BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istimewa Yogyakarta. Data profil kependudukan Daerah Istimewa Yogyakarta pada
|
|
- Lanny Kurniawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu daerah tingkat II di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Data profil kependudukan Daerah Istimewa Yogyakarta pada semester pertama tahun 2015, terdapat penduduk usia produktif di Kulon Progo yang terdiri dari berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan ( Penduduk usia produktif terdaftar sebagai pekerja di Kabupaten Kulon Progo pada bulan Agustus 2015 sebesar pekerja. Pekerja tersebut terbagi dalam sembilan sektor pekerjaan yaitu: pertanian, pertambangan, industri, listrik, gas, dan air, bangunan, perdagangan, angkutan dan komunikasi, keuangan dan asuransi, serta jasa (Dinsosnakertrans Kulon Progo, 2015). Pekerja di sektor industri merupakan pekerja yang jumlahnya paling banyak, yaitu sebesar orang yang terdiri dari orang pekerja perempuan dan 983 pekerja laki-laki. Lebih lanjut, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo menyebutkan bahwa jumlah pengangguran di wilayah Kulon Progo mencapai angka Angka tersebut mencapai 3,081% dari jumlah angkatan kerja yang ada (kulonprogonews.com). Pertumbuhan angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang ada merupakan masalah pokok yang dihadapi Kulon Progo dalam bidang ketenagakerjaan. Minimnya lapangan pekerjaan di wilayah Kulon Progo membuat tenaga kerja memilih bekerja di luar daerah maupun di luar negeri. Pemerintah Kulon Progo masih membuka peluang warganya untuk bekerja di luar negeri baik di sektor 1
2 2 formal maupun informal. Hal ini dilakukan untuk menyalurkan angkatan kerja yang melimpah jumlahnya (Harian Jogja.com). Usaha lain yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk menyalurkan angkatan kerjanya yaitu dengan mengajak investor-investor untuk membangun industri di wilayah Kulon Progo. Pembangunan industri diharapkan mampu menampung angkatan kerja di wilayah Kabupaten Kulon Progo sehingga dapat meningkatkan perekonomian Kulon Progo secara umum. Saat ini sudah ada 60 industri skala sedang dan besar di Kabupaten Kulon Progo. Industri tersebut sudah menampung pekerja, namun jumlah tersebut belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan lapangan kerja yang diperlukan. Rencana pembangunan kawasan industri yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo terletak di Kecamatan Sentolo dengan luas 800 ha. Kawasan tersebut berpotensi menyerap tenaga kerja sebesar tenaga kerja (tribunnews.com). Keberhasilan suatu perusahaan atau industri sangat ditentukan oleh kinerja sumber daya manusianya (Susilowati, 2013). Kinerja pekerja erat kaitannya dengan motivasi kerjanya (Aini, 2014). Lebih lanjut, kesuksesan organisasi dalam mencapai target yang telah ditetapkan berhubungan erat dengan motivasi kerja karyawan atau pekerjanya. Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas karyawan dalam bekerja Motivasi menunjukkan kondisi yang menggerakkan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dan menimbulkan semangat atau gairah kerja (Widhayanti, 2004). Pekerja yang memiliki motivasi kerja tinggi akan memiliki efek positif bagi organisasi, sebaliknya motivasi kerja yang rendah dapat berpengaruh negatif bagi perusahaan (Steers & Porter, 1983). Rendahnya motivasi kerja berpengaruh terhadap rendahnya produktivitas kerja. Seseorang dengan kemampuan tinggi, namun motivasinya rendah maka produktivitasnya dapat menurun (Damayanti, 2005).
