STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. KEGIATAN DAN PERMASALAHAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

DAFTAR PUSTAKA. Pascasarjana IPB. Bogor

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor Pertanian memegang peranan yang cukup strategis bagi sebuah

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh ; Dian Mirawati Penyuluh pertanian Pertama

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

PENDAHULUAN. kadang-kadang tidak mencukupi (Ekstensia, 2003). Peran sektor pertanian di Indonesia terlebih di Sumatera Utara

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian dimasa mendatang masih memegang peran strategis

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

REVIEW DAN ANALISIS JURNAL INOVASI KOTA SUKABUMI DALAM MENGINTEGRASIKAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN AGRIBISNIS

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

1. PENDAHULUAN. Tabel 1. Batas Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Masyarakat Miskin ( ) Presentase Penduduk Miskin. Kota& Desa Kota Desa

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

Konsep Awal Pembangunan Ekonomi Pertanian Secara Kolektif melalui Organisasi

PERAN KOMUNIKASI DALAM PENGEMBANGAN TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN SEMARANG, PROPINSI JAWA TENGAH

Transkripsi:

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered, participatory, empowering, dan sustainable. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan (Chambers dalam Kartasasmita, 1996). Sektor pertanian sesungguhnya dapat menjadi strategi untuk recovery sekaligus memberikan landasan bagi perkembangan sektor riil dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia semenjak tahun 1997. Hal ini dibuktikan oleh daya hidupnya yang tinggi, ketika sektor-sektor lain ambruk. Salah satu ciri khas usaha pada sektor pertanian adalah melibatkan begitu banyak orang dengan pemilikan sumber daya dan keterampilan yang rendah, serta social network yang kurang mendukung, khususnya untuk memasuki ekonomi modern saat ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan network tersebut adalah melalui strategi pendekatan kelembagaan (Syahyuti, 2003). Secara umum, kinerja ekonomi pedesaan yang didominasi usaha pertanian dan peternakan cenderung lemah, salah satunya, diindikasikan oleh rendahnya kapasitas kelembagaannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pelaksanaan program pembangunan pertanian yang tidak berbasiskan kelembagaan lokal yang telah ada, sehingga kondisinya semakin memudar. Introduksi kelembagaan dari luar yang terasa asing bagi masyarakat berimplikasi kepada lemahnya partisipasi masyarakat dalam kelembagaan tersebut. Akibatnya, partisipasi masyarakat secara keseluruhan lemah dalam aktifitas pembangunan (Syahyuti, 2003). Dalam pengembangan pertanian, diperlukan kelembagaan petani yang kuat, yang bisa dibina dengan memperkuat kelembagaan ekonomi petani di pedesaan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang efektif agar para petani dapat memanfaatkan program pembangunan yang ada secara berkelanjutan, melalui penumbuhan rasa memiliki, partisipasi, dan pengembangan kreativitas, yang disertai dukungan masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan oleh seluruh masyarakat di pedesaan. Pengembangan ini diarahkan pada terbentuknya kelompok-kelompok, dan kerjasama

