UJI KLON JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UMUR 30 BULAN DI KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT TINTIN GIGIH WIDHYASTUTI

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

RESPON PERTUMBUHAN AWAL KLON JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) DI KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

KERAGAAN ROTAN DI AREAL KONSERVASI EX-SITU HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI, JAWA BARAT NURHAMIDAH

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT AREN ( Arenga pinnata Merr.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR SKRIPSI OLEH : MANAHAN BDP Pemuliaan Tanaman

UJI PERTUMBUHAN KLON JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UMUR 15 BULAN DI KABUPATEN PURWAKARTA, JAWA BARAT ARGHA ADITYA CIPTA NUGRAHA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. dapat disediakan dari hutan alam semakin berkurang. Saat ini kebutuhan kayu

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS TUK-TUK TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK KCl

I. PENDAHULUAN. Hutan jati merupakan bagian dari sejarah kehidupan manusia di Indonesia

EVALUASI KARAKTER BERBAGAI VARIETAS KEDELAI BIJI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) AZRISYAH FUTRA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA

EFEK PEMOTONGAN DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS Borreria alata (Aubl.) SEBAGAI HIJAUAN MAKANAN TERNAK KUALITAS TINGGI

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DI MAIN NURSERY TERHADAP KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK FOSFAT

RESPON PERTUMBUHAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG TERHADAP FREKUENSI PEMUPUKAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN APLIKASI PUPUK DASAR NPK SKRIPSI

RESPON PERTUMBUHAN BEBERAPA VARIETAS TIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK NPK (16:16:16) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)

PERTUMBUHAN STUMP KARET PADA BERBAGAI KEDALAMAN DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM SKRIPSI OLEH : JENNI SAGITA SINAGA/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum L.) DATARAN RENDAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI.

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

PENINGKATAN KUALITAS JATI PADA PERTANAMAN UJI KETURUNAN DI PERUM PERHUTANI KPH NGAWI DAN KPH CEPU

BAB I PENDAHULUAN. pertukangan dan termasuk kelas kuat dan awet II (Martawijaya et al., 1981). sebagai pilihan utama (Sukmadjaja dan Mariska, 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERIAN PUPUK P DAN Zn UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN P DAN Zn DI TANAH SAWAH SKRIPSI OLEH : KIKI DAMAYANTI

PENGARUH MEDIA DAN SUMBER BAHAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LIDAH MERTUA (Sansevieria trivaciata Lorentii ) Oleh:

PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH:

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatusl.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK GUANO SKRIPSI OLEH:

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA AKSESI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) LOKAL HUMBANG HASUNDUTAN PADA BERBAGAI DOSIS IRADIASI SINAR GAMMA

SKRIPSI OLEH : RIRI AZYYATI / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu produk kayu mewah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BEBERAPA JENIS AKASIA (Acacia spp) TERHADAP FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

SELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG

Arus materi Arus informasi

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

PERSAMAAN PENDUGA VOLUME POHON PINUS DAN AGATHIS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT WIWID ARIF PAMBUDI

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK KASCING SKRIPSI OLEH:

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A

EVALUASI KERAGAMAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) MUTAN ARGOMULYO PADA GENERASI M 4 MELALUI SELEKSI CEKAMAN KEMASAMAN SKRIPSI OLEH :

PELAKSANAAN PENELITIAN

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L. Lam) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI PADI SKRIPSI OLEH:

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PEMANFAATAN EKSTRAK BAWANG MERAH SEBAGAI PENGGANTI ROOTON F UNTUK MENSTIMULASI PERTUMBUHAN AKAR STEK PUCUK JATI (Tectona grandis L)

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG

EVALUASI KARAKTER TANAMAN KEDELAI HASIL RADIASI SINAR GAMMA PADA GENERASI M 2

PENGARUH ASAL BAHAN DAN BENTUK PANGKAL BATANG TERHADAP PERTUMBUHAN STEK UBI KAYU SKRIPSI. Oleh. Novidatul Ratnasari NIM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI.

PENGARUH KADAR GARAM NaCl TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) GENERASI KEDUA (M 2 ) HASIL RADIASI SINAR GAMMA

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PHOSPAT DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) SKRIPSI OLEH :

PENGARUH PUPUK KANDANG KELINCI DAN PUPUK UREA TERHADAP KETERSEDIAAN N TOTAL PADAPERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

ABSTRAK. Kata kunci : intensitas serangan penggerek kayu di laut, perubahan sifat fisik dan sifat mekanik kayu

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

SKRIPSI OLEH : DESI SIMANJUNTAK

Yayat Hidayat, Ir. MSi Sopandi Sunarya, Ir. MSi Susana P. Dewi, Ir. MSi Alimudin Yusuf, Ir. MP

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

PENGARUH FREKUENSI PENYEMPROTAN PUPUK DAUN DAN DOSIS PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Aquilaria malaccensis Lamk.

UJI PERTANAMAN GENETIK MATERI PEMULIAAN POHON

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KAILAN (Brassica oleraceae Var. acephala) PADA BERBAGAI MEDIA TANAM DAN PEMBERIAN PUPUK SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

KORELASI BOBOT BENIH DENGAN KEJAGURAN BIBIT BATANG BAWAH KARET (Hevea brasilliensis Muell.-Arg.)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

KEMAMPUAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescent L.) DI LAHAN GAMBUT

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

Imam Muslimin, Agus Sofyan, Syaiful Islam

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO YANG DIMODIFIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kayu keras tropis yang paling berharga di pasar

PENGARUH KADAR AIR AWAL, WADAH DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SUREN (Toona sureni Merr) ANDY RISASMOKO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI OLEH : MUTIA RAHMAH AET-PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transkripsi:

UJI KLON JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UMUR 30 BULAN DI KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT TINTIN GIGIH WIDHYASTUTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Klon Jati Unggul Nusantara (JUN) Umur 30 Bulan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini, Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Tintin Gigih Widhyastuti NIM E44090030

ABSTRAK TINTIN GIGIH WIDHYASTUTI. Uji Klon Jati Unggul Nusantara (JUN) Umur 30 Bulan Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Dibimbing oleh ISKANDAR Z. SIREGAR. Jati Unggul Nusantara (JUN) merupakan bibit hasil perkembangbiakan vegetatif yang memiliki sifat unggul cepat tumbuh. Namun demikian informasi ilmiah tentang uji klon JUN masih banyak kekurangannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk i) mengkaji kinerja 41 klon JUN, ii) menduga parameter genetik, dan iii) mengkaji pengaruh tapak mikro terhadap keragaan klon JUN. Pengujian klon JUN di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat ini menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RCBD) yang dilakukan pada 41 klon JUN dan 1 lot kontrol jati lokal yang ditanam pada 4 tapak mikro dengan pemberian pupuk dan jarak tanam yang berbeda. Daya sintas di lapangan menunjukkan nilai sangat tinggi (>90%). Pengujian yang dilakukan menghasilkan nilai repeatability pada umur 30 bulan untuk diameter ( = 0.948) dan tinggi ( = 0.699). Nilai korelasi genetik dan fenotipik antara diameter dan tinggi berturut-turut rg= 0.351 dan rp= 0.864. Tapak mikro terbaik untuk JUN umur 30 bulan ini adalah tapak mikro 1 dengan jarak tanam 3 m x 4 m dengan pupuk dasar 3 kg, sementara itu bentuk batang (sekitar 45% dari populasi) terbaik terdapat di tapak mikro 2. Kata Kunci: bentuk batang, Jati Unggul Nusantara (JUN), korelasi genetik korelasi fenotipik, repeatability ABSTRACT TINTIN GIGIH WIDHYASTUTI. Clonal Trials of Jati Unggul Nusantara (JUN) at 30 months in Purwakarta, West Java. Supervised by ISKANDAR Z SIREGAR. Jati Unggul Nusantara (JUN) is known as commercial planting stock material that is vegetatively propagated by means of shoot cutting technique. JUN is claimed to be fast growing. However, scientific information on the growth of selected JUN clones from clonal tests is still lacking. The objective of the study were i) to review performance of 41 JUN clones, ii) to estimate their genetic parameters and iii) to assess the effect of microsites on tested JUN clones. Genetic assessment of JUN clones was carried out in Purwakarta, West Java in a Randomized Complete Block Design (RCBD) consisting of 41 clones. The clones were planted on 4 microsites that were differentiated by fertilizer doses and spacings. The results showed that generally survival rates were high (>90%). In addition, repeatability at 30 months after planting was about = 0.948 (diameter) and = 0.699 (height), respectively. While genetic and phenotypic correlations between diameter and height were rg=0.315 and rp=0.864, respectively. The best microsite supporting growth of JUN clones at 30 months was found on microsite 1, namely spacing 3 m x 4 m with 3 kg organic fertilizer, while the best straight stem form (around 45% of the population) was observed on microsite 2. Keyword: Jati Unggul Nusantara (JUN), fenotipe correlation, genetic correlation, repeatability, stemform.