3 3 Motivasi kerja berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua yaitu motivasi kerja berdasarkan motif ekstrinsik dan motivasi kerja berdasarkan motif intrinsik (Luthans, 2006). Motivasi kerja berdasarkan motif ekstrinsik yaitu dorongan perilaku kerja yang dikontrol oleh penghargaan dari luar diri individu, sedangkan motivasi kerja berdasarkan motif intrinsik yaitu perilaku kerja yang dikontrol oleh penghargaan dari dalam diri individu. Demikian pula diungkapkan oleh Vallerand dan Ratelle (2002) yang menyatakan bahwa motivasi kerja intrinsik merupakan dorongan untuk bekerja yang muncul dari kesenangan dan kebutuhan karyawan terhadap pekerjaan tersebut. Sementara itu, motivasi kerja ekstrinsik merupakan dorongan untuk bekerja yang muncul dari luar pekerja dan tidak melekat dalam diri. Lebih lanjut, dalam penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2009) disebutkan bahwa motivasi kerja intrinsik dan motivasi kerja ekstrinsik berpengaruh secara nyata terhadap kinerja karyawan atau pekerja. Pekerja pada suatu perusahaan dibagi menjadi dua macam yaitu white collar workers dan blue collar workers. White collar workers adalah pekerja yang bekerja di dalam kantor atau di lingkungan professional, pada umumnya mereka menggunakan pakaian berkerah putih, sedangkan Blue collar workers adalah pekerja pada kelas buruh yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan manual, seperti pekerjaan produksi, penambangan, mekanik, dan pekerjaan fisik lainnya. Pada awal berkembangnya masa industri di Amerika, mereka umumnya mengenakan pakaian berkerah biru (Kirkegaard & Larsen, 2011). Kirkegaard dan Larsen (2011) menemukan bahwa pekerja tingkat produksi atau blue collar workers lebih menyukai motif-motif yang bersifat ekstrinsik seperti gaji dan kebijakan perusahaan, sementara itu pekerja pada tingkat profesional atau white collar workers lebih menyukai motif-motif yang bersifat intrinsik seperti pencapaian, pekerjaan itu sendiri dan pengakuan untuk meningkatkan motivasi kerjanya, namun berbeda dengan
4 4 hal tersebut, pada penelitian yang dilakukan oleh Schmitz (2014) pada pekerja produksi di Cina menemukan bahwa pekerja tingkat produksi saat ini juga memiliki orientasi pengembangan diri, sehingga mereka juga termotivasi secara intrinsik. Pekerja tersebut menunjukkan pentingnya kebutuhan akan kompetensi dan adanya otonomi terhadap pekerjaannya. Lebih lanjut, penelitian Chang, Chan, Gudmundsson, dan Sawang (2011) yang menyatakan bahwa tingkat turnover pada blue collar workers dipengaruhi oleh pelaksanaan aturan dan sistem perusahaan, kepatuhan, penghargaan eksternal dan motivasi internal atau motivasi intrinsik pada pekerja. Herzberg (dalam Aamodt, 2013) mempercayai bahwa faktor hiegieni atau faktor ekstrinsik merupakan faktor yang penting namun tidak cukup untuk menimbulkan kepuasan dan motivasi yang sesungguhnya. Apabila faktor hiegieni tidak diberikan secara memadai maka pekerja akan tidak puas dan tidak termotivasi, namun ketika faktor higieni telah terpenuhi maka kepuasan dan motivasi pekerja menjadi netral. Kepuasan kerja dan motivasi yang sesungguhnya hanya akan muncul apabila kedua faktor higieni dan motivator terpenuhi. Amabile (1993) mengemukakan bahwa beberapa jenis motivasi ekstrinsik dapat digabungkan secara sinergis dengan motivasi intrinsik, terutama ketika tingkat awal motivasi intrinsik tinggi. Kombinasi sinergis tersebut dapat meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja pekerja. Hal ini menunjukkan pentingnya motivasi kerja intrinsik dan motivasi kerja ekstrinsik pada pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerja, kepuasan kerja, dan kinerja pekerja. Blue collar workers merupakan salah satu posisi yang banyak dijalani oleh tenaga kerja di Kabupaten Kulon Progo. Perindustrian di Kulon Progo telah menyerap banyak tenaga kerja pada sektor industri, khususnya tenaga kerja perempuan. Hal ini dapat dilihat dari data pekerja yang disampaikan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon progo, yang mana terdapat pekerja perempuan dan 983 pekerja
