BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik dengan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga ataupun dengan jalan memperedarkan alatalat pembayaran baru berupa uang giral. Pinjaman yang diberikan oleh bank tidak dibebankan pada saldo nasabah (means of payment out of nothing). Faktor-faktor yang patut dicermati bank dalam menempuh kebijakan yang berkaitan dengan penghimpunan dana dari masyarakat (Abdullah, 2005:21), meliputi: 1. Kepercayaan masyarakat Merupakan hal penting yang dipertimbangkan calon nasabah, mengingat masyarakat membutuhkan jaminan kelancaran penarikan kembali dananya apabila suatu saat dibutuhkan. Tingkat kepercayaan masyarakat atau calon nasabah ditentukan oleh kinerja bank yang mencerminkan bonafit atau tidak bank dalam mengelola dana nasabah.
2. Pendapatan masyarakat Perubahan tingkat pendapatan masyarakat akan ikut menentukan perkembangan penghimpunan dana. Apabila terjadi kenaikan pendapatan masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi daripada kenaikan harga, maka mendorong masyarakat untuk menghimpun dananya (saving) dan hal tersebut berarti pendapatan masyarakat lebih besar daripada pengeluaran konsumsi masyarakat. 3. Pelayanan pihak bank Pelayanan pada nasabah juga ikut menentukan keberhasilan bank dalam kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat. Masyarakat menghendaki pelayanan pihak bank yang cepat, terampil, dan penuh keramahan kepada nasabah yang dilayaninya. 4. Ekspektasi tingkat bunga Bunga merupakan bagian pendapatan nasabah deposan. Perkiraan pendapatan yang akan diterima dan risiko dari keputusan menyimpan dana di bank merupakan hal yang selalu dipertimbangkan masyarakat disbanding dengan alternative investasi lain. Apabila bank meningkatkan bunga simpanan maka meningkatkan simpanan masyarakat apabila alternatif-alternatif investasi lainnya menimbulkan risiko yang kurang lebih sama.
2.1.2 Jenis Bank Jenis bank bermacam-macam tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan hal-hal berikut (Kasmir, 2002:20) : 1. Berdasarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan a. Bank Umum, merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarabn. b. Bank Perkreditan Rakyat, merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan perinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Berdasarkan kepemilikan a. Bank milik pemerintah, di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah. b. Bank milik swasta nasional, di mana seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh swasta nasional begitu pula akte pendirian dan keuntungan bank. c. Bank milik asing, merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara.
d. bank milik campuran, di mana sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia. 3. Berdasarkan status a. Bank devisa, merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, travelers cheque, pembukaan dan pembayaran letter of credit (L/C). b. Bank non Devisa, merupakan bank yang belum mempunyai ijin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa. Bank non devisa melakukan transaksi dalam batas-batas suatu Negara. 4. Berdasarkan pembayaran bunga a. Bank konvensional, menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga beli untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. b. bank berdasarkan prinsip syariah, yang menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain dalam hal untuk menyimpan dana atau usaha.
2.1.3 Permodalan Bank Modal adalah sejumlah dana yang ditanamkan ke dalam suatu badan usaha oleh para pemiliknya untuk melakukan berbagi macam kegiatan usaha yang akan dilakukannya (Muljono, 1996:375). Modal bank merupakan manifestasi dari keinginan para pemegang saham untuk berperan dalam dunia perbankan dalam bisnis perbankan. Modal bank digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat, khususnya masyarakat peminjam (Sinungan, 2000:158). Modal bank memiliki fungsi (Abdullah, 2005:59) yaitu: 1. Melindungi para kreditur Para kreditur (mereka yang menyimpan dananya di bank) mengharapkan adanya kepastian kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan kreditur sewaktu-waktu. Modal bank merupakan penyangga pengembalian dana kreditur manakala bank kesulitan menarik kembali investasi jangka pendek atau kesulitan likuiditas. 2. Menjamin kelangsungan operasional Dengan modal sendiri bank memulai kegiatan operasi mereka termasuk membangun atau membeli kantor dan peralatan. 3. Memenuhi standart modal minimum Berdasarkan rasio kecukupan modal (CAR) apabila bank akan menambah penyaluran kredit kepada masyarakat, maka dengan sendirinya bank
harus menambah modal yang dimiliki. Apabila bank tidak menambah jumlah kredit maka akan memperkecil CAR yang dicapai bank. yaitu: Dalam praktiknya modal bank terdiri dari dua macam (Kasmir, 2003:257), 1. Modal inti a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. b. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. Modal yang bersal dari donasi pihak luar juga termasuk modal sumbangan. d. Cadangan minimum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dari laba bersih setelah pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masingmasing. e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.
f. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang diumumkan dalam rapat pemegang saham dan diputuskan untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yag lalu setelah diperhitungkan pajak, dan belum diperhitungkan penggunaannya oleh rapat anggota. h. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. 2. Modal pelengkap a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat jenderal Pajak. b. Penyisihan pengahapusan aktiva produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. c. Modal kuasi, yaitu modal yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal. d. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang harus memenuhi syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus persetujuan Bank Indonesia.
2.1.4 Analisis Kinerja Keuangan Bank Mengenai kinerja bank Kasmir (2003: 263) menyatakan: untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan suatu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun laporan laba-rugi (Abdullah, 2005:124). Menurut Abdullah (2005:120) analisis kinerja keuangan bank merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterpretasi, dan member solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan, dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi, Sedangkan penilaian kondisi likuiditas bank berguna untuk mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan.
Penilaian aspek profitabilitas berguna untuk mengetahui kemampuan menciptakan profit, yang sudah tentu penting bagi pemilik. Dengan kinerja bank yang baik pada akhirnya akan berdampak baik pada intern maupun bagi pihak ekstern bank. Menurut Abdullah (2005: 120) berkaitan dengan analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan, yaitu: a. Analisa Perbandingan Laporan Keuangan Analisis ini merupakan teknik analisis dengan membandingkan loaporan keuangan dua periode atau lebih dengan menggunakan perubahan baik dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif). b. Analisa Trend (Tendensi Posisi) Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan penaikan atau penurunan. Hal yang membedakan antara kedua teknik ini adalah tahun dan periode pembanding. Apabila analisa perbandingan menggunakan tahun sebelumnya (n-1) sebagai tahun pembanding. c. Analisa Persentase per Komponen (common size) Teknik analisa ini bermanfaat untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktiva seluruhnya. Juga untuk mengetahui berapa besar proporsi setiap pos aktiva maupun utang terhadap keseluruhan/total aktiva maupun utang. d. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. Selain untuk mengetahui posisi modal kerja juga dimaksudkan untuk mengetahui sebab-sebab terjadi perubahan modal kerja dalam suatu periode tertentu. e. Analisa Sumber dan Penggunaan Kas Analisa ini merupakan teknik untuk mengetahui kondisi kas disertai sebasebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu. f. Analisa Rasio Keuangan Analisa ini merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan. g. Analisa Perubahan Laba Kotor Teknik analisa ini bertujuan untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba. Analisa ini juga dimaksudkan untuk mengetahui posisi laba yang di budgetkan dengan laba yang benar-benar dapat dihasilkan. h. Analisa Break Even Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi pada tingkat penjualan tersebut perusahaan belum memperoleh keuntungan. 2.1.5 Rasio keuangan Perbankan Menurut Abdullah (2005:124), setiap rasio keuangan yang dibentuk memiliki tujuan yang ingin dicapai masing-masing. Ini berarti tidak dijumpai
