ANALISIS KINERJA FINANSIAL ANGKUTAN UMUM ( BUS DAMRI ) PADA RUTE DIPATIUKUR-JATINANGOR, DIPATIUKUR- LEUWIPANJANG DAN LEDENG- LEUWIPANJANG TESIS MAGISTER oleh ALI ALHADAR NIM :25098011 BIDANG KHUSUS REKAYASA TRANSPORTASI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2001
ABSTRAK Angkutan umum adalah saran transportasi yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat kota, tidaklah mungkin suatu kota dapat hidup tanpa angkutan umum. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kinerja finansial angkutan umum Bus Damri yang beroperasi dikota Bandung pada rute Dipatiukur Jatinangor, Dipatiukur Leuwipanjang dan Ledeng Leuwipanjang. Pada penelitian ini pengambilan data primer pada bulan April dan Mei 2000 dilakukan salah satu hari mewakili hari kerja ( Senin s/d. Jumat ), hari Sabtu dan hari Minggu. Rentang waktu pengambilan data dari jam 06.00 18.00 yaitu saat mulai sampai berakhirnya operasi Bus Damri. Kapasitas kendaraan 50 tempat duduk dan 10 penumpang berdiri, jadi kapasitas teoritis 60 penumpang tetapi kenyataannya dilapangan pada saat saat tertentu diisi ± 90 penumpang (kapasitas praktis). Struktur tarif flat yaitu : Rp.500,- untuk umum dan Rp. 200,- untuk pelajar per trip. Pada rute Dipatiukur- Jatinangor jumlah penumpang pelajar sekitar 55 %, umum 45 % sedangkan pada kedua rute lainnya penumpang pelajar sekitar 10 % dan umum 90 %. Dan hasil perhitungan kondisi existing diperoleh pendapatan pertahun rute Dipatiukur Jatinangor Rp. 87.389.760,- rute Dipatiukur Leuwipanjang Rp. 131.186.980,- dan rute Ledeng Leuwipanjang Rp.145.650.890,- sedangkan Biaya Operasi Kendaraan (B.O.K.) rute Dipatiukur Jatinangor Rp.175.273.516; rute Dipatiukur Leuwipanjang Rp.152.083.277; dan rute Ledeng Leuwipanjang Rp. 159.668. 73 1,- Setelah dilakukan efisiensi pada waktu pelayanan (round trip time ), hari operasi dan perubahan tarif, (yaitu tarif umum dari Rp. 500,- menjadi Rp. 550,- dan tarif pelajar dan Rp. 200,- menjadi 250,- ) nilai fare box ratio meningkat, untuk rute Dipatiukur Jatinangor (0,50 menjadi 0,66 ), rute Dipatiukur Leuwipanjang (0,86 menjadi 1.26) dan rute Ledeng Leuwipanjang (0,91 menjadi 1,25), hal ini menunjukkan bahwa pengoperasian pada kondisi existing belum optimal. Dengan melakukan subsidi silang ketiga rute tersebut nilai fare box ratio dari 0,94 menjadi 1,04 sehingga subsidi dari pihak lain tidak diperlukan lagi.
ABSTRACT. Public transportation is required by most part of urban communities, a town can not be survive without public transportation. This research is carried out to observe the public transportation financial performance of "DAMRI Bus " which is operated in Bandung on Dipatiukur Jatinangor, Dipatiukur Leuwipanjang and Ledeng - Leuwipanjang route. Primary data collection of this research was carried out on April and Mai 2000, in one day represents a working day (Monday to Friday), Saturday and Sunday. Time interval was 06:00 am - 06:00 pm from starting until the service time of DAMRI Bus terminated. Bus capacity is 50 seats and 10 standing passengers ( theoritical capacity ), but in reality and in particular time it can be ± 90 passengers (practical capacity). Flat tariff structure applied is Rp.500. for a public and Rp200. for a student per trip. Dipatiukur Jatinangor route consist 55 % student and 45 % public, and for other routes the composition consist of 10 % student and 90 % public. Result calculation from the existing condition shows that annual revenue which can be collected from Dipatiukur Jatinangor route is Rp. 87,389,760. Dipatiukur Leuwipanjang route is Rp. 131,186,980. and Ledeng Leuwipanjang route is Rp. 146,650,890. whereas vehicle operation costs (VOC) taken from analyzing procces for every routes are Rp.175,273,516. for Dipatiukur Jatinangor route, Rp.152, 083,277. for Dipatiukur Leuwipanjang route and Rp. 159,668,731. for Ledeng Leuwipanjang route. After efficiency have been performed in round trip time, number of operation day and tariff changed (from Rp. 500,- to Rp. 550,- for a public and from Rp. 200,- to Rp. 250,- for a student ) the fare box ratio is increasing 0.50 to 0.66 for Dipatiukur Jatinangor route. 0.86 to 1. 26 for Dipatiukur Leuwipanjang and 0.91 to 1.25 for Ledeng Leuwipanjang route. This shows that DAMRI Bus operation on the existing condition was not optimal yet. By carrying out cross subsidy for the three routes, the fare box ratio are increasing from 0.94 to 1.04 so the other subsidy is no needed.