BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Alokasi Waktu Wanita memiliki peran ganda dalam kehidupan, artinya wanita harus mampu berperan dalam kehidupan rumah tangga (sektor domestik) dan terkadang harus ikut serta dalam mencari nafkah (sektor publik). Waktu yang tersedia per hari bagi tiap-tiap keluarga sudah tetap, yaitu jumlah angkatan kerja dalam keluarga dikalikan 24 jam (Simanjuntak, 1988:21). Pertimbangan waktu dialokasikan untuk kegiatan bersenang-senang dan bekerja di pasar kerja. Tetapi masih terdapat kegiatan-kegiatan lain (khususnya wanita) yang sudah dikategorikan ke dalam dua kelompok waktu seperti mempersiapkan makanan, mengasuh anak dan mencuci. Kegiatan seperti ini tidak termasuk bekerja di pasar kerja atau bersenang-senang tapi dapat dikategorikan sebagai non market work (Elfindri, 2004:33). Menurut penelitian Larasaty (2003:33) dalam teori ekonomi mikro seseorang akan memaksimumkan kepuasan melalui konsumsi barang atau menikmati waktu luang. Jadi seseorang akan mengalokasikan waktunya untuk dua pilihan yaitu bekerja di pasar kerja untuk memperoleh pendapatan agar dapat meningkatkan kesejahteraan, atau tidak bekerja (menikmati waktu luang), seseorang yang bekerja akan dihadapkan pada cara mengkonsumsikan waktu 11
luang untuk bekerja dan menikmati waktu luang sebaik-baiknya sehingga diperoleh kepuasan maksimum. Pengalokasian waktu utnuk bekerja atau waktu luang dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: a. Biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu apabila seseorang mengalokasikan waktunya utnuk bekerja maka memerlukan juga waktu untuk tidak bekerja (memanfaatkan waktu luang). Dimana harga waktu luang yang mereka miliki tergantung dari besarnya tingkat upah yang diterima. Apabila penghasilan meningkat dengan biaya kesempatan waktu luang yang konstan, maka seseorang akan menginginkan utnuk menghabiskan lebih banyak waktu luang (mengurangi jam kerja). b. Tingkat kesejahteraan seseorang. Dimana kesejahteraan seseornag dapat dilihat dari jumlah simpanan di bank, investasi financial dan harta benda fisik lainnya. Apabila seseorang pekerja memiliki simpanan yang dihargakan, maka mereka cenderung untuk lebih meningkatkan waktu luang dibandingkan menambah waktunya untuk mencari nafkah. c. Seperangkat pilihan dari seseorang, pilihan itu sendiri biasanya ditentukan sendiri dan biasanya tidak dengan seketika. Seseorang akan memutuskan untuk mempergunakan waktunya lebih banyak bekerja atau untuk waktu luang tergantung dari pilihan yang tersedia. Apabila seseorang merasa telah terpenuhi kehidupan ekonominya, maka cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya untuk waktu luang. 12
2.1.2 Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Seringkali wanita/perempuan terpaksa harus bekerja karena kondisi ekonomi rumah tangga yang belum mencukupi kebutuhan keluarga (Marhaeni dan Manuati, 2004:35).Hal ini berarti penghasilan suami atau kepala keluarga belum mencukupi kebutuhan hidup.marhaeni (2008), menyatakan bahwa dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat bahwa sumbangan ekonomi perempuan dalam rumah tangga sangat menentukan otonomi yang dimiliki perempuan terutama di dalam memenuhi kebutuhannya sebagai perempuan. Sumber utama pendapatan bagi pekerja wanita adalah upah dan tunjangantunjangan kesejahteraan lain yang diperoleh oleh pekerja (Haryanto, 2008). Jadi disini konsep bekerja bagi perempuan selama ini diukur dari jumlah uang atau barang/jasa yang dapat dinilai dengan uang yang dibawa pulang oleh perempuan, guna membantu meningkatkan kesejahteraan keluarganya. 2.1.3 Konsep Tenaga Kerja Simanjuntak (1990:1) menyatakan, tenaga kerja (manpower) mengandung dua pengertian.pertama, tenaga kerja mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini tenaga kerja mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa.kedua, tenaga kerja mencakup orang yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut, mampu bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu 13
