BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VALIDASI METODE ANALISIS SENYAWA CEFOTAXIME DENGAN STANDAR INTERNAL CEFADROXIL SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

Perbandingan fase gerak metanol-air (50:50)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

BAB III METODE PENELITIAN

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PERCOBAAN

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...

Lampiran. Dapar fosfat ph. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan tambahan pangan dewasa ini sangat beragam, dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

STUDI DEGRADASI SEDIAAN INFUS CIPROFLOKSASIN MENGGUNAKAN HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR TABLET ASAM MEFENAMAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gates dan George Soros, sehingga terbentuk GF ATM (global fund against

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASIKLOVIR DALAM SEDIAAN SALEP MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

Validasi metode analisa penetapan kadar.(nining Sugihartini, dkk) 111

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi

PENETAPAN KADAR ASAM GALAT, KAFEIN DAN EPIGALOKATEKIN GALAT PADA BERBAGAI PRODUK TEH CELUP

PERBANDINGAN METODE PENETAPAN KADAR SIMETIDIN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl DALAM TABLET FLOATING SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang seluruh orang pernah

Gambar 1. Alat kromatografi gas

VALIDASI METODE ANALISIS DAN PENURUNAN KADAR INFUS CIPROFLOKSASIN YANG DIPENGARUHI REAKSI OKSIDASI MENGGUNAKAN HPLC

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Furosemid merupakan obat golongan loop diuretik yang banyak digunakan

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT ASAM MEFENAMAT DALAM JAMU PEGAL LINU DAN JAMU REMATIK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO

No Nama RT Area k Asym N (USP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1), VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI UV PADA ANALISIS PENETAPAN KADAR ASAM MEFENAMAT DALAM SEDIAAN TABLET GENERIK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, beberapa produk susu dan olahannya yang berasal dari Cina

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

VALIDASI METODE ANALISIS FORMALIN DALAM DAGING PAHA AYAM DI KOTA MANADO

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Trichomoniasis vaginalis, Amoebiasi dan Giardasis. Metronidazol bekerja efektif

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STABILITAS DAN KADAR LAMIVUDIN DALAM SEDIAAN RACIKAN PUYER PADA BERBAGAI WAKTU PENYIMPANAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara optimum karena detektor KCKT yang digunakan untuk penelitian ini adalah detektor UV. Pada penelitian ini, hasil scanning panjang gelombang maksimum atorvastatin dalam fase gerak metanol-air ph 3 (80:20 v/v) dengan konsentrasi 100 µg/ml menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200 400 nm menunjukkan bahwa atorvastatin memiliki serapan maksimum pada 245 nm. Berdasarkan penelitian Sawant et al., (2012), panjang gelombang maksimum atorvastatin adalah 246 nm. Perbedaan panjang gelombang sebesar 1 nm masih dalam batas toleransi yang diperkenankan menurut Depkes RI (1995), yaitu lebih kurang 3 nm. Spektrum UV atorvastatin dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Spektrum UV atorvastatin dalam fase gerak metanol : air ph 3 (80:20, v/v) dengan konsentrasi 100 µg/ml. B. Optimasi Komposisi dan Kecepatan Alir Fase Gerak Parameter hasil optimasi kondisi KCKT yang diamati meliputi waktu retensi (Rt), resolusi (Rs), tailling factor (TF), dan nilai lempeng teoritis (N) dari 23