5 5 laki-laki di sektor industri. Demikian pula di enam sektor pekerjaan lainnya jumlah pekerja perempuan juga melebihi jumlah pekerja laki-laki yaitu sebesar perempuan, sedangkan pekerja laki-laki hanya sebesar orang (dinsosnakertrans Kulon Progo, 2015). Besarnya jumlah pekerja perempuan menunjukkan bahwa terjadi pergeseran peran perempuan secara umum. Perempuan selain berperan sebagai ibu rumah tangga juga berperan sebagai pekerja atau pencari nafkah keluarga. Siagian (2000) mengemukakan beberapa faktor yang turut berpengaruh terhadap pergeseran peran perempuan sebagai pekerja. Faktor tersebut diantaranya yaitu, adanya tuntutan ekonomi yang semakin meningkat serta luasnya kesempatan bagi wanita untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, semakin terbukanya lapangan kerja bagi perempuan juga turut menarik minat perempuan menjadi pekerja. Industri-industri besar di Kulon Progo yaitu industri rambut palsu, industri rokok, dan industri bulu mata palsu, lebih memilih perempuan sebagai pekerjanya sehingga jumlah pekerja perempuan mencapai ribuan orang. Syahfitriani dan Lubis (2007) mengungkapkan bahwa ada dua alasan yang merupakan motivasi wanita untuk bekerja yaitu kebutuhan ekonomi dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang pertama yaitu kebutuhan ekonomi. Penghasilan tunggal dalam keluarga dianggap tidak mencukupi kebutuhan keluarga saat ini. Kebutuhan yang kedua yaitu aktualisasi diri seperti keinginan untuk pengembangan karir, dan keinginan bekerja itu sendiri. Alasan perempuan memasuki dunia kerja juga berkaitan dengan kepuasan hidup, terutama pada perempuan yang belum menikah atau berstatus belum kawin. Pekerjaan memberikan kepuasan hidup yang dapat membantu kemandirian perempuan dalam hal kemandirian finansial, mempunyai banyak teman, memiliki sahabat dekat, dukungan keluarga, banyaknya kesibukan, dan kegiatan sosial (Maulida, 2014). Kebutuhan ekonomi
6 6 atau finansial, kebutuhan akan hubungan pertemanan, atau hubungan interpersonal merupakan salah satu bentuk motif yang bersifat ekstrinsik, sedangkan keinginan untuk memiliki kesibukan, mengikuti kegiatan sosial atau aktualisasi diri, merupakan motif yang bersifat intrinsik. Terdapat pekerja perempuan yang bekerja di sektor industri di wilayah Kabupaten Kulon Progo. C.V. Berkah Karunia merupakan salah satu industri yang memperkerjakan 200 pekerja perempuan untuk memproduksi bulu mata. C. V. Berkah Karunia melakukan beberapa usaha untuk meningkatkan motivasi kerja pekerjanya, diantaranya yaitu memberikan bonus upah yang lebih besar pada pekerja yang mampu menyelesaikan target produksi setiap bulannya. C.V. Selain itu, C. V. Berkah Karunia akan mengurangi insentif pekerja yang tidak disiplin masuk kerja, namun bagi pekerja yang sudah berkeluarga diberi kemudahan izin untuk menyelesaikan urusan keluarga di antara waktu kerja. Hal tersebut membuat pekerja termotivasi secara ekstrinsik agar dapat senantiasa hadir di lokasi kerja dan memproduksi bulu mata yang lebih banyak. Masing-masing pekerja di C.V. Berkah Karunia diberi kebebasan untuk memilih model bulu mata yang akan dibuat dan menentukan target tiap harinya untuk memenuhi target bulanan. Bagi pekerja yang telah mahir diberi kesempatan untuk menjadi pelatih bagi pekerja baru. Hal tersebut dapat memotivasi pekerja secara intrinsik. Pekerja mendapat kebebasan memilih model bulu mata sesuai dengan kesenangan dan kebutuhan individu. Selain itu, dengan adanya kebebasan mengatur target produksi harian akan menimbulkan perasaan tanggung jawab dalam diri tiap pekerja. Adanya kesempatan untuk menjadi pelatih bagi pekerja baru juga memberikan rasa penghargaan dalam diri pekerja. Rendahnya motivasi kerja di C.V. Berkah Karunia dapat dilihat dari produktivitas pekerja. Produktivitas kerja yang rendah menunjukkan adanya motivasi kerja yang rendah (Purnama, 2008), lebih lanjut disiplin kerja yang rendah juga menunjukkan adanya
