PENERAPAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTs

Transkripsi

1 PENERAPAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA MTs Marliani Utami Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas, terdiri dari 2 siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Analisis data menggunakan kualitatif dan kuantitatif. Komunikasi matematis lisan di siklus I sebesar 66,07% siswa masih malu bertanya dan berpendapat meningkat di siklus II sebesar 78,57% siswa sudah berani berpendapat dan tampil percaya diri saat presentasi. Pemecahan masalah di siklus I sebesar 74,44% adanya ketidaksesuaian menuliskan apa yang diketahui maupun ditanyakan dan ada yang tidak membuat rencana penyelesaian tetapi langsung melakukan perhitungan meningkat siklus II sebesar 79,79% banyak siswa yang menuliskan diketahui maupun ditanyakan dengan tepat serta membuat rencana penyelesaian dahulu kemudian melakukan perhitungan lebih teliti. Komunikasi matematis tertulis di siklus I sebesar 72,18% siswa belum tepat menuliskan kesimpulan di akhir jawaban tes dan kesulitan membuat beragam bentuk soal maupun menyelesaikan soal buatan kelompok lain meningkat di siklus II sebesar 78,75% siswa mampu menuliskan kesimpulan dengan tepat dan mengalami kemajuan membuat soal serta dapat menyelesaikan soal buatan kelompok lain. Kata kunci: Group Investigation, Problem Posing, pemecahan masalah, komunikasi matematis PENDAHULUAN Matematika sebagai ilmu universal mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Matematika sendiri identik dengan angka simbol dan rumus-rumus yang sulit diingat. Ismail dkk dalam Abdul Aziz (2016: 2) matematika adalah ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur. Hal ini yang menimbulkan persepsi bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Padahal matematika sangat penting sebagai bekal kehidupan sehari-hari. Romberg dalam Eka Putra (2010: 123) menyebutkan 6 tujuan umum belajar matematika bagi siswa, yaitu: (1) belajar menghargai untuk matematika, 235

2 (2) yakin dengan kemampuan matematika yang dimiliki, (3) menjadi pemecah masalah matematika, (4) belajar untuk berkomunikasi secara matematis, (5) belajar untuk bernalar secara matematis, (6) belajar untuk mengaitkan ide matematika. Berdasarkan hal tersebut, kemampuan memecahkan masalah dan komunikasi matematis menjadi penting untuk diperoleh dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Proses pembelajaran matematika perlu ditingkatkan agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Menurut Killen dalam Ahmad Susanto (2013: 197) pemecahan masalah adalah teknik di mana masalah digunakan secara langsung sebagai alat untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah di MTs Negeri Loano ditunjukkan dengan oleh siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami masalah yaitu tidak menuliskan apa yang diketahui, ditanyakan, dari pertanyaan berupa soal uraian, setelah siswa menyelesaikan pertanyaan tersebut hanya sedikit yang menuliskan kesimpulan dari permasalahan yang ditanyakan. Dalam menuliskan kesimpulan juga diperlukan adanya komunikasi yang baik secara ketika menyampaikan hasil pemikiran pada teman maupun guru. Ahmad Susanto (2013: 213) komunikasi matematis diartikan sebagai suatu peristiwa dialog yang terjadi di lingkungan kelas, cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis. Maka dari itu perlunya latihan menyelesaikan soal tidak rutin secara berkelompok agar siswa dapat belajar melakukan penelusuran mendalam dalam menyelesaikan soal sekaligus melatih kemampuan berkomunikasi secara matematis. Dalam hal ini peran guru sangatlah penting dalam memilih model pembelajaran yang tepat. Agus Suprijono (2010: 46) model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Untuk itu peneliti melakukan penelitian terkait yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation Berbasis Problem Posing. 236

3 METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan desain menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Suharsimi Arikunto dkk (2010: 16). Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di MTs Negeri Loano. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII F MTs Negeri Loano yang berjumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan 5 metode, yaitu observasi, tes, wawancara tidak terstruktur, catatan lapangan, dan dokumentasi. Tes yang digunakan adalah soal uraian yang digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan komunikasi tertulis. Teknik analisis data menggunakan analisis data kualitatif yang didukung dengan analisis data kuantitatif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan komunikasi matematis lisan siswa yang dilakukan oleh observer dan peneliti, pada siklus I siswa masih malu untuk bertanya maupun dalam menyampaikan ide saat kegiatan diskusi berlangsung. Beberapa siswa juga terlihat sibuk bercanda sendiri sehingga cenderung mengandalkan teman sekelompoknya. Saat mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas juga terlihat masih malu dan ragu-ragu. Indikator komunikasi matematis lisan pada siklus I belum tercapai. Terlihat rerata indikator komunikasi matematis lisan siswa di siklus I yaitu 66,07%. Maka dari itu, dilakukan refleksi di siklus II dengan memberikan PR dan reward. Di siklus II kegiatan diskusi sudah terlihat lebih hidup dan semua anggota di dalam kelompok turut berpartisipasi dalam menyampaikan idenya. Saat presentasi juga sudah tidak malu lagi dalam menjelaskan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, serta beberapa siswa dari kelompok lain juga ada yang aktif bertanya. Rerata dari indikator komunikasi matematis lisan siswa menjadi 78,57% pada siklus II. Wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai alat untuk mengetahui respon siswa dan guru tentang penggunaan model pembelajaran Group Investigation Berbasis Problem Posing. Berikut perbandingan persentase hasil kemampuan komunikasi matematis lisan siswa. 237

