II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Jamur Tiram. digunakan. Jenis dan komposisi media akan menentukan kecepatan pertumbuhan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Kubung ketua kelompok wanita tani Sido Makmur

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

Makalah Seminar Hasil. PENGARUH KOMPOS DAUN GAMAL DAN MOLASE SEBAGAI NUTRISI TAMBAHAN DALAM BAGLOG TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus)

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan. Pemberian perlakuan komposisi media tanam jamur tiram putih (P.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2015.

V. GAMBARAN UMUM P4S NUSA INDAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Jamur yang terletak di Jalan Garuda Sakti KM. 2 Jalan Perumahan UNRI. Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru.

PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH ( Pleurotus ostreatus ) PADA KOMPOSISI MEDIA TANAM SERBUK GERGAJI, AMPAS TEBU DAN KULIT PISANG YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan RAL (rancangan acak lengkap) satu faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA TAMBAHAN MOLASE DENGAN DOSIS YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON, AMPAS TEBU DAN ARANG SEKAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

LINGKUNGAN BISNIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM SEBAGAI USAHA SAMPINGAN

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR SB091358

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

TEKNIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap 1. Pengomposan Awal. Pengomposan awal diamati setiap tiga hari sekali selama dua minggu.

BUDI DAYA JAMUR TIRAM PUTIH

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro pada Serasah Daun Bambu. Unsur Hara Makro C N-total P 2 O 5 K 2 O Organik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Media terhadap Pertambahan biomassa Cacing Tanah Eudrilus eugeniae.

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TAKARAN SUKROSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Jamur 2.2 Jamur Tiram Putih

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

98 Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. UIN Suska Riau yang terletak di Jl. HR. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

Kuliah ke 6 : BUDIDAYA JAMUR

KARYA ILMIAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH SEMINAR (PTH 1507) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM (Pleurotus sp.)

EFEKTIVITAS PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

I. PENDAHULUAN. daerah satu dengan yang lainnya. Menurut konsep geografi yang pernah diuraikan


PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAMUR TIRAM (Pleorotus ostreatus) AKIBAT KONSENTRASI PEMBERIAN MOLASE (GULA MERAH)

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TONGKOL JAGUNG PADA MEDIA TANAM TERHADAP BERAT BASAH JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SEBAGAI BAHAN AJAR BIOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) E-144

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

KARYA ILMIAH E-BISNIS BISNIS JAMUR TIRAM

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri

HASIL DAN PEMBAHASAN. perah dan limbah kubis (Brassica oleracea) pada pembuatan pupuk organik cair

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

PENGOMPOSAN JERAMI. Edisi Mei 2013 No.3508 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guru Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi.

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Jamur Tiram Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog. Pertumbuhan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya. Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh di hutan dan biasanya tumbuh berkembang dibawah pohon berdaun lebar atau dibawah tanaman berkayu. Menurut Triono (2012) budidaya jamur tiram yang baik adalah: 1. Syarat Tumbuh JamurTiram a. Temperatur Miselium jamur tiram tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 29-30 C. Waluapun begitu, dengan temperatur di bawah 29 C, miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang lebih lambat. pertumbuhan tubuh buah jamur tiram yang bentuk seperti cangkang tiram, memerlukan kisaran suhu antara 25-28 C selama 8 sampai 10 hari sejak awal penyiraman. b. Kelembaban Kandungan air di dalam subtrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur. Terlalu sedikit air akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu, bahkan terhenti sama sekali. Apabila terlalu banyak air, miselium akan membusuk dan mati. Kandungan air di dalam substrat jamur akan didapat dengan baik bila dilakukan penyiraman. Jamur tumbuh baik dalam keadaan yang lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. 4

5 Miselium jamur tiram tumbuh optimal pada subtrat yang memiliki kandungan air sekitar 60%. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh buah, memerlukan kelembapan udara sekitar 70-85%. c. Derajat Keasaman (ph) Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada ph media yang netral yaitu antara ph 6,8-7,0. Nilai ph medium diperlukan untuk produksi metabolisme dari jamur tiram, seperti produksi asam organik. d. Ketinggian Tempat Kondisi untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidak mustahil, asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan jamur. 2. Pembibitan Bibit yang dapat digunakan adalah F2. Bibit jamur tiram merupakan penentu kualitas dan produksi jamur tiram. Kualitas bibit yang baik maka produksi dan kualitas jamur tiram akan baik. Induk bibit jamur didapatkan dengan memilih sumber indukan yang baik seperti: spora belum dilepaskan, pertumbuhan miselium cepat, produksi dalam satu rumpun banyak dan berwarna putih cerah. Indukan ditumbuhkan di media agar kemudian di turunkan menjadi bibit F1 dan F2 pada media jagung. Bibit F2 ini lah yang digunakan untuk inokulasi ke baglog. 3. Pembuatan Jamur Tiram Jamur tiram diproduksi dengan memilih dan membersihkan serbuk gergaji. Bagian yang besar dan tajam harus dibuang agar tidak merusak plastik kemasan

