BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya untuk menjawab permasalahan dalam rumusan masaalah pada bab I (hlm.5) maka tentunya kita dapat membuat sebuah konklusi bahwa BS merupakan bahasa yang termasuk unik dari segi struktur ketatabahasaannya. Dalam realisasinya, kalimat tunggal BS ada yang berpola S-P dan adapula yang menggunakan pola P-S jika unsur pengisi fungsi P diisi oleh kata yang berkategori adjektif. Pola P-S ini juga berlaku pada beberapa didunia bahasa seperti bahasa Inggris, Hungaria dan bahasa Yunani. Terdapat tujuh pola struktur kalimat tunggal dalam BS dengan menghadirkan unsur pengisi fungsi P yang bervariasi pada kalimat yang berpola S-P. Tujuh Pola struktur kalimat tunggal BS yaitu (a) pola S-P yang kemudian diperluas dengan menambahkan unsur lain pada pengisi fungs P-nya diantaranya yaitu fungsi P diisi oleh (1) verba intransitif, (2) fungsi P-nya diisi oleh nomina atau frase nomina, (3) fungsi P-nya diisi oleh adjektiva atau frase adjektiva, (4) fungsi P-nya diisi oleh numeralia atau frase numeralia, (5) fungsi P-nya diisi oleh frase preposisional. Selain itu, kalimat tunggal BS berpola S-P dengan unsur pengisi fungsi S-nya diisi oleh nomina (N), frase nomina (FN), pronominal (Pron) serta ada juga fungsi pengisi S-nya yang berupa bentuk akumulasi dari nomina dan pronomina serta frase nomina dan pronomina. (b) pola kedua yaitu pola P-S 159
160 dimana predikat mendahului subjek. (c) Pola ketiga adalah kalimat dengan pola S- P-O dimana funsi P-nya diisi oleh adjektiva dan fungsi O-nya diisi oleh pronominal sebagai pemarkah nomina yang mengisi fungsi S. (d) Pola keempat adalah kalimat dengan pola S-P-Pel. Pola kalimat tunggal BS dalam bentuk ini adalah bentuk kalimat yang unsur pengisi fungsi P-nya diisi oleh verba intransitif berpelengkap wajib. Artinya verba pengisi fungsi P sangat membutuhkan unsur Pel. (e) Pola kelima adalah kalimat dengan pola S-P-Ket. Kalimat tunggal BS berpola ini membutuhkan kehadiran keterangan berupa frase berpreposisi untuk melengkapi verba aktif transitif pengisi fungsi P-nya. (f) Pola keenam adalah kalimat dengan pola S-P-O-Ket. Pola ini hampir sama dengan pola S-P-Ket, hanya saja pada bagian ini tidak ada unsur pengisi fungsi O. (g) Pola yang terakhir atau pola ketujuh adalah kalimat tunggal BS dengan pola S-P-O-Pel. Pola yang terakhir ini unsur pengisi fungsi P-nya dalah verba dwitransitif atau bitransitif yang senantiasa mengharuskan hadirnya dua buah nomina sesudah unsur pengisi fungsi P yang berfungsi untuk mengisi fungsi O dan Pel. Kalimat aktif dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu kalimat aktif yang berobjek yang sering dinamai kalimat aktif transitif, dan kalimat aktif yang tak berobjek yang juga dinamai kalimat aktif intransitif. Dalam kalimat aktif transitif menggunakan verba transitif sehingga memerlukan kehadiran objek untuk melengkapi predikat pada kalimat aktif transitif, dan pada kalimat aktif intransitif menggunakan verba intransitif sehingga tidak memerlukan kehadiran objek untuk melengkapi predikat pada kalimat tersebut. Dalam membentuk kalimat aktif, BS memiliki sejumlah afiks seperti [ba-, bal, ta-, ma-, pa-, mana-, dan paka] namun afiks-afiks ini tidak dapat digunakan
161 untuk membentuk kalimat aktif seperti pada bahasa Indonesia yang predikat verba/perbuatan aktif pada umumnya ditandai oleh penggunaan kata kerja berafiks men-, ber-. Oleh karena BS menggunakan kata kerja aus, sehingga tidak ada afiksasi dalam kalimat seperti pada bahasa Indonesia. Kalimat aktif BS hanya menggunakan verba dasar tanpa afiks pada glosnya namun dalam proses terjemahan akan membentuk kalimat atktif yang berafiks men- dan ber- seperti pada bahasa Indonesia. Kalimat aktif BS juga dapat dibentuk dengan menggunakan leksikon [bau] sebagai verba bantu dalam membentuk sebuah kalimat tunggal yang berperan aktif. Kalimat pasif adalah kalimat yang unsur S-nya dikenai sebuah tindakan. Tidak semua kalimat aktif transitif BS dapat dirubah menjadi kalimat pasif dalam BS. Kalimat pasif BS dapat dibentuk dengan menghadirkan konstituen [dahi, bal, dan