7 7 motivasi kerja yang rendah (Fitriana, 2010). Berdasarkan data hasil kerja C.V. Berkah Karunia, rata-rata produktivitas pekerja setiap bulannya kurang dari 750, sedangkan ratarata ideal yang diharapkan yaitu antara 850 hingga 1000 pieces per bulan. Lebih lanjut, rendahnya motivasi kerja dapat dilihat melalui absensi pekerja. Absensi pekerja C.V. Berkah Karunia setiap bulannya kurang dari 100%. Rata-rata absensi kehadiran pekerja di setiap kelompok yaitu 92% (Dokumen data hasil kerja C. V. Berkah Karunia tahun 2015). Wahjosumidjo (1987) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh terhadap motivasi yaitu unsur status sosial budaya individu. Status sosial budaya diantaranya adalah status perkawinan. Status perkawinan menentukan peran dan tanggungjawab individu dalam masyarakat sehingga berpengaruh terhadap motif-motif yang mendasari perilaku pekerja perempuan di tempat kerjanya. Hal ini didukung oleh Chon, Pine, Jeoased, dan Zhang (2009) bahwa orang yang berbeda memiliki tingkat motivasi yang berbeda tergantung pada karaketeristik personalnya. Karakteristik personal tersebut yaitu gender, pendapatan, tingkat pendidikan, dan status perkawinan. Masvare, Ruggunan, dan Maharaj (2014) menambahkan bahwa usia dan status perkawinan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap kepuasan kerja, motivasi intrinsik, dan work engagement. Status Perkawinan berpengaruh pada sikap terhadap gaji dan keuangan, terutama sikap terhadap upah dan perilaku kerja yang berkaitan dengan upah. Pria dan wanita yang sudah menikah melihat upah lebih penting dan kurang puas dengan kondisi keuangannya daripada mereka yang belum menikah (Gorman, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa pekerja perempuan yang sudah menikah lebih positif terhadap dorongan dari sumber eksternal daripada pekerja perempuan yang belum menikah, sehingga pekerja perempuan berstatus kawin memasuki dunia kerja karena motif ekstrinsik atau lebih termotivasi secara ekstrinsik.
8 8 Lain halnya dengan pekerja perempuan berstatus belum kawin, perempuan tunggal dan tidak mempunyai anak dilihat kurang mempunyai ikatan dan tanggung jawab terhadap rumah tangga, lebih mobile dan bersedia pindah jika kariernya lebih maju, berdedikasi terhadap karier, bersedia bekerja lebih lama dan waktu untuk kegiatan sosial kurang (Flanders dalam Munandar, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa pekerja perempuan yang berstatus belum kawin memasuki dunia kerja dipandang lebih karena alasan-alasan personal atau kondisi internal atau motif intrinsik, sehingga dapat dikatakan lebih termotivasi secara intrinsik. Berdasarkan uraian di atas, membuat peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan motivasi kerja intrinsik dan motivasi kerja ekstrinsik antara pekerja perempuan berstatus kawin dan pekerja perempuan berstatus belum kawin di C.V. Berkah Karunia, Kulon Progo. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris ada tidaknya perbedaan motivasi kerja intrinsik dan motivasi kerja ekstrinsik antara pekerja perempuan yang berstatus belum kawin dan kawin di C.V. Berkah Karunia, Kulon Progo. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah khasanah pengetahuan dalam pengembangan ilmu psikologi di bidang industri dan organisasi pada bahasan mengenai motivasi kerja khususnya pada perbedaan motivasi kerja intrinsik dan motivasi kerja ekstrinsik pekerja perempuan berdasarkan status perkawinan.
