BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (Sukirno, 2001:20). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan
|
|
- Handoko Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Konsep Ketenagakerjaan Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu. Untuk mengetahui angkatan kerja diperlukan dua informasi yaitu penduduk usia kerja dan bukan angkatan kerja (Sukirno, 2001:20). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan dan menciptakan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran, serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) diarahkan pada pembentukan tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja produktif. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan pada peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif, efisiensi, efektif, dan berjiwa wirausaha sehingga mampu mengisi, menciptakan dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Simanjuntak (2000) mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah dan sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang sedang melakukan kegiatan lain, seperti sekolah atau mengurus rumah tangga. Tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh umur. Tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas. 11
2 Konsep Gender Kata gender berasal dari bahasa Inggris yang artinya jenis kelamin (Supartiningsih, 2003). Menurut Sterling (2000), seks itu berbeda dari gender. Memang, lembaga sosial dirancang untuk melestarikan ketidaksetaraan gender, yang menghasilkan sebagian besar perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Istilah gender dikemukakan oleh para ilmuwan sosial dengan maksud untuk menjelaskan perbedaan perempuan dan laki-laki yang mempunyai sifat bawaan (ciptaan Tuhan) dan bentukan budaya (konstruksi sosial). Seringkali orang mencampuradukkan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati (tidak berubah) dengan yang bersifat non-kodrati (gender) yang bisa berubah dan diubah. Perbedaan peran gender ini juga menjadikan orang berpikir kembali tentang pembagian peran yang dianggap telah melekat, baik pada perempuan maupun laki-laki. Perbedaan tersebut terjadi baik dalam waktu dan cara bagaimana mereka mencoba memecahkan konflik dari tugas-tugas dan peran yang harus mereka alami pada masing-masing tahap pengembangan atau sepanjang siklus hidup mereka (Irmawati&Waskito, 2007). Kodrat adalah sifat bawaan biologis sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat ditukarkan yang melekat pada pria dan wanita. Konsekuensi dari anugerah itu, manusia yang berjenis kelamin wanita, diberikan pada kodrati yang berbeda dengan manusia yang berjenis kelamin pria. Wanita diberikan peran kodrati: (1) menstruasi, (2) mengandung, (3) melahirkan, (4) menyusui dengan air susu ibu dan (5) menopause, dikenal dengan sebutan lima M. Sebaliknya, pria diberikan peran kodrati membuahi sel telur wanita dikenal 12
3 dengan sebutan satu M. Jadi, peran kodrati wanita dengan pria berkaitan erat dengan jenis kelamin dalam artian ini (Arjani, 2002 dan Agung Aryani, 2002). Partisipasi angkatan kerja wanita merupakan langkah awal yang diperlukan untuk mencapai kesetaraan yang nyata antara wanita dan pria Pengertian Pendapatan Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan pendapatan dari kekayaan. Sedangkan menurut Sukirno (2004:61), pendapatan pada dasarnya merupakan pendapatan yang diterima semua rumah tangga dalam perekonomian (atau yang diterima satu keluarga) dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya dan dari pembayaran pindahan. Masing-masing faktor produksi tersebut, seperti: tanah dan harta tetap lainnya akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa gaji dan upah, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian keusahawan akan memperoleh balas jasa dalam bentuk keuntungan atau laba (Sukirno, 2004:44-45) Pengertian Sektor Informal Sektor informal merupakan unit usaha yang berskala kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan menciptakan kesempatan kerja bagi dirinya sendiri sektor informal ini sering disebut juga dengan aktivitas informal, kesempatan kerja yang diciptakan (self employment), 13
