TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

dokumen-dokumen yang mirip
TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

MAKALAH KIMIA ANALITIK 1. Iodo Iodimetri

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

Analisis Vitamin C. Menurut Winarno (1997), peranan utama vitamin C adalah dalam

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KADAR KOEFISIEN DISTRIBUSI SELASA, 22 MEI 2014

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Sabtu, 26 April 2014

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

Menentukan Kadar Ion Br- dan KSCN dengan Metode Argentometri-Volhard (METODE VOLHARD) Menentukan molaritas KSCN dengan metode titrasi balik

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

Metodologi Penelitian

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

MAKALAH KIMIA ANALITIK I TITRASI REAKSI OKSIDASI DISUSUN OLEH : A. NURUL ANA HUSAIN PENDIDIKAN KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI. Indah Desi Permana Sari

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. PENENTUAN KOEFISIEN DISTRIBUSI Selasa, 22 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha KELOMPOK 4

MODUL Dasar-Dasar Kimia Analitik. Kelompok 2 :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

PENENTUAN KADAR VITAMIN C METODE IODIMETRI BAB V PEMBAHASAN

TITRASI ARGENTOMETRI dengan CARA MOHR. Abstak

MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C Kurnia Sandwika Henry Liyanto Ignatio Glory

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

PENENTUAN KADAR KLORIDA. Abstak

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS HASIL PERTANIAN

PENENTUAN KADAR ION KLORIDA DENGAN METODE. ARGENTOMETRI (metode mohr)

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 1 PERCOBAAN VII TITRASI PENGENDAPAN

Gambar IV. 1 Kurva titrasi redoks garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7

TITRASI PENGENDAPAN METODE VOLHARD

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga produk tersebut layak BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

Penentuan Kadar Klorida Menggunakan Metode Gravimetri

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II. Kesetimbangan Fasa. 22 April 2014

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

PENENTUAN KADAR VITAMIN C PADA YOU-C1000 DAN VITACIMIN DENGAN METODE IODIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2

ANALISIS IODAT DALAM BUMBU DAPUR DENGAN METODE IODOMETRI DAN X-RAY FLUORESCENCE

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT

Pembuatan Nikel DMG. dalam range konsentrasi yang lebar.

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

Sel Elektrolisis: Pengaruh Suhu Terhadap ΔH, ΔG dan ΔS NARYANTO* ( ), FIKA RAHMALINDA, FIKRI SHOLIHA

Sophie Damayanti / SF ITB

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PENENTUKAN ION KLORIDA DARI SAMPEL AIR DENGAN METODE ARGENTOMETRIK Selasa, 01 April 2014

PEMERIKSAAN SISA KLOR METODE IODOMETRI

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Pembuatan Larutan CuSO 4. Widya Kusumaningrum ( ), Ipa Ida Rosita, Nurul Mu nisah Awaliyah, Ummu Kalsum A.L, Amelia Rachmawati.

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ASIDIMETRI DAN ALKALIMETRI. Senin, 9 November 2015 KELOMPOK IV Senin, Pukul WIB

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

Transkripsi:

TITRASI IODOMETRI Siti Masitoh 1112016200006 M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 ABSTRAK Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawasenyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO 4.5H 2 O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Daya reuduksi halogen berkurang dengan bertambahnya massa atom relatif. Iod merupakan pengoksid lemah, sedangkan ion iodida seringkali bertindak sebagai zat pereduksi. JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 1