24 berbagai variasi komposisi dan kecepatan alir fase gerak. Prioritas pertama dalam pemilihan perbandingan komposisi fase gerak adalah nilai resolusi yang dihasilkan yaitu RS > 2. Nilai ini menunjukkan puncak yang dihasilkan terpisah sempurna dengan puncak yang lain. Prioritas kedua adalah waktu retensi, semakin cepat maka akan semakin baik karena menghemat waktu analisis. Prioritas ketiga adalah tailling factor dari masing-masing puncak yang dihasilkan yaitu < 2 dan nilai N yang dihasilkan > 2000. Optimasi metode analisis atorvastatin dengan KCKT kondisi awal yaitu kolom Cosmosil C18, ukuran partikel 5 µm, panjang kolom 150 mm dan diameter dalam 4,6 mm, fase gerak campuran metanol-air ph 3, volume injeksi 20 µl, detektor UV 245 nm, dan kecepatan alir fase gerak 1 ml/menit. Optimasi metode analisis dilakukan dengan optimasi perbandingan komposisi fase gerak metanol-air ph 3. Hasil optimasi komposisi fase gerak dapat dilihat pada tabel 2, sedangkan kromatogram hasil optimasi perbandingan fase gerak metanol-air ph 3 dapat dilihat pada lampiran 2. Tabel 2. Hasil Optimasi Perbandingan Komposisi Fase Gerak Metanol-Air ph 3 Parameter Perbandingan Komposisi Fase Gerak (Metanol-Air ph 3) 70-30 75-25 80-20 85-15 90-10 Syarat (Snyder et al., 2010) Resolusi (Rs) 1,54 0,83 3,15 1,06 3,00 > 2 Rt (menit) 6,24 4,98 3,91 3,25 2,72 10 Tailing factor 1,60 0,89 0,90 0,75 1,20 < 2 Jumlah lempeng teoritis (N) 5784 5377 5184 4210 5980 > 2000 Dari hasil optimasi perbandingan komposisi fase gerak yang diperoleh, dipilih perbandingan 80:20 karena menghasilkan nilai resolusi serta tailing factor yang optimal dengan waktu retensi yang cukup cepat dibandingkan dengan perbandingan komposisi fase gerak yang lain. Selain itu, nilai N yang dihasilkan juga sudah memenuhi syarat yaitu >2000 (Snyder et al., 2010). Bila dilihat dari

25 kromatogram pada lampiran 3, peak yang dihasilkan memberikan hasil yang baik pula. Selanjutnya, hasil dari optimasi perbandingan komposisi fase gerak yang dipilih yaitu metanol-air ph 3 (80:20) dilakukan optimasi kecepatan alir fase gerak. Optimasi kecepatan alir yang dilakukan yaitu pada kecepatan 0,9; 1,0 dan 1,1 ml/menit. Hasil optimasi kecepatan alir dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil optimasi kecepatan alir fase gerak Kecepatan Alir Fase Gerak Parameter (ml/menit) 0,9 1,0 1,1 Syarat (Snyder et al., 2010) Resolusi (Rs) 3,00 3,15 2,63 > 2 Rt (menit) 4,49 3,91 3,61 10 Tailing factor 1,12 0,90 0,75 < 2 Jumlah lempeng teoritis (N) 5367 5184 5184 > 2000 Hasil optimasi kecepatan alir yang dipilih adalah 1 ml/menit, karena menghasilkan nilai resolusi, tailing factor, nilai N, serta luas area yang optimal dengan waktu retensi yang cukup cepat dibandingkan dengan kecepatan alir yang lain. Berdasarkan hasil optimasi yang dilakukan diperoleh sistem kromatografi sebagai berikut: Fase diam : Cosmosil C18 (150 x 4,61 mm, 5 µm) Fase gerak : Metanol-air ph 3 yang diatur dengan asam fosfat (80:20) Kecepatan alir : 1 ml/menit Detektor : UV 245 Vol. Injeksi : 20 µl C. Uji Kesesuaian Sistem Tujuan dilakukan uji kesesuaian sistem untuk mengetahui kesesuaian, keefektifan serta menjamin bahwa metode yang digunakan dapat menghasilkan akurasi dan presisi yang dapat diterima untuk analisis atorvastatin agar sistem