4 ekonomi di bawah tanah (underground economy), causal work, shadow economy (Subarsono, 1998). Dalam literatur ekonomi, menurut Holton (2006:291), istilah sektor informal menunjuk pada aktivitas ekonomi yang berada di luar bentukbentuk organisasi produksi, distribusi dan konsumsi yang nyata, terorganisir, dan secara hukum legal. Aktivitas ekonomi yang membedakan antara sektor formal dan informal adalah birokrasi dalam bidang perizinan. Sektor formal cenderung lebih banyak mendapat perlindungan dari pemerintah daripada usaha informal. Hal ini disebabkan oleh sektor formal tercatat dalam sistem perizinan usaha yang ditetapkan pemerintah (Effendi, 1985). Kemajuan perekonomian sebuah negara dapat pula ditandai dengan adanya transformasi ke arah penurunan pekerja kasar (blue collar) yang merepresentasikan pekerja sektor informal. Pekerja blue collar dapat dimaknai sebagai pekerja pada pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik, pada kelompok lapangan usaha di Indonesia biasanya dimasukkan kedalam jenis pekerjaan di sektor usaha pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan, tenaga produksi, alat angkut dan pekerja kasar. Disisi lain, pekerja manajerial (white collar) yang merepresentasikan pekerja sektor formal terdiri dari tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha jasa. Pada beberapa tahun terakhir tercermin adanya kecenderungan penurunan peran pekerja blue collar dan sedikit peningkatan pekerja white collar. Ini merupakan sinyal kemajuan perekonomian dan juga kemajuan pendidikan karena pekerja white collar secara umum membutuhkan tingkat pendidikan yang memadai. Dalam 14
5 analisis pembagian pekerja menjadi pekerja sektor formal dan pekerja sektor informal sering terkendala dengan data yang tersedia (Haryanto,2011). Kondisi perempuan yang tersubordinatif dalam mengakses kehidupan ekonomi menjadikan perempuan sebagai kelompok yang rentan. Hal itu terlihat jelas pada perempuan yang bekerja di sektor informal. Oleh karena itu, penanganan perempuan yang bekerja di sektor informal akan menjadikan suatu potensi ekonomi yang tinggi bagi kesejahteraan keluarga. Usaha-usaha sektor informal itu tidak bisa lepas dari peran perempuan dalam sektor domestik. Daya tahan terhadap usaha disebabkan oleh tingkat kemandirian perempuan yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan penanganan dengan kebijakan yang berkelanjutan dan memberikan akses lebih besar terhadap sumber permodalan formal (Adi, Pidekso: 2003). Menurut Nilakusmawati (2009) yang termasuk golongan sektor informal; Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, maupun penerimaannya. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian; Tidak mempunyai keterkaitan (linkage) dengan usaha lain yang besar; Lokasi usaha ada yang menetap dan ada yang berpindah-pindah. Tidak membutuhkan tingkat pendidikan tinggi; Merupakan usaha kegiatan perorangan ataupun unit usaha kecil yang memperkerjakan tenaga kerja yang sedikit (kurang dari 10) dari lingkungan hubungan keluarga, kenalan, atau berasal dari daerah yang sama. 15
6 Tenaga Kerja Perempuan dan Partisipasinya dalam Pembangunan Haryanto (2008) menjelaskan bahwa peningkatan partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi karena: pertama, adanya perubahan pandangan dan sikap masyarakat tentang sama pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan dan pria, serta makin disadarinya perlunya kaum perempuan ikut berpartisipasi dalam pembangunan, kedua, adanya kemauan perempuan untuk bermandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dan mungkin juga kebutuhan hidup dari orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan penghasilan sendiri. Kemungkinan lain yang menyebabkan peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja adalah makin luasnya kesempatan kerja yang bisa menyerap pekerja perempuan, misalnya munculnya kerajinan tangan dan industri ringan. Indrayati (2010) kajian teoritik yang berkaitan peran perempuan dalam pembangunan sebagaimana yang telah diuraikan di atas, lebih bersifat pembagian peran secara seksual, dikotomi peran domestic dan public, dan peran perempuan dalam kerja serta peningkatan ekonomi keluarga, baik di sektor pertanian mapun non pertanian. Kajian dan penelitian-penelitian tersebut umumnya bersifat sektoral dan kurang memperhatikan dimensi ruang (spatial). Penelitian ini mengambil salah satu sisi peran perempuan dalam keluarga dan pembangunan dengan tinjauan keruangan. Sebagian besar pengambilan keputusan tentang pola pengeluaran dan berbelanja keluarga berada ditangan perempuan, disisi lain besarnya pengeluaran dan pola konsumsi dapat menjadi salah satu elemen penggerak ekonomi nasional. 16