Dalam pross-proses analitis, iodin dipergunakan sebagai sebuah agrn pengoksidasi (iodimetri), dan ion iodida dipergunakan sebagai sebuah agen pereduksi (iodometri). Berdasarkan data hasil praktikum didapat data bahwa kadar CuSO 4 dalam sampel adalah sebanyak 40 %, dan dari hasil perhitungan didapat konsentrasi dari Na 2 S 2 O 3 adalah sebesar 0,095 M. PENDAHULUAN Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawasenyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO 4.5H 2 O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel (Achmad Mursyidi, 250: 2007). Banyak agen pengoksidasi yang kuat dapat dianalisa dengan menambahkan kalium iodide berlebih dan menitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksidasi membutuhkan suatu larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, natrium tiosulfat biasanya dipergunakan sebagai tirannya (Underwood, 298: 2002). Sejumlah substansi dapat dipergunakan sebagai standar-standar primer untuk larutanlarutan tiosulfat. Iodin murni adalah standar yang paling jelas namun jarang dipergunakan dikarenakan kesulitannya dalam penanganan dan penimbanga yang lebih sering dipergunakan adalah standar yang terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat yang akan membebaskan iodin dari iodide, sebiah proses iodometrik (Underwood, 298: 2002). Warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform, dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam mendeteksi titik kahir dari titrasi-titrasi. Namun demikian, suatu larutan (penyebaran koloidal) dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 2

kompleks iodin kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodin (Underwood, 297: 2002). Bila tidak terdapat zat pengganggu yang berwarna, sebenarnya larutan iodin masih dapat berfungsi sebagai indikator meskipun warna yang terjadi tidak sejelas KMnO 4. Umumnya lebih disukai penggunaan larutan kanji sebagai indikator yang dengan iodin membentuk kompleks berwarna biru cerah. Larutan kanji yang telah disimpan lama memberikan warna violet dengan iodium. Meskipu warna ini tidak mengganggu ketajaman titik akhir titrasi, tetapi larutan kanji yang baru perlu dibuat kembali (Mei Zega, 17: 2009). Daya reuduksi halogen berkurang dengan bertambahnya massa atom relatif. Iod merupakan pengoksid lemah, sedangkan ion iodida seringkali bertindak sebagai zat pereduksi (Vogel, 117: 1979). a. Alat dan bahan 1. Buret 2. Labu Erlenmeyer 3. Klem + statif 4. Gelas ukur 5. Pipet tetes 6. Corong 7. Indikator Amilum 8. Larutan I 2 9. KI 10. Larutan CuSO 4 11. Larutan Na 2 S 2 O 3 12. Larutan H 2 SO 4 BAHAN DAN METODE b. Metode Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Titrasi Iodometri Pembakuan Na 2 S 2 O 3 JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 3

1. Isi buret dengan Na 2 S 2 O 3 secukupnya 2. Masukkan I 2 ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 15 ml 3. Tambahkan dengan amilum hingga terdapat endapan berwarna biru, lalu titrasi dengan Na 2 S 2 O 3 hingga larutan tak berwarna. 4. Titrasi dilakukan secara duplo. Penentuan kadar CuSO 4 1. Isi buret dengan Na 2 S 2 O 3 secukupnya 2. Masukkan CuSO 4 ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 25 ml, tambahkan dengan H 2 SO 4 2M sebanyak 5 ml, dan KI 0,5 gram. 3. Tambahkan dengan amilum sampai terbentuk butiran-butiran ungu 4. Titrasi dengan larutan Na 2 S 2 O 3 hingga butiran ungu hilang. HASIL DAN PEMBAHASAN Persamaan Reaksi Reaksi standarisasi natrium tiosulfat dengan iodin Reduksi: I 2 + 2e - 2I - 2- Oksidasi: 2S 2 O 3 2S 4 O 2-6 + 2e - Hasil Pengamatan Pembakuan Na 2 S 2 O 3 Volume I 2 = 15 ml Volume Na 2 S 2 O 3 = 15,8 ml Konsentrasi I 2 = 0,1 M Penentuan konsentrasi Na 2 S 2 O 3 M 1 x V 1 = M 2 x V 2 0,1 M x 15 ml = M 2 x 15,8 ml JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 4