UJI KLON JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UMUR 30 BULAN DI KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT TINTIN GIGIH WIDHYASTUTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi : Uji Klon Jati Unggul Nusantara (JUN) Umur 30 Bulan Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Nama : Tintin Gigih Widhyastuti NIM : E44090030 Disetujui oleh Prof Dr Ir Iskandar Z Siregar, MForSc Pembimbing Diketahui oleh Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Uji Klon Jati Unggul Nusantara (JUN) Umur 30 Bulan Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat Nama : Tintin Gigih Widhyastuti NIM : E44090030 Disetujui oleh Prof Dr Ir Iskandar Z S ire gar, MForSc Pembimbing Diketahui oleh Tanggal Lulus: ~2 7 JAN 2014

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah Uji Klon Jati Unggul Nusantara Umur 30 Bulan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah, ibu, dan adik-adik tercinta Ihdina Istiannah, Aula Ertiningsih, Nur Rachmawati, dan Miftahul Jannah yang selalu memberikan do a dan dukungan secara moral dan spiritual dalam penyusunan skripsi, kepada Prof Dr Ir Iskandar Z Siregar, MForSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan solusi dalam penyusunan skripsi, Dr Ir Hendrayanto, MAgr selaku dosen penguji, dan Dr Ir Istomo, MS selaku ketua sidang diucapkan terima kasih banyak. Terima kasih juga tak lupa disampaikan kepada Bapak Mustimar Karimi yang telah memberikan beasiswa, bimbingan, nasehat dan do anya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Juga disampaikan terima kasih kepada teman satu angkatan di Silvikultur 46, Vera Linda, Sindi Nursiamdini, Nurhamidah atas kebersamaannya, dan juga teman satu kost Noer Herlina Hanum, Kak Feni Shintarika, Kak Eka Perdanawati, dan Kak Laswi Irmayanti atas bantuan dan semangat serta keceriaan yang diberikan. Tak lupa terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Februari 2014 Tintin Gigih Widhyastuti

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 9 Latar Belakang 9 Perumusan Masalah 9 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Bahan dan Alat 3 Prosedur Penelitian 3 Tahapan Penelitian 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Keragaman Sifat Pertumbuhan dan Taksiran Nilai Repeatability 8 Korelasi antar Variabel Pertumbuhan 11 Implikasi pada Pemuliaan Pohon 13 Serangan Hama 15 Bentuk Batang 17 Estimasi Perolehan Genetik 18 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 19 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 24

DAFTAR TABEL 1 Kondisi umum tapak mikro 2 2 Skoring gejala serangan hama * 5 3 Nilai rata-rata variabel pertumbuhan pada setiap tapak mikro 8 4 Analisis ragam, komponen ragam (%), dan repeatability 9 5 Nilai repeatability pada setiap tapak mikro 10 6 Korelasi genetik (di atas diagonal) dan korelasi fenotipik (di bawah diagonal) 11 7 Korelasi genetik antar tapak mikro 12 8 Rangking tapak mikro berdasarkan uji Duncan 13 9 Rangking sepuluh besar klon-klon terbaik untuk pertumbuhan diameter, tinggi, dan daya sintas 15 10 Analisis ragam serangan hama klon JUN umur 30 bulan 16 11 Tingkat serangan hama pada setiap tapak mikro 17 12 Analisis ragam bentuk batang JUN umur 30 bulan 17 13 Rangking bentuk batang JUN umur 30 bulan 17 14 Estimasi perolehan genetik 18 DAFTAR GAMBAR 1 Peta sketsa lokasi penelitian (sumber:yunus 2011) 3 2 Diagram alir penelitian 4 3 Skoring bentuk batang JUN 5 4 Kerangka penyebaran korelasi fenotipik 12 5 Lokasi penanaman JUN: A) tapak mikro 1, B) tapak mikro 2, C) tapak mikro 3, D) tapak mikro 4 14 6 Intensitas serangan hama klon JUN umur 30 bulan (lihat skor Tabel 2) 15 7 Serangan hama klon JUN: A) serangan penggerek, B) serangan ulat daun, C) serangan rayap, D) serangan Hybalea puera 16 8 Presentase skoring bentuk batang klon JUN umur 30 bulan (lihat skor Tabel 3) 18

PENDAHULUAN Latar Belakang Kayu jati termasuk golongan kayu keras (hardwood) yang memiliki jaringan kayu yang kuat dan dalam (Mulyana & Asmarahman 2010). Sifat fisik dan estetika dari kayu jatilah yang membuat jati banyak digunakan sebagai bahan mebel, maupun kerajinan. Permintaan terhadap kayu jati pun menjadi semakin tinggi. Hal ini tentu menjadikan jati sebagai kayu primadona di pasaran, namun seperti yang kita ketahui panen jati yang lama menyebabkan keseimbangan antara penyediaan kayu jati dan kebutuhan industrinya menjadi tidak seimbang. Menurut Bio Teak (2011), berdasarkan data selama 25 tahun pasaran kayu berkualitas setingkat kayu jati mengalami peningkatan 10 kali lipat atau peningkatannya sekitar 40% per tahunnya. Keterbatasan stok kayu jati diakibatkan oleh lamanya daur jati yang yang memerlukan waktu hingga 60 sampai 80 tahun untuk mendapatkan kualitas jati yang optimal (Nugraha 2012). Saat ini telah berkembang berbagai teknologi pemuliaan pohon termasuk aplikasi bioteknologi yang telah melahirkan berbagai varietas jati unggul (Yunus 2011). Varietas yang dihasilkan, diharapkan dapat diperbanyak melalui perbanyakan vegetatif dan dikembangkan secara masal dan dapat dipasarkan. Salah satu hasil dari perbanyakan vegetatif yaitu Jati Unggul Nusantara (JUN). Jati Unggul Nusantara (JUN) memiliki keunggulan dibandingkan dengan jati lainnya yaitu: i) memiliki perakaran tunjang majemuk, ii) menghasilkan tanaman jati yang cepat tumbuh, kokoh, dan kayu berkualitas, iii) memiliki masa tanam yang pendek yaitu 15 tahun dan dapat dipanen umur 5 tahun (PT. SB 2011). Kemampuan serta keunggulan JUN yang dipakai dalam pembangunan hutan jati merupakan salah satu alternatif untuk mendapatkan kualitas kayu yang baik dan cepat pertumbuhannya. Akan tetapi, keragaan JUN yang ada saat ini masih memerlukan verifikasi melalui penelitian uji klon (Yunus 2011). Perumusan Masalah Perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Klon JUN dengan sifat unggul diperlukan untuk meningkatkan produktivitas hutan. Akan tetapi sejauh ini masih belum terjawab secara ilmiah bagaimana kinerja klon-klon JUN yang ditanam di lapangan? 2. Pengujian klon JUN terkait erat dengan faktor genetik. Oleh karena itu perlu diketahui melalui penelitian ini bagaimana gambaran beberapa parameter genetik dari klon-klon JUN tersebut? 3. Klon JUN memerlukan kondisi tempat tumbuh yang optimal. Oleh karena itu perlu diketahui juga bagaimana kondisi tempat tumbuh yang sesuai untuk klon-klon JUN?

