32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Menurut Indriantoro dan Supomo (2014) Variabel adalah sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Teori mengekspresikan fenomena fenomena secara sistematis melalui pernyataan hubungan antar variabel.construct adalah abstraksi dari fenomena fenomena kehidupan nyata yang diamati. Variabel, dengan demikian, merupakan proksi (proxy) atau representasi dari construct yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Variabel merupakan mediator antara construct yang abstrak dengan fenomena yang nyata. Variabel memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena fenomena yang digeneralisasikan dalam construct. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel dependen (Y) Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen.variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan Membayar Pajak Kepatuhan dalam hal perpajakan berarti keadaan wajib pajak yang melaksanakan hak, khususnya kewajibannya, secara disiplin sesuai peraturan perundang-undangan serta tata cara perpajakan yang berlaku (Fahluzy, 2014).
33 2. Variabel independen (X) Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas persepsi yang baik atas efektifitas perpajakan, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, dan tingkat kepercayaan terhadap sistem hukum dan pemerintahan. a. Persepsi yang Baik atas Efektifitas Sistem Perpajakan Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan merupakan kesan yang dirasakan oleh wajib pajak terhadap sistem pembayaran pajak. Persepsi yang positif akan mendorong wajib pajak lebih memiliki kemauan dalam membayar pajak, sedangkan persepsi yang negatif akan berdampak sebaliknya. Modernisasi layanan pajak diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak karena dapat mempermudah cara pembayaran dan pelaporan pajak (Fahluzy, 2014). b. Pengetahuan dan Pemahaman tentang Peraturan Perpajakan Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan adalah semua hal tentang perpajakan yang dimengerti dengan baik dan benar oleh wajib pajak.pengetahuan tentang pajak ternyata mempengaruhi kesediaan orang untuk melaporkan pajak terutangnya. Hal ini tentunya akan membawa dampak positif bagi pemasukan negara, dimana wajib pajak akan selalu bertindak jujur dalam memenuhi kewajibannya serta berusaha untuk mematuhi peraturan perpajakan yang ada. Tanpa
34 adanya pengetahuan tentang pajak dan manfaatnya, tidak mungkin orang akan tulus membayar pajak (Fahluzy, 2014). c. Tingkat Kepercayaan terhadap Sistem Hukum dan Pemerintahan Kepercayaan wajib pajak terhadap sistem hukum dan pemerintahan yang berlaku.dalam hal ini tingkat kepercayaan setiap wajib pajak berbeda-beda sesuai penilaian masing-masing individu terhadap keadaan sistem hukum dan pemerintahan (Fahluzy, 2014). berikut: Defenisi operasional dari masing-masing variabel tersebut adalah sebagai 3.1.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel (Fahluzy, 2014) NO VARIABEL INDIKATOR 1 Persepsi yang baik atas efektifitas perpajakan (X1) - Pembayaran melalui e-banking mudah aman dan terpercaya - Pelaporan pajak melalui e-spt dan e-filling sangat efektif - Penyampaian SPT melalui drop box dapat dimana saja. - Peraturan perpajakan dapat di update melalui internet - Pendaftaran NPWP dapat dilakukan melalui e-registration dari website pajak 2 Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan (X2) - jika tidak melaksanakan kewajiban perpajakan akan dikenakan sanksi pajak - pajak yang dibayar dihitung
35 berdasarkan penghasilan bruto per bulan dikalikan 1% - pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan diperoleh dari sosialisasi dari KPP - pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan diperoleh dari training 3 Tingkat kepercayaan terhadap sistem hukum dan pemerintahan (X3) - sistem pemerintahan yang sudah baik - sistem hukum yang sudah baik - keinginan untuk membayar pajak karena politisi dan wakil rakyat sudah menjalankan fungsi dan wewenangnya dengan baik - kepercayaan terhadap pemungutan pajak yang dialokasikan kembali kepada rakyat 4 Kepatuhan wajib pajak. - Sebelum melakukan pembayaran pajak, wajib pajak melakukan konsultasi dengan pihak yang memahami tentang perpajakan - Wajib pajak menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk membayar pajak - Wajib pajak berusaha mencari informasi mengenai tempat dan cara pembayaran pajak - Wajib pajak berusaha mencari informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak - Mengalokasikan dana untuk membayar pajak
36 3.2 Penentuan Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indiantoro dan Supomo, 2014).Adapun Populasi dalam penelitian ini adalah semua wajib pajak UMKM pada KPP Pratama Demak.Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.237 orang. 3.2.2 Sampel Menurut Azwar (2008) sampel adalah sebagian dari keseluruhan individu yang menjadi objek penelitian. Supaya jumlah sampel yang digunakan proporsional dengan jumlah populasi maka jumlah sampel dihitung dengan rumus Slovin sebagai berikut: N n = 1 + N (e)² Dimana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 0,1).
