BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. 1. KeadaanLingkungan SMA BhinekaKarya 6 Boyolali SMA Bhineka Karya 6 Boyolali berada di kecamatan Juwangi Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah, di Kota kecamatan, dimana SMA BHINNEKA KARYA 6 BOYOLALI berada kurang lebih 60 KM dari kabupaten. Karena itu dapat dipahami bahwa siswa disekolah ini pada umumnya berasal dari pedesaan yang berada disekitar kota kecamatan. Di SMA Bhinneka Karya 6 Boyolali berlaku sistem penilaian yang dimaksudkan agar siswa belajar secara teratur, penilaian itu terutamanya dengan menggunakan tes sebagai alatnya yang terdiri atas : Ulangan harian meliputi materi pelajaran satu standar kompetensi yang telah disampaikan Tugas meliputi materi pelajaran yang dihubungkan dengan kenyataan didunia nyata atau kompilasi dari berbagai sumber bacaan. TTS ( Tes Tengah Semester) meliputi bahan pelajaran sampai tengah semester. TAS ( Tes Akhir Semester ) meliputi semua bahan dalam semester itu dengan catatan bahan dalam tes tengah semester diambil 10 % - 20%. Ulangan harian dimaksudkan agar siswa belajar secara teratur dan terjadwal di rumah, sementara tugas dimaksudkan agar siswa terdorong untuk belajar secara kelompok. Bahan tes. Sementara nilai rapot didapat dari pengolahan ulangan harian dengan bobot 10%, Tugas dengan bobot 10%, Tes Tengah Semester bobot 30% dan Tes Akhir Semester bobot 50%.
Dari nilai raport semester tersebut menjadi unit analisis. Dalam prakteknya ulangan harian hanya dilakukan kurang lebih 3 x / semester, sementara tugas hanya 2 x dalam satu semester. Hasil perolehan skor yang dimaksud disajikan dalam lampiran yang sesudahnya dikelompokkan dan hasilnya disajikan dalam tabel prestasi belajar siswa. 2. PrestasiBelajar Hasil temuan dalam penelitian di peroleh data prestasi belajar dalam mata pelajaran ekonomi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Prestasi Pelajaran Mata Pelajaran Ekonomi Semester I SMA Bhinneka Karya 6 Boyolali Tahun 2008 / 2009 ( n = 40 ) No Prestasi belajar ( Hasil konversi ) Jumlah 1 Tuntas 23 57,5 2 Tidak Tuntas 17 42,5 3. Keteraturanbelajar di Rumah Seperti diungkap pada Bab II, keteraturan belajar dilihat dari agihan waktu yang disediakan siswa untuk belajar diluar jam sekolah. Adapun sebaran responden berdasarkan kategori keteraturan belajar
Tabel 4.2 Agihanwaktubelajarsiswakelas XI IPS SMA BHINNEKA KARYA 6 BOYOLALI per minggudalammenit ( n = 40 ) No Kategori Keteratuarn Jumlah 1 < 180 menit 5 12,5 2 180 menit - < 216 menit 23 57,5 3 216 menit) 12 30 Sumber : Data diolah oleh penulis Dalam pelaksanaannya bisa jadi jam belajar yang banyak tetapi hanya ditumpuk pada beberapa hari saja. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3.agihan haribelajarsiswakelas XI IPS SMA BHINNEKA KARYA 6 BOYOLALI per minggudalamhari. ( n = 40 ) No Kategori Keteratuarn Jumlah 1 <2 hari / minggu 21 52,5 2 2 3 hari/ minggu 17 42,5 3 3 hari / minggu 2 5 Sumber : Data diolah oleh penulis. Bila dibandingkan dengan data dari kedua tabel di atas bisa ditafsirkan bahwa ada siswa yang belajar lebih dari 216 menit tetapi hanya di kebut dalam dua hari saja per minggu. Bisa juga sebaliknya. Hal seperti ini tentu akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Tabel 4.4 Distribusiskorketeaturanbelajarsiswamenurutkecukupanwaktudalammenit /minggudanhari / minggu. No Kategori Keteratuarn Jumlah 1 Tidakteratur ( < 3 ) 12 40 2 Kurangteratur ( 3 - < 5 ) 23 57,5 3 Teratur 5 5 12,5 Data : diolah oleh penulis Apabila keteraturan belajar dikaitkan dengan prestasi belajar siswa maka diperoleh gabungan seperti pada tabel 4.5 4. HubunganAntaraKeteraturanBelajardanPrestasi Tabel 4.5. Hubungan keteraturan belajar dan prestasi akan di sajikan dalam crostab berikut ini. ( n =40 ) Prestasi TIDAK TUNTAS TUNTAS JUMLAH Keteraturan Tidak Teratur 7 5 12 Kurang teratur 8 15 23 Teratur 0 5 5 Jumlah 17 23 40 Data : diolah oleh penulis