7 Dengan demikian peran perempuan dalam pembangunan tidak hanya pada peran berkerjanya, tetapi juga bagaimana perempuan berperan dalam mengatur pola pengeluaran, konsumsi dan belanja keluarga. Penelitian ini mengambil sisi keruangan dari pola belanja perempuan dan dampaknya terhadap pemberdayaan ekonomi dan masyarakat lokal, dengan mengambil studi kasus di daerah pinggiran kota. Perkembangan daerah pinggiran kota ditandai dengan tumbuhnya kawasan permukiman baru dan semakin padatnya permukiman lama. Pertautan antara komunitas baru dan penduduk lokal tersebut menimbulkan pertanyaan menarik, berkaitan dengan dampak pembangunan permukiman baru di pinggiran kota terhadap peningkatan perekonomian lokal Umur 1) Pengertian Umur Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006). Dalam pengetahuan tentang kependudukan dikenal istilah karakteristik penduduk yang berpengaruh penting terhadap proses demografi dan tingkah laku sosial ekonomi penduduk. Karakteristik penduduk yang paling penting adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut 17
8 struktur umur dan jenis kelamin. Struktur umur penduduk dapat dilihat dalam umur satu tahunan atau yang disebut juga umur tunggal (single age), dan yang dikelompokkan dalam lima tahunan. Dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir. 2) Struktur Umur Penduduk Indonesia termasuk dalam golongan struktur umur muda. Artinya hanya sebagian kecil penduduk yang produktif menghasilkan barang dan jasa, sedangkan sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur yang membutuhkan pelayanan. 3) Jenis Perhitungan Usia (1) Usia kronologis Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia. (2) Usia mental Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut adalah satu tahun. (3) Usia biologis Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang. 18
9 Konsep Pendidikan Menurut Simanjuntak (2001 : 46) pendidikan merupakan indikator kemajuan suatu bangsa. Pendidikan merupakan indikator kemajuan suatu bangsa. Pendidikan adalah hal yang penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama bagi wanita. Wanita adalah sumber daya potensial dalam pembangunan karena semakin tinggi pendidikan wanita berpengaruh terhadap pola pikir dan kemampuan untuk bekerja atau mencari nafkah, sehingga seorang wanita akan mencurahkan waktunya untuk bekerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita maka akan mengurangi laju pertumbuhan penduduk dan menciptakan generasi bangsa yang berkualitas. Dalam pekerjaan sector informal semakin tinggi tingkat pendidikan wanita maka kemampuan atau keterampilan yang dimiliki lebih banyak sehingga bisa mengelola usahanya dengan baik. Menurut Ariyanto (2004 : 22), secara umum pendidikan akan memberikan bekal kepada individu berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, budi pekerti yang luhur serta pembinaan kepribadian. Untuk itu pendidikan akan selalu diperlukan oleh setiap manusia selama hidupnya. Dengan demikian, pendidikan akan berlangsung seumur hidup. Pendidikan itu dapat berlangsung muai dari pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Secara sederhana, ruang lingkup pendidikan dapat dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu sebagai berikut: 19
10 1) Pendidikan dalam keluarga (Informal) Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal dimana individu diberikan macam-macam keterampilan, latihan berbicara, bertingkah laku dan seterusnya sebagai bekal dalam kehidupan. 2) Pendidikan di sekolah (Formal) Pendidikan di sekolah meruopakan tempat kelanjutan pendidikan setelah keluarga. Artinya, pendidikan mealui lembaga tertentu yang lengkap dengan kurikulum serta jenjang pendidikan yang ditempuhnya. 3) Pendidikan dalam masyarakat (Non Formal) Pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang diselenggarakan pihak masyarakat atau pihak diluar keluarga dan sekolah. Pendidikan ini tidak terikat oleh waktu dan jenjang pendidikan, namun disesuaikan dengan kebutuhan itu sendiri. Misalnya, pendidikan keterampilan komputer, kursus kecantikan, kursus mengemudi, dan seterusnya. Pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang ditempuh tenaga kerja perempuan yang bekerja pada sektor informal. Dimana pendidikan merupakan kebutuhan bagi masyarakat dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah dan masyarakat. Berhasilnya suatu pendidikan harus didukung semua pihak. Pendidikan merupakan kebutuhan atau modal dasar bagi kehidupan manusia, karena dengan pendidikan seseorang akan memperoleh pekerjaan, kedudukan atau jabatan tertentu. 20
11 Pengalaman Kerja Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu (Nalinda, 2006 : 82). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan serta keterampilan yang dimilikinya. Ada beberapa hal juga untuk menentukan berpengalaman tidaknya seorang karyawan yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu : a) Lama waktu/ masa kerja Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. b) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan. c) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan. 21