2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji kinerja 41 klon berumur 30 bulan hasil pembiakan vegetatif. 2. Menduga parameter genetik hasil uji klon berumur 30 bulan, mencakup repeatability, korelasi genetik, dan perolehan genetik. 3. Mengkaji pengaruh tapak mikro (microsite) terhadap kinerja pertumbuhan masing-masing klon terkait jarak tanam, dosis pupuk dasar yang diaplikasikan, dan petani penggarap. Manfaat Penelitian 1. Rekomendasi klon-klon JUN terbaik untuk penanaman dengan skala lebih besar pada kondisi tapak yang sama. 2. Informasi mengenai perlakuan pemeliharaan JUN untuk pertumbuhan yang optimal di berbagai kondisi tapak. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah mengkaji pertumbuhan klon Jati Unggul Nusantara melalui uji klon yang dilakukan pada 4 tapak mikro dengan 4 perlakuan yang berbeda untuk mendapatkan rekomendasi klon terbaik pada penanaman skala lebh besar. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2013, bertempat di lahan kerjasama antara KPWN (Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara) dengan Fakultas Kehutanan IPB di Desa Sukatani, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada empat tapak mikro (microsite) dengan kondisi umum seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kondisi umum tapak mikro Tapak Mikro Tanaman sela oleh Jumlah petani Kesuburan lahan petani penggarap 1 Padi, ladang, cabai, Keadaan lahan pada talas lokasi ini cenderung 3 2 Padi ladang kurang subur namun 3 3 Jahe, jagung, padi masih memenuhi ladang,kacang tanah persyaratan tumbuh 3 4 yang baik untuk jati Jahe, kacang tanah, kacangkoro kecuali pada unsur Ca (Yunus 2011) 4

3 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi tallysheet untuk mencatat data primer pertumbuhan JUN. Data primer yang diperoleh dari pertanaman jati klon berumur 30 bulan dengan jumlah perlakuan klon sebanyak 41 klon dan 1 lot kontrol (jati lokal asal benih yang diambil dari Purwakarta). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat PC (personal computer) atau laptop Lenovo G400S dengan prossesor Intel(R) Core(TM) i3-3110m CPU @ 2.40 GHz dan RAM dengan kapasitas 2.00 GB, Software pendukung seperti Microsoft Office Excel 2013, Microsoft Office Word 2013, Notepad, SAS versi 9.1.3, dan Photoscape dan perlengkapan lapang seperti alat tulis menulis, tallysheet, kaliper, galah berskala numerik, dan kamera digital. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian yang dilakukan pada uji klon dengan rancangan acak lengkap berblok (randomized complete block design/rcbd). Pada setiap tapak mikro penelitian ini terbagi dalam 4 replikasi kecuali tapak mikro 5 dengan 5 replikasi yang ditanam pada 4 lokasi tapak mikro (microsite/ms) dengan kondisi sebagai berikut: 1. Tapak mikro 1: jarak tanam 3x4 m dengan pupuk dasar 3 kg. 2. Tapak mikro 2: jarak tanam 3x4 m dengan pupuk dasar 5 kg. 3. Tapak mikro 3: jarak tanam 5x2 m dengan pupuk dasar 3 kg. 4. Tapak mikro 4: jarak tanam 5x2 m dengan pupuk dasar 5 kg. Pupuk dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah pupuk kandang yang diberikan pada setiap lubang tanam sebelum kegiatan penanaman. Selain itu diberikan juga kapur pertanian dan dolomit sebanyak 300 g pada setiap lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 Peta sketsa lokasi penelitian (sumber: Yunus 2011)

4 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan seperti yang tersaji pada Gambar 2. Gambar 2 Diagram alir penelitian Pengolahan Data Variable pertumbuhan yang diukur adalah tinggi (T), diameter (D), bentuk batang, serangan hama, dan daya sintas (DS) pada tumbuhan umur 0 bulan setelah tanam sampai umur 30 bulan. Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan galah berskala metrik mulai dari pangkal hingga titik apikal (Yunus 2011). Diameter tanaman diukur 40 cm dari permukaan batang dengan menggunakan kaliper, bentuk batang diukur dengan tabel skoring, daya sintas dihitung dari jumlah tanaman hidup dan tanaman mati dalam klon, persen daya sintas dihitung dengan menggunakan rumus: Keterangan: DS = Daya sintas Th = Tanaman hidup Td = Tanaman yang ditanam Kemudian untuk analisis lebih lanjut dilakukan melalui analisis ragam, dimana nilai daya sintas disederhanakan dengan rumus:

5 Pengamatan terhadap serangan hama dilakukan dengan mengamati gejala dan tanda serangan pada tanaman umur 30 bulan tersebut. Tingkat keparahan serangan yang digunakan menurut Yunus (2011) seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Skoring gejala serangan hama * Skor Tingkat Keparahan Gejala Serangan Hama 1 Lemah 2 Sedang 3 Tinggi * Sumber: Yunus 2011 Keterangan Defoliasi oleh hama daun <50% atau tanaman diserang rayap, penggerek dan kutu putih Defoliasi oleh hama daun >50% atau defoliasi <50% dan tanaman diserang rayap, penggerek serta kutu putih Defoliasi oleh hama daun >50% dan tanaman Diserang rayap penggerek serta kutu putih Variabel bentuk batang diukur dengan sistem skoring. Skoring bentuk batang menggunakan delapan nilai menurut Macdonald et al. (2008): Gambar 3 Skoring bentuk batang JUN Data pengukuran tinggi, diameter, bentuk batang dan daya sintas serta serangan hama dilanalisis ragamnya dengan model linier. (Zhang et al. 2003, Yu & Pulkkinen 2003): Keterangan: = Variabel yang diukur

6 = Rata-rata = Efek klon ke j; j = 1,2,3,,,,,41 = Efek tapak mikro ke k; k = 1,2,3,4 = Efek interaksi antara klon ke j dan tapak mikro ke k = Galat Komponen ragam dihitung dengan expected mean square yang dihasilkan dari PROC GLM; RANDOM/TEST (SAS Institute Inc. 2004). Repeatability diestimasi dari manipulasi aljabar dari ragam (Zhang et al. 2003. Yu & Pulkkinen 2003). Keterangan: = Repeatability = Ragam klon = Ragam interaksi klon dengan tapak mikro = Ragam eror = Koefisien yang berhubungan dengan ragam tapak mikro*klon = Koefisien yang berhubungan dengan ragam klon Sedangkan standar eror untuk repeatability diestimasi dengan rumus (Zhang et al. 2003; Yu & Pulkkinen 2003). Keterangan: = Standar eror repeatability = Repeatability = Koefisien yang berhubungan dengan ragam tapak mikro*klon = Koefisien yang berhubungan dengan ragam klon = Jumlah klon Korelasi genetik antar sifat klon dihitung dengan menggunakan rumus (Zhang et al. 2003): Keterangan: = Korelasi klonal antar sifat x dan y = Estimasi kovarian klonal antara x dan y