4 Tabel 1 Perbandingan Persentase Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan Siswa NO INDIKATOR SIKLUS I SIKLUS II KETERANGAN 1. Siswa mampu mengajukan pertanyaan matematika yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas 77,86% 82,14% Meningkat 2. Siswa mampu mengemukakan ide/pendapat 3. Siswa mampu menyebutkan istilah atau simbol-simbol pada saat menyajikan ide-ide matematika 4. Siswa mampu memberikan jawaban rasional atas suatu pernyataan 5. Siswa mampu mempertahankan pendapat dengan alasan yang rasional 6. Siswa mampu menjelaskan matematika yang dipelajari baik pada saat diskusi maupun presentasi 64,29% 78,57% Meningkat 60,71% 76,43% Meningkat 61,43% 77,14% Meningkat Dari dokumentasi yang berupa lembar jawab tes siswa pada siklus I menunjukkan sebagian siswa dalam menjawab soal masih belum memahami soal tersebut, dapat dilihat adanya ketidaksesuaian dalam menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan. Beberapa siswa ada yang tidak membuat rencana penyelesaian terlebih dahulu, namun langsung melakukan perhitungan. Sedangkan siklus II menunjukkan bahwa siswa dalam menjawab soal sudah dapat memahami soal tersebut dengan kesesuaian dalam menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, siswa juga membuat rencana penyelesaian terlebih dahulu kemudian melakukan perhitungan. Siswa juga memeriksa kembali pekerjaan tersebut sehingga tingkat kesalahan dalam perencanaan dan perhitungan hingga hasil akhir juga semakin berkurang. Persentase pemecahan masalah siswa pada siklus I sebesar 74,44% dan meningkat menjadi 79,79% di siklus II sehingga tergolong kategori baik. Maka dari itu, penelitian ini berhenti di siklus II karena sudah memenuhi indikator keberhasilan. Berikut tabel perbandingan persentase hasil kemampuan pemecahan masalah siswa. 238

5 Tabel 2 Perbandingan Persentase Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa NO INDIKATOR SIKLUS I SIKLUS II KETERANGAN 1. Memahami masalah 77,43% 80,14% Meningkat 2. Merencanakan penyelesaian 76,00% 78,14% Meningkat 3. Melaksanakan rencana penyelesaian (melalui perhitungan) 77,32% 84,05% Meningkat 4. Memeriksa kembali proses dan hasil 67,57% 78,21% Meningkat Hasil pekerjaan siswa siklus I terhadap kemampuan komunikasi matematis tertulis terlihat pada soal tes bahwa siswa masih belum tepat dalam menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, jawaban disertai kesimpulan. Siswa juga masih kesulitan berkreasi membuat beragam bentuk soal dan juga belum dapat menemukan solusi atas soal yang dibuat oleh kelompok lain. Siswa mengalami kemajuan dalam membuat soal dan tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam menemukan solusi atas soal yang dibuat oleh kelompok lain. Maka dari itu, persentase komunikasi matematis tertulis siswa pada siklus I sebesar 72,18% meningkat menjadi 78,75% di siklus II sehingga tergolong kategori baik. Berikut tabel perbandingan persentase hasil kemampuan komunikasi matematis tertulis siswa. Tabel 3 Perbandingan Persentase Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Tertulis Siswa NO INDIKATOR SIKLUS I SIKLUS II KETERANGAN 1. Menghubungkan benda nyata/gambar/diagram ke dalam ide-ide matematika untuk menyelesaikan suatu permasalahan 2. Menggambar ide, situasi, dan relasi matematika serta menyatakan penyelesaiannya dengan menggunakan gambar, grafik, dan aljabar 3. Menggunakan istilah, notasi, matematika, dan struktur-strukturnya secara tepat untuk menggambarkan ide, situasi, dan relasi matematika 4. Membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari serta penyelesaiannya 78,29% 79,86% Meningkat 76,07% 79,76% Meningkat 64,11% 78,81% Meningkat 69,43% 77,00% Meningkat 239

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Group Investigation Berbasis Problem Posing meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis. Hal ini ditunjukkan pada komunikasi matematis lisan di siklus I sebesar 66,07% bahwa siswa masih malu untuk bertanya maupun berpendapat lalu mengalami peningkatan di siklus II sebesar 78,57% dengan siswa berani berpendapat maupun tampil percaya diri saat presentasi. Pada pemecahan masalah di siklus I sebesar 74,44% bahwa adanya ketidaksesuaian menuliskan apa yang diketahui maupun ditanyakan dan beberapa siswa tidak membuat rencana penyelesaian tetapi langsung melakukan perhitungan lalu di siklus II mengalami peningkatan sebesar 79,79% bahwa banyak siswa yang dapat menuliskan diketahui maupun ditanyakan dengan tepat serta membuat rencana penyelesaian kemudian melakukan perhitungan dengan teliti. Pada komunikasi matematis tertulis di siklus I sebesar 72,18% bahwa siswa belum tepat menuliskan kesimpulan di akhir jawaban tes dan masih kesulitan membuat beragam bentuk soal maupun menemukan solusi atas soal yang dibuat oleh kelompok lain lalu mengalami peningkatan di siklus II sebesar 78,75% dengan siswa mampu menuliskan kesimpulan dengan tepat dan mengalami kemajuan dalam membuat soal serta menemukan solusi atas soal yang dibuat oleh kelompok lain. Saran dari peneliti adalah dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Group Investigation Berbasis Problem Posing, guru hendaknya lebih mengoptimalkan peranannya sebagai fasilitator pada proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ahmad Susanto Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Eka Putra Upaya Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IX SMPN 1 Palembang. Diakses dari pada tanggal 18 Agustus