BAB I PENDAHULUAN. subdisiplin diantaranya: sosiolinguistik, psikolinguistik, dialektologi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. pikiran, maupun ide kepada lawan bicara.

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

dengan perubahan yang mengikuti perkembangan sosial budaya masyarakat dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan-kenginan dan

PENDAHULUAN. dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berkomunikasi sesuai

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003:2). Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

Bab 2. Landasan Teori. dengan sendirinya dapat menjadi predikat, contoh : suatu kalimat. Keiyoushi memiliki beberapa perubahan bentuk.

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berbahasanya. Salah satunya bahasa Jepang, Dewasa ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. penelitian mengenai analisis penggunaan sentaku no setsuzokushi dalam novel

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

Bab 1. Pendahuluan. semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendampingi numeralia atau preposisi dalam kalimat. Adverbia dalam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki aturan dalam penggunaannya. Misalnya, setiap kata

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi satu dengan yang lain. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

Bab 1. Pendahuluan. Kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Wikipedia Ensiklopedia Bebas. (1995) memberikan beberapa definisi mengenai kata :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Struktur kalimat bahasa Jepang adalah SOP, sedangkan struktur

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat berinteraksi di berbagai bidang kehidupan, manusia menggunakan bahasa.

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Pembelajar Bahasa Jepang (2012) Sumber: Japan Foundation (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Melalui bahasa, seseorang dapat mengungkapkan apa yang dipikirkan atau apa yang

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan kembali kepada orang-orang lain sebagai bahan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam gramatika suatu bahasa, terdapat penggunaan adverbia. Adverbia

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Menurut Kridalaksana (2001:21), bahasa adalah sistem lambang

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, yang di dalamnya terdapat unsur-unsur atau kaidah-kaidah yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. bagian-bagian kalimat digunakan kata sambung (konjungsi) yang membuat

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam makna. Bagi linguistik- ilmu yang khusus mempelajari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Jepang kata disebut tango. Matsumura dalam kamus Kokugo Jisho Dejitaru

BAB I PENDAHULUAN. dan informasi serta kebutuhan komunikasi dengan negara Jepang, bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

Bab 2. Landasan Teori

Bab 1. Pendahuluan. dari bahasa. Dirgandini (2004:1), mengemukakan bahwa masyarakat berinteraksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang terbagi dalam 10 jenis kelas kata. Partikel merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang banyak dipelajari di

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik tertentu seperti huruf yang dipakainya, kosakata, sistem pengucapan,

BAB I PENDAHULUAN. nomina abstrak yang dalam bahasa Jepang disebut 形式名詞 (keishikimeishi).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari dan menggungkapkan suatu keinginannya. Menurut Chaer (2003: 4) bahasa adalah

Bab 2 Landasan Teori

BAB I. PENDAHULUAN. digunakan oleh kelompok sosial untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB I PENDAHULUAN. bantu, atau postposisi termasuk dalam kelompok fuzokugo. Menurut Sudjianto

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya disebut dengan linguistik. Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti bahasa. Berdasarkan objek kajiannya, linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik mikro (mikrolinguistik) dan linguistik makro (makrolinguistik). Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal bahasa. Dalam linguistik mikro ada beberapa subdisiplin diantaranya: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, leksikologi. Sedangkan linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Dalam linguistik makro ada beberapa subdisiplin diantaranya: sosiolinguistik, psikolinguistik, dialektologi dan lain-lain. Penelitian ini dikategorikan dalam analisis linguistik mikro. Adapun subdiplin yang terdapat didalamnya yaitu sintaksis dan semantik yang disingkat menjadi sintakmantik. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun dan tatein yang berarti menempatkan bersama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat (Chaer, 2003:54). Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut 統語論 tougoron atau シンタクス shintakusu Koizumi (dalam Tjandra, 2014:69) menjelaskan bahwa sintaksis adalah ilmu bahasa yang mempelajari penggabungan kata menjadi satuan bahasa. Penggabungan kata itu ada pola dan strukturnya yang bersifat tetap tidak berubah. Sedangkan menurut Kridalaksana (2008:223) sintaksis adalah 1