7 = Komponen klonal dari estimasi varian x = Komponen klonal dari estimasi varian y Dengan standar erornya dirumuskan dengan (Zhang et al. 2003) Keterangan: = Standar eror korelasi genetik = Estimasi korelasi genetik = Repeatability karakter x = Repeatability karakter y = Standar eror repeatability karakter x = Standar eror repeatability karakter y Korelasi genetik antar tapak mikro diantara dua sifat x dan y dapat diestimasikan dengan rumus (Zhang et al. 2003) Keterangan: = Koefisien korelasi fenotipe antara x (pada tapak mikro 1) dan y Pada microsite 2 = Akar dari repeatability x pada tapak mikro 1 = Akar dari repeatability y pada tapak mikro 2 Hubungan korelasi fenotipik antara variabel pertumbuhan dihasilkan oleh PROC CORR (SAS Institute Inc. 2004). Pada penelitian ini, diasumsikan bahwa proporsi seleksi akan dilakukan adalah sebesar 61% yaitu sekitar 25 dari 41 klon yang ada dengan intensitas seleksi sebesar 0,617 (Becker 1992). Pendugaan perolehan genetik pada sifat y berdasarkan seleksi klon pada sifat x diitung dengan rumus (Falconer 1981): Keterangan: = Perolahan genetik = Intensitas seleksi = Akar repeatability untuk sifat x = Standar deviasi klonal untuk sifat y = Korelasi genetik antara sifat x dan sifat y

8 HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaman Sifat Pertumbuhan dan Taksiran Nilai Repeatability Klon Jati Unggul Nusantara (JUN) merupakan hasil perkembangbiakan vegetatif. Penelitian klon JUN ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pertumbuhan dan serta menduga nilai repeatability dari setiap tapak mikro. Tabel 3 menyajikan nilai koefisien keragaman serta pertumbuhan maksimal dan minimal klon JUN pada 4 tapak mikro. Tabel 3 Nilai rata-rata variabel pertumbuhan pada setiap tapak mikro TM 1 TM 2 Mean Range CV % Mean Range CV % D (cm) 5.06 ± 0.99 1.77-7.77 19.57 4.67 ± 1.04 1.39-9.96 22.34 T (cm) 495.93±118.85 109-827 23.96 463.53 ± 125.49 98.5-872 27.07 DS (%) 98.88 ± 0.26 0-100 18.15 98.81 ± 0.22 50-100 15.43 TM 3 TM 4 Mean Range CV % Mean Range CV % D (cm) 4.63 ± 1.10 0.14-8.01 23.8 4.58 ± 1.07 1.14-8.42 23.55 T (cm) 476.9 ± 125.18 12-865 26.1 485.43 ± 141.88 51-961.9 29.22 DS (%) 99.68 ± 0.16 50-100 11.13 99.25 ± 0.20 50-100 13.65 D= diameter, T= tinggi, DS= daya sintas, TM= tapak mikro. Tabel 3 menyajikan pertambahan tinggi dan diameter klon JUN pada setiap tapak mikro. Pertambahan diameter tertinggi pada JUN umur 30 bulan ini adalah sebesar 9.96 cm yaitu pada tapak mikro 2, sedangkan untuk pertambahan tinggi tertingginya yaitu sebesar 9.61 meter pada tapak mikro 4. Koefisien keragaman merupakan gambaran tentang seberapa besar keragaman di dalam populasi pada suatu percobaan (Syahid 2009). Koefisien keragaman dari setiap tapak mikro menunjukan angka <50 %, Semakin kecil nilai koefisien keragaman maka ketelitian dari suatu percobaan ini sangat tinggi sehingga nilai validasinya tinggi. Daya sintas dari keempat tapak mikro menunjukan hasil >90%. Menurut Hidayah (2011) nilai daya sintas suatu tanaman bernilai 80% dapat dikatakan bahwa faktor lingkungan yang pada suatu tempat pertumbuhan tanaman sesuai. Dugaan nilai repeatability terhadap diameter, tinggi, dan daya sintas disajikan pada Tabel 4. Variabel klon memiliki pengaruh yang tinggi terhadap pertumbuhan diameter dan tinggi JUN pada umur 30 bulan. Hal ini terlihat dari nilai % keragaman klon lebih tinggi dibandingkan dengan variabel lain seperti tapak mikro dan interaksi dari kedua variabel tapak mikro dan klon. Nilai repeatability menunjukan seberapa besar pengaruh klon/faktor genetik berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman (Nugraha 2012).

Tabel 4 Analisis ragam, komponen ragam (%), dan repeatability Mean F % Source DF Type III SS Pr > F Square Value Variance Diameter TM 3 88.6 29.5 30.6 <.0001 ** 0.093 0.948±0.003 Klon 41 353.5 8.6 8.93 <.0001 ** 74.46 tm x klon 123 195.0 1.6 1.64 <.0001 ** 15.57 Error 2380 2297.7 1.0 9.88 Tinggi TM 3 281588 93863 6.3 0.0003 * 0.62 0.699±0.047 Klon 41 4000000 91671 6.15 <.0001 ** 6.30 tm x klon 123 3000000 27555 1.85 <.0001 ** 4.95 Error 2380 40000000 14896 88.12 DS TM 3 0.3 0.1 2.26 0.0807 tn 0.67 0.291±0.054 Klon 41 2.9 0.1 1.55 0.0187 * 2.72 tm x klon 123 6.1 0 1.1 0.2482 tn 2.32 Error 492 22.3 0 94.30 **= sangat nyata pada taraf 1%; *= nyata pada taraf 5%; tn= tidak nyata; TM= tapak mikro; DS=daya sintas. Berdasarkan nilai hitung peranan tapak mikro terhadap pertambahan diameter menunjukkan pengaruh sangat nyata pada taraf 1% namun tidak demikian pada pertumbuhan tinggi. Hal ini diduga karena kondisi pohon yang dikategorikan cukup lanjut, sehingga sifat pertumbuhannya lebih cenderung pada pertambahan diameter. Berbeda dengan penelitian sebelumnya dikarenakan kondisi pohon masih muda sehingga cenderung tumbuh tinggi terlebih dahulu sebelum melakukan pertumbuhan diameter. Untuk interaksi tapak mikro dengan klon berpengaruh sangat nyata pada taraf 1% pada pertambahan diameter dan tinggi hal ini menyatakan bahwa pertumbuhan pohon tidak hanya dipengaruhi oleh genetik atau lingkungan, namun ada perpaduan interaksi antara genetik dengan lingkungan (Kramer & Kozlowski 1979 dalam Sofyan et al. 2011). Penelitian JUN ini telah berlangsung selama 30 bulan, menurut Nugraha (2012) peranan tapak mikro menunjukan pengaruh nyata pada taraf 1% pada daya sintas namun pada penelitian JUN umur 30 bulan peranan tapak mikro tidak berpengaruh nyata. Banyak faktor penyebab perbedaan daya sintas pada masingmasing spesies. Perbedaan pengaruh daya sintas juga dipengaruh oleh umur tanaman tersebut (Hidayah 2011). Variabel interaksi klon dengan tapak mikro belum menunjukan pengaruh yang nyata terhadap daya sintas. Hal ini diduga karena perawatan lahan JUN yang dilakukan petani penggarap JUN yang berbedabeda sehingga tempat tumbuh jati yang beragam. Kunci dari pertumbuhan suatu tanaman yang baik adalah dengan adanya perawatan. Perawatan yang dilakukan petani dapat mengoptimalkan keadaan tumbuh serta penyerapan unsur hara oleh tanaman yang maksimal. Suatu penelitian pasti memiliki eror atau kesalahan. Ragam eror dalam penelitian ini cukup besar yaitu lebih dari 80 %. Hal ini diduga karena heterogenitas tempat tumbuh JUN. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian 9

