TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam menjalankan kemitraan. Komposisi kemitraan itu sangat bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku ekonomi seperti produsen, pedagang, eksportir, pengolah, pemerintah daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga riset lain, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya (Haeruman, 2001) Kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasarkan kontrak. Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan pembeli atau pemasok teradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan (Linton, 1997). Kemitraan menyediakan banyak manfaat dan kegunaan dari fungsinya yaitu sebagai berikut: 1. Membangun hubungan jangka panjang. 2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang. 3. Perencanaan produk yang difokuskan. 4. Kesadaran pelanggan ditingkatkan.
5. Membuka saluran saluran penjualan. 6. Mengendalikan biaya biaya penjualan. (Linton, 1997) Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Aktivitas PKBL merupakan wujud nyata dari program penanggulangan dan pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah, dimana masyarakat miskin merupakan sasaran utamanya (Anonimous, 2009). Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Artinya CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre), melainkan sentra laba (Profit centre) di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbal baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan (Wibisono, 2007). Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) sebenarnya adalah sebuah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan Tripple bottom line yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang sustainable (Berkelanjutan) (Ambadar, 2008).
Istilah Tiripple Bottom Line dipopulerkan oleh John Elkington pada tahun 1997 dimana Elkington berpendapat bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan 3P yaitu : Profit (keuntungan) merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha Masyarakat (People) merupakan salah satu stakeholder yang penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan atau kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan, dimana perusahaan harus berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat. Lingkungan (Planet) adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang kehidupan manusia (Wibisono, 2007) Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga sebagai berikut : Sosial (People) Lingkungan (Planet) Ekonomi (Profit) Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi financialnya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya artinya selain mengejar profit perusahaan juga memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People)
dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (Planet) (Wibisono, 2007). PKBL sebagai upaya penanggulangan kemiskinan seyogyanya ditujukan untuk the poorest yaitu untuk mengurangi beban masyarakat miskin dan economically active poor yaitu untuk meningkatkan produktivitas dan kemudian pendapatannya. Program Kemitraan terhadap usaha kecil masyarakat dan Bina Lingkungan merupakan salah satu program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN (Anonimous, 2009). Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu pendorong kekuatan terdepan dan pembangunan ekonomi. Gerak sektor UKM amat vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. UKM cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut dan arah permintaan pasar. Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan sektor usaha lainnya, dan mereka juga cukup terdiversifikasi dan memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan. Keikutsertaan sektor swasta dan wakil dari masyarakat sangat berperan dalam meningkatkan dinamika suatu kemitraan dan kecenderungan di dunia usaha sekarang bahkan kepada pembangunan usaha yang semakin besar, tetapi kepada unit usaha kecil atau menengah dan independen sehingga menjadi lincah dan cepat tanggap dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang cepat dipasar (Anonimous, 2009). Usaha kecil yang menerima pinjaman modal untuk pengembangan usahanya dari dana program kemitraan disebut Mitra Binaan yang merupakan
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil serta memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan maksimal Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Milik warga Negara Indonesia. Berdiri sendiri, tidak merupakan anak atau cabang perusahaan yang dimiliki serta berafiliasi baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. Pembentukan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun Belum mempunyai persyaratan perbankan (non bankeble) (Bag. PKBL PTPN II, 2009) Program Kemitraan BUMN tersebut tidak hanya berupa pemberian pinjaman tetapi juga pembinaan dimana masyarakat dibina agar bisa mandiri dan memiliki pola pikir yang maju untuk mengembangkan usaha kecilnya. Adapun pola pembinaan yang dilakukan terhadap usaha kecil masyarakat adalah : 1. Pola pembinaan Langsung yang terdiri dari : Pola Pembinaan Murni dimana pengusaha kecil diberi pinjaman modal untuk biaya modal kerja atau investasi dalam rangka untuk meningkatkan usahanya. Pola Inkubator, dimana perusahaan memberikan tempat untuk lokasi kerja dan pelatihan, pembekalan teknis produksi, manajerial dan
pemasaran secara intensif kepada pengusaha kecil pemula agar mampu menciptakan pendapatan melalui kegiatan produktif selama waktu yang ditentukan. Pola kemitraan, dimana perusahaan bekerja sama dengan instansi/lembaga/koperasi yang dapat menampung hasil produksi pengusaha kecil sekaligus sebagai penjamin terhadap pinjaman yang diberikan oleh perusahaan kepada pengusaha kecil dengan prinsip saling menguntungkan 2. Pola kerjasama antara BUMN pembina dengan BUMN pembina lainnya, misalnya dengan membentuk konsorsium. Program ini merupakan bentuk kerjasama yang dilakukan dua atau lebih BUMN dalam melaksanakan pembinaan terhadap mitra binaan usaha kecil, mikro secara bersama-sama. 3. Pola Satuan Kerja, dimana BUMN bekerjasama dengan pihak Pemerintah Kabupaten/Kota dengan membentuk satuan kerja., dan pihak Pemerintah Kabupaten/Kota sekaligus bertindak sebagai affalis. 4. Pola Kerjasama dengan Lembaga Keuangan/Perbankan, yaitu dengan memanfaatkan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang akan dipergunakan oleh pihak perbankan untuk menjamin kredit yang akan disalurkan oleh pihak Perbankan. (Anonimous, 2009) Kualitas pinjaman dana program Kemitraan dinilai berdasarkan pada ketepatan waktu pembayaran kembali pokok dan jasa administrasi pinjaman Mitra Binaan. Dalam hal ini Mitra Binaan hanya membayar sebagian angsuran, maka pembayaran tersebut terlebih dahulu diperhitungkan untuk pembayaran jasa