pengaturan dan hubungan antar kata dengan kata atau satuan-satuan yang lebih besar. Unsur-unsur bahasa yang termasuk dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa dan kalimat. Menurut Verhaar (1999:161) sintaksis sebagai ilmu yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan. Hubungan antar kata tersebut meliputi satuan gramatikal yang meliputi frasa, klausa dan kalimat. Pengertian sintaksis dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa sintaksis merupakan bagian dari linguistik yang mengkaji pembentukan struktur dalam kalimat. Sedangkan semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang menjadikan makna sebagai objek kajiannya. Sutedi (2003: 103) mengatakan semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku) yang mengkaji tentang makna. Setiap bahasa memiliki keunikannya masing-masing, baik aksara maupun struktur bahasa yang digunakan, seperti bahasa Jepang. Menurut Sutedi (2009:9) dalam gramatikal, bahasa Jepang banyak memiliki partikel atau pemarkah kasus (joshi) yang fungsinya juga bermacammacam. Perbedaan nomina, verba, dan adjektiva mudah dikenali dengan melihat bentuk kata tersebut, karena memiliki ciri tersendiri. Kelas kata dalam bahasa Jepang disebut dengan hinshi bunrui ( 品詞分類 ). Motojiro dalam Sudjianto (2004:147) mengklasifikasikan kelas kata bahasa Jepang menjadi sepuluh kelas kata yaitu: 1. Doushi (kata kerja) 2. Keiyoushi (kata sifat berakhiran i) 3. Keiyoudoushi (kata sifat berakhiran na) 2

4. Meishi (kata benda) 5. Fukushi (kata keterangan) 6. Rentaishi (pra kata benda) 7. Setsuzokushi (kata sambung) 8. Kandoushi (kata seru/kata serapan/kata panggilan) 9. Jodoushi (kata kerja kopula) 10. Joshi (kata Bantu) Kelas kata nomina atau dalam bahasa Jepang disebut dengan meishi. Matsuoka dalam Sudjianto (2004:156) mendefinisikan bahwa meishi sebagai kelas kata yang menyatakan orang, benda, peristiwa, dan sebagainya, tidak mengalami konjugasi, dan dapat dilanjutkan dengan kakujoshi (kata keterangan). Kemudian, Hirai dalam Sudjianto (2004:156) menyatakan bahwa meishi, disebut juga taigen, di dalam suatu kalimat ia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan dan sebagainya. Salah satu jenis meishi adalah keishiki meishi. Uehara Takeshi dalam Sudjianto (1996:54) menyatakan bahwa keishiki meishi adalah nomina yang bersifat formalitas, menyatakan arti yang sangat abstrak. Kata-kata ini tidak memiliki arti yang jelas bila tidak disertai dengan kata lain. Meishi atau nomina bisa dikaji ke dalam makna leksikal. Makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah jishoteki-imi atau goiteki-imi. Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya, kata neko dan kata gakkou memiliki makna leksikal kucing dan 3

sekolah. Meishi disebut juga taigen, di dalam suatu kalimat ia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan dan sebagainya. Berbeda dengan meishi, keishiki meishi termasuk ke dalam makna gramatikal. Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki-imi, yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Penggunaan keishiki meishi seperti mono tergolong kedalam makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat. Kata benda yang tergolong keishiki meishi dalam bahasa Jepang salah satunya adalah mono. Kata mono mempunyai makna leksikal yang menyatakan hal; soal; dan perkara, serta makna gramatikal yang berbeda tergantung pada kata yang mengikutinya. Menurut Tomomatsu (1996:131-219) mengatakan keishiki meishi mono memiliki beberapa cara penggunaan dalam kalimat yang terdiri dari beberapa bentuk, yaitu ものだ (mono da), ものだから (mono dakara), ものか (mono ka), ものなら (mono nara), dan ものの (mono no). Tomomatsu (1996:131-219) mengatakan mono memiliki beberapa makna dalam kalimat berdasarkan bentuk pola yang digunakan. Pertama, bentuk mono da yang bermakna mengutarakan pendapat pribadi; mengutarakan perasaan emosi; dan mengingat kenangan di masa lampau. Kedua, bentuk mono dakara bermakna menyampaikan alasan pribadi. Ketiga, bentuk mono ka bermakna menunjukkan kesangsian atau keraguan. Keempat, bentuk mono nara menyatakan hal yang dianggap tidak mungkin. Kelima, bentuk mono no menyatakan pertentangan. Menurut Sunagawa (1998: 593-600) penggunaan mono dakara, mono ka, dan mono no berdasarkan jenis kata yang 4

