PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR MATEMATIKA Sulastri Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail:lastriadzi840@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa menggunakan model pembelajaran Problem Posing. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan pada siswa kelas VIII C SMP Muhammadiyah Purwodadi Tahun Pelajaran 2016/2017 sebanyak 20 siswa, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki, dan 9 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, dokumentasi, wawancara tidak terstruktur, dan catatan lapangan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, tes hasil belajar, dan wawancara tidak terstruktur. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan partisipasi belajar matematika siswa. Hal ini didasarkan pada perolehan lembar observasi dari rata-rata 60,71% pada siklus I meningkat menjadi 72,14% pada siklus II. Hasil tes pada siklus I diperoleh rata-rata 62 meningkat menjadi 71,75 pada siklus II dengan persentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 30% meningkat menjadi 80% pada siklus II. Kata kunci: partisipasi, pembelajaran problem posing PENDAHULUAN Matematika sebagai sumber ilmu mengandung maksud bahwa keberadaan matematika tidak bergantung kepada ilmu lain. Dalam kenyataannya, terdapat beberapa cabang ilmu pengetahuan yang penemuan dan pengembangannya dipengaruhi oleh matematika. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, siswa diharapkan pada pembelajaran matematika memiliki penguasaan matematika yang baik bagi kehidupan dimasa depan. Untuk mewujudkan penguasaan matematika tersebut dibutuhkan partisipasi belajar. Partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran menunjukkan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Dwiningrum (2011: 50), partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosional dari seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong kepada pencapaian tujuan pada tujuan kelompok tersebut dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Namun kenyataannya 46
kebanyakan siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling ditakuti. Dalam penelitian ini partisipasi belajar merupakan keterlibatan mental dan emosional secara aktif dalam pembelajaran. Menurut Kencanawaty dalam Suryadarma (2013: 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika, yang pertama ada faktor instrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya rasa takut terhadap matematika, tidak percaya diri dalam mengemukakan pendapat, yang kedua faktor ekstrinsik antara lain fasilitas sekolah, lingkungan belajar, partisipasi tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan, partisipasi orang tua, media dan partisipasi guru. Berdasarkan hasil pengamatan di kelas VIII SMP Muhammadiyah Purwodadi, siswa tidak ada yang menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal ketika diajukan, siswa hanya diam ketika ditanya, kesulitan ketika mengemukakan pendapat, dan kebanyakan siswa tidak memperhatikan ketika pembelajaran. Pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Oleh sebab itu diperlukan suatu keikutsertaan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang mengikutsertakan peran aktif siswa adalah model pembelajaran Problem Posing. Model pembelajaran Problem Posing merupakan salah satu model pembelajaran yang mewajibkan siswa berlatih (belajar soal) dari informasi yang diperoleh. Kemudian dari situasi-situasi yang ada, siswa terbiasa dalam menyelesaikan soal sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif Asnan, menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran problem posing prestasi belajar siswa kelas VIII E semester 2 MTs Ma arif NU Pituruh pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan partisipasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing pada siswa kelas VIII C SMP Muhammadiyah Purwodadi. 47
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus. Menurut Arikunto (2008: 16), penelitian tindakan kelas mempunyai 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 sampai Februari 2017 di SMP Muhammadiyah Purwodadi dengan subjek penelitian kelas VIII C yang terdiri dari 20 siswa. Teknik pengumpulan data terdiri dari metode tes, observasi, dokumentasi, wawancara tidak terstruktur, dan catatan lapangan. Instrumen penelitian terdiri dari lembar observasi, tes hasil belajar, dan wawancara tidak terstruktur.analisis data menggunakan analisis data kuantitatif dan deskriptif kualitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang relevan dilakukan oleh Ria Zuniati (2013). Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Posing pada Siswa Kelas VII A MTs Ma arif Nu Wuwuharjo. Berdasarkan hasil penelitian diperolah informasi aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan Problem Posing terus mengalami penigkatan. Aneng Sih Samitri (2014). Peningkatan Partisipasi Siswa dan Hasil Melalui Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share (TPS) Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Purwanegara. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa partisipasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan melalui pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share. Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran problem posing dapat meningkatkan partisipasi belajar matematika siswa. Model pembelajaran problem posing merupakan salah satu model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk berlatih (belajar soal) secara mandiri dari informasi yang diperoleh. Peningkatan partisipasi belajar matematika siswa dapat dilihat pada peningkatan persentase dari hasil lembar observasi partisipasi belajar matematika siswa dan hasil belajar siswa berupa tes. Dari hasil analisis data lembar observasi partisipasi belajar matematika siswa pada siklus I diketahui bahwa ada beberapa indikator partisipasi belajar matematika siswa tidak terpenuhi. Indikator-indikator partisipasi yang dimaksud dalam penelitian 48