26 KCKT memberikan hasil yang baik (Gandjar dan Rohman, 2012). Syarat uji kesesuaian sistem yang baik menurut Snyder et al. (2010), apabila waktu retensi menghasilkan CV 1,0%, luas area dan intensitas menghasilkan CV 2,0%, nilai resolusi > 2, tailing factor 2, dan nilai N > 2000. Hasil uji kesesuaian sistem dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil uji kesesuaian sistem KCKT untuk analisis atorvastatin 120 ng/ml dalam larutan fase gerak Syarat Parameter Rerata SD CV (%) (Snyder et al., 2010) Waktu Retensi 3,96 0,01 0,17 CV 1,0 % Luas Area 2726465 21018,89 0,77 CV 2,0 % Tinggi Puncak 362225 1829,41 0,51 CV 2,0 % Resolusi 2,45 0,05 2,02 Rs > 2 Tailing Factor 0,88 0,01 1,67 TF 2 Jumlah Lempeng Teoritis (N) 6055 4,19 0,07 N > 2000 Hasil uji kesesuaian sistem terhadap kadar atorvastatin 120 ng/ml yang dianalisis dengan KCKT menunjukkan bahwa kondisi yang digunakan untuk analisis kadar atorvastatin dalam tablet memenuhi persyaratan uji kesesuaian sistem. D. Validasi Metode Analisis 1. Penentuan Selektivitas Selektivitas menggambarkan kemampuan suatu metode untuk mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain. Pada penelitian ini, selektivitas metode analisis dilakukan dengan membandingkan puncak dalam kromatogram atorvastatin standar, sampel tablet atorvastatin, dan pelarut fase gerak yang dianalisis dengan KCKT pada kondisi yang optimum. Selain itu juga dilakukan perhitungan nilai resolusi dari atorvastatin standar.

27 A ATR B ATR C Gambar 3. Profil kromatogram : A) standar atorvastatin, B) sampel tablet atorvastatin, C) pelarut fase gerak Parameter KCKT : Fase diam : Cosmosil C18 (150 x 4,61 mm, 5 µm) Fase gerak : Metanol-air ph 3 yang diatur dengan asam fosfat (80:20) Kecepatan alir : 1 ml/menit Detektor : UV 245 Vol. Injeksi : 20 µl

28 Pada penelitian ini dihasilkan kromatogram dengan puncak atorvastatin standar dan sampel tablet atorvastatin pada waktu retensi 3,9 menit, serta tidak terlihat adanya puncak pada kromatogram pelarut fase gerak. Hal ini menunjukkan bahwa metode yang digunakan selektif terhadap senyawa tertentu, dan menunjukkan tablet atorvastatin dapat dianalisis mengggunakan metode ini dengan membandingkan dengan standar atorvastatin yang memiliki waktu retensi yang sama. Menurut Snyder et al. (2010), persyaratan uji selektivitas untuk pengembangan metode analisis apabila memiliki nilai resolusi (Rs) > 2, hasil perhitungan resolusi diperoleh dari kromatogram atorvastatin standar dengan nilai resolusi sebesar 3,1 yang berarti memenuhi persyaratan. Hasil ini menunjukkan metode KCKT yang digunakan untuk analisis atorvastatin mempunyai selektivitas yang baik. Hasil kromatogram atorvastatin standar, sampel tablet atorvastatin, dan pelarut fase gerak dapat dilihat pada gambar 3. 2. Penentuan Linearitas Uji linearitas dilakukan dengan cara menginjeksikan 5 seri konsentrasi atorvastatin pada sistem KCKT. Konsentrasi yang digunakan adalah 20, 40, 60, 80, 120 ng/ml. Data luas area atorvastatin yang diperoleh diplotkan dengan seri konsentrasi atorvastatin. Persamaan garis yang dihasilkan antara seri konsentrasi atorvastatin dengan luas area yang diperoleh dari kromatogram adalah y = 10742607,432x 1356494,324; koefisien korelasi (r) = 0,9995, dan koefisien determinasi (r 2 ) = 0,9990. Menurut Chan et al. (2004), persyaratan linearitas untuk validasi metode analisis bisa diterima jika nilai koefisien determinasi (r 2 ) lebih besar atau sama dengan 0,997. Pada penelitian ini, nilai r 2 yang diperoleh adalah 0,9990 sehingga metode analisis yang digunakan telah memenuhi syarat linearitas yang ditetapkan. Hasil kurva hubungan luas area kromatogram terhadap konsentrasi atorvastatin pada penentuan linearitas dapat dilihat pada gambar 4.