mengikutinya dapat diikuti oleh doushi verba, i-keiyoushi adjektiva-i, nakeiyoushi adjektiva-na, dan meishi nomina, sedangkan pada pola mono da jenis kata yang dapat mengikutinya dapat diikuti oleh doushi verba, i- keiyoushi adjektiva-i, na-keiyoushi adjektiva-na, dan pada pola mono nara jenis kata yang dapat mengikutinya hanya dapat diikuti oleh doushi verba saja. Cara penggunaan keishiki meishi mono berdasarkan masingmasing bentuk yang menyertainya dalam kalimat dapat dilihat melalui contoh berikut: (1) 授業中はケータイの電源を切っておくものだ jyugyouchuu wa keetai no dengen wo kitteoku monoda. Saat perkuliahan, ponsel seharusnya dimatikan. (Darjat, 2009:35) Pada contoh kalimat (1) di atas, mono da dalam kalimat digunakan setelah doushi verba, yaitu 切っておく (kitteoku) dimatikan, verba kitteoku merupakan bentuk biasa (futsuukei). Penggunaan bentuk pola mono da pada kalimat (1) bermakna mengutarakan pendapat pribadi bahwa saat perkuliahan berlangsung, seharusnya ponsel dimatikan. Mono da pada kalimat (1) tersebut dapat diartikan dengan seharusnya. (2) 歴史はスポーツとならんで 青豆が愛好するもののひとつだった 小説を読むことはあまりないが 歴史に関連した書物ならいくらでも読めた Rekishi wa supottsu to narande, Aomame ga aikousuru mono no Hitotsu datta. Shousetsu wo yomu koto wa amarinai ga, rekishi ni kanrenshita shomotsunara ikurademo yometa. Selain olahraga, sejarah merupakan kegemaran Aomame. Dia jarang membaca novel, tapi kalau buku yang berkaitan dengan sejarah, dia bisa membaca sebanyak-banyaknya. (Murakami, 2009: 12-13) 5

Pada contoh kalimat (2) di atas, mono no dalam kalimat digunakan setelah doushi verba, yaitu 愛好する (aikousuru) kegemaran, verba aikousuru merupakan bentuk biasa (futsuukei). Penggunaan bentuk pola mono no pada kalimat (2) bermakna menyatakan pertentangan bahwa Aomame kegemarannya yaitu mengenai sejarah dan olahraga. Namun, Aomame jarang membaca novel, tapi buku-buku yang ada hubungannya dengan sejarah dia bisa membaca sebanyak-banyaknya. Mono no pada kalimat (2) tersebut dapat diartikan dengan merupakan. Pada kedua kalimat (1) d a n (2) d i g u n a k a n mono dalam kalimat. Walaupun kalimat tersebut sama-sama terdapat penggunaan keishiki meishi mono, tetapi makna yang dihasilkannya dalam kedua kalimat tersebut masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda. Hal ini tentu menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan keishiki meishi mono yang benar agar makna yang dihasilkan oleh keishiki meishi mono tersebut ketika digunakan dalam kalimat. Novel 1Q84 merupakan novel trilogi karya Murakami Haruki. Novel ini bergenre absurd yaitu mustahil; tidak masuk akal; konyol. Kisah dalam 1Q84 merupakan perpaduan dari misteri, thriller, keluarga, cinta, dan religion. Novel ini bercerita tentang dua orang tokoh utama yaitu Aomame dan Tengo yang saling mencintai tapi tak pernah bertemu selama 20 tahun. Dalam novel ini sering ditemukan kalimat yang bermakna mengutarakan pendapat pribadi; perasaan emosi; dan 6