12 Dari uraian tersebut dapat diketahui, bahwa seorang karyawan yang berpengalaman akan memiliki gerakan yang mantap dan lancar, gerakannya berirama, lebih cepat menanggapi tanda tanda, dapat menduga akan timbulnya kesulitan sehingga lebih siap menghadapinya, dan bekerja dengan tenang serta dipengaruhi faktor lain yaitu : lama waktu/masa kerja seseorang, tingkat pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki dan tingkat penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Oleh karena itu seorang karyawan yang mempunyai pengalaman kerja adalah seseorang yang mempunyai kemampuan jasmani, memiliki pengetahuan, dan keterampilan untuk bekerja serta tidak akan membahayakan bagi dirinya dalam bekerja Modal Sosial Modal sosial menunjuk pada sumber daya yang dimiliki seseorang, yang berasal dari jaringan sosialnya. Individu memporoleh keuntungan dari partisipasinya dalam kelompok sosial (Haryanto, 2011). Bentuk modal sosial muncul dari hubungan-hubungan antara individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang merupakan akses memperoleh keuntungan bernilai. Dalam teori pembangunan ekonomi, modal yang diperhitungkan sebagai faktor pembangunan adalah modal dalam bentuk uang (kapital), teknologi, dan sumber daya alam serta modal manusia. Pierre Bourdieu (1986) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya yang dimiliki seseorang ataupun sekelompok orang dengan memanfaatkan jaringan, atau hubungan yang terlembaga, yang unsur terpenting di dalamnya adalah adanya pengakuan antar anggota yang terlibat di dalamnya. Terdapat dua 22
13 poin penting dari definisi tersebut, yaitu pertama, sumber daya yang dimiliki seseorang berkaitan dengan keanggotaan dalam kelompok dan jaringan sosial. Besarnya modal sosial yang dimiliki seseorang tergantung pada besar kecilnya jaringan hubungan serta kemampuannya dalam memobilisasi hubungan dan jaringan sehingga memberikan keuntungan baginya. Kedua, kualitas hubungan antar aktor lebih penting daripada hubungan dalam kelompok (Bourdieu, 1986). Bourdieu melihat bahwa jaringan sosial tidak bersifat alami, tetapi dibentuk melalui strategi investasi yang berorientasi kepada pelembagaan hubungan kelompok yang dapat dipakai sebagai sumber untuk meraih keuntungan. Perspektif Putnam tentang modal sosial fokus pada tingkat keluarga dan komunitas serta menekankan pentingnya hubungan antar-individu yang kuat disertai dengan tingkat responsibilitas yang tinggi (0sgood dan Ong, 2001) Hubungan Umur terhadap Pendapatan Pekerja Perempuan Larasaty (2003) menyebutkan bahwa faktor umur merupakan salah satu variable yang mempengaruhi alokasi waktu pekerja wanita. Dimana umur berpengaruh positif terhadap pendapatan perempuan yaitu semakin tua umur pekerja perempuan maka akan semakin panjang waktu yang dicurahkan untuk mencari nafkah, akan tetapi hannya sampai batas waktu tertentu karena sampai usia tertentu kekuatan atau daya tahan pekerja perempuan akan semikin menurun dimana hal itu besar sekali kaitannnya dengan tingkat pendapatan yang diterima. Semakin tua seseorang, tanggung jawab terhadap keluarga menjadi semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda, terutama yang belum kawin, menjadi tanggungan orang tuanya, walaupun bukan sedang bersekolah. 23
14 Sebaliknya orang yang lebih dewasa terutama yang sudah kawin, pada dasarnya harus bekerja, bahkan untuk banyak orang harus bekerja lebih lama. Makin bertambahnya usia atau umur seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang akan dicapainya. Hal ini menunjukkan bahwa usia berpengaruh positif terhadap pendapatan keluarga. Ini sesuai kenyataan bahwa dalam umur tersebut, banyak orang yang pensiun dan atau yang secara fisik sudah kurang mampu bekerja lagi (Simanjuntak, 2001:48). Perbedaan kekuatan fisik di usia dewasa dan muda adalah berbeda, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang di terima Hubungan Pendidikan terhadap Pendapatan Pekerja Perempuan Harwati (2005) dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa tingkat pendidikan merupakan yang terdominan yang mempengaruhi pendapatan perempuan dan faktor pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan perempuan. Dimana dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimilikinya, maka peluang untuk mendapatkan tingkat upah semakin tinggi. Disamping itu tingginya pendidikan juga akan menyebabkan pengalaman kerja dan keterampilan semakin tinggi sehingga diharapkan untuk dapat ikut menciptakan lapangan kerja baru Hubungan Pengalaman Kerja terhadap Pendapatan Kerja Pekerja Perempuan Semakin tinggi waktu yang dicurahkan oleh pedagang wanita untuk melakukan pekerjaan usaha dagang, maka makin tinggi pula kesempatan 24
