101 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk memperoleh gambaran mengenai kebutuhan intimacy melalui wawancara mendalam. Berdasarkan hasil analisis, maka peneliti menyimpulkan bahwa setiap subyek yang berada dalam penelitian ini mengungkapkan kebutuhan intimacy-nya. Mereka semua membutuhkan seseorang untuk bisa diajak berbagi lebih dalam, saling melengkapi, dan berbagi terhadap segala sesuatu. Ketiga subyek mengungkapkan kebutuhan intimacy pada komponen yang sama yaitu Emotional, psychological, intellectual, dan rekreational sebagai kebutuhan yang penting. Kebutuhan Intellectual intimacy ketiga subyek penting untuk dapat mengungkapkan atau mengekspresikan ide dan gagasan intellectual-nya. Hal ini akan terpenuhi oleh pasangan yang mampu mengimbangi topik pembicaraan. Dalam kebutuhan spiritual intimacy masing masing subyek merasa cukup perlu untuk dapat mengungkapkannya namun tidak terlalu penting, kedua subyek mengatakan bahwa mereka merasa kurang taat dalam menjalankan keyakinannya, dan subyek yang lain merasa bahwa kebutuhan spiritual intimacy-nya terpenuhi saat bersama Tuhannya dan dapat mengungkapkan dengan siapa saja yang terbuka dengan agama. Pada komponen kebutuhan intimacy sexual dan intimacy non
102 physik subyek AV dan TY merasa perlu untuk mengungkapkan akan kebutuhan sebagai kebutuhan yang penting dan harus diungkapkan karena mereka berpendapat ingin membuktikan kekuatan cintanya dengan mengekspresikannya. Namun berbeda bagi subyek DW, yang menganggap bahwa kebutuhan tersebut tidak terlalu penting dan menjadi prioritas, karena menurutnya masih ada hal yang lebih penting yang harus dilakukan, terkait dengan usia kedua subyek, TY dan AV yang baru menginjak usia tiga puluh tahun masih sangat membutuhkan intimacy sexual dan non physik sexual berbeda dengan subyek DW yang telah mencapai usia tiga puluh empat dalam hal ini sudah tidak begitu memprioritaskan kebutuhan sexual intimacy, yang berarti bahwa faktor usia dapat berpengaruh pada komponen kebutuhan intimacy subyek. Tidak semua komponen dalam intimacy need dianggap penting oleh subyek masing-masing, sejalan dengan yang diungkapkan oleh Bagarozzi (2001) Ketika individu beranjak dewasa, kekuatan kebutuhan akan intimacy yang ia miliki, baik pada setiap komponen maupun secara total, sudah menjadi relatif stabil. Namun tentu saja ada saat-saat dimana individu lebih mengharapkan terpenuhinya komponen kebutuhan tertentu. Dapat dilihat pada kebutuhan Aesthetic intimacy TY cenderung menganggap bahwa kebutuhan ini tidak teralu penting untuk dapat dilakukan bersama pasangannya. Ia merasa cukup puas dan mendapatkan inspirasi bukan dengan pasangan melainkan melalui berbagai kegiatan yang ia lakukan dengan orang lain.berbeda dengan AV dan DW yang merasa perlu untuk mengungkapkan kebutuhannya akan Aesthetic Intimacy dengan pasangannya. Untuk kebutuhan akan temporal intimacy, bagi ketiga
103 subyek selama ini ia merasa cukup mendapatkan kedekatan dengan pasangan. terlihat bahwa tugas terpenting dari dewasa awal adalah untuk membentuk hubungan intim yang dekat dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Erikson, dimana permasalahan utama individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa muda adalah intimacy versus isolasi, pada tahap ini, individu berusaha untuk membuat komitmen pribadi dan dalam dengan orang lain. 5.2 Diskusi Pada penelitian sebelumnya yang oleh Lestari (2008) dikatakan bahwa adanya kebutuhan akan intimacy melalui keinginan untuk menjalin hubungan berpacaran. Wanita dewasa muda yang belum pernah berpacaran dalam penelitian ini memandang pacaran sebagai hubungan untuk saling mengenal antara kedua lawan jenis yang selanjutnya menuju ke tahap yang lebih serius yaitu pernikahan. Pada ketiga subyek dalam penelitian ini juga berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan akan intimacy mereka melalui kehadiran seorang pasangan, disisi lain rentang usia mereka yang diatas tigapuluh tahun tidak menghalanginya dan tetap memprioritaskan menikah. Sesuai dengan penelitian yang diungkapkan oleh Roy Baumister dan Mark Leary (dalam Miller, Pearlman & Brehm, 2007), jika individu ingin berfungsi secara normal, kita membutuhkan interaksi yang sering dan menyenangkan dengan pasangan intim dalam hubungan yang penuh perhatian dan bertahan lama.