mengingat kejadian di masa lampau yang menyatakan makna yang dibentuk dari pola mono da. Ditemukan juga kalimat yang bermakna menyampaikan alasan pribadi yang menyatakan makna yang dibentuk dari pola mono dakara, kalimat yang menyatakan hal yang dianggap tidak mungkin atau mustahil yang menyatakan makna yang dibentuk dari pola mono nara, kalimat yang menunjukkan kesangsian atau keraguan yang menyatakan makna yang dibentuk dari pola mono ka, dan kalimat yang menyatakan pertentangan yang menyatakan makna yang dibentuk dari pola mono no. Jadi, di dalam novel 1Q84 ini banyak terdapat penggunaan keishiki meishi mono, diantaranya: mono da, mono dakara, mono nara, mono nara, dan mono no. Oleh karena itu, melihat dari perbedaan struktur dan makna yang dihasilkan berdasarkan bentuk yang menyertai mono yang digunakan serta jenis kata yang mengikutinya, membuat peneliti tertarik dan merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut tentang keishiki meishi mono dalam kalimat bahasa Jepang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel IQ84 karya Haruki Murakami. Adapun alasan peneliti menggunakan sumber data tersebut, yaitu karena banyaknya ditemukan penggunaan keishiki meishi mono dalam kalimat pada sumber data yang mencukupi untuk penganalisaan data penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan susunan sistematis mengenai hal pokok yang akan dibahas dalam sebuah tulisan karya ilmiah. Rumusan masalah dalam penelitian dibutuhkan untuk membantu peneliti dalam 7

pengelompokkan penganalisisannya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah struktur penggunaan keishiki meishi mono dalam novel 1Q84 karya Haruki Murakami? b. Bagaimanakah makna keishiki meishi mono yang dihasilkan dalam kalimat yang terdapat dalam novel 1Q84 karya Haruki Murakami? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk menghindari perluasan yang tidak diperlukan agar penelitian lebih terfokus dan terarah. Pada penelitian ini peneliti membatasi penjelasan mengenai struktur dan makna yang terdapat pada penggunaan keishiki meishi mono pada sumber data. Batasan struktur dalam penelitian ini adalah bentuk yang menyertai keishiki meishi mono dan jenis kelas kata yang mengikutinya, serta makna yang dihasilkannya berdasarkan bentuk mono yang digunakan dalam kalimat bahasa Jepang yang terdapat pada sumber data. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah novel IQ84 karya Haruki Murakami. Adapun alasan peneliti memilih sumber data dari novel tersebut, yaitu karena banyaknya ditemukan kalimat yang terdapat penggunaan bentuk mono da, mono dakara, mono ka, mono nara, dan mono no yang mencukupi untuk penganalisaan pada penelitian ini. 8

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dalam sebuah penelitian dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang akan dicapai peneliti, yaitu: a. Mengetahui dan menjelaskan struktur penggunaan keishiki meishi mono dalam novel 1Q84 karya Haruki Murakami. b. Mengetahui dan menjelaskan makna keishiki meishi mono yang dihasilkan dalam kalimat yang terdapat dalam novel 1Q84 karya Haruki Murakami. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terdiri dari manfaat umum dan manfaat khusus. Manfaat umum dari penelitian ini, yaitu menambah pengetahuan agar pembaca, khususnya bagi yang sedang mempelajari dan ingin mempelajari bahasa Jepang mengetahui tata cara penggunaan mono yang benar dan makna dari masing-masing bentuk penggunaanya yang terdiri dari mono da, mono dakara, mono ka, mono nara, dan mono no yang sering muncul dalam kalimat bahasa Jepang. Manfaat khusus dari penelitian ini adalah memberikan pemahaman mengenai salah satu penanda kelas kata meishi berjenis keishiki meishi, yaitu mono dari struktur bentuk pola dan makna yang dihasilkannya ketika berada dalam kalimat dimana hal ini tidak dipelajari pada saat perkuliahan, sehingga hal ini menambah pemahaman bagi pembelajar bahasa Jepang dalam menggunakan keishiki meishi mono yang benar, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. 9

1.6 Metode dan Teknik Penelitian Metode penelitian adalah alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian. Metode merupakan cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem agar memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan Djajasudarma (dalam Kesuma, 2007:1). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk penelitian yang datanya diperoleh, diolah dan disajikan dalam bentuk uraian naratif, bukan dalam bentuk statistik, sehingga akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti secara sistematis dan logis (Mulyadi,2002:38). Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan semata-mata hanya dilakukan berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup penutur-penuturnya, sehingga yang dihasilkan atau dicatat berupa perian bahasa yang dikatakan sifatnya seperti potret: paparan seperti adanya (Sudaryanto, 1992:62). Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dapat memberikan ciri-ciri, sifat, serta gambaran data melalui pemilihan data. Proses penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel IQ84 karya Haruki Murakami. a. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data, merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang 10

digunakan adalah metode simak. Metode simak (dalam hal ini teknik baca) memiliki teknik dasar, yaitu teknik sadap. Teknik sadap adalah pelaksanaan metode simak dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang. Penggunaan bahasa yang disadap dapat berbentuk lisan maupun tulisan (Kesuma, 2007:43). Bahasa yang disadap dalam penelitian ini yaitu, berbentuk tulisan. Teknik lanjutan dari teknik sadap yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Menurut Kesuma (2007:45) teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat adalah penjaringan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan. Dalam teknik ini, penulis tidak dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang ada diluar dirinya, sedangkan teknik catat adalah teknik menjaring data dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data. Dalam metode pengumpulan data, peneliti menggunakan metode simak dengan teknik dasarnya adalah teknik sadap. Penggunaan bahasa yang disadap berbentuk tulisan. Kemudian teknik lanjutannya adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Teknik simak bebas libat cakap dimana peneliti tidak dilibatkan langsung mengenai pembentukan dan pemunculan calon data, melainkan sebagai pemerhati terhadap calon data yang muncul dari peristiwa kebahasaan yang ada 11

diluar dirinya. Kemudian teknik catat, mencatat hasil yang telah dibaca pada sumber data. Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kalimat yang menggunakan keishiki meishi mono yang terdapat dalam novel IQ84 karya Haruki Murakami. b. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis, metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini, yaitu metode agih dan metode padan. Menurut Sudaryanto (1993:15) metode agih merupakan metode yang alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode agih merupakan metode yang menggunakan alat penentunya bahasa itu sendiri, karena bahasa yang bersangkutan itulah yang menjadi objek sasaran dalam penelitian tersebut. Teknik dasar dalam metode agih ini adalah teknik bagi unsur langsung, yaitu dengan cara membagi suatu konstruksi kalimat menjadi beberapa bagian atau unsur dan bagian-bagian yang membentuk konstruksi yang dimaksud. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada diluar, terlepas dan tidak menjadi bagian bahasa yang bersangkutan atau diteliti, metode padan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu metode padan translasional yang alat penentunya adalah bahasa lain (Sudaryanto, 1993:13). Dengan kata lain, alat penentu pada penelitian ini dilihat dari kalimat bahasa Jepang itu sendiri dan diluar bahasa Jepang, yaitu bahasa Indonesia yang merupakan hasil terjemahan dari bahasa Jepang tersebut. 12

Dalam metode analisis data, peneliti menggunakan metode agih dan metode padan. Teknik dasar dalam metode agih ini adalah teknik bagi unsur langsung. Dimana peneliti akan membagi atau mengelompokkan suatu konstruksi kalimat sesuai dengan bagian-bagian yang membentuk konstruksi yang dimaksud. Kemudian metode padan yang digunakan adalah metode padan translasional dimana penentunya adalah bahasa lain. Dengan kata lain, alat penentu pada penelitian ini dilihat dari kalimat bahasa Jepang itu sendiri dan diluar bahasa Jepang, yaitu bahasa Indonesia yang merupakan hasil terjemahan dari bahasa Jepang tersebut. c. Penyajian Hasil Analisis Data Semua data yang telah diperoleh dan dianalisis akan disajikan dalam susunan yang baik dan rapi. Metode yang digunakan dalam penyajian hasil analisis data pada penelitian ini, yaitu metode informal. (Sudaryanto, 1993:144) mengatakan bahwa metode penyajian informal merupakan perumusan yang menggunakan kata-kata yang biasa, walaupun dengan terminologi yang bersifat teknis. Rumus atau kaidah yang disampaikan dengan kata-kata biasa, yaitu kata-kata yang mudah dipahami. Hasil dari pengumpulan data dan analisis data ini akan dijelaskan secara rinci dengan kata-kata yang diuraikan dalam penelitian ini. Dalam metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian informal, dimana perumusannya menggunakan katakata biasa. 13