37 Berdasarkan data dari KPP Pratama Demak tercatat jumlah Wajib Pajak UMKM sampai dengan bulan Agustus 2015 sebanyak 1.237orang, karena itu jumlah sampel untuk penelitian dengan moe (e) sebesar 0,1 adalah: 1.237 n = 1 + 1.237 (0,1) 2 n = 92,5 Berdasarkan rumus tersebut, besarnya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 92,5 orang dan untuk memudahkan perhitungan selanjutnya dibulatkan menjadi 93 orang. Sampel penelitian supaya representatif populasi, maka sampel diperoleh dengan menggunakan teknik sampling tertentu, yaitu incidental sampling. Menurut Azwar (2008), incidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang ditemui tersebut sesuai sebagai sumber data. Teknik pengambilan sampel ini menghasilkan 93 Wajib Pajak UMKM dari segala bidang usaha di Kabupaten Demak.Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah kuisioner dimana kuisioner dibagikan kepada Wajib Pajak UMKM dari segala bidang usaha yang sedang menyerahkan SPT di KPP Pratama Demak.Dengan alasan karena pada saat itulah waktu-waktu yang ramai dalam penyerahan SPT masa. 3.3 Jenis dan Sumber Data Menurut Indrianto dan Supomo (2014) Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan
38 data. Sumber data pada penelitian ini adalah data primer, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Dalam hal ini data diperoleh secara langsung dengan membagikan kuesioner atau daftar pertanyaan kepada seluruh Wajib Pajak UMKM yang telah memiliki NPWP di Kabupaten Demak. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah angket merupakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau daftar isian yang harus diisi oleh responden (Azwar, 2008). Pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang harus diisi oleh responden yang digunakan untuk mengukur kepatuhan membayar pajak, persepsi yang baik atas efektifitas sitem perpajakan, pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan, tingkat kepercayaan terhadap sistem hukum dan pemerintahan. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Menurut Azwar (2008), skala Likert berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Responden diminta mengisi pertanyaan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu, yaitu : 1. Kategori Sangat Setuju (SS)diberi skor 5 2. Kategori Setuju (S) diberi skor 4 3. Kategori Netral (N) diberi skor 3 4. Kategori Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 5. Kategori Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
39 3.5 Analisis Data 3.5.1 Uji Instrumen a. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2007). Dengan demikian suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang relevan dengan tujuan pengukuran dan harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson (Azwar, 2007) yaitu mengkorelasikan skor item dengan skor total. Pedoman untuk menetapkan item valid atau gugur adalah dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Suatu item dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel. Sebaliknya, suatu item dinyatakan gugur apabila nilai r hitung < r tabel. Untuk perhitungan validitas ini sendiri menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16.00 for Windows. b. Reliabilitas Menurut Azwar (2007) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Pada penelitian ini digunakan teknik perhitungan reliabilitas koefisien Cronbach Alpha, dengan alasan perhitungan dengan teknik ini akan memberikan harga yang lebih kecil atau sama besar dengan reliabilitas yang sebenarnya (Azwar, 2007). Jadi ada kemungkinan dengan menggunakan teknik ini akan lebih cermat karena dapat mendeteksi hasil yang
40 sebenarnya. Kriteria yang dapat digunakan adalah sebagai berikut ini (Ghozali, 2013): a) Jika nilai Chronbach Alpha > 0,70 maka pertanyaan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah reliabel. b) Jika nilai Chronbach Alpha < 0,70 maka pertanyaan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut adalah tidak reliabel. Perhitungan reliabilitas ini sendiri menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16.00 for Windows. 