10 klon hybrid Populus spp. umur 3 tahun oleh Yu & Pulkkinen (2003) yang memiliki ragam eror/kesalahan mencapai 80%. Penelitian Populus spp. ini memiliki keragaman tempat tumbuh yaitu tipe lahan kehutanan dan lahan pertanian. Pembahasan penelitian ini seharusnya lebih fokus pada lahan pertumbuhan atau pengaruh tapak. Hal ini diperkuat oleh Burdon (1977) dalam Yu & Pulkkinen (2003) yang menyatakan bahwa seharusnya perhatian yang utama ditujukan pada faktor lingkungan daripada faktor genetik itu sendiri dimana apakah faktor lingkungannya cocok atau tidak pada pengujian tanaman tersebut. Tapak mikro atau tempat tumbuh klon JUN di Desa Sukatani, Purwakarta, Jawa Barat memiliki keragaman tapak tersebut dimana pada awalnya adalah lahan yang dipergunakan untuk pertanian dan perkebunan sehingga pengaruh tempat tumbuh terhadap pertumbuhan JUN pun beragam. Namun demikian, nilai standar eror repeatability yang diamati sangat kecil yaitu untuk diameter 0.003, tinggi 0.047, dan daya sintas 0.054. Nilai standar eror yang sangat kecil ini menunjukan bahwa nilai selang kepercayaan untuk nilai repeatability yang diperoleh sangat kuat (Mathew dan Vasudeva 2003). Nilai repeatability menunjukan konsistensi pertumbuhan klon-klon JUN. Repeatability juga merupakan nilai ulangan atau daya ulang yang ingin diketahui dari suatu pertumbuhan diameter dan tinggi klon JUN ini. Menurut Nugraha (2012), jika nilai repeatability berkisar antara 0.4 0.6 maka repeatability dikatakan sedang, sedangkan jika bernilai di bawah 0.4 repeatability dianggap rendah dan jika nilainya lebih dari 0.6 maka repeatability dianggap tinggi. Pada Tabel 4 disajikan nilai repeatability yang tinggi untuk diameter sebesar 0.948 serta 0.699 untuk pertumbuhan tinggi. Repeatability sangat berpengaruh pada korelasi beberapa sifat genetik. semakin tinggi nilai repeatability maka akan semakin tinggi nilai korelasinya (Nugraha 2012). Nilai repeatability juga mempengaruhi pertumbuhan pada generasi selanjutnya apakah akan mirip dengan induknya atau tidak jika ditanam ditempat dan perlakuan yang sama. Nilai repeatability dihitung tidak hanya secara keseluruhan tetapi juga pada setiap tapak mikro. Setiap tapak mikro memiliki nilai repeatability yang berbeda-beda, nilai repeatability ini disajikan pada Tabel 5. Nilai repeatability untuk diameter dan tinggi sangat bervariasi antar tapak mikro. Hal ini menunjukan nilai yang teruji belum menunjukan kekonsistenan. Repeatability ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor lingkungan serta perawatan dari para petani penggarap. Nilai repeatability untuk daya sintas tapak mikro 2 tidak menunjukan perbedaan yang signifikan serta eror yang besar,maka nilai repeatability nya tidak diestimasi (Zhang et al. 2003). Tabel 5 Nilai repeatability pada setiap tapak mikro Repeatability Tapak mikro Diameter Tinggi Daya Sintas 1 0.726±0.047 0.670±0.052 0.037±0.072 2 0.761±0.042 0.653±0.053 3 0.804±0.036 0.807±0.036 0.154±0.078 4 0.457±0.061 0.527±0.060 0.527±0.060 Rata-rata 0.687 0.664 0.179

Taksiran nilai repeatability ini memiliki kemungkinan untuk berubah dengan pertambahan waktu. Menurut Crunel et al. (2001), pohon ceri liar (Prunus avium L.) memiliki heritabilitas tinggi pohon umur 1 tahun (0.60) menurun di umur 2 tahun (0.49) kemudian naik pada umur 9 tahun (0.64). Hal ini dipengaruhi oleh kondisi di lahan percobaannya. Seiring berjalannya waktu pengaruh ini menurun dengan kondisi hutan dimana efek genotipe menjadi predominan (Crunel et al. 2001). Korelasi antar Variabel Pertumbuhan Korelasi merupakan metode untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan dua peubah atau lebih yang digambarkanoleh besarnya koefisien korelasi (Agustian 2012). Penelitian JUN juga mengamati nilai korelasi antar variabel sifat dalam pertumbuhan. Nilai korelasi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Korelasi genetik (di atas diagonal) dan korelasi fenotipik (di bawah diagonal) Diameter Tinggi Daya sintas Diameter *** 0.315 0.013 Tinggi 0.846 *** 0.041 Daya sintas 0.104 0.144 *** ***= tanda diagonal Dua sifat yang berbeda pada suatu populasi diukur yang memungkinkan adanya asosiasi atau korelasi keduanya (White et al. 2009). Tabel 6 menyajikan korelasi antar ketiga variabel. Korelasi fenotipik antara diameter dan tinggi dinyatakan cukup kuat dengan nilai sebesar 0.846 sedangkan untuk nilai korelasi fenotipiknya antara daya sintas dengan masing-masing diameter dan tingginya menunjukan hubungan yang lemah. Menurut White et al. (2009), korelasi fenotipik yang diamati antara dua sifat kemungkinan dipengaruhi oleh penyebab faktor genetik dan lingkungan, oleh karena itu perolehan korelasi genetik perlu dihitung. Nilai korelasi genetik antara diameter dan tinggi menunjukan hubungan positif sebesar 0.315, secara umum nilai korelasi genetik biasanya lebih besar dari korelasi fenotipik disebabkan faktor genetik yang lebih mendominasi dibandingkan lingkungan (Samudin & Saleh 2009). Penelitian JUN umur 30 bulan ini memiliki korelasi genetik yang lebih rendah dibandingkan korelasi fenotipik hal ini diduga bahwa faktor lingkungan lebih dominan berperan dalam pertumbuhan dibandingkan faktor genetik. Kerangka penyebaran korelasi disajikan pada Gambar 4. Korelasi variabel diameter, tinggi dengan daya sintas yang lemah ini menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter dan tinggi belum diimbangi dengan daya hidup klon JUN di lapangan. Hasil korelasi pada Tabel 6 digunakan sebagai nilai ukur dalam kegiatan seleksi (Sofyan et al. 2011). Berdasarkan penelitian sebelumnya, diperoleh nilai korelasi yang rendah antar variabel tinggi dan diameter dengan daya sintas belum stabil dikarenakan klon JUN masih dalam tahap pertumbuhan. Gambar 4 tidak hanya menyajikan korelasi variabel tinggi dan diameter dengan daya sintas tetapi juga menyajikan korelasi antara kekokohan batang dengan daya sintas. Kekokohan batang diperoleh dari perbandingan tinggi dan diameter (Hani 2011). Nilai kekokohan batang menunjukkan kualitas batang sehingga diharapkan batang dapat menopang bagian 11