1.7 Tinjauan Pustaka Berdasarkan tinjauan yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa penelitian mengenai keishiki meishi yang dijadikan referensi bagi peneliti dalam penelitian mono yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Fani (2009) dalam skripsinya yang berjudul Pronomina Koto dan No dalam Bahasa Jepang mendeskripsikan tentang proses nominalisasi anak kalimat dari koto dan no serta persamaan dan perbedaannya dalam kalimat. Fani dalam skripsinya menyimpulkan bahwa koto dan no merupakan bagian kelas kata keishiki meishi yang berfungsi menominakan anak kalimat yang berupa klausa verba, klausa nomina dan klausa adjektiva. Hasil dari proses nominalisasi itu disebut dengan meishisetsu dan dapat mengisi fungsi subjek serta objek dalam kalimat majemuk. Perbedaan koto dan no, yaitu koto lebih menjelaskan keadaan yang bersifat abstrak dan no menjelaskan keadaan nyata yang bisa dirasakan oleh indra. Persamaan antara keduanya adalah sama-sama digunakan pada kalimat yang menyatakan nilai rasa, keadaan yang dipahami dan ditanggapi secara spontan. Penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Fungsi Pemakaian Keishiki Meishi Koto pada Karya Sastra Modern Noruwei no Mori mendeskripsikan fungsi pemakaian dengan menjelaskan pembentukan frase pada verba, adjektiva I, adjektiva Na dan nomina, serta fungsinya dalam kalimat. Kesimpulan dari penelitian ini keishiki meishi koto berfungsi sebagai membedakan kalimat dan frase 14

dan menyatakan kata benda abstrak. Mengikuti subjek dalam kalimat, menyatakan perasaan, pertimbangan, dan menyatakan perintah dan saran. Penelitian yang dilakukan oleh Fernando (2014) dalam skripsinya yang berjudul Keishiki Meishi Wake dalam Bahasa Jepang mendeskripsikan struktur penggunaan keishiki meishi wake dan makna yang dihasilkannya dalam kalimat. Kesimpulan dari penelitian ini penggunaan wake da digunakan setelah verba, adjektiva I/Na dan nomina dan makna yang dihasilkan menyatakan kesimpulan yang dapat diartikan dengan itu berarti ; wake dewanai digunakan setelah verba, adjektiva I/Na dan nomina dan makna yang dihasilkan menyatakan penyangkalan yang dapat diartikan dengan bukan berarti ; wake ga nai digunakan setelah verba, adjektiva I/Na dan nomina dan makna yang dihasilkan menyatakan ketidakmungkinan yang dapat diartikan dengan tidak mungkin ; wake ni wa ikanai hanya digunakan setelah verba saja dan makna yang dihasilkan menyatakan hal yang tidak bisa dilakukan yang dapat diartikan dengan tidak bisa ketika berada dalam kalimat. Berdasarkan tinjauan kepustakaan yang dilakukan, perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sudah ada, yaitu dari segi objek penelitian dan tujuan penelitian. Pada penelitian ini akan menjelaskan tentang struktur berdasarkan bentuk yang menyertai mono yang digunakan serta jenis kata yang mengikutinya dan menjelaskan apa saja makna yang dihasilkan oleh struktur keishiki meishi mono tersebut yang terdiri dari bentuk mono da, mono dakara, mono ka, mono nara, dan mono no. selain itu, sumber data yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini 15

berbeda dengan sumber data yang digunakan oleh peneliti pada tinjauan pustaka yang dikemukakan di atas. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah penguraian masalah dalam suatu penelitian, agar cara kerja penelitian menjadi lebih terarah, runtut dan jelas. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas empat bab. Keempat bab itu adalah sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan: latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan kerangka teori yang terdiri atas konsep dan teori yang akan digunakan untuk mendukung penelitian. Bab III merupakan analisis data yang berisikan analisis tentang struktur penggunaan keishiki meishi mono dan makna yang dihasilkannya dalam kalimat yang terdapat dalam novel IQ84 karya Haruki Murakami. Bab IV merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran yang memberikan simpulan berdasarkan evaluasi dan hasil dari masalah pada bab sebelumnya dan saran dari penelitian ini yang diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya. 16