M 2 = = 0,095 M Penentuan kadar CuSO 4 Volume CuSO 4 = 25 ml Volume H 2 SO 4 = 5 ml Massa KI = 0,5149 gram Volume Na 2 S 2 O 3 = 28 ml Penentuaan konsentrasi CuSO 4 M 1 x V 1 = M 2 x V 2 0,095 M x 28 ml = M 2 x 25 ml M 2 = = 0,1 M M = x 0,1 M = x Gr = 0,4 gr Kadar CuSO 4 = x 100% = 40 % Pembahasan Pada percobaan ini akan menentukan kadar CuSO 4 dengan larutan natrium tiosulfat menggunakan sebuah indikator kanji, yang tentunya menggunakan metode titrasi iodometri yang berprinsipkan berdasarkan rekasi redoks, yaitu serah terima elektron di mana elektron diberikan oleh pereduksi dan diterima oleh pengoksidasi. Dalam prosedurnya dilakukan dua kali pembakuan larutan natrium tiosulfat menggunakan larutan iodin dan satu kali proses titrasi penentuan kadar CuSO 4 menggunakan larutan natrium tiosulfat. Di sini iod merupakan oksidator lemah sedangkan ion iodida sering bertindak sebagai reduktor. Oleh karena itu iodium dapat diguakan sebagai reduktor dan oksidator. JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 5

Dalam pross-proses analitis, iodin dipergunakan sebagai sebuah agrn pengoksidasi (iodimetri), dan ion iodida dipergunakan sebagai sebuah agen pereduksi (iodometri) (Underwood, 296: 2002). Titrasi iodometri harus dilakukan dalam suasana asam agar rekasi dapat berlangsung, maka dalam praktiukum ini analit diberika H 2 SO 4 2M agar bersuasana asam. Dalam praktikum ini digunakan indikator kanji sebagai pengidentifikasi titik akhir titrasi, karena sensitivitas warna biru tua yang mempermudah pengamatan perubahan pada titik akhir titrasi. Selain itu kompleks antara iodium dan amilum memiliki kelarutan yang amat kecil dalam air apalagi dalam larutan asam iodida mudah untuk dioksidasikan menjadi iod bebas dengan sejumlah zat pengoksid, sehingga iod bebas ini mudah diidentifikasi dengan larutan indikator sebagai uji kepekaan terhadap iod dari pewarnaan biru tua yang dihasilkan olej indikator kanji. Berdasarkan data hasil praktikum didapat data bahwa kadar CuSO 4 dalam sampel adalah sebanyak 40 %. Di mana dalam penentuan kadar CuSO 4 ini dibutuhkan larutan Na 2 S 2 O 3 sebanyak 28 ml. Sedangkan utnuk untuk penentuan konsentrasi Na 2 S 2 O 3 dibutuhkan larutan I 2 sebanyak 15 ml barulah dapat dihitung konsentrasi dari Na 2 S 2 O 3. Dari hasil perhitungan didapat konsentrasi dari Na 2 S 2 O 3 adalah sebesar 0,095 M. KESIMPULAN Berdasarkan praktikum tentang titrasi iodometri yang telah dilakukan, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO 4.5H 2 O. 2. Titrasi iodometri harus dilakukan dalam suasana asam agar rekasi dapat berlangsung. JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 6

3. Indikator yang digunakan adalah indikator kanji karena karena sensitivitas warna biru tua yang mempermudah pengamatan perubahan pada titik akhir titrasi. Selain itu kompleks antara iodium dan amilum memiliki kelarutan yang amat kecil. DAFTAR PUSTAKA Mursyidi, Achmad dan Abdul Rohman. 2007. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan Gravimetri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Underwood dan Day JR. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Vogel. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka. Zega, Mei Kristian. Penetapan Kadar Tablet Antalgin secara Titrasi Iodimetri di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. http://repository.usu.ac.id. 2009. Diakses pada 18 April 2014. Pukul 11.15 WIB. JURNAL KIMIA ANALITIK II Page 7