3.6 Asumsi Klasik Setelah mendapatkan model regresi, maka interpretasi terhadap hasil yang diperoleh tidak bisa langsung melakukan.hal ini disebabkan karena model regresi harus diuji terlebih dahulu apakah sudah memenuhi asumsi klasik.apabila ada satu syarat saja yang tidak terpenuhi, maka hasil analisis regresi tidak dapat dikatakan bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) (Ghozali, 2013). Uji asumsi klasik mencakup hal sebagai berikut : 3.6.1 Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, data dari variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak. Metode yang dipakai untuk mengetahui kenormalan model regresi adalah One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.Untuk mendeteksi normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu: Hipotesis Nol (H 0 ) = data residual terdistribusi secara normal. Hipotesis Alternatif (H a ) = data residual tidak terdistribusi secara normal. Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2013) adalah:
41 a) Jika nilai K-S untuk variabel EARNS dengan probabilitas signifikan nilainya < 0,05. Hal ini berarti hipotesis nol ditolak atau variabel EARNS tidak terdistribusi dengan normal. b) Jika nilai K-S untuk variabel WEALTH dengan probabilitas signifikan nilainya < 0,05. Hal ini berarti hipotesis nol ditolak atau variabel WEALTH tidak terdistribusi secara normal. 3.6.2 Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas maka dapat dilihat dari nilai Varians Inflation Factor (VIF).Bila angka VIF < 10 berarti tidak terjadi multikolinieritas. 3.6.3 Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ini terjadi ketidaksamaan varian dari residu satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residu pengamatan ke pengamatan lain berbeda berarti ada gejala heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut. Model regresi yang baik tidak terjadi adanya heteroskedastisitas. Cara yang digunakan untuk mendeteksi heteroskesdatisitas adalah menggunakan uji Glejser. Uji Glejser adalah meregresikan antara variabel bebas dengan variabel residual absolute, dimana apabila nilai p>0,05 maka variabel bersangkutan dinyatakan bebas heteroskedastisitas.
42 3.7 Analisis Regresi Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.analisis regresi berganda digunakan untuk memprediksi pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap satu variabel dependen, baik secara parsial maupun simultan (Ghozali, 2013). Mengingat penelitian ini menggunakan tiga variabel independen, maka persamaan regresinya sebagai berikut : Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + e Keterangan : Y β 0 β 1... β 3 X 1 X 2 X 3 = Kepatuhanmembayar pajak = Bilangan konstanta = Koefisien arah regresi = Persepsi yang baik atas efektifitas sistem perpajakan = Pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan = Tingkat kepercayaan terhadap sistem hukum dan pemerintahan. 3.8 Uji Hipotesis 3.8.1 Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol (Ghozali, 2013): a) H 0 : b1 = b2 =... = bk = 0, artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
43 b) Ha : b1 b2... bk 0, artinya variabel independen secara sumultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis akan diuji dengan program SPSS dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5% atau 0.05, maka kriteria pengujian menerima atau menolak hipotesis dapat ditentukan sebagai berikut: 1. Jika nilai sig > 0,05 maka H a ditolak. 2. Jika nilai sig < 0,05 maka H a diterima. 3.8.2 Uji t Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H 0 ) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol maka (Ghozali, 2013): a. H 0 : bi = 0, artinya sauatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. b. Ha : bi 0, artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis akan diuji dengna program SPSS dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5% atau 0.05, maka kriteria pengujian menerima atau menolak hipotesis dapat ditentukan sebagai: 1 Jika nilai sig > 0,05 maka H a ditolak. 2 Jika nilai sig < 0,05 maka H a diterima. Kriteria pada pengujian pada uji t dilakukan dengan membandingkan nilai statistik t hitung dengan nilai t tabel menggunakan tingkat signifikan sebesar 5% atau
44 0,05. Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel maka secara individual variabel independen mempengaruhi variabel dependen (H a diterima dan H 0 ditolak). 3.9 Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013).
45