Luas Area Atorvastatin 29 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 y = 10.742,61x + 1.356.494,32 R 2 = 0,999 500000 0 0 20 40 60 80 100 120 140 Konsentrasi Atorvastatin (ng/ml) Gambar 4. Kurva hubungan luas area kromatogram atorvastatin terhadap konsentrasi atorvastatin pada penentuan linearitas 3. Penentuan Akurasi dan Presisi Salah satu syarat utama metode analisis adalah tepat dan teliti. Ketepatan bisa dilihat dari parameter akurasi yang dalam penelitian ini diperoleh dari nilai perolehan kembali (recovery). Ketelitian dapat dilihat dari parameter presisi yang pada penelitian ini diukur sebagai simpangan baku relatif (RSD) atau koefisien variasi (CV) (Rohman, 2009). Pada penelitian ini, uji presisi yang dilakukan adalah keterulangan (repeatability) yaitu presisi pada kondisi percobaan yang sama (berulang) baik orangnya, peralatanya, maupun waktunya (Gandjar dan Rohman, 2012). Penentuan presisi dan akurasi dilakukan pada 5 konsentrasi atorvastatin, dimana pengukuran pada setiap konsentrasi sebanyak 5 kali. Pada penelitian ini, uji presisi dan akurasi dilakukan pada konsentrasi atorvastatin yaitu sebesar 20, 40, 60, 80, dan 120 ng/ml. Nilai perolehan kembali dan koefisien variasi pengukuran atorvastatin hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.

30 Tabel 5. Nilai Recovery dan Koefisien Variasi (CV) Konsentrasi Atorvastatin Kadar Atorvastatin Replikasi diketahui terukur (ng/ml) (ng/ml) 20 40 60 80 120 Recovery (%) 1 20,22 101,15 2 20,66 103,32 3 19,02 95,09 4 20,96 104,85 5 18,92 94,62 1 43,59 108,99 2 39,66 99,16 3 38,49 96,22 4 37,53 93,84 5 39,72 99,30 1 58,28 97,14 2 56,15 93,59 3 56,12 93,53 4 56,73 94,55 5 62,02 103,37 1 81,58 101,98 2 81,31 101,63 3 73,84 92,31 4 75,04 93,79 5 78,40 98,01 1 111,69 93,08 2 129,53 107,95 3 119,80 99,86 4 123,18 102,65 5 115,25 96,05 CV (%) 0,64 1,38 1,35 1,73 2,82 Suatu metode analisis yang menggunakan sampel dengan konsentrasi di bawah 1000 ng/ml dikatakan memiliki akurasi yang baik apabila nilai recovery yang diperoleh berkisar 80 110% dari nilai sebenarnya (Gonzalez et al., 2010). Pada penelitian ini, semua nilai recovery yang didapatkan berada pada rentang tersebut. Maka dari itu, metode analisis yang digunakan pada penelitian ini memenuhi persyaratan akurasi.

31 Untuk uji presisi, apabila sampel yang digunakan memiliki konsentrasi di bawah 1000 ng/ml maka syarat CV yang diterima menurut AOAC adalah kurang dari 7,3% (Gandjar dan Rohman, 2012). Dengan demikian, metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi persyaratan presisi. 4. Penentuan LOD (Limit Of Detection) dan LOQ (limit Of Quantifitation) LOD adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih memberikan respon signifikan, sedangkan LOQ adalah konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat ditentukan denga presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional metode yang digunakan (Gandjar dan Rohman, 2012). Pada penelitian ini, penentuan LOD digunakan dengan metode visual instrumental dengan perhitungan signal to noise ratio (Ahuja and Dong, 2005). Pengukuran dilakukan pada konsentrasi atorvastatin sebesar 0,05; 0,1; 0,2 ng/ml. Hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi atorvastatin 0,05 dan 0,1 ng/ml tidak terlihat adanya puncak atorvastatin pada waktu retensi sekitar 3,9 menit, sedangkan pada konsentrasi 0,2 ng/ml terlihat adanya puncak atorvastatin pada waktu retensi 3,96 menit. Hasil kromatogram penentuan LOD dapat dilihat pada gambar 5. Nilai LOD dapat dibuktikan dengan melakukan injeksi berulang konsentrasi terpilih sebanyak 6 kali, apabila CV yang diperoleh lebih besar dari 50 = 50 = 16,67%, maka nilai tersebut merupakan LOD (Snyder et al., S/N 3/1 2010). Pada penelitian ini, injeksi berulang konsentrasi 0,2 ng/ml dihasilkan CV sebesar 30,07%, dapat dilihat pada tabel 6. Oleh karena itu, ditetapkan bahwa konsentrasi 0,2 ng/ml merupakan nilai LOD. dapat Hasil nilai LOD digunakan dasar perhitungan nilai LOQ, dimana menurut Gandjar dan Rohman (2012), nilai LOQ diperoleh dari rumus LOQ = 10/3 LOD. Hasil dari perhitungan diperoleh nilai LOQ yaitu 0,7 ng/ml. Hasil penentuan presisi dan akurasi untuk membuktikan nilai LOQ dapat dilihat pada tabel 7. Pada hasil tersebut diperoleh presisi dan akurasi yang dapat diterima dan memenuhi persyaratan presisi yaitu CV kurang dari 7,3 dan akurasi dengan