kegiatan tersebut mampu menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja atau man power terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Menurut Simanjuntak (1990:16), angkatan kerja dibedakan dalam tiga golongan seperti berikut. 1) Pengangguran (open employment), yaitu orang yang sama sekali tidak dan berusaha mencari pekerjaan. 2) Setengah pengangguran (underemployment), yaitu mereka yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan. Setengah pengangguran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu. a. Setengah pengangguran kentara (visible underemployment) yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu, dan b. Setengah pengangguran tidak kentara (invisible underemployment) yaitu mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah. 3) Bekerja penuh, yaitu keadaan dimana permintaan tenaga kerja sama dengan penawaran tenaga kerja. 2.1.4 Wanita dalam Sektor Informal Salah satu dari ciri sektor informal adalah, tidak membutuhkan tingkat pendidikan tinggi (Eka, 2009). Ciri tersebut di pertegas olehbambang dan Mukhlis (2006), yang mengatakan alasan lain yang dapat menimbulkan wanita memilih bekerja sebagai pekerja sektor informal adalah tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan wanita. Todaro 14
(2004:373), menyatakan banyak wanita pekerja yang menjalankan usaha secara kecil-kecilan, yang disebut unit usaha mikro (microenterprises), yang memerlukan sedikit sekali modal (terkadang bahkan tanpa modal sama sekali). Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2003:48), dalam menentukan jumlah pekerja sektor informal menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu. 1) Pendekatan menurut status pekerjaan Gambaran sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang berada di luar tenaga kerja yang terorganisir. Kegiatan usahanya hampir sama dengan jenis usaha kecil, yang berusaha sendiri maupun dengan dukungan-dukungan keluarga. Kegiatan usahanya berlangsung disemua lapangan usaha penentuan pekerja di sektor informal berdasarkan status pekerjaan penduduk yang bekerja yaitu. (1) Berusaha sendiri tanpa di bantu buruh (2) Berusaha sendiri dan di bantu buruh tidak tetap (3) Pekerja tidak dibayar. Pekerja keluarga 2) Pendekatan menurut definisi angkatan kerja BPS bekerja sama dengan Kantor Mentri Lingkungan Hidup (KMLH) pernah meneliti keadaan ketenagakerjaan di Indonesia dengan memperluas konsep angkatan kerja. Dari penelitian tersebut diperoleh gambaran mengenai pengangguran tidak penuh, bekerja tidak penuh dan pekerja penuh, dan ternyata para pekerja tersebut memiliki sifat-sifat pekerja sektor informal. Adapun pekerja sektor informal menurut pembagian angkatan kerja adalah. (1) Pekerja keluarga yang di keluarkan dari angkatan kerja 15
(2) Penganguran tidak penuh (3) Pekerja tidak penuh (4) Pekerja penuh. 1) Berusaha sendiri, 2) Berusaha dibantu oleh buruh tidak tetap, 3) Pekerja tidak dibayar atau pekerja keluarga. 2.1.5 Umur 1) Pengertian Umur Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. 16
2) Struktur Umur Penduduk Indonesia termasuk dalam golongan struktur umur muda.artinya hanya sebagian kecil penduduk yang produktif menghasilkan barang dan jasa, sedangkan sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur yang membutuhkan pelayanan. Misalnya dalam tahun 1980, terdapat 22,4 juta atau 15,1 persen penduduk Indonesia dalam kelompok umur di bawah lima tahun. Dalam kelompok umur 5-19 tahun atau usia sekolah terdapat 52,8 juta atau 35,7 persen. Sebagian besar mereka membutuhkan fasilitas pendidikan. Dalam kelompok umur 20-29 tahun terdapat 25,4 juta atau 17,1 persen, sebagian besar mereka merupakan angkatan kerja yang baru masuk pasar kerja dan umumnya belum mempunyai pengalaman kerja (Simanjuntak, 2001:29). 3) Jenis Perhitungan Usia (1) Usia kronologis Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. (2) Usia mental Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empattahunakan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun. 17
(3) Usia biologis Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang. 2.1.6 Waktu Kerja Waktu kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan pada siang hari dan/atau malam hari. (1) Siang hari adalah waktu antara pukul 06.00 sampai pukul 18.00. (2) Malam hari adalah waktu antara pukul 18.00 sampai pukul 06.00. Undang-undang Ketenagakerjaan (2003) menyebutkan bahwa waktu kerja meliputi : (1) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau (2) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Waktu bekerja mengacu pada jumlah jam seseorang melakukan kontrak dan kompensasi bekerja, apakah dikumpulkan selama seminggu, tahun, atau seumur hidup(ausubel & Grubler, 1995). Hart (1980) dalam Sobari, Fachrudin, &Sujana (1996), berpendapat bahwa alokasi waktu dan distribusi tenaga kerja keluarga sebagai pencerminan sistem produksi dalam rumah tangga yang setiap kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesejahteraan. Menurut Nalinda (2006),teori alokasi waktu kerja didasarkan pada teori utilitas. Alokasi waktu 18
