I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tepung terigu di Indonesia saat ini terus meningkat. Asosiasi Produsen

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar adalah salah satu komoditas pertanian yang bergizi tinggi, berumur

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi jalar merupakan tanaman ubi ubian dan tergolong tanaman semusim

I. PENDAHULUAN. Singkong ( Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditas yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. Tempe merupakan produk pangan tradisional Indonesia berbahan dasar kacang

PRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

I. PENDAHULUAN. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman singkong adalah komoditas tanaman umbi-umbian yang dapat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJUAN PUSTAKA. Ubi jalar (Ipomea batatas) merupakan komoditas sumber karbohidrat utama

I. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. meliputi hasil analisis dan pembahasan akan dijelaskan di bawah ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. mengektrak pati dari ubi kayu dan menjadikannya tepung tapioka. Pada

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan serta sebagai bahan pakan. Ubi kayu segar memiliki nilai ekonomi

APLIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT UNTUK MEMODIFIKASI TEPUNG SINGKONG SECARA FERMENTASI

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Utama dan (3) Tepung yang Terpilih Setelah Fermentasi

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH JENIS FERMENTASI TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KOMPOSIT UBI JALAR PUTIH (Ipomoea batatas L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK MIE KERING

POLISAKARIDA. Shinta Rosalia Dewi

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi jalar (Ipomoea batatas Linn.) atau dikenal juga dengan istilah ketela rambat

I. PENDAHULUAN. Pampekan, merupakan kerabat dekat durian yaitu masuk dalam genus Durio.

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Onggok merupakan limbah dari industri tapioka yang berbentuk padatan yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan penting kedua setelah beras.

PENGARUH LAMA FERMENTASI DENGAN STARTER CAMPURAN CAIRAN PIKEL DAN YEAST TERHADAP KARAKTERISTIK MIE UBI JALAR PUTIH. (Skripsi) Oleh.

Produksi Glukosa Cair dari Pati Ubi Jalar Melalui Proses Likuifikasi dan Sakarifikasi Secara Enzimatis

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagian wilayah Asia. Khusus wilayah Asia, penghasil singkong terbesar adalah

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang memiliki sifat rentan terhadap kerusakan oleh lingkungan luar dengan

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting sebagai penghasil sumber bahan pangan, bahan baku makanan,

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beras, jagung, singkong, ubi jalar, sagu dan sukun. Tepung tersebut dapat diolah

PEMBAHASAN 4.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Cooking loss

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh kandungan racun yang disebut juga linamarin (senyawa sianoglukosida

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan

pembentukan vanilin. Sedangkan produksi glukosa tertinggi dihasilkan dengan penambahan pektinase komersial. Hal ini kemungkinan besar disebabkan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penepungan. Tepung memiliki kadar air yang rendah, hal tersebut

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi jalar (Ipomea batatas) merupakan komoditas sumber karbohidrat utama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I. PENDAHULUAN. negara dengan ciri khas masing-masing. Makanan fermentasi tersebut diolah

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI EMPULUR SAGU

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. meliputi hasil analisis dan pembahasan akan dijelaskan dibawah ini.

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat baik. Kandungan betakarotennya lebih tinggi dibandingkan ubi jalar

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

1 Kontrol (S0K) 50, , , ,285 93, , Inokulum (S1I) 21, , , , ,752 2.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO

PENGARUH KONSENTRASI RAGI TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK TAPE UBI JALAR

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

5.1 Total Bakteri Probiotik

PRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS

Pabrik Sirup Glukosa dari Ubi Jalar (Ipomoea batatas ) dengan Proses Hidrolisa Enzim