104 Brehm (1992) mengatakan bahwa Intimacy lebih penting bagi para wanita dibandingkan bagi para pria. Wanita lebih memberi arti emosional pada hubungan intim, lebih berhati-hati dalam membentuk hubungan intim, serta lebih terpengaruh terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hubungan intim. Hal ini dapat merefleksikan sosialisasi yang secara alami memberi penekanan pada peran wanita dalam mencintai dan mengasuh orang lain yang lebih besar daripada pria. Selama menjalin hubungan intim dengan beberapa pacar, ketiga subjek pernah mengalami kegagalan. Dan belajar dari pengalaman kegagalan dalam membina hubungan dengan pasangan sebelumnya, ketiga subyek berusaha untuk mendapatkan kenyamanan dan kecocokan dari pasangannya yang sekarang. Menurut (Bagarozzi) adanya kontrol dan pembatasan atau selektivitas yang terlalu kuat justeru akan mengorbankan kedekatan emosional. Yang bersangkutan boleh jadi sangat puas atas relasinya yang stabil dan serasi, namun patut dipertanyakan apakah ia telah sungguh-sungguh intim dengan pasangannya. Intimacy tidak hanya sekedar dilihat dari aspek kepuasan dan negosiasi konflik. Individu juga harus memiliki kepercayaan serta kesediaan untuk membebaskan serta menerima bagian yang rentan dari dirinya dan pasangan (Bagarozzi, 2001) Bargozzi (2001) mengungkapkan bahwa, individu tidak selalu mengekspresikan seluruh kebutuhan yang ia rasakan. Padahal untuk memperbesar peluang terpenuhinya kebutuhan yang sesungguhnya dirasakan individu, akan lebih baik jika individu mengungkapkan kebutuhannya secara verbal. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa secara umum ketiga subyek mampu mengekspresikan dan mengungkapkan intimacy need mereka kepada
105 pasangannya. Terlihat bahwa kematangan usia mempengaruhi ketiga subyek dalam menyesuaikan diri dengan pasangan, mampu saling memahami dan mengerti perbedaan diantara mereka dengan pasangannya. 5.3 Saran adalah : Berdasarkan hasil yang diperoleh, adapun saran yang dapat diajukan 1. Subyek dalam penelitian tidak hanya menggunakan subyek wanita, tetapi juga meneliti hal yang sama pada jenis kelamin pria. Selain itu perlu memperhatikan variatif usia pada subjek dan jenis pekerjaannya. Dengan begitu dapat dilihat persamaan dan perbedaan antara jenis kelamin pria dan wanita, usia dan jenis pekerjaan yang variatif untuk melihat gambaran intimacy need pada dewasa awal yang belum menikah. 2. Individu sebaiknya memiliki pengetahuan mengenai kebutuhan akan intimacy yang ia miliki dan dimiliki oleh pasangannya. Sehingga masalah dalam intimacy akibat kesenjangan dalam kekuatan komponen tertentu dapat diantisipasi apabila sejak awal sudah ada saling pengertian dan komunikasi. 3. Individu sebaiknya tidak menuntut pasangan untuk sepenuhnya memuaskan kebutuhan akan intimacy-nya, dan akan lebih baik untuk tetap membina hubungan baik dan kedekatan dengan sahabat maupun anggota keluarga lain.