batasan yang jelas dan tegas berapa rasio yang terdapat pada setiap aspek yang dianalisis. 1. Rasio Permodalan Menurut Abdullah (2005: 124) rasio permodalan digunakan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal dalam mendukung kegiatan bank secara efisien. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank. Sesuai dengan Surat Edaran BI Nomor: 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995, dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang harus dicapai minimal 9%. Tetapi kondisi perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk yang ditandai dengan banyaknya bank yang dilikuidasi, maka sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Klasifikasi bank sejak 1998 sampai 2007 dikelompokkan dalam: (1) Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki CAR lebih dari 8%, (2) Bank take over (BTO) atau dalam penyehatan oleh BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dengan klasifikasi B, jika bank tersebut memiliki CAR antara -25% sampai dengan < 8%, (3) Bank Beku Operasi (BBO) dengan klasifikasi C, jika memiliki CAR kurang dari -25%. Bank dengan klasifikasi inilah yang dilikuidasi. Rasio ini dihitung dengan rumus (Riyadi, 2003: 142):
2. Rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (2003: 279) rasio rentabilitas atau profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Interest Margin on Loan (IML) Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh suatu bank untuk menghasilkan pendapatannya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan hasil yang semakin baik. Menurut Kasmir (2003:283), rasio ini dihitung dengan rumus : - Pendapatan bunga bersih disetahunkan. Contoh: untuk posisi juni = (akumulasi pendapatan bunga bersih per posisi juni/6) x 12. Total kredit yang disalurkan terdiri dari : pinjaman yang diberikan dalam rupiah dan pinjaman dalam valuta asing. 2) Return on Equity (ROE) Return on Equity (ROE) adalah tingkat pengembalian atas investasi yang ditanamkan oleh pemegang saham atau investor yang dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan total modal sendiri (laba ditahan, agio saham,dan
saham biasa). Menurut surat edaran Bank Indonesia nomor 3/30/DPNP tanggal Desember 2001, rasio ini dihitung dengan rumus: - Perhitungan laba setelah pajak disetahunkan. Contoh: Untuk posisi juni : (akumulasi laba per posisi juni/6) x 12 - Modal sendiri : rata-rata modal inti (tier 1) Contoh: untuk posisi juni : (penjumlahan modal inti Januari sampai Juni)/6 Perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum yang berlaku. 3. Rasio Likuiditas Menurut Darsono (2004: 51) rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek. Menurut Siamat (2004: 157) suatu bank dianggap likuid apabila: a. Memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya. b. memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas. c. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan hutang.
Rasio likuiditas yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: 1) Loan to Deposit Ratio (LDR) Paket kebijakan 29 Mei 1993 menyatakan bahwa penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank khususnya pengertian deposit dalam loan to deposit ratio (LDR) diperluas tidak saja dana pihak ketiga tapi juga termasuk modal sendiri (Riyadi, 2003: 3) Menurut Kasmir (2003: 272) rasio ini dihitung dengan rumus: Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Total deposit terdiri dari giro, tabungan, dan deposito berjangka. Sedangkan equity terdiri dari modal disetor, dana setoran modal, cadangan umum, cadangan lainnya, sisa laba tahun lalu dan laba tahun berjalan. 2) Giro Wajib Minimum (GWM) Giro Wajib Minimum (GWM) merupakan simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia terhadap dana pihak ketiga. Simpanan ini menjadi cadangan bagi bank jika suatu saat bank mengalami kesulitan likuiditas. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 23/17/13PPP tanggal 28 Februari 1992, besarnya Giro Wajib Minimum (GWM) adalah 2%. Terhitung sejak tanggal Februari 1996, besarnya GWM adalah 3% dan sejak