6 baglog. Bahan pembuatan baglog di campurkan dalam 100 kg campuran bahan baglog adalah 80 kg serbuk gergaji, 18 kg dedak padi, kapur 2 kg dan air sampai kadar air mencapai 60%. Bahan yang sudah siap kemudian dicampurkan higga rata. Campuran bahan dimasukan ke dalam plastik Polypropylene transparan dengan ukuran 20 x 35 cm dan tebal 0,3. Media harus dipadatkan agar terbentuk baglog yang baik. Media yang bagus adalah kepadatannya merata sehingga miselium akan lebih mudah dalam berkembang dan menjalar. Pengisian dilakukan setinggi 20 cm. Plastik yang berisi campuran baglog kemudian ditutup mulut baglognya menggunakan cincin dan tutup baglog. Baglog yang sudah jadi selanjutnya siap disterilisasi dalam wadah sampai dengan suhu 100 o C. Baglog yang sudah steril dibiarkan selama 8 jam atau sampai dingin pada ruangan yang tertutup untuk selanjutnya dilakukan penanaman bibit. Media yang sudah ditanami bibit disimpan di atas rak. Biarkan sampai seluruh media ditumbuhi dan tertutup miselium. Setelah seluruh baglog media ditumbuhi miselium, tutup kapas dan cincin pada bagian atas baglog tersebut dibuka. Kelembaban lingkungan dipertahankan dengan menyemprot menggunakan sprayer agar jamur tiram dapat tumbuh dengan baik. 4. Panen Jamur tiram adalah jamur yang rasanya enak dan memiliki aroma yang baik jika dipanen pada waktu yang tepat. Ciri-ciri jamur siap panen adalah : tudung jamur belum mekar penuh (ditandai pada bagian tudung jamur masih terlihat utuh atau belum pecah-pecah), warna belum pudar, tekstur masih kokoh dan lentur,

7 ukuran jamur yang siap panen rata-rata berdiameter 5 10 cm. Produksi jamur tiram setiap baglog adalah 400 gram. Produksi ini didapatkan mulai dari inokulasi sampai dengan baglog habis dan tidak dapat panen lagi selama 4 bulan budidaya B. Nutrisi dan Media Tanam Media yang digunakan dalam pertumbuhan jamur tiram berupa kayu tiruan (baglog) yang dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa gergaji kayu, dedak padi, kapur dan air. Media tumbuh jamur tiram disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi jamur tiram. Pertumbuhan yang optimal dapat dicapai bila lingkungannya sesuai serta tersedia nutrisi yang cukup. Protoplas sel memerlukan Nitrogen, Fosfor, dan nutrisi lain. Karbon selain diperlukan untuk pembentukan protoplasma, juga diperlukan sebagai sumber energi, sehingga karbon lebih banyak dibutuhkan dibanding dengan Nitrogen. Nitrogen dibutuhkan untuk pembentukan asam nukleat sedangkan protein dan kitin diperlukan untuk pembentukan dinding sel jamur. Jamur tiram tidak memiliki klorofil sehingga tidak mampu berfotosintesis. Akibatnya adalah jamur tidak dapat mengolah maknannya sendiri dan hanya menyerap nutrisi yang ada di dalam baglog (Triono, 2012). Nutrisi yang ada di dalam baglog diserap oleh jamur tiram sehingga akan cepat habis maka perlu ditambahkan nutrisi. Nutrisi yang biasa ditambahkan diantaranya adalah urea, air leri, air kelapa dan gula dengan cara disuntikkan ke baglog. Urea dan bahan cair lain yang diberikan memiliki harga yang tinggi sehingga tidak efisien. Bahan cair dan urea tersebut juga akan mudah menguap sehingga hanya sedikit yang dapat

8 dimanfaatkan oleh jamur tiram. Metode penyuntikan sangat tidak efektif apabila dilakukan dalam skala besar. Nutrisi yang dapat digunakan adalah bahan sederhana padat dan diaplikasikan dalam baglog sehingga lebih efisien dan lebih tahan lama berada di dalam baglog. Menurut penelitian Lucky (2014) penambahan kompos seresah daun pisang dengan dosis 0 gram, 75 gram, 150 gram dan 225 gram. Dosis terbaik dari perlakuan tersebut adalah 150 gran kompos seresah daun pisang dengan hasil 450 gram/ baglog. Bahan bahan yang dapat digunakan adalah: 1. Daun gamal Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polongpolongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Gamal sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro. Menurut Pujiyanto (1994) Gamal mempunyai kandungan Nitrogen yang cukup tinggi dengan C/N ratio sebesar 15,40 menyebabkan biomasa tanaman ini mudah mengalami dekomposisi. Pujiyanto (1994) mengatakan bahwa dalam kandungan 100 gram daun gamal mengandung sebesar 3,15 persen N, 0,22 persen P, 2,65 persen K, 1,35 persen Ca dan 0,41 persen Mg. Analisis kompos daun gamal dari laboratorium tanah dan pupuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah kandungan C 27, 54%, N 2,61% dan C/N ratio 10,55% (Lampiran 4) Daun gamal banyak dimanfaatkan pada berbagai budidaya tanaman karena kandungan Nitrogennya yang tinggi. Daun gamal perlu dikomposkan agar menjadi unsur yang lebih sederhana sehingga nutrisinya siap digunakan oleh