2 antar kelompok tani, sehingga terbentuk kelompok-kelompok produktif yang terintegrasi dalam kelembagaan koperasi (Bappenas, 2004). Kelompok-kelompok di pedesaaan terbentuk karena adanya ikatan yang didasarkan pada kesamaan usaha, mempunyai tujuan mengelola usaha taninya atas dasar kebersamaan dan pemenuhan sarana usaha. Pembentukan kelompok ini mampu mendorong tumbuhnya kepekaan, kreativitas, inovasi, motivasi, solidaritas dan rasa tanggungjawab serta partisipasi anggota. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lala dan Tonny (2007) kelompok tani merupakan kelembagaan masyarakat di pedesaan yang terbentuk karena adanya interaksi komunitas serta adanya pola kehidupan yang sejenis. Gambaran keberadaan kelompok tani yang ada di Kabupaten Tebo umumnya mempunyai kegiatan disektor perkebunan, peternakan sapi, dan tanaman pangan. Sektor perkebunan dan peternakan untuk wilayah Kabupaten Tebo tidak dapat dipisahkan karena kedua kegiatan ini merupakan kegiatan yang saling mendukung dalam memberikan manfaat pendapatan keluarga kelompok tani. Pada tahun 2006 Kabupaten Tebo memiliki jumlah lahan perkebunan karet 108.440 hektar dan kelapa sawit 30.917 hektar sedangkan populasi ternak besar di Kabupaten Tebo menurut jenisnya yaitu, sapi 21.767 ekor dengan jumlah produksi daging sebanyak 478.509 kg dan kerbau sebanyak 14.147 ekor dengan jumlah produksi daging sebanyak 268.874 kg (BPS Kabupaten Tebo, 2006). Data ini menunjukkan aktivitas usahatani kebun dan ternak banyak dilakukan masyarakat, dalam menjalankan aktivitas petani tergabung melalui wadah kelompok-kelompok tani. Usaha yang dilakukan kelompok-kelompok tani di Kabupaten Tebo pada umumya terkendala oleh beberapa hal, seperti manajemen kelompok, penyediaan sarana produksi, modal usaha, jaringan kerjasama anggota kelompok dan sumberdaya manusia. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi kelompok tani adalah keterbatasan mereka dalam manajemen usahatani. Untuk itu diperlukan upaya dari seluruh komunitas dan stakeholder untuk menjadikan kelompok tani memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada. Pembangunan ekonomi lokal merupakan kerjasama seluruh komponen masyarakat di suatu daerah (lokal) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (sustainable economic growth) yang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi (economic welfare) dan kualitas hidup (quality of life) seluruh masyarakat dalam komunitas (Syaukat, 2007).

3 Masyarakat Desa sebagai pelaku utama proses pemberdayaan dan pengembangan ditingkat lokal diharapkan lebih memahami kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi sehingga mereka lebih mampu mengenali kebutuhan-kebutuhannya, merumuskan rencana-rencananya serta melaksanakan penanggulangan sosial-ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan dengan menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi dan sumber daya lokal. Berdasarkan hasil pemetaan sosial di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, lokasi ini merupakan daerah yang terbentuk berasal dari warga transmigrasi dari Jawa tepatnya Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1979. Petani di Desa ini dalam melaksanakan aktivitasnya tergabung dalam wadah kelompok tani. Pada awalnya usahatani masyarakat Desa Giriwinangun adalah dibidang perkebunan karet dan tanaman pangan. Kondisi kebun yang baru ditanami saat itu, membuat banyaknya tersedia rumput di lahan perkebunan hingga kemudian melalui bantuan pemerintah turut dikembangkan usaha ternak sapi yang digulirkan kepada anggota kelompok tani. Pengembangan kebun karet masyarakat kini berhasil baik menjadi sumber pendapatan petani, terlebih telah tersedianya akses pemasaran berupa pasar lelang karet desa yang dikelola oleh koperasi Sumber Jaya. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap hasil pendapatan kaum petani kebun dengan bersaingnya harga jual kadar karet kering masyarakat. Hingga sekarang selain dari kebun karet, kelompok tani Desa Giriwinangun juga mempunyai usaha ternak Sapi sebagai produk unggulan dalam peningkatan ekonomi keluarga. Pola pengembangan peternakan di Desa Giriwinangun adalah peternakan tradisional, tanpa mempelajari keterampilan dan belajar dari pengalaman. Hampir 75 persen masyarakat pekebun juga memelihara ternak yang tersebar di lima dusun yakni Dusun Pulung Jati Rejo, Dusun Karang Widodo, Dusun Wonoharjo, Dusun Tegal Ombo dan Dusun Sendang Sari. Namun para peternak yang ada di Desa masih melakukan pemeliharaan ternak secara perorangan dan dalam skala kecil (2 6 ekor), dan belum ada usaha dari kelompok untuk melakukan pengorganisasian anggota dalam pembibitan dan penggemukan ternak hingga dapat menjadi usaha yang menguntungkan. Pembangunan dan pengembangan pertanian dan peternakan yang di lakukan masyarakat di Desa Giriwinangun, perlu mengidentifikasi alternatif pola-pola

4 pengembangan tani rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup memadai. Dalam perspektif kedepan, usaha tani ternak rakyat harus dapat lebih terarah dalam pengembangan agribisnis, sehingga ternak tidak hanya sebagai usaha sampingan tetapi hendaknya juga mengarah pada usaha pokok dalam perekonomian keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan menjadi pendapatan utama rakyat dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga tani, seperti pada kegiatan ekonomi keluarga di sektor kebun karet. Dengan demikian bertitik tolak dari kenyataan dan harapan diatas, bagaimana kelompok tani seharusnya menjadi solusi dari permasalahan bagi anggota, menjadi topik yang menarik untuk dikaji. Berdasarkan kondisi tersebut yang menjadi kajian Bagaimana langkah-langkah strategis untuk penguatan kelompok tani dalam pemanfaatan sumberdaya dan upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan praktek lapangan 1 pemetaan sosial dan praktek lapangan 2 evaluasi program pengembangan masyarakat, menunjukkan bahwa potensi sumberdaya lokal di Desa Giriwinangun berpeluang besar untuk dikembangkan jika pengelolaannya lebih baik dan kelembagaan kelompok tani dapat lebih diberdayakan. Salah satu kelompok yang ada adalah kelompok tani Karya Agung dengan aktivitas anggotanya bergerak di bidang usaha tani pada sektor perkebunan karet dan ternak sapi. Kondisi perkebunan karet anggota kelompok tani Karya Agung relatif baik, ini dapat dilihat dari kondisi kebun yang telah berhasil selama 25 tahun menjadi andalan pendapatan keluarga kelompok tani. Namun dengan usia kebun yang sudah mulai tua sekitar 25 28 tahun, menjadi permasalahan tersendiri oleh masyarakat dengan mulai menurunnya produksi karena kondisi tanaman karet tersebut, hingga membutuhkan peremajaan. Selain memerlukan dana yang relatif besar dengan pengadaan bibit, pupuk dan perawatan, juga akan berimbas penurunan pendapatan secara drastis akibat peremajaan. Untuk itu perlu disiasati dengan penguatan penghasilan lain selain kebun. Potensi yang dimiliki anggota kelompok yaitu ternak sapi yang juga diusahakan masyarakat melalui wadah kelompok tani, melalui sub usaha ternak.

5 Kelompok tani Karya Agung memiliki anggota 50 orang, yang bertempat tinggal masih dalam satu jalan jalur (dusun) yang sama. Pada tahun 2008 kegiatan anggota kelompok yang masih berjalan yaitu pertemuan anggota yang tidak rutin, hanya bersifat kalau ada kebutuhan. misalnya, pertemuan pembicaraan penanggulangan pencurian ternak dan langkah-langkahnya. Selain itu di bidang perkebunan mereka juga melakukan pertemuan untuk membahas masalah kebutuhan peremajaan karet. Selain pertemuan, dalam masalah pencarian rumput untuk pakan ternak keluar desa terkadang para anggota kelompok secara bersama mencari rumput demi persediaan pakan ternak, mengorganisasi anggota saat penanggulangan penyakit ternak melalui vaksin. Keterikatan antara anggota terhadap kelompoknya dirasakan lemah, ini terlihat dari : 1) Pengelolaan kebun dan ternak cenderung para anggota individual; 2) Kurangnya diskusi tentang pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman dalam menghadapi masalah baik pada usaha kebun maupun ternak; 3) Tidak ada pembagian tugas baik pengurus maupun anggota kelompok; 4) Administrasi kelompok lemah dengan kurang jelasnya catatan pertemuan, invetarisasi kekayaan kelompok dan hasil pertemuan. Keterikatan anggota dan kelompok terlihat bila ada program pemerintah. Kelompok memfasilitasi pemberitahuan pada anggota dan sebagai wadah mengumpulkan anggota bila ada pembicaraan masalah bantuan. Kendala yang dihadapi dalam berkebun karet selain kebutuhan peremajaan adalah sumberdaya manusia. Dalam menghasilkan produksi kadar karet kering (K3) seringkali petani kurang memperhatikan kualitas karet yang di hasilkan dengan banyaknya campuran kulit kayu karet (tatal) dan kandungan air yang banyak hingga berpengaruh terhadap harga karet yang dihasilkan. Akibatnya karet dibeli dengan harga murah oleh toke (tengkulak pengumpul) dan penawar/pembeli karet di pasar lelang karet desa. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan ternak oleh kelompok tani Karya Agung adalah kurangnya minat anggota untuk menanam rumput pakan ternak pada lahan mereka. Ini dilatarbelakangi kurangnya pengetahuan anggota kelompok, dan penanaman rumput dinilai kurang mendatangkan keuntungan atau kurang bernilai ekonomis, lebih untung bila ditanami tanaman karet. Padahal keduanya bisa sejalan misalnya, dengan menanam rumput dipinggiran kebun dan pekarangan mereka. Petani lebih memilih mencari rumput jauh ke wilayah desa tetangga. Dampaknya mereka harus meluangkan waktu dan biaya transportasi tambahan untuk itu, yang berakibat

6 pada berkurangnya keuntungan usaha. Anggota kelompok menganggap ternak sebagai simpanan (tabungan) bila memerlukan dana, kurang berorientasi produksi karena hasil yang dapat dinikmati memerlukan waktu sampai ternak siap dijual. Kondisi ini sangat berbeda dengan usaha kebun karet yang mendatangkan penghasilan cepat dan terhitung bisa setiap minggu. Kelompok tani Karya Agung seharusnya dapat berperan merumuskan suatu program kegiatan pemecahan masalah yang dihadapi secara berkelanjutan yang menimbulkan nilai tambah ekonomi dari kegiatan yang saling mendukung antara kebun dan ternak melalui program pengembangan. Dengan begitu tercipta pola hubungan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip simbiosis mutualisme dimana kebun dan ternak mendapatkan keuntungan, karena saling membutuhkan. Ternak membutuhkan rumput yang disediakan lahan kebun sedangkan kebun membutuhkan kompos yang dihasikan ternak sapi. Kelembagaan kelompok tani Karya Agung kurang berfungsi, akibat design by top down approach, belum bersifat kolektif, kurangnya kerjasama, kurang inovasi dan kurang bersifat aktif mengorganisasikan anggota dalam memecahkan masalah yang ada. Kelemahan kelompok tani ini dapat dilihat dari lemahnya kepemimpinan pengurus, tidak ada pertemuan rutin dan kelemahan manajemen usahatani. Akibatnya kelompok belum berjalan sesuai dengan kaidah pemberdayaan masyarakat, belum memperhatikan sisi kemandirian dan keberlanjutan. Potensi lahan di Desa Giriwinangun seluas 3.600 hektar, sebagian besar di manfaatkan untuk lahan Perkebunan seluas 3.286 hektar (91%). Lahan yang dimiliki oleh anggota dan pengurus kelompok tani Karya Agung sebanyak 588 hektar (16,3%). Bila dimanfaatkan secara efektif dan pola yang lebih terpadu, seharusnya lahan kebun dan ternak sapi dapat lebih berkembang menjadi andalan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan. Idealnya, kelompok tani seperti Karya Agung harus kuat dan bersifat aktif. Dengan kuatnya kelompok akan menghasilkan jaringan kerjasama yang baik sehingga anggota dapat menjadikan kelompok sebagai wadah saling tukar informasi, saling asah asih asuh dalam menghadapi permasalahan yang timbul pada pengembangan usaha kebun dan ternak. Kelompok dapat menjadi solusi dengan menggerakkan penanaman rumput, menggunakan pola pembagian kerja diantara anggota, berwawasan produksi untuk memaksimalkan usaha ternak yang berujung pada peningkatan pendapatan.

7 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, rumusan masalah kajian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana masalah yang dihadapi oleh kelompok tani Karya Agung dalam mengembangkan usaha tani anggota? 2. Potensi apa saja yang dimiliki kelompok tani Karya Agung dalam mengatasi permasalahan? 3. Strategi apa yang dapat dikembangkan dalam penguatan kelompok untuk mengembangkan usahatani kelompok tani Karya Agung di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo? 1.3. Tujuan Kajian Kajian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi kelompok tani Karya Agung dalam mengembangkan usaha kebun karet dan ternak sapi. 2. Mengidentifikasi potensi penguatan kelompok tani Karya Agung dalam rangka pengembangan usahatani anggotanya 3. Merumuskan strategi penguatan kelompok dan menyusun program pengembangan usahatani kelompok tani Karya Agung di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo. 1.4. Kegunaan Kajian Kegunaan dan manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah : 1. Untuk dapat menjadi bahan masukan bagi penguatan kelompok dan peningkatan ekonomi petani dalam kerangka pemberdayaan masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. 2. Kajian ini dapat dijadikan model penguatan kelompok tani dalam meningkatkan pendapatan usaha oleh Kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun Kabupaten Tebo. 3. bagi penulis, kajian ini dapat menambah pengetahuan tentang kondisi kelompok di pedesaan, permasalahan-permasalahan kelompok dan strategi yang dapat dilakukan untuk membantu penguatan kelompok tani.