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan kalori sebesar 123 kalori per 100 g bahan (Rukmana, 1997). Berdasarkan kandungan tersebut, ubi jalar sangat berpotensi untuk diolah lebih lanjut menjadi bahan baku industri makanan, antara lain tepung ubi jalar. Menurut Syarief dan Irawati (1986), tepung ubi jalar biasanya diperoleh dari ubi jalar yang telah dikeringkan dan digiling kemudian diayak. Tepung ubi jalar tersebut dapat digunakan sebagai pensubtitusi terigu pada industri makanan seperti bihun dan mie. Pengaplikasian tepung ubi jalar dalam mensubtitusi tepung terigu pada pembuatan mie dan bihun masih memiliki beberapa kekurangan. Menurut Sugiyono et al. (2011), mie yang dibuat dari tepung ubi jalar tanpa fermentasi menghasilkan mie dengan aroma, warna dan kekenyalan yang kurang disukai. Selain itu, Rizal (2012) melaporkan bahwa penambahan tepung ubi jalar dalam pembuatan bihun akan menghasilkan warna produk yang kurang cerah dan hal tersebut sedikit menurunkan preferensi konsumen. Berdasarkan penelitian Fortuna (2009), tepung terigu yang disubtitusikan dengan tepung ubi jalar sebanyak 20% menghasikan

2 mie kering dengan tingkat kekenyalan yang masih rendah jika dibandingkan dengan mie berbahan dasar tepung terigu. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan suatu modifikasi dalam proses pembuatan tepung ubi jalar untuk merubah karakteristik tepung ubi jalar sehingga dapat mensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan mie. Menurut Zubaidah dan Irawati (2013), salah satu modifikasi tepung yang dapat dilakukan adalah fermentasi dengan memanfaatkan BAL. BAL yang biasa digunakan dalam proses fermentasi antara lain Lactobacillus plantarum dan Leuconostoc mesenteroides. L. plantarum merupakan bakteri homofermentatif yang akan memfermentasi karbohidrat dan hanya menghasilkan asam laktat sebagai produk satu satunya (Fardiaz, 1992). Leuconostoc merupakan bakteri heterofermentatif yang dapat memecah glukosa dan menghasilkan 50% asam laktat, etanol, asam asetat, gliserol, manitol, dan CO 2 (Gibbons and Westby, 1986). Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan fermentasi ubi jalar menggunakan starter Lactobacillus plantarum dan Leuconostoc mesenteroides. Hasil penelitian Amethy (2014) menunjukkan bahwa fermentasi ubi jalar dengan menggunakan Lactobacillus plantarum, dan BAL dari cairan pikel ubi jalar mampu merubah sifat fisik dan kimia tepung ubi jalar antara lain meningkatkan kadar amilosa, derajat putih, dan volume kembang adonan. Akan tetapi pada penelitian tersebut belum dilakukan analisis kelarutan (solubility) dan pembengkakan granula (swelling power), persen transmitan. Hasil penelitian Margareta (2010) menunjukkan bahwa penggunan starter Leuconostoc mesenteroides dapat memperbaiki aroma pikel ubi jalar kuning namun pada

3 penelitian tersebut belum diolah lebih lanjut menjadi tepung. Zubaidah dan Irawati (2013) melaporkan fermentasi BAL dengan starter L. plantarum mampu meningkatkan swelling power pada tepung mocaf. Hasil penelitian Dewi (2014) menunjukkan bahwa ubi jalar yang difermentasi selama 7 hari menggunakan L.plantarum menghasilkan tepung ubi jalar dengan nilai swelling power dan solubility yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa fermentasi mampu merubah karakteristik tepung ubi jalar. Akan tetapi pada penelitian tersebut, tidak dikombinasikan dengan lama fermentasi. Lama fermentasi merupakan salah satu faktor yang juga memiliki pengaruh cukup besar terhadap hasil fermentasi. Semakin lama fermentasi maka semakin banyak aktifitas yang dilakukan oleh mikroorganisme yang berperan dan konsentrasi asam akan meningkat terutama asam laktat (Wulan, 2004). Berdasarkan penelitian Amethy (2014), tepung ubi jalar yang difermentasi dengan starter L. plantarum selama 96 jam memiliki derajat putih dengan skor tertinggi yaitu 3. Hasil penelitian Pratiwi (2014) menunjukkan bahwa pembengkakan granula yang dihasilkan semakin tinggi sampai hari ke-4 kemudian mengalami penurunan setelah hari ke-4. Sejauh ini belum diketahui jenis starter dan lama fermentasi yang tepat untuk menghasilkan tepung ubi jalar putih terfermentasi dengan karakteristik yang sesuai untuk bahan baku mie. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dilakukan fermentasi ubi jalar putih menggunakan Lactobacillus plantarum, Leuconostoc mesenteroides yang dikombinasikan dengan berbagai lama fermentasi yaitu 0, 24, 48, 72, 96 jam. Hal ini untuk mengetahui jenis starter dan lama fermentasi yang tepat untuk merubah