15 pedagang wanita untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Artinya, pengalaman kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap pendapatan keluarga. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiandarini (2001) dalam Artini dan Handayani (2009:10), terhadap curahan jam kerja wanita dan pria di luar sektor pertanian menunjukkan bahwa curahan jam kerja wanita lebih besar dibanding pria. Hal ini menunjukan bahwa wanita mempunyai peranan cukup besar dalam rumah tangga, yaitu dalam membantu kepala rumah tangga memenuhi kebutuhan rumah tangga (Artini dan Handayani, 2009:10).Tingginya tuntutan sosial ekonomi mendorong kaum wanita untuk ikut bekerja dalam waktu yamg lebih lama, sebagai upaya mengatasi masalah rendahnya pendapatan yang diterima dari hasil pekerjaannya Hubungan Modal sosial terhadap Pendapatan Pekerja Perempuan Modal sosial adalah satu media bagi pekerja perempuan unuk mempromosikan produk yang dihasilkannya dalam bekerja sehingga dapat menambah pendapatan. Menurut Bonilla-Silvia dan Baiocchi (2007) dalam Haryanto (2011), dalam konteks kesenjangan ekonomi dan menguatnya kembali negara kesejahteraan, komunitas yang memiliki modal sosial dipercaya dapat mengatasi berbagai dampak negatif. Lebih dari itu, kebanyakan diskusi tentang kebijakan publik dan kemiskinan sekarang beralih kepada pentanyaan-pertanyaan tentang bagaimana meningkatkan ikatan-ikatan kepercayaan dalam masyarakat yang tidak sempurna ini karena kurangnya modal sosial dan bukan struktur yang timpang yang menyebabkan terjdinya dampak-dampak yang tidak diharapkan. 25
16 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada penelitian sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan maksud agar terdapat dasar yang kuat dalam penyajian materi, baik dari segi pemilihan variabel maupun konsep umum yang dipakai. Larasaty (2003) dengan judul Analisis Alokasi waktu Pekerja Wanita (Studi Kasus pada Dua Desa di Kabupaten Badung). Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, analisis t test dan F test. Hasil analisis data secara keseluruhan maka dapat disimpulkan secara serentak umur pekerja wanita (X1), umur anak terkecil (X2), pendidikan pekerja wanita (X3), pendapatan suami (X4), dan pendapatan wanita (X5 berpengaruh signifikan (sig ). sedangkan jumlah tanggungan keluarga (X6) tidak berpengaruh secara signifikan. Kontribusi keenam variabel dalam mempengaruhi alokasi waktu kerja adalah sebesar 65,1 persen dan sebesar 34,69 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model. Penelitian yang dilakukan oleh Nipajayanthi (2009) dengan judul Kontribusi Perempuan dalam Peningkatan Pendapatan Keluarga dan Beberapa Faktor yang Berpengaruh (Studi Kasus pada Pedagang di Pasar Badung Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar). Peneliti ingin mengetahui kontribusi para pedagang perempuan terhadap pendapatan keluarga, para pedagang di Pasar Badung kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa rata-rata kontribusi para pedagang perempuan terhadap pendapatan keluarga, para pedagang di Pasar Badung Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar adalah sebesar 49,973 persen. 26
17 Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Sari (2010) dengan judul Analisis Pengaruh Umur, Status Perkawinan dan Pendidikan Terhadap Pendapatan Pekerja Perempuan Sektor Informal Di Desa Tegal Jadi Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Umur, Status Perkawinan dan Pendidikan berpengaruh signifikan baik secara simultan maupun parsial, terhadap pendapatan pekerja perempuan sektor informal di Desa Tegal Jadi Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Penelitian-penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu meneliti tentang Peran wanita bekerja yang menjadi acuan utama. Namun perbedaan mendasar adalah mengenai variabel yang akan digunakan. Dalam penelitian ini,umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan modal sosial digunakan sebagai variabel bebas serta pendapatan pekerja perempuan pada sektor informal akan digunakan sebagai variabel terikat oleh penulis. 2.3 Rumusan Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan, kajian pustaka dan penelitian sebelumnya di dapat rumusan hipotesis sebagai berikut : 1) Variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan modal sosial secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja perempuan pada sektor informal di Kota Denpasar. 2) Variabel umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan modal sosial secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pekerja perempuan pada sektor informal di Kota Denpasar. 27