individudihadapkan pada dua pilihan yaitu bekerja atau tidak bekerja untuk menikmati waktu luangnya. Bekerja berarti menghasilkan upah yang selanjutnya akan meningkatkan pendapatan. Meningkatnya pendapatan dapat digunakan untuk membeli barangbarang konsumsi yang dapat memberikan kepuasaan. Secara sederhana hubungan tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Max µ = F(Y,L)...(1) dimana : Max µ Y L = Tingkat kepuasan maksimum = Pendapatan yang digunakan membeli barang = Waktu luang Gambar 2.1 memperlihatkan pilihan antara bekerja dengan waktu luang yang berbeda. Pilihan ini akan memberikan tingkat kepuasan (utilitas) sama karena berada pada kurva indiferens yang sama. 19
Gambar 2.1Kurva Indiferens Y (Pendapatan) Y4 Y3 L K Y2 M Y1 N tingkat kepuasan O H4 H3 H2 H1 H (waktu luang) Sumber : Ehrenberg and Smith, 1988 dalam Nalinda (2006) Segmen LK menggambarkan perubahan waktu luang yang relatif sedikit sebanyak (OH4 - OH3) yang menyebabkan hilangnya pendapatan cukup besar (OY4 - OY3), pada segmen MN penambahan waktu luang relatif banyak (OH2 - OH1) menyebabkan kehilangan pendapatan relatif sedikit (OY2 -OY1) (Ehrenberg and Smith, 1988 dalam Nalinda (2006)). Slope kurva ini negatif, maksudnya jika pendapatan meningkat maka waktu luang harus dikorbankan menurun agar kepuasan yang diterima sama demikian juga sebaliknya. Pemanfaatan waktu dari ibu rumah tangga mencerminkan bagaimana ia dapat menyediakan waktunya untuk berbagai kegiatan sehari-hari, mulai dari kegiatan di pasar kerja, untuk kegiatan rumah tangga, untuk kegiatan sosial serta untuk waktu senggang. Perlakuan waktu sebagai sumber daya ekonomi dalam suatu rumah tangga merupakan suatu kontribusi utama dari ekonomi rumah tangga (Zakiah, 2009). 20
2.1.7 Konsep Gender Kata gender berasal dari bahasa Inggris yang artinya jenis kelamin (Supartiningsih, 2003). Menurut Sterling (2000), seks itu berbeda dari gender. Memang, lembaga sosial dirancang untuk melestarikan ketidaksetaraan gender, yang menghasilkan sebagian besar perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan (ciptaan Tuhan) dan bentukan budaya (konstruksi sosial).seringkali orang mencampuradukkan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati (tidak berubah) dengan yang bersifat non-kodrati (gender) yang bisa berubah dan diubah.perbedaan peran gender ini juga menjadikan orang berpikir kembali tentang pembagian peran yang dianggap telah melekat, baik pada perempuan maupun laki-laki.perbedaan tersebut terjadi baik dalam waktu dan cara bagaimana mereka mencoba memecahkan konflik dari tugas-tugas dan peran yang harus mereka alami pada masing-masing tahap pengembangan atau sepanjang siklus hidup mereka (Irmawati&Waskito, 2007).Kodrat adalah sifat bawaan biologis sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat ditukarkan yang melekat pada pria dan wanita.konsekuensi dari anugerah itu, manusia yang berjenis kelamin wanita, diberikan pada kodrati yang berbeda dengan manusia yang berjenis kelamin pria. Wanita diberikan peran kodrati: (1) menstruasi, (2) mengandung, (3) melahirkan, (4) menyusui dengan air susu ibu dan (5) menopause, dikenal dengan sebutan lima M. Sebaliknya, pria diberikan peran kodrati membuahi sel telur wanita dikenal dengan sebutan satu M. Jadi, 21
peran kodrati wanita dengan pria berkaitan erat dengan jenis kelamin dalam artian ini (Arjani, 2002 dan Agung Aryani, 2002). Partisipasi angkatan kerja wanita merupakan langkah awal yang diperlukan untuk mencapai kesetaraan yang nyata antara wanita dan pria (Kissman, 1991). 2.1.8 Teori dan Sistem Pengupahan Tinggi rendahnya tingkat upah merupakan suatu hal yang relatif, karena dengan tingkat upah tertentu seseorang menganggapnya tinggi, sedangkan orang lain menganggapnya rendah (Marhaeni dan Manuati,2004:167).Mengacu pada Simanjuntak (2003) dalam Marhaeni dan Manuati(2004:173),Teori yang mendasari sistem pengupahan pada dasarnya dapat dibedakan menurut dua ekstrim.pertama, didasarkan pada ajaran Karl Max mengenai teori nilai dan pertentangan kelas.kedua didasarkan pada teori pertambahan produk marginal atau kualitas sumber daya manusia.sistem pengupahan di berbagai negara termasuk di Indonesia, pada umumnya berada diantara dua ekstrim tersebut.landasan sistem pengupahan di Indonesia adalah UUD, Pasal 27.Sistem pengupahan pada prinsipnya haruslah mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya, mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang dan memuat pemberian insentif yang mendorong peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan nasional. 2.1.9 Pengertian Pendapatan Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa 22
pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usahaperorangan dan pendapatan dari kekayaan (Mulyanto Sumardi, 1982:65). Sedangkan menurut Sukirno (2004:61), pendapatan pada dasarnya merupakan pendapatan yang diterima semua rumah tangga dalam perekonomian (atau yang diterima satu keluarga) dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari pembayaran pindahan. Masing-masing faktor produksi tersebut, seperti: tanah dan harta tetap lainnya akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa gaji dan upah, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian keusahawan akan memperoleh balas jasa dalam bentuk keuntungan atau laba (Sukirno, 2004:44-45). 2.1.10Pendidikan Pendidikan merupakan indikator kemajuan suatu bangsa (Simanjuntak, 2001:46).Menurut Husain (1995:14) secara umum ada tiga jenis pendidikan, yaitu. 1) Pendidikan Formal Suatu proses pendidikan yang sistematis dan terorganisir serta bertingkat (berjenjang) yang dilaksanakan melalui jalur sekolah dimana peserta didik diterima berdasarkan credential tertentu dan terbatas pada usia sekolah dengan tujuan memberikan pengetahuan untuk memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 23
2) Pendidikan Nonformal Suatu proses pendidikan yang dilaksanakan melalui jalur luar sekolah untuk membantu menyebarkan pengetahuan kepada peserta didik. Pendidikan ini tidak terkait oleh waktu atau jenjang pendidikan, namun disesuaikan dengan kebutuhan itu sendiri. 3) Pendidikan Informal Suatu proses pendidikan yang dilakukan dalam ruang lingkup keluarga dimana individu diberikan berbagai macam keterampilan, latihan berbicara, bertingkah laku dan seterusnya sebagai bekal dalam kehidupan. 2.1.11 Hubungan Umur TerhadapTingkat Kesejahteraan Ekonomi Keluarga para Pedagang Wanita Semakin tua seseorang, tanggung jawab terhadap keluarga menjadi semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda, terutama yang belum kawin, menjadi tanggungan orang tuanya, walaupun bukan sedang bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa terutama yang sudah kawin, pada dasarnya harus bekerja, bahkan untuk banyak orang harus bekerja lebih lama.makin bertambahnya usia atau umur seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang akan dicapainya. Hal ini menunjukkan bahwa usia berpengaruh positif terhadap pendapatan keluarga. Ini sesuai kenyataan bahwa dalam umur tersebut, banyak orang yang pensiun danatau yang secara fisik sudah kurang mampu bekerja lagi (Simanjuntak, 2001:48). Perbedaan kekuatan fisik di usia dewasa dan muda adalah berbeda, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang di terima. 24
2.1.12 Hubungan Jam Kerja TerhadapTingkat Kesejahteraan Ekonomi Keluarga para Pedagang Wanita Semakin tinggi waktu yang dicurahkan oleh pedagang wanita untuk melakukan pekerjaan usaha dagang, maka makin tinggi pula kesempatan pedagang wanita untuk mendapatkan tambahan pendapatan.artinya, jam kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan keluarga. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiandarini (2001) dalam Artini dan Handayani (2009:10), terhadap curahan jam kerja wanita dan pria di luar sektor pertanian menunjukkan bahwa curahan jam kerja wanita lebih besar dibanding pria. Hal ini menunjukan bahwa wanita mempunyai peranan cukup besar dalam rumah tangga, yaitu dalam membantu kepala rumah tangga memenuhi kebutuhan rumah tangga (Artini dan Handayani, 2009:10).Tingginya tuntutan sosial ekonomi mendorong kaum wanita untuk ikut bekerja dalam waktu yamg lebih lama, sebagai upaya mengatasi masalah rendahnya pendapatan yang diterima dari hasil pekerjaannya. 2.1.13 Hubungan Pendidikan TerhadapTingkat Kesejahteraan Ekonomi Keluarga para Pedagang Wanita Profil umur-pendapatan (age-earning profile) pada Gambar 2.2 menggambarkan pendapatan per jam atau per tahun untuk berbagai kelompok umur yang memiliki sejumlah tahun sukses yang sama. 25