tahun 1997 menjadi 5% (Dendawijaya, 2005;115). Untuk mengetahui besarnya GWM dapat digunakan perbandingan berikut. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilaksanakan ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, antara lain: Shitawati (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktorfaktor yang Berpengaruh Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada Bank Umum di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ROA, ROE, NIM, LDR, BOPO dan GWM secara parsial berpengaruh signifikan terhadap CAR pada bank umum di Indonesia periode 2001 2004 dengan nilai probabilitas kesemuanya lebih kecil dari 0,05. Sementara secara bersama-sama ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR dan GWM terbukti berpengaruh signifikan terhadap CAR dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa dalam model regresi sebesar 43.50% perubahan variabel CAR disebabkan keenam variabel yang diteliti, sedangkan sisanya 56.5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian. Sitanggang (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah Interest Margin on Loans (IML) dan Return on Equity
(ROE). Rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Quick Ratio (QR). Penelitian ini menunjukkan bahwa IML berpengaruh signifikan sedangkan ROE berpengaruh tidak signifikan terhadap CAR. Selain itu, rasio likuiditasnya juga berpengaruh tidak signifikan terhadap CAR. 2.3 Kerangka Konseptual Bank Indonesia setiap tahunnya menilai kesehatan bank di Indonesia dengan tujuan membantu manajemen bank, apakah telah dikelola dengan prinsip kehati-hatian (prudential). Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan jumlah bank yang tidak sehat dan berakhir dengan penutupan bank tersebut. Tingkat kesehatan bank salah satunya dapat dilihat dari keadaan permodalannya. Manfaat modal adalah memberi keamanan terhadap investasi dengan memperkecil kemungkinan terjadinya insolvensi atau kebangkrutan. Modal bank merupakan penyanggah pengembalian dana kreditur (mereka yang menyimpan dananya di bank baik berupa giro, tabungan, dan deposito atau dana jangka pendek) manakala bank kesulitan menarik kembali investasi jangka pendek ataupun bank kesulitan likuiditas (Abdullah, 2005:59). Pada penelitian ini, permodalan diwakili oleh rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dan rasio yang mempengaruhinya meliputi rasio likuiditas. dan profitabilitas. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005:118). Pada penelitian ini, profitabilitas diwakili oleh Interest Margin On Loans (IML) dan
Return On Equity (ROE). Hubungan modal dengan profitabilitas adalah bank mengambil laba dari hasil yang dicapai perusahaan untuk dijadikan tambahan modal pada periode selanjutnya. Sehingga jika profitabilitas seperti Interest Margin On Loans (IML) dan Return On Equity (ROE) meningkat maka akan mengakibatkan Capital Adequacy Ratio (CAR) meningkat. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih atau kewajiban yang sudah jatuh tempo (Dendawijaya, 2005:114). Pada penelitian ini, rasio likuiditas diwakili oleh Loan To Deposit Ratio (LDR) dan Giro Wajib Minimum (GWM). Loan To Deposit Ratio (LDR) menunjukkan kemampuan suatu bank untuk melunasi dana para deposannya dengan menarik kembali kredit yang telah diberikan. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2005:116). Apabila dihubungkan dengan CAR, LDR yang meningkat mengindikasikan profitabilitas naik (Muljono, 1996:127) dan pada akhirnya CAR meningkat. Giro Wajib Minimum (GWM) merupakan simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia terhadap dana pihak ketiga. Simpanan ini menjadi cadangan bagi bank jika suatu saat bank mengalami kesulitan likuiditas (Dendawijaya, 2005;115). Semakin tinggi simpanan ini akan semakin tinggi pula kemampuan likuiditas bank, namun akan semakin banyak dana yang menganggur sehingga akan menurunkan profitabilitasnya. Giro Wajib
Minimum (GWM) yang meningkat mengindikasikan profitabilitas turun dan pada akhirnya CAR menurun. Artinya, pergerakan Giro Wajib Minimum (GWM) berlawanan arah dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirangkumkan kerangka konseptual sebagai berikut: Profitabilitas: - Interest margin on Loan (X1) - Return on Equity (X2) Capital Adequacy Ratio (Y) Likuiditas: - Loan to Deposit Ratio (X3) - Giro Wajib Minimum (X4) Sumber : Abdullah (2005), dendawijaya (2001), Muljono (2002) (Diolah penulis) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan uraian kerangka konseptual, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh yang signifikan antara profitabilitas dan likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.