B. Pembahasan Berdasarkan data hasiltemuan di lapangannampakbahwadengankriteriaprestasiberdasarkanpenilaiansebagaimana yang ditetapkanolehsekolahternyatatidakseorangsiswapun yangprestasinyamencapainilai 70 keatas, akantetapisebarannilaimasihterdistribusikedalamkategorituntas ( 23 orang ) dantidak Tuntas ( 17 orang ). Gejalainiterjadikarenakemampuanakademikparalulusan SMP yang masukke SMA BhinnekaKarya 6 Boyolalitergolongrendah.Mereka yang kemampuanakademiknyatinggipadaumumnyamelanjutkanstudi ke SLTAkota ( Semarang, Purwodadi, danboyolali ) yang fasilitasnyalebihbaik. Lain daripadaituumumnyamerekamengalamikesulitanmemahamimateripelajaranekonomikarena di dalamnyaseringbertemudengananalisismatematika, statistikamaupungrafis yang dirasakansulitolehmereka yang kemampuanakademiknyarendah, selainitusiswa yang mempunyaikemampuanakademik di kelas X lebihbaik, padaumumnyasetelahkenaikankelasmemilihjurusan IPA sehinggadarisiswa yang masukkejurusan IPS adalahanak - anak yang mayoritaskemampuanakademiknyatidakterlalubaikdankemampuananalisismatematik, statistikdangrafiskurangbaik. Sebetulnya rendahnya kemampuan akademik itu tidak harus menyebabkan nilai rapotnya rendah kalau siswa rajin belajar untuk mendalami materi pelajaran melalui tugas terstruktur dan mandiri secara teratur. Teratur yang dimaksudkan disini adalah keadaan dimana siswa mengagihkan waktu yang cukup perminggu dan dilaksanakan secara konsisten. Kenyatan waktu belajar yang di agihkan oleh siswa banyak yang kurang atau tidak teratur sehingga kondisi ini menjadikan siswa sulit untuk mengingat materi yang telah di sampaikan oleh guru pada pelajaran
disekolah. Sebetulnya guru sudah berusaha mendorong siswa agar belajar teratur antara lain mengadakan tes harian secara dadakan dengan maksud agar siswa selalu dalam keadaan siap, lain dari pada itu diadakan tugas-tugas yang dapat dikerjakan di luar jam pelajaran di sekolah sehingga siswa dapat saling membagi pengetahuan. Mereka yang rendah itu antara lain disebabkan oleh kurang teraturnya belajar di luar jam pelajaran di sekolah dapat dilihat dari rendahnya skor tes harian yang berdampak pula pada rendahnya skor TAS yang mempunyai bobot relatif lebih tinggi. Disini faktor lupa berperan terhadap rendahnya prestasi belajar siswa. Berdasarkan analisis dengan tabel silang terlihat adanya hubungan antara keteraturan belajar di luar jam pelajaran di sekolah dengan prestasi belajar siswa, dari data nampak bahwasemua siswa yang belajar teratur menunjukkan nilai diatas 60 atau dikategorikan Tuntas dengan rataratanilainya diatas nilai siswa lain yang mempunyai keteraturan belajarnya kurang teratur dan tidak teratur. Sementara dari mereka yang mempunyai keteraturan belajar yang kurang teratur nampak bahwa sebagian besarnya 15 dari 23 siswa (65%) mepunyai prestasi yang tuntas, dan rata-rata mengagihkan waktu belajar yang sedang pula yaitu 2 hari untuk belajar dalam satu minggunya, dapat dikatakan mereka memang masih meluangkan waktu untuk belajar dan menyelesaikan tugas diluar pelajaran di sekolah walaupun belum maksimal, jika agihan waktu dalam belajar atau hari belajar per minggu dapat ditingkatkan maka dapat dimungkinkan semua siswa yang masuk dalam kategori ini dapat tuntas, kurangnya pengulangan memunculkan peluang unsur lupa yang pada akhirnya berdampak pada nilai dalam tes yang rendah. factor pengulangansangat besar pengaruhnya terhadap tingkat keberhasilan siswa. Jika dilihat dari data yang ada nampak bahwa dari mereka yang mempunyai keteraturan belajar yang tidak teratur sebagian besarnya mempunyai nilai yang ( Tidak Tuntas ), faktor
keteraturan belajar yang rendah berdampak pada rendahnya daya ingat anak terhadap materi pelajaran sehingga unsur lupa dominan terjadi pada anak pada saat dilakukan tes. Dengan masih berperannya unsur lupa yang terjadi pada siswa berdampak pada rendahnyaprestasibelajar. Tujuh dari 12 siswa yang mempunyai keteraturan belajar yang tidak teratur mempunyai memperoleh nilai < 60 atau tidak tuntas, hal ini memperkuat dugaan bahwa keteraturan belajar di luar pelajaran di sekolah mempunyai hubungan kuat dengan prestasi. Selebihnya ( lima orang ) yang walaupun belajar tidak teratur tetapi hasil belajar tergolong tuntas. Hal ini terjadi karena tertolong oleh nilai TTS dan TAS yang lebih baikdan bobotnya yang lebih besar. Kecuali dari itu ada kemungkinan mereka belajar serius ketika menghadapi TTS dan TAS, sehingga nilai TTS dan TAS cenderung lebih tinggi. Tetapi itupun tidak menonjol ( hanya berada pada batas marjinal ) Apabila kita telusuri lebih lanjut ternyata siswa yang hasil belajarnya tergolong tuntas, nilainya tidak ada yang menonjol ( paling tinggi 69 ), hal ini terjadi karena kemampuan akademik calon siswa yang masuk ke SMA BHINNEKA KARYA 6 BOYOLALI rata-rata tergolong rendah. Disebelah lain siswa yang hasil belajarnya tergolong tidak tuntas nilai tes haria dan tugasnya relatif rendah. Hal ini memperkuat dugaan bahwa rendahnya nilai tes itu adalah cerminan dari belajar diluar jam pelajaran di sekolah yang tidak teratur.