4 karakteristik tepung ubi jalar seperti kelarutan (solubility) dan pembengkakan granula (swelling power), dan persen transmitan sehingga cocok digunakan sebagai bahan baku mie. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan karakteristik tepung ubi jalar putih yang difermentasi dengan starter Lactobacillus plantarum, Leuconostoc mesenteroide, serta perubahannya. 2. Mendapatkan karakteristik tepung ubi jalar putih pada berbagai lama fermentasi dan perubahannya. 3. Mengetahui kombinasi antara Lactobacillus plantarum, Leuconostoc mesenteroides dan lama fermentasi yang terbaik untuk karakteristik tepung ubi jalar putih sebagai bahan baku mie. C. Kerangka Pemikiran Prinsip fermentasi asam laktat adalah memodifikasi sel bahan dengan cara fermentasi menggunakan BAL. Selama proses fermentasi berlangsung, BAL akan memproduksi enzim amilase dan selulase yang dapat menghidrolisis beberapa bagian pati menjadi monosakarida dan polimer rantai pendek lainnya sehingga dapat memperbaiki karakteristik tepung dan selanjutnya monosakarida tersebut akan diubah menjadi asam-asam organik terutama asam laktat seperti yang terjadi pada tepung MOCAF (Salim, 2011).

5 BAL yang biasa digunakan dalam proses fermentasi antara lain Lactobacillus plantarum dan Leuconostoc mesenteroides. Lactobacillus plantarum merupakan salah satu bakteri asam laktat yang dominan pada proses fermentasi pikel dan banyak digunakan sebagai starter untuk memodifikasi tepung fermentasi (Yuliana dkk., 2014). L. plantarum merupakan bakteri homofermentatif yang bersifat amilolitik yang dapat menghidrolisis pati (Outtara et al.,2008), sedangkan Leuconostoc mesenteroides merupakan bakteri heterofermentatif yang dapat memecah glukosa menjadi asam laktat, etanol, dan CO 2 (Buchanan and Gibbons 1986). Perbedaan lainnya dari L. plantarum dan Leuconostoc mesenteroides adalah jenis enzim yang dihasilkan selama fermentasi. L. plantarum dan Leuconostoc mesenteroides mampu menghasilkan enzim α- amilase mampu memutus ikatan α-1,4 glikosidik pada bagian dalam rantai pati secara acak baik pada amilosa maupun pada amilopektin (Fogarty, 1983). Kerja α - amilase pada molekul amilosa menyebabkan amilosa terurai menjadi maltosa dan maltotriosa. Pada tahap selanjutnya maltotriosa terurai kembali menjadi maltosa dan glukosa, sedangkan pada amilopektin akan menghasilkan glukosa, maltosa dan berbagai jenis α - limit dekstrin (Winarno, 1983). L. plantarum tidak hanya menghasilkan enzim α-amilase, tetapi juga menghasilkan enzim glukoamilase (Lacerda et al, 2005). Enzim glukoamilase mampu menghidrolisis ikatan α-1,6 glikosidik dengan laju yang lebih lambat dibandingkan dengan hidrolisis ikantan α-1,4 glikosidik (Judoamidjojo, et al., 1990). Berbeda dengan L. plantarum, Leuconostoc mesenteroides menghasilkan enzim selulase khususnya β-glukosidase yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi glukosa (Paul et al., 2013). Berdasarkan perbedaan tersebut, diduga penggunaan jenis