9 9 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan industri dan/atau organisasi dalam memahami penghargaan apa yang dihargai pekerja, memahami hubungan antara penghargaan dan kinerja pekerja dan membuat kinerja yang diinginkan tercapai. b. Sebagai bahan masukan industri dan/atau organisasi dalam menyusun rencana kompensasi pekerja.
BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini adalah perusahaan jasa di bidang transportasi. Sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bidang usaha perekonomian yang mengalami persaingan ketat akhir-akhir ini adalah perusahaan jasa di bidang transportasi. Sektor transportasi merupakan salah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Menurut Bintarto dalam Budiyono (2003:3) geografi ilmu pengetahuan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016
No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Persepsi Terhadap Pengembangan Karir 1. Definisi Persepsi Pengembangan Karir Sunarto (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan
Lebih terperinciPertemuan 7. Nova Yanti Maleha,S.E.MM 10/7/2016 Nova Yanti Maleha/MSDM/IGM 1
Pertemuan 7 Nova Yanti Maleha,S.E.MM E-mail : novayanti608@gmail.com 10/7/2016 Nova Yanti Maleha/MSDM/IGM 1 PENGERTIAN KOMPENSASI? KOMPENSASI Adalah semua pendapatan yang berbentuk uang atau barang, langsung
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN
No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja
Lebih terperinciB A B I P E N D A H U L U A N
1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap lembaga pemerintah didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi Lembaga Pemerintah yang berorientasi sosial, tujuan utamanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Demografi Intent to Leave Intent to leave adalah minat untuk mengundurkan diri permanen secara sukarela ataupun tidak dari suatu organisasi (Robbins, 2001). Tingkat
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012
No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai kepuasan kerja karyawan operasional mall X Bandung sebagai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011
No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36
Lebih terperinciKetenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013
No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. 1. Angga Putra Samudra dengan judul Pengaruh Kompensasi Finansial
BAB II TINJAUAN TEORI A. Penelitian Terdahulu. 1. Angga Putra Samudra dengan judul Pengaruh Kompensasi Finansial Terhadap Kinerja (Studi pada Karyawan PT. Bank Jatim Cabang Malang) tahun 2014. Hasil penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di era globalisasi sekarang ini menimbulkan berbagai macam perubahan, salah satu dari perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya peran kaum
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT FEBRUARI 2008
No. 04/05/91/Th. II,15 Mei 2008 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT FEBRUARI 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat pada Februari 2008 mencapai 344.205 orang, bertambah 48.059 orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga. kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pembangunan sekarang ini sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan. Produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta memegang peranan penting dalam fungsi operasional. Karyawan merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada suatu perusahaan proses pengukuran keberhasilan atau maju mundurnya sangat ditentukan oleh kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia, yaitu orangorang
Lebih terperincib. Aspek-Aspek Loyalitas Aspek-Aspek loyalitas menurut Saydam ( 2000 ) adalah sebagai berikut : 1) ketaatan atau kepatuhan ;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Loyalitas Kerja a. Pengertian Loyalitas Kerja Hasibuan (2005), mengemukakan bahwa loyalitas atau kesetiaan merupakan salah satu unsur yang digunakan dalam penilaian
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen
Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 No. 74/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus 2017 Agustus 2017:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2013:10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Menurut Rachmawati (2007:146) kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa dari pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. Jasa Marga (Persero) adalah Perusahaan yang bersifat terbuka,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Jasa Marga (Persero) adalah Perusahaan yang bersifat terbuka, bergerak di bidang pembangunan dan pengoperasian jalan tol, sebagai jalan lingkar yang diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja adalah dua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk menjadi potensi terjaminnya ketersediaan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk dapat merupakan potensi yang besar untuk peningkatan produksi nasional. Produksi nasional bisa meningkat jika penduduk merupakan tenaga kerja yang produktif,
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
No. 59/11/Th. XI, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Papua Barat Agustus 2017 Agutus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Indokores Sahabat (Indokores) merupakan sebuah perusahaan produsen wig/hair piece yang berkedudukan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sukses atau tidaknya sebuah organisasi sangat tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya manusia memegang peranan yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 71 /11/76/Th.IX, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,35 PERSEN Jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi
Lebih terperinci2015 PENYESUAIAN PERANAN IBU BEKERJA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang sedang gencar melakukan pembangunan industri. Tertulis dalam Peraturan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017
No. 08/11/62/Th.XI, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Agustus 2017 Agustus 2017, Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan
Lebih terperinci2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan wadah bagi orang-orang yang memiliki pandangan dan visi dengan tujuan untuk menampung aktivitas dan interaksi yang dilakukan oleh beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu memahami kebutuhan para karyawannya agar karyawan. mampu memberikan feedback positif bagi perusahaan, Persaingan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebutuhan aktualisasi diri adalah sebagai kebutuhan final setiap individu yang bekerja di suatu perusahaan, dimana perusahaan harus mampu memahami kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja atau buruh dituangkan dalam UU Nomor 13 tahun 2003. Undang- Undang Republik Indonesia
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Timur Agustus 2017 No.92/11/64/Th.XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi, manajemen sumber daya manusia memiliki peranan
BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Dalam sebuah organisasi, manajemen sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk mengelola, mengatur dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 19/05/31/Th.XI, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2009 SEBESAR 11,99 PERSEN angkatan kerja pada Februari 2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kepuasan kerja yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perusahaan harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Pertamina (Persero) merupakan suatu perusahaan tambang minyak negara yang perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta manfaatnya sangatlah ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2006 mendefinisikan tenaga kerja sebagai setiap laki-laki atau wanita yang berumur 15 tahun ke atas yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa
2.1 Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa faktor-faktor intrinsik terkait dengan kepuasan kerja,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Kompensasi meliputi pembayaran tunai secara langsung, imbalan tidak langsung dalam bentuk benefit dan pelayanan ( jasa ), dan insentif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan mempunyai sumber daya yang melimpah baik bahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam setiap perusahaan, sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting, baik secara individu maupun secara kelompok. ditangan mereka inilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penciptaan tenaga kerja yang produktif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus
Lebih terperinciTINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki era globalisasi ini, perkembangan perekonomian khususnya di Indonesia berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita Indonesia saat ini memiliki kesempatan yang terbuka lebar untuk bekerja, sehingga hampir tidak ada lapangan pekerjaan dan kedudukan yang belum dimasuki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting yang mampu digunakan menjalankan setiap proses di dalamnya yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya, tentu tidak hanya membutuhkan sumber daya material seperti modal dan mesin, melainkan juga terdapat sumber terpenting yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka (Handoko, 2001:155). Masalah kompensasi merupakan fungsi manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap organisasi/perusahaan seringkali menjadi isu yang sangat penting. Saking pentingnya hal tersebut, sampai-sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan kegiatan usaha, suatu perusahaan tentunya membutuhkan berbagai sumber daya, seperti tenaga kerja (karyawan), modal, material dan mesin. Karyawan merupakan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka
Lebih terperinciDATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN Jumlah penduduk wajib KTP Orang
DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Demografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Kependudukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perusahaan tranportasi merupakan perusahaan yang melakukan serangkaian kegiatan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan tranportasi merupakan perusahaan yang melakukan serangkaian kegiatan memindahkan/mengangkut barang dari produsen ke konsumen (chain of transportation). Dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Pengertian Kinerja Kinerja karyawan merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan
Lebih terperinciMAKNA KERJA DIITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN PADA BURUH WANITA DI PT TIGA PUTRA ABADI PERKASA PURBALINGGA
MAKNA KERJA DIITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN PADA BURUH WANITA DI PT TIGA PUTRA ABADI PERKASA PURBALINGGA Oleh : Rezkina Widne Perwira*) Retno Dwiyanti**) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciPengaruh lingkungan komputerisasi, praktek organisasi dan karakteristik pekerjaan pada kepuasan kerja dengan gender