administrasi dan sisanya bila ada untuk pembayaran pokok pinjaman. Adapun penggolongan kualitas pinjaman yang ditetapkan oleh kementrian BUMN adalah ebagai berikut Lancar : Pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi tepat waktu dan selambat-lambatnya 30 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Kurang lancar : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 30 hari dan belum melampaui 180 hari dari tanggal yang telah disetujui bersama. Diragukan : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 180 hari dan belum melampaui 270 hari dari tanggal yang telah disetujui. Macet : Terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman yang telah melewati 270 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama. (Anonimous, 2007) Landasan Teori Kata evaluasi dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan dari Penilaian yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati (Mardikanto, 1993). Evaluasi merupakan suatu proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi sehingga dapat
melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif (Tayibnapis, 2000). Tujuan evaluasi bisa bermacam-macam, yaitu sebagai pekerjaan rutin, atau tanggung jawab rutin, untuk membantu pekerjaan manajer dan karyawan dengan tujuan yang lebih banyak, dan informasi yang lebih lengkap dari yang sudah ada, atau memberikan informasi untuk tim pembina atau penasihat, untuk klien, untuk direktur dan pemberi dana atau sponsor (Tayibnapis, 2000). Evaluasi program merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali draft/usulan program yang sudah dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan. Selain evaluasi tentang bagaimana proses perumusan program juga dievaluasi tentang semua unsur program, yang menyangkut pengumpulan informasi (data, fakta), analisis keadaan, perumusan masalah, tujuan, dan caracara mencapai tujuan yang menyangkut : kegiatan yang akan dilaksanakan, metoda yang diterapkan, sasaran kegiatan, volume kegiatan, tempat/lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan, serta jumlah dan sumber dana yang akan dipergunakan. Menurut Rossi, kegiatan evaluasi sangat penting terhadap: Siapa (kelompok) sasaran program, dimana lokasinya, dan bagaimana spesifikasi kelompok sasaran program tersebut? Apa metoda terbaik yang akan diterapkan, demi tercapainya tujuan yang diinginkan? Apakah program tersebut benar-benar konsisten dengan tujuan yang diinginkan? Seberapa jauh peluang keberhasilan program yang akan dilaksanakan itu? (Mardikanto, 1993)
PTPN II merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang Agrobisnis perkebunan dengan mengelola kebun kelapa sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu serta kegiatan rumah sakit dan pabrik fraksionasi. Perusahaan ini juga mengembangkan Perkebunan Kelapa Sawit dengan pola PIR dan Kredit Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). PTPN II ini bertujuan untuk melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya disektor pertanian dalam arti yang seluas-luasnya, berdasarkan kepada azaz : - Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional. - Memperluas lapangan kerja. - Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air, serta kesuburan tanah. (Anonimous, 2007) Secara konseptual, kemitraan mengandung makna adanya kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan. Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan harus diperhatikan dalam konsep tersebut (Sumardjo, dkk. 2004) Kerangka pemikiran Dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia dan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : KEP-18 /MBU/2005 NOMOR :
02/SKB/M.KUMK/IV/2005 menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan tanggung jawab sosial setiap BUMN perlu ikut serta bertanggung jawab dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya di bidang perekonomian, dengan meningkatkan lapangan pekerjaan, peningkatan pendanaan usaha mikro, kecil dan koperasi di seluruh daerah. Maka pada tahun 2007 dikeluarkan peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan Bina Lingkungan. Tumbuh dan berkembangnya usaha kecil dan menengah masyarakat adalah cerminan dari perkembangan ekonomi dari masyarakat. Dimana masyarakat mulai memikirkan cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan mulai memperbaiki taraf hidupnya dengan cara meningkatkan pendapatan. Perkembangan mitra binaan dapat dilihat dari perkembangan tingkat pendapatannya sebelum dan sesudah menerima bantuan dana dan pembinaan. Berkembangnya tingkat pendapatan dari mitra binaan biasanya dilihat dari kemajuan usaha yang dijalankan oleh mitra binaan dan kelancarannya dalam pembayaran pinjaman setiap bulannya kepada pihak BUMN. Dalam tingkat penggolongan pengembalian pinjaman sering terlihat ketidaksesuaian antara pengembalian dana bantuan dan dana bantuan yang diberikan, selain itu pengembalian jumlah pinjaman juga tidak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui apakah tujuan dan rencana program yang dilaksanakan oleh PKBL BUMN sesuai atau tidak, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap BUMN PTPN II. Selain itu dari hasil evaluasi tersebut juga akan diketahui apakah
program tersebut sudah berhasil atau tidak yaitu dengan melihat bagaimana hubungan yang terjalin antara BUMN PTPN II dengan mitra binaan dan melihat bagaimana tingkat pengembalian pinjaman Mitra Binaan apakah lancar, kurang lancar, diragukan dan macet. Adapun skema kerangka pemikiran adalah sebagai berikut : BUMN (PTPN II) UKM (Mitra Binaan) Bantuan Dana/Pinjaman Pendapatan (Rp.) Penggolongan Pengembalian Kualitas Pinjaman Evaluasi Gambar 1. Skema kerangka pemikiran Keterangan : Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet Menyatakan saling/ Kemitraan Menyatakan Pengaruh Hipotesis Penelitian Lancar 1. Sistem pemberian bantuan dana Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara PTPN II (PERSERO) kepada calon Mitra Binaan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
2. Ada perbedaan pendapatan Mitra Binaan sebelum dan sesudah menerima bantuan dana Program Kemitraan PTPN II. 3. Tingkat pengembalian pinjaman dari Mitra Binaan kepada bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di PTPN II adalah lancar. 4. Program Kemitraan BUMN yang dilaksanakan berhasil METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian