan penambahan Fluor pada variasi waktu perendaman gigi, yang dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Vis dan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) diperoleh hasil seperti pada tabel 1 dan tabel 2: Tabel 1.Hasil Penimbangan dan Pengukuran Kalsium dan Fosfat pada Gigi tanpa Penambahan Fluor Waktu Perendaman (Jam) A B C (%) D E 0,5 2,054 2,018 1,75 12,556 5,076 1,0 2,110 2,067 2,03 17,793 6,230 3,0 1,770 1,718 2,93 41,047 7,961 24 1,840 1,755 3,53 71,841 13,346 48 1,713 1,619 5,48 85,015 14,884 Tabel 2. Hasil Penimbangan dan Pengukuran Kalsium dan Fosfat Gigi Dengan Penambahan Fluor Waktu Perendaman (Jam) A B C (%) D E 0,5 2,015 1,965 0,25 6,767 2,769 1,0 2,458 2,416 1,70 10,412 3,538 3,0 2,389 2,343 1,92 32,317 5,269 24 2,194 2,141 2,41 46,682 10,653 48 2,315 2,253 2,67 64,301 13,346 Keterangan: A: Berat Sebelum Perendaman B: Berat Setelah Perendaman C: Persen yang larut D: Konsentrasi Kalsium E: Konsentrasi Fosfat 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Gambar 1. Grafik Hasil Pengukuran Kalsium Keterangan : =Tanpa Penambahan Fluor =Dengan Penambahan Fluor 16 14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 0.5 1 3 24 48 Gambar 2. Grafik Hasil Pengukuran Fosfat Keterangan : =Tanpa Penambahan Fluor =Dengan Penambahan Fluor Minuman bersoda merupakan minuman ringan yang mengandung asam. Asam tersebut dapat berasal dari proses pembuatan minuman bersoda atau sengaja ditambahkan untuk tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan, bahwa sampel minuman bersoda yang digunakan memiliki ph 3. Dalam teori disebutkan bahwa harga ph suatu larutan yang kurang dari 7 menunjukkan bahwa larutan bersifat asam. Hal ini menandakan bahwa sampel minuman bersoda yang dipakai adalah bersifat asam. Secara kualitatif, pelarutan email gigi dapat dilihat dengan berkurangnya berat gigi sebelum dan sesudah perendaman. Sebelum dilakukan 63

penimbangan, gigi dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven dengan tujuan untuk menghilangkan kadar air setelah proses pencucian. Sedangkan secara kuantitatif, pelarutan email terlihat dari adanya Kalsium dan Fosfat yang terkandung dalam minuman bersoda yang digunakan untuk merendam. Kadar kalsium yang terlarut dalam minuman bersoda, diukur menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dengan panjang gelombang 422,7 nm. Sedangkan untuk menganalisis Fosfat, digunakan Spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 420 nm. Dari tabel 1 dan 2 terlihat bahwa persentase yang larut pada perendaman tanpa penambahan Fluor lebih besar dari pada perendaman dengan penambahan Fluor. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah mineral gigi yang terlarut pada perendaman tanpa Fluor lebih besar daripada perendaman dengan Fluor. Kadar Kalsium dalam minuman bersoda dengan perlakuan tanpa penambahan Fluor pada waktu perendaman 0,5 jam, 1 jam, 3 jam, 24 jam dan 48 jam, adalah 12,556 ppm, 17,793 ppm, 41,047 ppm, 71,841 ppm dan 85,015 ppm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa selama lama waktu perendaman gigi dalam minuman bersoda (waktu kontak minuman bersoda dengan gigi), maka kadar kalsium yang terlarut semakin banyak. Dengan kata lain, minuman bersoda dapat melarutkan Kalsium pada email gigi yang artinya berpengaruh dalam proses demineralisasi email gigi. Untuk pengukuran kadar Kalsium pada perlakuan dengan penambahan Fluor 1 ppm, diperoleh hasil bahwa kadar Kalsium yang terlarut pada waktu perendaman 0,5 jam, 1 jam, 3 jam, 24 jam dan 48 jam, berturut-turut adalah 6,761 ppm, 10,412 ppm, 32,317 ppm, 46,682 ppm dan 64,301 ppm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pada perendaman dengan penambahan Fluor, jumlah Kalsium yang terlarut lebih sedikit dari pada perendaman tanpa Fluor. Berdasarkan hasil yang diperoleh, kadar Fosfat dalam minuman bersoda tanpa penambahan Fluor pada waktu 0,5 jam, 1 jam, 3 jam, 24 jam dan 48 jam, berturut-turut adalah 5,076 ppm, 6,230 ppm, 7,961 ppm, 13,346 ppm dan 14,884 ppm. Dari data tersebut terlihat bahwa semakin lama waktu kontak gigi dengan minuman bersoda maka semakin banyak kadar Fosfat yang terkandung dalam minuman bersoda. Hal ini menunjukkan bahwa minuman bersoda dapat melarutkan Fosfat pada email gigi, yang artinya berpengaruh terhadap demineralisasi email gigi. Sedangkan untuk pengukuran kadar Fosfat dalam minuman bersoda dalam perlakuan dengan penambahan Fluor, pada perendaman 0,5 jam, 1 jam, 3 jam, 24 jam dan 48 jam, diperoleh konsentrasi Fosfat masing-masing yaitu 2,769 ppm, 3,538 ppm, 5,269 ppm, 10,653 ppm dan 13,346 ppm. Dari hasil tersebut terlihat bahwa pada semua variasi waktu perendaman, kadar Fosfat yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan Fluor. Hal ini menunjukkan bahwa Fluor dengan konsentrasi 1 ppm dapat menghambat terjadinya proses pelarutan fosfat pada email gigi. Fluor dapat membentuk ikatan hidroksil fluorapatit yang lebih tahan terhadap asam. Sehingga pada perendaman dengan penambahan Fluor jumlah mineral gigi (Kalsium dan Fosfat) yang terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan perendaman tanpa Fluor. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Konsentrasi Kalsium tertinggi yang terlarut dalam minuman bersoda tanpa penambahan Fluor adalah 85,464 ppm, sedangkan pada perlakuan dengan penambahan Fluor 1 ppm adalah 64,584 ppm. 2 Konsentrasi Fosfat tertinggi yang terlarut dalam minuman bersoda tanpa penambahan Fluor adalah 14,884 ppm, sedangkan pada perlakuan dengan penambahan Fluor 1 ppm adalah 13,346 ppm. 3. Semakin lama waktu kontak gigi dengan minuman bersoda, semakin banyak Kalsium dan Fosfat yang terlarut pada email gigi. 4. Penambahan Fluor dengan konsentrasi 1 ppm dapat menghambat proses demineralisasi email gigi. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007, Menegak Minuman Bersoda (online). www.bogor.net. diakses 27 Maret 2007 Jusman & Ruslan. 2007. Mekanisme Reaksi Asam Asetat, Asam Laktat dan Asam Klorida dalam Proses Demineralisasi Email Gigi Pada Penambahan Natrium Flourida. Universitas Tadulako. Palu. 64

Hoogendorn, H., 1982. Prevensi dalam Kedokteran Gigi. PT. Denta. Jakarta. Irayani. 2008. Tentang Gigi (online). http://myhealthblogging.com. diakses 04 Juni 2008. Ismono, 1978. Optik dalam Analisa Kimia. Departemen Kimia ITB. Bandung. Tarigan, R. 1990. Karies Gigi. Hipokrates. Jakarta Tarigan,R., 1995. Kesehatan Gigi dan Mulut. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta 65