Pengaruh lingkungan komputerisasi, praktek organisasi dan karakteristik pekerjaan pada kepuasan kerja dengan gender sebagai variabel moderasi (studi pada PT pupuk Kaltim-Bontang) Disusun Oleh : Yudi Zatmiko
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Sebelum kita lebih jauh mengupas masalah kompensasi dan motivasi, ada perlunya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian dari
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Upaya pemberian kompensasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Pada dasarnya manusia bekerja ingin memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai menghargai
Lebih terperinciPENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN
PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Dewasa ini pembangunan kependudukan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian laju pertumbuhan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 28/05/34/Th.XVIII, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi berusaha meningkatkan serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan atau organisasi berusaha meningkatkan serta mengembangkan perusahaan dengan mengadakan berbagai cara yang tersusun dalam program untuk meningkatkan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan
Lebih terperinciCalyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)
HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. X DI PASURUAN Fitria Handayani (5110107) Fakultas Psikologi Universitas Surabaya 5110107.fitria@gmail.com Abstrak - Kinerja karyawan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;
BAB II LANDASAN TEORI A. Komitmen Organisasi 1. Pengertian Komitmen Organisasi Komitmen organisasi dapat didefenisikan dengan dua cara yang amat berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profil Uang Uang adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan seharihari. Menurut Rubenstein (dalam Elias dan Farag, 2010) di Amerika Serikat, keberhasilan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAMBI Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka Sebesar 3,87 Persen Jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi pada Agustus
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN (Studi Literatur)
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN (Studi Literatur) Disusun oleh : Desrizal Widyaisawara Muda Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Sawahlunto, 2015 I. PENDAHULUAN Salah satu aset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. organisasi adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu wadah untuk mencapai tujuan, untuk itu organisasi harus mampu mengelola setiap sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya yang paling
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016
No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 31/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah merupakan salah satu organisasi pelayanan publik yang sering dianggap belum produktif dan efisien dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sebagai penyelenggara
Lebih terperinciPuji Hastuti F
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA WANITA KARIER DENGAN SIKAP KERJA NEGATIF ABSTRAKSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Puji Hastuti F 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak hal yang harus disiapkan dan dibekali pada diri kita sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menjalani
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja
Lebih terperinciDINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009
DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI GORONTALO TAHUN 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAAN DI PROVINSI GORONTALO A. PEMBANGUNAN LAPANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Ketakutan akan kesuksesan terjadi pada laki-laki dan perempuan akan tetapi fear of success cenderung lebih besar dialami oleh wanita karena dalam situasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS Perencanaan Pengembangan Karier
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Perencanaan Pengembangan Karier Mathis dan Jackson (dalam Naliebrata, 2007) mendefinisi kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peluang kerja di Indonesia sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk. Menurut hasil sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 237.556.363
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perhatian organisasi yang lebih besar terhadap pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia. Pada beberapa waktu belakangan ini disebabkan karena kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada Era Globalisasi seperti sekarang ini persaingan perusahaan atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi seperti sekarang ini persaingan perusahaan atau organisasi semakin ketat sehingga untuk menghadapinya perusahaan harus mampu bertahan dan berkembang.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia usaha semakin berkembang pesat, setiap organisasi atau perusahaan dituntut untuk dapat mengelola usahanya dengan baik sehingga mampu bersaing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. (Sukirno, 2001:20). Pembangunan ketenagakerjaan bertujuan untuk meningkatkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Konsep Ketenagakerjaan Angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu waktu tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan yang siap untuk berkompetisi harus memiliki manajemen yang efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan. Dalam hal ini diperlukan dukungan karyawan yang cakap
Lebih terperinci