mat] sebagai verba bantu yang bervalensi dengan verba transitif yang menyatakan tindakan atau perbuatan yang langsung bersentuhan dengan penderita dalam bentuk sentuhan fisik antara pelaku yang dinyatakan pada unsur pengisi fungsi O dan penderita atau yang menerima tindakan sebagaimana yang dinyatakan dalam pengisi unsur fungsi S dalam kalimat pasif atas perbuatan/tindakan yang dinyatakan pada verba transitif pengisi fungsi P dalam kalimat aktif transitif BS. Kategori atau kategori-kategori adalah bagian terpenting kedua dalam tataran sintaksis. Kategori pengisi fungsi P dalam BS meliputi nomen atau kata benda, verba atau kata kerja, preposisi atau kata depan dan atau frase preposisi, konjungsi atau kata sambung, adjektiva atau kata sifat, numeralia atau kata
162 bilangan, dan lain sebagainya. Kategori bukanlah konsep relasional; hubungan antar kategori bersifat sistemik. Fungsi sintaksis pengisi unsur kalimat tunggal BS diantaranya yaitu fungsi pengisi unsur P yang diisi oleh verbum sebagai konstituen utama yang disertai konstituen subjek dibagian kiri dan ditambah dengan konstituen objek jika ada. Fungsi pengisi unsur S dan O biasanya diramaikan oleh promosi nomen yang bertindak sebagai pelaku (agent) untuk fungsi S dan sebagai tema (theme) untuk pengisi fungsi O dalam sebuah kalimat. Fungsi pengisi unsur Pel adalah kata atau kelompok kata yang membantu untuk memberikan kelengkapan untuk memahami makna subjek, dan objek, atau kata kerja. Pengisi unsur Pel biasanya diramaikan oleh nomina dalam bentuk nama diri yang kadang juga disebut objek tak langsung (indirect object). Dan Ket adalah fungsi yang sifatnya manasuka, artinya bahwa kalaupun tanpa unsur Ket namun kalimat tersebut masih dapat berterima. Selain tentang fungsi dan kategori, ada juga peran yang menempati urutan terkhir dalam tataran sintaksis. Bahwa peran-peran semantis pengisi unsur kalimat tunggal BS dapat diramaikan oleh beberapa peran yaitu, pelaku, sasaran, pengalam, peruntung, atributif dan peran keterangan. Dalam struktur-struktur peran kalimat tunggal BS ada yang berperan sebagai pendamping inti dan ada juga yang berperan sebagai peran pendamping bukan inti. Peran-peran pendamping inti kalimat tunggal BS yaitu perang agentif, benefaktif, lokatif, reseptif, objektif, dan instrumental. Peran-peran pendamping bukan inti dalam kalimat tunggal BS adalah peran temporal, kausal, metodikal, dan identify.
163 5.2 Saran Penelitian bahasa yang mengulas tentang kalimat tunggal sesungguhnya sangat kompleks, namun dalam penelitian tentang kalimat tunggal BS ini penulis sudah berupaya untuk mengkaji pola pembentukan kalimat tunggal BS yang meliputi tataran fungsi, kategori dan peran namun rasanya masih perlu ada kajian lanjutan yang mungkin lebih fokus pada satu kajian saja; misalnya tentang kalimat tunggal berpredikat kategori verba atau khusus membahas tentang kategori atau kategori-kategori ataupun fungsi atau peran saja sehingga mungkin lebih mengarah pada sebuah konklusi yang lebih akurat. Penulis tentunya merasa bahwa kajian ini sesungguhnya sudah sangat baik bila dibandingkan dengan kemampuan penulis namun tentunya sangat disadari pula bahwa bahasa adalah hal yang unik dan tak ada batasnya untuk dikaji dan ditelaah. Rasanya masih banyak hal yang perlu ditelusuri dari BS sehingga sebagai penutur asli (native speaker) akan menjadi sebuah kebanggan yang besar jika ada linguis berikutnya yang berkenaan mengkaji BS dari kajian yang berbeda atau melanjutkan kajian tentang kalimat tunggal dalam tataran yang lebih kompleks lagi. Oleh karena itu, dapat disarankan semoga ada yang memfokuskan kajiankajian berikutnya mengenai BS pada tataran frase, klausa, ataupun kalimat dalam bentuk yang lebih kompleks lagi atau bahkan wacana, karena sesungguhnya BS juga sudah pernah dikaji oleh Umasugi dalam tesisnya yang berjudul sistem morfologi verba BS. Untuk bidang kajian yang dipaparkan diatas semoga ada yang berminat untuk mengkaji dan berkenan menelitinya sehingga BS juga tetap eksis sebagai sebuah peradaban dan kearifan lokal serta bisa meramaikan linguistik nusantara.