ini, indikator pertama adalah partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru atau kelompok presentasi. Dari indikator ini diperoleh bahwa siswa tidak aktif dalam bertanya kepada guru tentang materi yang belum paham dan siswa tidak aktif dalam bertanya kepada kelompok yang presentasi. Indikator kedua adalah partisipasi siswa dalam menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal di depan kelas. Diharapkan bahwa siswa berani menjawab pertanyaan dari guru atau teman dan berani mengerjakan soal di depan kelas tanpa dipaksa. Namun diperoleh data bahwa siswa tidak menjawab pertanyaan dari guru atau teman. Indikator ketiga adalah partisipasi siswa dalam mengemukakan pendapat dalam diskusi. Melalui model pembelajaran problem posing diharapkan agar siswa ikut serta dalam kegiatan pembelajaran dan berani mengemukakan pendapat dalam diskusi. Namun diperoleh data bahwa siswa tidak berani mengemukakan pendapat. Indikator keempat adalah partisipasi siswa dalam membuat kesimpulan secara individu maupun kelompok. Diharapkan bahwa siswa dapat membuat kesimpulan secara individu maupun kelompok dari informasi yang sudah diperoleh. Dari analisis data lembar partisipasi belajar matematika siswa yang sudah diketahui sebelumnya bahwa indikator keempat ini, siswa sudah mampu membuat kesimpulan individu dan siswa mampu membuat kesimpulan secara berkelompok. Dari hal-hal yang terjadi pada siklus I tersebut meningkat pada siklus II. Pada siklus II terlihat bahwa siswa sudah mulai aktif dalam bertanya tentang materi yang belum paham kepada guru, siswa sudah mulai aktif dalam bertanya kepada kelompok yang presentasi, siswa sudah mulai menjawab pertanyaan dari guru atau teman, dan siswa sudah mulai berani mengemukakan pendapat. Berdasarkan hasil analisis data lembar observasi partisipasi belajar matematika siswa terjadi peningkatan pada siklus I ke siklus II. Hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa partisipasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan, yaitu persentase partisipasi belajar matematika siswa siklus I sebesar 60,71% meningkat menjadi 72,14% pada siklus II. Diperoleh bahwa peningkatan partisipasi belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 11,43%. Dari hasil tes partisipasi belajar matematika 49
siswadiperoleh peningkatan hasil belajar matematika siswa pada siklus I ke siklus II, sebagai berikut. Tabel 1 Peningkatan Hasil Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Ketuntasan Klasikal 77% Siklus I 84 32 62 30% Siklus II 85 60 71,75 80% Berdasarkan tabel hasil tes partisipasi belajar matematika siswa di atas menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika siswa pada siklus I ke siklus II. Dari data di atas diperoleh data pada siklus I nilai tertinggi 84 meningkat menjadi 85 pada siklus II, nilai terendah 32 meningkat menjadi 60 pada siklus II, dan rata-rata 62 meningkat menjadi 71,75 pada siklus II. Berikut ini akan disajikan peningkatan hasil belajar matematika siswa dalam bentuk diagaram batang. Peningkatan Hasil Siswa 100 80 60 40 20 0 84 85 71.75 62 60 32 Siklus I Siklus II Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Gambar 1. Diagram Batang Peningkatan Hasil Siswa Berdasarkan hasil tes partisipasi belajar matematika siswa menunjukkan peningkatan persentase ketuntasan klasikal pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I diperoleh persentase ketuntasan klasikal 30% kemudian meningkat pada siklus II dengan persentase ketuntasan klasikal 80% dan termasuk dalam kategori baik. Selanjutnya akan disajikan persentase ketuntasan klasikal pada siklus I dan siklus II dalam bentuk diagram batang sebagai berikut. 50
80 60 40 20 0 30% Siklus I Persentase Ketuntasan Klasikal pada Siklus I dan Siklus II 80% Siklus II Ketuntasan Klasikal Gambar 2. Diagram Batang Persentase Ketuntasan Klasikal pada Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil analisis data lembar observasi partisipasi belajar matematika siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan, dari persentase 60,71% pada siklus I meningkat menjadi 72,14% pada siklus II. Untuk rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 62 meningkat menjadi 71,75 pada siklus II dan persentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 30% meningkat menjadi 80% pada siklus II dan termasuk dalam kategori baik. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan partisipasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Posing. Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran yaitu sebaiknya guru sesekali menggunakan model pembelajaran Problem Posing agar siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Dwiningrum, Siti Irene Astuti. 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kencanawaty, Dwi Puspa. 2013. Meningkatkan Partisipasi Melalui Pemberian Penguatan Menggunakan Tabel Berhadiah pada Siswa Kelas V SDN 72 Pontianak Barat. Diakses dari http://jurnal.untan.ac.id. Pada tanggal 24 November 2015. 51
Samitri, Aneng Sih. 2014. Peningkatan Partisipasi Siswa dan Hasil Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Purwanegara Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Zuniati, Ria. 2013. Upaya Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Posing pada Siswa Kelas VII A MTs Ma arif NU Wuwuharjo Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 52