32 nilai recovery 80 110%. Oleh karena itu, ditetapkan konsentrasi 0,7 ng/ml merupakan nilai LOQ. A B C ATR Gambar 5. Profil kromatogram atorvastatin : A) konsentrasi 0,05 ng/ml, B) konsentrasi 0,1 ng/ml, C) konsentrasi 0,2 ng/ml Parameter KCKT : Fase diam : Cosmosil C18 (150 mm x 4,61 D, 5 µm) Fase gerak : Metanol-air ph 3 yang diatur dengan asam fosfat (80:20) Kecepatan alir : 1 ml/menit Detektor : UV 245 Vol. Injeksi : 20 µl

33 Tabel 6. Hasil Injeksi Berulang Atorvastatin 0,2 ng/ml Konsentrasi Atorvastatin (ng/ml) 0,2 Luas Area Atorvastatin 27105 38624 16123 21844 28562 35873 Rerata Luas Area Atorvastatin SD CV (%) 2801,83 842,52 30,07 Syarat (Snyder et al., 2010) CV > 16,67 Tabel 7. Nilai Recovery dan Koefisien Variasi (CV) pada penentuan LOQ Konsentrasi Atorvastatin diketahui (ng/ml) 0,7 Replikasi Kadar Atorvastatin terukur (ng/ml) Recovery (%) 1 0,70 100,01 2 0,71 101,27 3 0,71 101,14 4 0,72 103,04 5 0,71 101,10 CV (%) 0,93 E. Uji Keseragaman Kadar Tablet Pada penelitian ini, sampel yang dgunakan untuk uji keseragaman kadar tablet atorvastatin adalah atorvastatin generik. Sampel ini dipilih karena atorvastatin generik paling banyak beredar di pasaran dengan harga paling murah dibandingkan merek lain. Hasil keseragaman kadar tablet atorvastatin generik dapat dilihat pada tabel 8.

34 Tabel 8. Kadar Tablet Atorvastatin Generik Tablet Kadar (%) SD CV (%) 1 105,09 2 100,52 3 105,82 4 102,45 5 102,55 6 101,93 7 103,60 8 100,34 9 102,09 10 101,51 1,79 1,75 Berdasarkan data di atas menunjukkan kadar atorvastatin generik dalam sediaan tablet memenuhi persyaratan kadar menurut Aini et al. (2015) yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera pada etiket. Untuk perhitungan dapat dilihat pada lampiran 10. Uji keseragaman tablet yang dilakukan selain untuk membuktikan bahwa metode analisis dengan KCKT yang dikembangkan dapat digunakan untuk analisis tablet atorvastatin, juga digunakan untuk menjamin mutu, kualitas, serta keamanan suatu produk obat dalam sediaan tablet.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Metode analisis sederhana secara KCKT menggunakan kolom Cosmosil C18 (150 x 4,6 mm, 5 µm); menghasilkan kondisi optimum untuk penetapan kadar tablet atorvastatin dengan fase gerak campuran metanol-air ph 3 (80:20 v/v); kecepatan alir 1 ml/menit dan dideteksi dengan detektor UV 245 nm. 2. Metode analisis sederhana yang dikembangkan telah memenuhi persyaratan validasi metode analisis meliputi selektivitas; linearitas pada rentang 20 120 ng/ml dengan r 2 = 0,999; akurasi; presisi; Limit of Detection (LOD) sebesar 0,2 ng/ml; dan Limit of Quantitation (LOQ) sebesar 0,7 ng/ml. B. Saran Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan beberapa hal seperti berikut: 1. Perlu dilakukan validasi dengan parameter yang lain seperti robustness dan stabilitas larutan. 2. Perlu dilakukan uji keseragaman tablet atorvastatin dengan tablet merek lain. 35

36