12 atas sehingga mampu berdiri tegak apabila terkena terpaan angin dan tidak mudah roboh. Semakin tinggi nilai kekokohan batang, maka pertumbuhan JUN di lapangan semakin tidak seimbang. Korelasi antara kekokohan batang dengan daya sintas dapat dihitung untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ukuran bibit terhadap daya hidup dilapangan. Nilai yang optimal untuk kemampuan hidup JUN dilapangan ± 100. Gambar 4 Kerangka penyebaran korelasi fenotipik Tabel 7 Korelasi genetik antar tapak mikro Korelasi Diameter Tinggi Tapak Mikro 1-2 0.442 0.535 Tapak Mikro 1-3 0.354 0.374 Tapak Mikro 1-4 0.507 0.499 Tapak Mikro 2-3 0.349 0.275 Tapak Mikro 2-4 0.620 0.569 Tapak Mikro 3-4 0.498 0.304 Rata-rata 0.462 0.426 Korelasi yang disajikan pada Tabel 7 menunjukkan nilai korelasi yang lemah hingga sedang. Korelasi antar tapak mikro belum menunjukkan bahwa ada kekuatan hubungan yang tinggi dari setiap tapak mikro. Hal ini menunjukkan bahwa antara tapak mikro yang satu dengan lainnya ada perbedaan kondisi dan belum memiliki hubungan erat yang mempengaruhi pertumbuhan diameter dan tinggi klon JUN. Menurut William et al. (2002), korelasi genetik digunakan

untuk: i) memprediksi respon saat panen untuk seleksi yang dilakukan pohon permudaan, ii) membantu prediksi respon antara sifat yang sulit diukur dengan sifat yang mudah diukur, iii) memprediksi respon terhadap seleksi di suatu lokasi dengan lokasi lainnya, iv) indeks seleksi dibangun menggunakan korelasi genetik dan heritabilitas untuk memaksimalkan keunggulan dengan sifat-sifat tertentu yang dipilih pada waktu yang sama. Implikasi pada Pemuliaan Pohon Pemuliaan pohon merupakan manipulasi genetik dalam suatu sistem yang hasilnya dapat dinikmati dalam kurun waktu yang sangat panjang (Wibowo 2005). Pemuliaan pohon jati dilakukan untuk mendapatkan hasil pertumbuhan jati yang optimal serta dapat dipanen dalam daur yang relatif pendek. Seperti diketahui saat ini ada permasalahan kecupukan pasokan karena daur jati konvensional yang mencapai puluhan tahun sedangkan permintaan kayu nya tinggi. Pengujian klon JUN diharapkan mampu menjadi solusi untuk untuk pengadaan bibit jati yang ungul dan bias cepat dipanen. Pengujian klon ini dilihat dari berbagai aspek yang diukur salah satunya adalah pengaruh tapak mikro terhadap pertumbuhan jati. Untuk melihat pengaruh tapak mikro dan klon serta interaksinya terhadap pertumbuhan setelah diketahui sidik ragamnya dilakukan Uji Duncan. Uji Duncan dilakukan juga untuk mengetahui apakah antara tapak mikro dengan atau antara klon berbeda atau tidak dalam hal pertumbuhan. Hasil uji beda Duncan terhadap keempat tapak mikro disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Rangking tapak mikro berdasarkan uji Duncan Diameter (cm) Tinggi (cm) Daya sintas (%) TM mean TM Mean TM mean 1 5.06 a 1 495.93 a 3 96.45 a 2 4.67 b 4 485.43 ab 4 94.54 ab 3 4.62 b 3 479.60 b 2 93.32 b 4 4.58 b 2 463.52 c 1 93.12 b TM= tapak mikro; Nilai mean (rata-rata) dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata Tabel 8 menunjukkan tapak mikro terbaik adalah tapak mikro 1 untuk pertambahan diameter dan tinggi. Hal ini yang berbeda dengan penelitian JUN umur 15 bulan yaitu tapak mikro 3 (Nugraha 2012). Perbedaan tersebut diduga karena pengelolaan pada tapak mikro 1 oleh petani penggarap sudah baik jika dibandingkan tapak mikro lainnya. Kondisi tapak mikro 1 mayoritas bebas dari gulma dan sedikit jumlah tanaman selanya sehingga pertumbuhan diameter dan tinggi lebih optimal jika dibandingkan dengan tapak mikro 2, 3, dan 4. Gambar 5 menyajikan lokasi penanaman JUN. 13

14 Gambar 5 Lokasi penanaman JUN: A) tapak mikro 1, B) tapak mikro 2, C) tapak mikro 3, D) tapak mikro 4 Pada penelitian sebelumnya pada JUN umur 15 bulan oleh Nugraha (2012) rangking tapak mikro terbaik pertama dan kedua berturut-turut adalah tapak mikro 1 dan 3. Namun demikian untuk hasil yang terbaik pada JUN umur 30 bulan ini adalah tapak mikro 1 untuk pertambahan diameter dan tinggi. Untuk perlakuan pemberian pupuk untuk awal pertumbuhan JUN masih terlihat namun menurut Nugraha (2012) pemberian pupuk sudah tidak memberikan pengaruh nyata. Penelitian ini untuk umur JUN 30 bulan lebih pengaruh kepada pemeliharaan oleh para petani serta respon klon terhadap lingkungannya. Penilaian rangking tidak hanya dilakukan pada tapak mikro namun rangking klon terbaik juga dilakukan untuk mengetahui kinerja klon yang memiliki performa yang baik hingga umur 30 bulan. Sejumlah 42 klon yang telah dilakukan uji klon pada setiap tapak mikro diberi penomoran urut dari nomor urut 1 sampai nomor urut 42. Sepuluh besar klon terbaik dihasilkan dari uji Duncan disajikan pada Tabel 9. Nilai rangking sepuluh besar klon-klon untuk diameter dan tinggi diperoleh oleh klon dengan kode 15. Klon ini menduduki nilai tertinggi untuk pertumbuhan. Klon tertinggi untuk daya sintas adalah klon dengan kode 29. Pengujian 41 klon dengan 1 kontrol jati lokal ini masih dalam pemantauan pertumbuhan dan untuk hasilnya masih berubah-ubah seiring berjalannya waktu pertumbuhan. Penelitian sebelumnya pada JUN umur 6 bulan dan umur 15 klon terbaik berturut-turut adalah untuk diameter kode klon 19 untuk diameter dan kode klon 24 untuk tinggi. untuk JUN umur 15 bulan kode klon terbaik untuk diameter adalah kode klon 35 dan untuk tinggi kode klon 4. Hal ini terlihat bahwa setiap klon memiliki respon masing-masing di setiap umurnya.

Tabel 9 Rangking sepuluh besar klon-klon terbaik untuk pertumbuhan diameter. tinggi dan daya sintas Diameter Tinggi Daya Sintas (%) No Klon No Klon No Klon Mean Σ Mean Σ Mean Σ Rangking (cm) Klon U30 U15 (cm) Klon U30 U15 (%) Klon U30 U15 1 5.56 64 15 35 556.71 64 15 4 100 16 29 40 2 5.45 63 27 6 547.43 63 27 17 100 15 4 37 3 5.42 62 38 17 541.50 55 8 11 100 16 15 7 4 5.30 63 31 13 535.95 61 22 22 97.92 16 34 34 5 5.22 60 4 28 535.38 60 4 16 97.93 16 9 21 6 5.19 62 19 22 524.90 62 38 6 97.94 16 40 38 7 5.17 59 42 3 522.93 63 31 13 97.95 16 11 26 8 5.10 61 20 11 522.64 63 9 18 97.96 16 12 3 9 5.08 60 28 18 514.93 62 19 35 97.97 16 25 17 10 5.04 61 22 4 511.04 60 28 3 97.98 16 32 13 U30= umur 30 bulan; U15= umur 15 bulan (Nugraha 2012) 15 Serangan Hama Pengembangan klon JUN di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat ini merupakan penanaman secara monokulutur pada areal sekitar 4 ha. Kondisi ini memiliki resiko timbulnya serangan hama dan penyakit. Keadaan ini yang menyederhanakan ekosistem alami menjadi ekosistem buatan yang lebih sederhana, sehingga sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit. JUN yang ditanam tidak lepas dari serangan hama. Di lapangan percobaan banyak ditemui serangan hama pada setiap klon JUN. Untuk setiap serangan hama dilakukan skoring seperti dijasikan pada Tabel 2. Untuk skoring serangan hama yang dijumpai di lapangan disajikan pada Gambar 6. Gambar 6 Intensitas serangan hama klon JUN umur 30 bulan (lihat Tabel 2)