6 starter yang berbeda akan menghasilkan karakteristik tepung yang berbeda pula, seperti pembengkakan granula, kelarutan, dan persen transmitan. Selain jenis starter, faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil fermentasi adalah lama fermentasi. BAL yang tumbuh selama fermentasi akan menghasilkan enzim amilase dan selulase yang dapat menghancurkan dinding sel bahan. Akibatnya, terjadi liberalisasi granula pati, dan selanjutnya ada granula pati yang dihidrolisis oleh BAL menjadi monosakarida yang nantinya akan dikonversi menjadi asam laktat (Subagio, 2006). Oleh karena itu, semakin lama fermentasi jumlah asam laktat yang dihasilkan semakin meningkat, dan menyebabkan ph larutan fermentasi dan ph tepung semakin menurun (Octarini, 2010; Setiawan, 2012; Margareta, 2010; Amethy, 2014). Whitaker (1996) menyatakan bahwa semakin asam larutan fermentasi, aktivitas enzim PPO (Polifenoloksidase) yang merupakan penyebab pencoklatan enzimatis dapat terhambat, karena ph optimum enzim PPO berkisar 5-7 sehingga memperkecil terjadinya pencoklatan enzimatis. Selain meningkatnya asam-asam organik, semakin lama fermentasi juga akan semakin banyak enzim yang dihasilkan BAL yang mendegradasi pati. Degradasi pati tersebut menghasilkan rantai pati yang semakin pendek sehingga jaringan internal granula pati akan semakin melemah dan mudah menyerap air, selanjutnya granula pati mengembang dan akan meningkatkan pembengkakan granula (swelling power) (Odedeji and Adeleke, 2010). Amilosa rantai pendek dan gulagula sederhana hasil degradasi pati merupakan karbohidrat dengan bobot molekul kecil yang mudah keluar dari granula yang dipanaskan sehingga mempengaruhi kelarutan (Singh et al., 2006). Menurut Otegbayo et al. (2009), banyaknya

7 amilosa rantai pendek hasil degradasi yang keluar dari granula juga dapat mempengaruhi persentase transmitan, karena molekul amilosa mempunyai kecenderung untuk melakukan retrogradasi sehingga menimbulkan warna keruh. Penurunan nilai transmitan menunjukkan kecenderungan retrogradasi dari pasta pati. Hasil penelitian Dewi (2014) menunjukkan bahwa fermentasi ubi jalar menggunakan starter L. plantarum selama 7 hari menghasilkan nilai swelling power dan solubility tepung ubi jalar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, akan tetapi penelitian tersebut hanya melakukan pengamatan pada hari ke-7 fermentasi dan hanya diaplikasikan pada roti tawar. Hasil penelitian Pratiwi (2014) juga menunjukkan nilai swelling power granula pada tepung ubi jalar suhu 60 o C tertinggi diperoleh pada perlakuan konsentrasi garam 1% dengan lama fermentasi 4 hari, sedangkan nilai terendah swelling power granula diperoleh pada semua konsentrasi garam (1,3,dan 5%) dengan lama fermentasi 0 hari. Hasil penelitian Amethy (2014), menunjukkan bahwa fermentasi ubi jalar putih menggunakan L. plantarum hingga ke-96 jam dapat pula menghasilkan warna tepung semakin putih dan meningkatkan keasaman tepung, akan tetapi pada penelitian tersebut tidak dilakukan analisis pembengkakan granula, kelarutan, dan persen transmitan. Sejauh ini belum diketahui jenis starter dan lama fermentasi yang tepat untuk menghasilkan tepung ubi jalar yang memiliki karakteristik yang sesuai untuk dijadikan bahan pensubtitusi tepung terigu pada pembuatan mie. Berdasarkan uraian tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan proses fermentasi bakteri asam

8 laktat (BAL) dengan menggunakan Lactobacillus plantarum, Leuconostoc mesenteroides dengan lama fermentasi (0, 24, 48, 72, 96 jam). Kombinasi antara jenis starter dan lama fermentasi yang tepat diduga akan menghasilkan karakteristik tepung ubi jalar terbaik untuk bahan baku mie. D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah 1. Karakteristik tepung ubi jalar putih yang difermentasi dengan starter Lactobacillus plantarum berbeda dengan Leuconostoc mesenteroides. 2. Lama fermentasi akan mempengaruhi karakteristik tepung ubi jalar putih untuk bahan baku mie, dan terdapat titik optimum karakteristik terbaik. 3. Terdapat kombinasi antara Lactobacillus plantarum, Leuconostoc mesenteroides dengan lama fermentasi yang dapat menghasilkan karakteristik tepung ubi jalar putih terbaik untuk bahan baku mie.