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Alokasi Waktu Wanita memiliki peran ganda dalam kehidupan, artinya wanita harus mampu berperan dalam kehidupan rumah tangga (sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja adalah dua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk menjadi potensi terjaminnya ketersediaan
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.
Judul Nama : Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan Suami, dan Jumlah Tanggungan Keluarga Terhadap Curahan Jam Kerja Pedagang Wanita di Pasar Kumbasari : Made Puspita Mega Swari NIM : 1306105063
Lebih terperincilaporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penciptaan tenaga kerja yang produktif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah adalah serangkaian kebijakan sebagai usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat, untuk menciptakan keseimbangan pembangunan diberbagai daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
Lebih terperinciPERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER
PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Sosial Demografi Demografi merupakan ilmu yang memepelajari struktur dan proses di suatu wilayah. Demografi menurut PhilipM.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Pendapatan Pendapatan adalah penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun pihak sendiri
Lebih terperinciKesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST
Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender By : Fanny Jesica, S.ST DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI K E S P R Suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep dan Definisi Bekerja Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istimewa Yogyakarta. Data profil kependudukan Daerah Istimewa Yogyakarta pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu daerah tingkat II di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Data profil kependudukan Daerah Istimewa Yogyakarta pada
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pembangunan sekarang ini sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan. Produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan produksi. Jumlah SDM di Indonesia terus mengalami peningkatan sejalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persedian sumber
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Secara ekonomi kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik
Judul : Analisis Pengaruh Non Labor Income, Mutu Sumber Daya Manusia dan Tingkat Upah Terhadap Lama Menganggur Pengangguran Terdidik di Kota Denpasar Nama : Udur Yustince BR Situmorang NIM : 1206105040
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang kerja di Indonesia sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 237.556.363
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia sedang menikmati manfaat demografis dimana populasi penduduk usia kerja tumbuh lebih cepat daripada populasi anak- anak dan lanjut usia. Berdasarkan
Lebih terperincikesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pembangunan dikatakan berhasil dengan melihat tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera harus dimulai dari bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah
7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Pembangunan ekonomi suatu bangsa juga merupakan pilar penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu negara, terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan
Lebih terperinci1Konsep dan Teori Gender
1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan mengenai mikro ekonomi,sub sistem yang utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembicaraan mengenai mikro ekonomi,sub sistem yang utama adalah rumah tangga. Rumah tangga merupakan produsen dan sekaligus juga konsumen. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak pernah terlepas dari masalah kependudukan, salah satunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia tidak pernah terlepas dari masalah kependudukan, salah satunya masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan beberapa masalah baru dan salah satu masalah tersebut adalah masalah pengangguran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang berlimpah. Sumber daya alam yang telah tersedia harus diolah oleh
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013
No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa
Lebih terperinciBAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan daerah Bali merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional yang meliputi berbagai aspek kehidupan baik fisik maupun mental yang