16 Gambar 7 Serangan hama klon JUN: A) serangan penggerek, B) serangan ulat daun, C) serangan rayap, D) serangan Hybalea puera Indikasi hama yang menyerang adalah ulat daun yaitu Hyblaea puera yang biasa menyerang pada umur jati muda (1-3 tahun). Akibat dari serangan ulat ini bisa menyebabkan kematian pada jati (Galeh 2013). Di lapangan juga dijumpai beberapa hama penggerek batang atau oleng-oleng (Duomitur ceramicus) dan juga beberapa tanaman yang terserang hama rayap (ordo Isoptera) seperti disajikan pada Gambar 7. Indikasi serangan yang terjadi pada tingkat serangan lemah adalah sebesar 17% (506 individu). serangan tingkat sedang sebesar 33% (747 individu). dan untuk serangan tingkat tinggi sebesar 50% (1293 individu). Berdasarkan uji Duncan, serangan hama yang sangat nyata pada taraf 1% diamati pada ragam tapak mikro dan interaksi antara klon dengan tapak mikro (Tabel 10). Namun demikian untuk klon juga berpengaruh nyata pada taraf 5%. Tabel 10 Analisis ragam serangan hama klon JUN umur 30 bulan Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F Ms 3 37.74 12.58 22.07 <.0001 ** Clone 41 45.90 1.12 1.96 0.0003 * Ms*Clone 123 116.63 0.95 1.66 <.0001 ** Error 2378 1355.37 0.57 **= sangat nyata; *= nyata Rangking tingkat serangan hama disajikan pada Tabel 11. Tingkat serangan hama tertinggi diamati pada tapak mikro 3 dan pada tapak mikro 2 diamati pola serangan terendah.

17 Tabel 11 Tingkat serangan hama pada setiap tapak mikro Tapak Mikro Mean 3 2.49 a 1 2.33 b 4 2.22 c 2 2.17 c Nilai mean (rata-rata) dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata Bentuk Batang Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting. mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan (Riska 2011). Bentuk batang dari klon JUN umur 30 bulan sudah mulai terlihat polanya. Untuk itu perlu adanya penilaian terhadap bentuk batang untuk mengetahui apakah lurus atau tidak lurus. Tabel 12 menyajikan analisis ragam untuk bentuk batang. Terlihat bahwa keragaman tapak mikro, klon, dan interaksi klon dengan tapak mikro berpengaruh nyata terhadap bentuk batang JUN. Tabel 12 Analisis ragam bentuk batang JUN umur 30 bulan Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F TM 3 87.66 29.22 12 <.0001 ** Clone 41 581.78 14.19 5.83 <.0001 ** TM*clone 123 477.87 3.89 1.6 <.0001 ** Error 2379 5790.45 2.43 ** = sangat nyata Rangking bentuk batang yang terbaik pada tapak mikro 2, untuk rangking terendah adalah tapak mikro 3. Berdasarkan nilai skoring bentuk batang diindikasikan bahwa tapak mikro 2 adalah tempat tumbuh yang cocok dengan JUN sehingga batang yang dihasilkan memiliki kelurusan yang mendekati nilai sempurna. Rangking bentuk batang disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Rangking bentuk batang JUN umur 30 bulan Tapak Mikro Mean 2 5.79 a 1 5.56 b 4 5.55 b 3 5.27 c Nilai mean (rata-rata) dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata Presentase skor bentuk batang disajikan pada Gambar 8 yang menjelaskan bahwa untuk skor 2 dan 3 memiliki presentase sebesar 7%. Untuk skor 4 (bercabang) sebesar 17%, skor 5 sebesar 10%, skor 6 memiliki presentase sebesar 14% dan skor tertinggi 7 yang merupakan batang yang lurus ini hampir mencapai 45%. Hal ini terlihat bahwa klon JUN bisa beradaptasi dengan lingkungannya.

18 Gambar 8 Presentase skoring bentuk batang klon JUN umur 30 bulan (lihat Gambar 3 untuk rincian skoring) Estimasi Perolehan Genetik Estimasi perolehan genetik dan pendugaan respon pertumbuhan klon JUN berumur 30 bulan disajikan pada Tabel 14. Perolehan genetik merupakan penambahan nilai pada sifat yang dirancang dalam program pengembangbiakan dari generasi kegenerasi berikutnya (Soekotjo 2009). Estimasi perolehan genetik merupakan nilai kuantitatif dari respon sebuah populasi terhadap seleksi yang dilakukan pada populasi tersebut (Nugraha 2012). Pada Tabel 14 disajikan estimasi perolehan genetik dari setiap tapak dimana untuk perolehan genetik dan pendugaan respon untuk variabel daya sintas tapak mikro 2 tidak dihitung dikarenakan nilai repeatability tidak ada. Semakin besar nilai repeatability maka semakin besar perolehan genetiknya (Nugraha 2012). Tabel 14 Estimasi perolehan genetik Kriteria TM 1 TM 2 Seleksi D (cm) T (cm) DS (%) D (cm) T (cm) DS (%) D (cm) 0.52 (11.02) 0.16 (3.34) 0.00 (0.00) 0.56 (11.89) 0.42 (8.95) T (cm) 19.68 (4.09) 60.02 (12.47) 0.65 (0.13) 21.28 (4.42) 62.57 (13.00) DS (%) 0.01 (0.01) 0.01 (0.00) 0.03 (0.00) 0.00 (0.00) 0.01 (0.01) TM 3 TM 4 D (cm) 0.61 (12.86) 0.19 (4.06) 0.01 (0.00) 0.45 (9.52) 0.19 (3.98) 0.02 (0.02) T (cm) 21.82 (4.53) 69.38 (14.42) 0.36 (0.38) 18.64 (3.87) 78.64 (16.34) 2.91 (3.09) DS (%) 0.00 (0.00) 0.00 (0.00) 0.04 (0.04) 0.00 (0.00) 0.00 (0.00) 0.09 (0.10) Nilai perolehan genetik ditulis dalam tanda kurung; D=diameter, T=tinggi, DS= Daya sintas Untuk pendugaan respon diseleksi berdasarkan diameter maka respon yang dihasilkan terhadap tinggi berkisar 3.34% 8.95%. Hasil yang didapatkan jika dilakukan seleksi berdasarkan tinggi maka respon terhadap diameter 3.87% 4.53%. Hasil estimasi perolehan genetik klon JUN umur 30 bulan merekomendasikan diameter sebagai karakter seleksi yang berbeda dengan JUN