9 tanaman. Menurut Fajri (2010) Pengomposan dilakukan dengan mencacah daun gamal dan menumpuk daun gamal. Daun gamal yang telah ditumpuk kemudian ditambahkan dedak padi dengan perbandingan 1:0,6. Daun gamal dan dedak padi kemudian disiram menggunakan dekomposer yang dicampur dengan gula dan air. penyiraman dilakukan sampai kadar air mencapai 60%. Pengomposan harus selalu diaduk setiap minggu agar matangnya kompos merata. Pengomposan daun gamal membutuhkan 2 minggu. Kompos daun gamal yang sudah jadi dicirikan dengan warna yang mulai menghitam, bertekstur lunak dan menggumpak ketika dikepal dan tidak beraroma busuk. Nitrogen yang tinggi pada daun gamal dapat digunakan sebagai tambahan nutrisi pada jamur tiram, seperti yang dilakukan Imron (2015) menggunakan 0%, 0,25%, 0,50% urea pada budidaya jamur tiram dengan hasil terbaik adalah 0,50% sebesar 501,75 gram/baglog. Nutrisi tambahan urea dalam baglog sebanyak 0,50% setara dengan 7,5 gram sedangkan 0,25% setara dengan 3,75%. 7,5 gram urea memiliki kandungan N sebesar 3,45 gram. Kandungan 3,45 gram urea dapat digantikan dengan daun gamal sebanyak 120 gram dengan kandungan N 3,56 gram. Adanya penambahan nutrisi berupa Nitrogen ke dalam baglog media tanam jamur tiram yang mampu memenuhi nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Endang (1981) dalam Imron (2015) menjeaskan bahwa Nitrogen (N) merupakan unsur penting dalam pembentukan protein, dan persenyawaan organik lainnya Nitrogen akan diikat oleh jasad renik pengikat Nitrogen sehingga terbentuk protein dalam bentuk asam amino, kemudian ditransformasikan menjadi bentuk yang tersedia bagi jamur yaitu NH4

10 da NO-3 dan penambahan sumber Nitrogen diperlukan untuk peningkatan produksi jamur tiram dan membantu proses lignolitik (proses pendegradasian lignin). Menurut Lisa (2013) Penambahan daun gamal pada kompos dilakukan dengan perbandingan 7:1 atau 35:7 atau sebesar 214 gram/ baglog agar kualitas kompos menjadi lebih baik dengan kandungan C/N ratio yang tepat. 2. Molase Molase merupakan hasil samping pada industri gula dengen wujud berbentuk cair. Molase adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molase merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya oleh karena itu molase memiliki kandungan nutrisi atau zat gizi yang cukup baik. Molase dari tebu merupakan Molase yang memiliki kandungan 25-40% sukrosa dan 12-25% gula pereduksi dengan total kadar gula 50-60% atau lebih. Kadar protein kasar sekitar 3 % dan kadar abu sekitar 8-10% yang sebagaian terbentuk dari K,Ca,Cl, dan garam sulifat. Menurut Thidi Dalika dalam Fathurramhan, (2013) menyebutkan bahwa komponen yang terkandung dalam molase adalah air 20%, sukrosa 35%, glukosa 7%, fruktosa 9%, gula pereduksi 3%, karbohidrat lain 4%, abu 12% dan Nitrogen 4,5%. Pada saat ini telah banyak dimanfaatkan molase sebagai pupuk dan campuran pakan ternak. Molase merupakan cairan kental yang berwarna cokelat gelap dan masih mengandung sejumlah bahan organik. Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Susi (2011) dengan menambahkan molase sebanyak 0 ml, 10 ml dan 15 ml molase dalam baglog. Pemberian molase sebanyak 15 ml/baglog dapat berpengaruh terhadap saat munculnya misellium,

11 jumlah badan buah jamur, berat total badan buah jamur tiram sebanyak 500,35 gram/baglog. Hal yang sama juga diungkapkkan oleh Indah (2013) mengatakan bahwa penambahan molase 16 ml/ baglog memberikan hasil terbaik bagi berat jamur tiram sebanyak 453,5 gram. Menurut Susiana (2010) semakin tinggi kandungan gula yang yang ditambahkan pada baglog maka produksi jamur tiram yang didapatkan juga akan semakin tinggi. Molase masih mengandung gula sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Menurut Susiana (2010) penyerapan nutrisi berupa gula yang terkandung dalam molase diawali dengan perombakan gula yang bantuan oleh enzim pemecah selulosa yang disekresikan oleh jamur melalui ujung lateral benang-benang miselium yang kemudian hasil perombakan tersebut diubah menjadi energi yang digunakan untuk proses respirasi dan pembelahan sel secara metosis sehingga sel-sel miselium bertambah panjang sampai memenuhi media baglog yang telah disediakan. C. Hipotesis Diduga dengan pemberian nutrisi tambahan pada dosis kompos daun gamal 150 gram dan molase 15 ml/baglog efektif untuk perkembangan dan produksi dari jamur tiram.