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN DAUH PURI KAUH, DENPASAR BARAT
E-Jurnal EP Unud, 2 [5] :269-276 ISSN: 2303-0178 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN DAUH PURI KAUH, DENPASAR BARAT I Made Adi Wijaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengajarkan kepada orang bagaimana memanfaatkan pandangan yang begitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Human Capital Development merupakan faktor yang sangat penting untuk pembangunan nasional. Selain itu pengembangan sumber daya manusia (SDM) mengajarkan kepada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat. Keluarga terdiri dari kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi menciptakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian pengertian 2.1.1. Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu Negara / masyarakat dapat dijabarkan jika diketahui
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut penelitian mengenai Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan di Negara Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. Oleh karena itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pembangunan telah mengantarkan negara-negara sedang berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harus diakui bahwa pembangunan sebagaimana dikonsepsikan oleh para ahli ekonomi telah menciptakan perubahan penting dalam kehidupan suatu bangsa. Pembangunan
Lebih terperinciANALISIS HASIL PENELITIAN
69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan
Lebih terperinciNama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak
Judul :Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Partisipasi Kerja Pedagang Perempuan di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli (Studi Kasus di Pasar Kidul Kecamatan Bangli) Nama : I Gusti Ayu Made
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/03/Th. IV, 20 Maret 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN NGADA AGUSTUS 2011 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 0,74 PERSEN Jumlah angkatan kerja di
Lebih terperinciKOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia
Lebih terperinciProfil Pekerjaan yang Layak INDONESIA
Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena dapat memberikan kesempatan kerja yang luas dan nilai tambah terbesar sehingga mampu menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian nasional yang dibangun dan bertumpu pada perindustrian manufaktur, yang sebagian besar menggunakan bahan baku impor ketika terjadi krisis nilai tukar mata uang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri merupakan hal penting dalam pembangunan nasional. Selain sektor pertanian, peranan sektor industri terhadap pembangunan nasional menunjukan peningkatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Lebih terperinciJURNAL ILMIAH. Disusun oleh : Yolan Cahyani JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN TENAGA KERJA WANITA DI SEKTOR INFORMAL KECAMATAN TANJUNG KARANG TIMUR, KOTA BANDAR LAMPUNG, PROVINSI LAMPUNG JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Yolan Cahyani 125020101111021
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan merupakan basis utama dan fokus dari segala persoalan pembangunan. Hampir semua kegiatan pembangunan baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektor terarah
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan Menurut Kharisun (2014) Secara umum wanita mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Saat ini total populasi penduduk Tiongkok tahun 2015 kurang lebih 1,49 milyar jiwa. Jumlah populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar dan laju pertumbuhan tinggi. Pada SENSUS Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012
No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang YB. Mangunwijaya (Alm)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia dewasa ini jumlah wanita yang memiliki pekerjaan diluar rumah semakin meningkat, hampir 40,6% pendatang baru dalam dunia kerja antara tahun 1996 dan 2006
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016
No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan bahwa keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan
Lebih terperinciINDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Konsep Kemiskinan Pada umumnya masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah klasik dan mendapat perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Gender Gender menggambarkan peran laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan biologis, melainkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan
Lebih terperinci