umur 15 bulan yang merekomendasikan karakter tinggi menjadi dasar proses seleksi (Nugraha 2012). 19 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Klon JUN umur 30 bulan memiliki pertumbuhan yang beragam kecuali daya sintasnya. Pertumbuhan klon JUN umur 30 bulan terlihat masih dalam tahap perkembangan, dimana masih terjadi perubahan urutan klon yang dikategorikan tumbuh terbaik jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada umur 15 bulan. Parameter genetik yang diukur meliputi nilai repeatability, dimana untuk variabel diameter dan tinggi dikategorikan tinggi dengan nilai berturut-turut sebesar 0.948 dan 0.699, namun untuk daya sintas dikategorikan lemah yang diperlihatkan dengan nilai repeatability sebesar 0.291. Korelasi genetik yang diperoleh antara diameter dan tinggi menunjukkan hubungan yang positif sebesar 0.315, sedangkan untuk korelasi fenotipik diperoleh nilai sebesar 0.864, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan JUN umur 30 bulan masih dipengaruhi faktor lingkungan yang kuat. Nilai estimasi perolehan genetik menunjukkan bahwa karakter diameter dapat direkomendasikan sebagai karakter seleksi klon JUN umur 30 bulan. Pengaruh tapak mikro terhadap pertumbuhan JUN umur 30 bulan adalah nyata untuk variabel diameter dan tinggi serta tidak nyata untuk variabel daya sintas. Saran Perlu adanya pengkajian lebih lanjut terkait tingkat perlakuan yang sama pada masing-masing klon jati. Untuk serangan hama perlu adanya pengendalian agar klon JUN dapat tumbuh dengan lebih baik. Selain itu perlu dilakukan studi terkait bentuk batang dan kualitas kayu serta monitoring dan evaluasi terhadap petani penggarap guna kepentingan informasi di masa datang. DAFTAR PUSTAKA Agustian. 2012. Definisi korelasi. [Internet]. [diunduh 2013 Nov 18]. Tersedia pada: http://darylagustian.blogspot.com/2012/04/definisi-korelasi.html. Becker WA. 1992. Manual of Quantitative Genetics. New York (US): Academic Enterprise. Bioteak. 2011. Potensi pasar. [Internet]. [diunduh 2013 Okt 20] Tersedia pada: http://www.jatibioteak.com. Crunel Y, Jacques D, Nanson A. 2001. First multisite clonal test of wild cherry (Prunus avium L.) di Belgium. Silvae Gen. 52(2):45-52. Falconer RE. 1981. Introduction to Quantitative Genetics. London (GB): Longman.

20 Galeh. 2013. Materi siswa sekolah: musim panen ungker. [Internet]. [diunduh 2013 Nov 22]. Tersedia pada: http://materisiswasekolah.blogspot.com/2013 /11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_5.html. Hani A. 2011. Pengaruh penyiraman air laut terhadap bibit nyamplung (Calophyllum inophylum). J Tekno Hutan Tanaman 4(2):79 84. Hidayah N. 2011. Daya sintas dan laju pertumbuhan rasamala (Altingia excelsa Noronha). puspa (Schima wallichii (DC.). dan jamuju (Dacrycarpus imbricatus (Blume) de Laub.) pada lahan terdegradasi di hulu DAS Cisadane [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Macdonald E, Mochan S, Connolly T. 2008. Validation of a stem straighnes Scoring system for Sitka spruce (Picea sitchensis (Bong.) Carr.) [Internet] [diunduh 2013 Nov 26]. Tersedia pada: http://www.forestry.gov.uk. Mathew J, Vasudeva R. 2003. Variation in germination and early vigour among Half-sib families of teak clones of kartanaka. Di dalam: Bhat KM, Nair KKN, Bhat KV, Muralidharan EM, Sharma JK, editor. Quality Timber Products of Teak from Sustainable Forest Management; 2003 Des 2-5; Peechi, India. India (ID): Kerala Forest Research Institute. hlm 372-378. Mulyana D, Asmarahman C. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Nugraha AAC. 2012. Uji pertumbuhan klon jati unggul nusantara (JUN) umur 15 bulan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [PTSB] Persero Terbatas Setyamitra Bhaktipersada. 2011. Jati Unggul Nusantara (JUN). [Internet]. [diunduh 2013 Okt 12]. Tersedia pada: http://www.jatijun.com. Riska D. 2011. Bentuk-bentuk batang. [Internet]. [diunduh 2013 Nov 22]. Tersedia pada: http://riskadifaforester.blogspot.com/2011/04/bentuk-bentukbatang.html. Sas Institute Inc. 2004. SAS/STAT 9.1.3 Help and Documentation. New York (US): Sas Institute Inc. Samudin S, Saleh MS. 2009. Parameter genetik tanaman aren (Arenga pinnata L.). J. Agroland 16(1) :17-23. Sofyan A, Na iem M, Sapto I. 2011. Perolehan genetik pada uji klon jati (Tectona grandis L.f). umur 3 tahun di KHDTK Kemampo. Sumatera Selatan. J Penelitian Hutan Tanaman 8(3):179-186. Syahid A. 2009. Koefisien keragaman. [Internet]. [diunduh 2013 Nov 26]. Tersedia pada: http://abdulsyahid-forum.blogspot.com/2009/04/koefisienkeragaman- kk.html. Soekotjo. 2009. Teknik Silvikultur Intensif (SILIN). Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Wibowo A. 2005. Sejarah Pemuliaan Jati. Di dalam: Siswamartana S, Rosalina U, Wibowo A, editor. Prosiding Seperempat Abad Pemuliaan Jati Perum Perhutani; 2005 Ags. Jawa Tengah (ID): Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan Perum Perhutani. hlm 9-14.

White TL, Adam WT. Neale DB. 2009. Forest Genetic. Washington (US): CABI. Williams ER, Matheson AC, Harwood CE. 2002. Experimental Design and Analysis for Tree Improvement Second Edition. Australia (AU): CSIRO Publishing. Yunus EP. 2011. Respon pertumbuhan awal klon jati unggul nusantara (JUN) di Kabupaten Purwakarta. Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yu Q, Pulkkinen P. 2003. Genotype-environment interaction and stability in growth of aspen hybrid clones. Forest Ecology and Management 173:25-35. Zhang SY, Yu Q, Chauret G. Koubaa A. 2003. Selection for both growth and wood properties in hybrid clones. J Forest Science 49(6):1-8 21

22 LAMPIRAN Lampiran 1 Peta pohon di lapangan penanaman

23

24 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 06 Maret 1991 dari Ayah Maymun dan Ibu Chitra Widhyastuti. Penulis adalah putri pertama dari lima bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 10 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada berbagai organisasi mahasiswa dan kegiatan yang berlangsung di Fakultas, Departemen maupun lingkup Universitas. Penulis bergabung menjadi staff Departemen Kemahasiswaan Badan Eksekutif Mahasiswa E (BEM-E) Fakultas Kehutanan bagian sekretariatan pada tahun 2011-2012, anggota Bussiness Development himpunan profesi Tree Grower Community (TGC) periode 2012-2013, Penulis juga menjadi Kepala Departemen Pengembangan Sumber Daya Anggota LS Bina Desa BEM KM IPB periode 2011-2013. Selain organisasi di atas, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan di Fakultas maupun Departemen, diantaranya sebagai anggota hubungan masyarakat Save Mangrove For Our Earth 2010, Sekretaris Divisi Acara kegiatan Forester Cup 2011, Divisi Acara Forestry Exhibition 2011, anggota divisi acara kegiatan BELANTARA 2011, anggota Medis kegiatan Bina Corps Rimbawan 2011, dan anggota divisi acara Tree Grower Community In Action 2012. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Dendrologi (Tahun Ajar 2012/2013 dan 2013/2014) dan Mata Kuliah Silvikultur (Tahun Ajar 2013/2014). Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Sancang-Kamojang tahun 2011, tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi serta pada bulan Februari-April 2013 penulis melaksanakan Praktik Kerja Profesi di IUPHHK-HTI PT. Wana Subur Lestari, Kalimantan Barat. Penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul Uji Klon Jati Unggul Nusantara (JUN) umur 30 bulan Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat sebagai upaya untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulisan dan penyusunan skripsi ini dilakukan dengan arahan dari Prof Dr Ir Iskandar Z Siregar, MForSc.