Gambar 2.2 Profil Umur-Pendapatan Menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan Sarjana Akademi SLTA umur 15 70 Sumber : Marhaeni dan Manuati (2004:214) Dari Gambar 2.2, menurut Marhaeni dan Manuati (2004:214), terungkap tiga fakta yang dapat dijelaskan oleh teori mutu modal manusia, sebagai berikut. 1) Orang dengan pendidikan lebih tinggi mulai dengan pendapatan yang lebih rendah, tapi dengan cepat menyalip mereka yang memiliki pendidikan yang lebih rendah sehingga ia dapat menikmati rata-rata pendidikan yang lebih tinggi dalam sisa umur pekerjaannya. 2) Orang dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki profil umur-pendapatan dengan puncak belakangan. 3) Orang dengan pendidikan lebih tinggi memiliki kurve yang lebih curambahwa pendidikan memiliki hubungan positif terhadap pendapatan keluarga. 2.1.14 Hubungan Jumlah Anak TerhadapTingkat KesejahteraanEkonomi Keluarga para Pedagang Wanita Meningkatnya jumlah anak yang dimiliki, maka makin meningkat pula beban tanggungan yang akan dari keluarga tersebut. Hal ini didukung oleh Simanjuntak (2001:55) yang mengatakan, bahwa jumlah tanggungan yang tinggi 26
pada suatu rumah tangga, tanpa diikuti dengan peningkatan dari segi ekonomi akan mengharuskan anggota keluarga selain kepala keluarga untuk mencari nafkah dan tidak terkecuali wanita.mengacu pada pernyataan Simanjuntak diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah anak berpengaruh positif terhadap pendapatan keluarga. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada penelitian sebelumnya.hal ini dilakukan dengan maksud agar terdapat dasar yang kuat dalam penyajian materi, baik darib segi pemilihan variable maupun konsep umum yang dipakai. Penelitian pendapatan perempuan dan kontribusinya pernah dilakukan oleh Kurniawati (2008), di Kelurahan Penatih, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Peneliti ingin mengetahui pengaruh umur, tingkat pendidikan, jam kerja, jenis pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga dan bantuan modal terhadap pendapatan perempuan pada keluarga miskin di Kelurahan Penatih baik secara parsial maupun simultan. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh, bahwa umur, tingkat pendidikan, jam kerja, jenis pekerjaan, jumlah tanggungan keluarga dan bantuan modal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan perempuan pada keluarga miskin di Kelurahan Penatih. Secara parsial faktor tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan berpengaruh nyata, sedangkan faktor umur, jam kerja, jumlah tanggungan keluarga dan bantuan modal tidak 27
berpengaruh nyata terhadap pendapatan perempuan pada keluarga miskin di Kelurahan Penatih. Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Nipajayanthi (2009) dengan judul Kontribusi Perempuan dalam Peningkatan Pendapatan Keluarga dan Beberapa Faktor yang Berpengaruh (Studi Kasus pada Pedagang di Pasar Badung Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar).Peneliti ingin mengetahui kontribusi para pedagang perempuan terhadap pendapatan keluarga, para pedagang di Pasar Badung kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar.Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa rata-rata kontribusi para pedagang perempuan terhadap pendapatan keluarga, para pedagang di Pasar Badung Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar adalah sebesar 49,973 persen. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Ida Ayu Dewi Purnama Sari (2010) dengan judul Analisis Pengaruh Umur, Status Perkawinan dan Pendidikan Terhadap Pendapatan Pekerja Perempuan Sektor Informal Di Desa Tegal Jadi Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Umur, Status Perkawinan dan Pendidikan berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun parsial, terhadap pendapatan pekerja perempuan sektor informal di Desa Tegal Jadi Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Penelitian-penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu meneliti tentang Peran Wanita Bekerja yang menjadi acuan utama. Namun perbedaan mendasar adalah mengenai variabel yang akan digunakan. Dalam penelitian ini,umur, jam kerja, tingkat pendidikan, dan jumlah 28
anakdigunakan sebagai variabel bebas sertakesejahteraan ekonomi keluarga akan digunakan sebagai variabel terikat oleh penulis. 2.3 Rumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah serta kajian pustaka yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. 1) Variabel umur, jam kerja, tingkat pendidikan, dan jumlah anak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga para pedagang wanita di Pasar Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. 2) Variabel umur, jam kerja, tingkat pendidikan, dan jumlah anak berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga para pedagang wanita di Pasar Kapal Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. 29