BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

Karakteristik Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. uji kandungan bakteriologis Escherichia coli pada es buah yang dijajakan dipasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

KUESIONER PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

Sanitasi Penyedia Makanan

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam makanan secara tidak sengaja (Fathonah, 2005). Faktorfaktor

HUBUNGAN HYGIENE SANITASI LINGKUNGAN PENJUALAN DENGAN KANDUNGAN ESCHERICHIA COLI PADA AIR TEBU DI BEBERAPA KECAMATAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

INSPEKSI HIGIENE DAN SANITASI DI WILAYAH KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN. Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. diseduh dengan teh ditambah gula dan es. Minuman es teh banyak digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

SUMMARY ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI PASAR JAJAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 ABSTRAK

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan manusia dan hewan. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Lampiran 1. Summary. Nama : Defiyanti Pratiwi Nim :

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA


BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB II KAJIAN PUSTAKA. makanan secara keseluruhan (Depkes, RI 2004). lingkungan tempat orang tersebut berada.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

4. Menurut anda jenis es batu apa yang baik digunakan?

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

SANITASI DAN KEAMANAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga

KUESIONER HUBUNGAN PERILAKU PENGOLAHAN LIMBAH IKAN ASIN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN KERJA PADA INDUSTRI IKAN ASIN PHPT MUARA ANGKE JAKARTA UTARA

BAB 3 METODE PENELITIAN. hubungan hygiene sanitasi lingkungan penjualan dengan kandungan Escherichia Coli

1. No. Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Lama tinggal dikost :

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan terletak dipusat Kota dan pusat perbelanjaan Kota Gorontalo dengan batas batas sebagai berikut : a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Siendeng d. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Limba B Pasar jajan Kota Gorontalo dengan luas wilayahnya 1500 m² memiliki 30 penjual makanan dan minuman. Pasar jajan ini merupakan salah satu pusat usaha kecil yang ada di Kota Gorontalo yang hanya menjajakan makanan dan minuman yang salah satunya adalah es buah. 1.1.2 Keadaan Demografi Berdasarkan data Kantor Pengelola Pasar Kota Gorontalo, pasar jajan berdiri pada tanggal 19 Maret Tahun 2003. Jumlah warung dan pedagang pedagang sejumlah 30 orang dan 30 warung, diantaranya 24 pedagang menjajakan berbagai jenis makanan dan 6 pedagang menjajakan minuman berupa es buah.

1.2 Hasil Penelitian Peneliti melakukan obsrevasi terhadap 6 buah warung es buah yang ada dipasar jajan Kota Gorontalo untuk melihat Hygiene Sanitasi Pengolahan pada usaha kecil tersebut, serta melakukan Uji kandungan Bakteri E. coli pada es buah yang dijajakan oleh usaha kecil tersebut. 1.2.1 Karakteristik Penjual Es Buah Karakteristik penjual es buah dipasar Jajan Kota Gorontalo berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.1 Distribusi Penjual Es Buah Berdasarkan Jenis Kelamin di Pasar Jajan Kota Gorontalo Tahun 2012 Jenis Kelamin n Jumlah % Laki-laki 2 Perempuan 4 Jumlah 6 33,3 66,6 100 Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa sebahagian besar penjual es buah di Pasar Jajan Kota Gorontalo adalah berjenis kelamin perempuan yaitu berjumalah 4 orang atau 66,6 %

Tabel 4.2 Distribusi Penjual Es Buah Berdasarkan Umur di Pasar Jajan Kota Gorontalo Tahun 2012 Umur (Tahun) Jumlah n % 31 35 1 16,6 36 40 1 16,6 41 45 2 33,3 46 50 2 33,3 Jumlah 6 100 Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa penjual es buah sebagian besar berusia 40 tahun atau 33,3 % dan sebagian kecil atau sejumlah 16,6 % berusia < 40 tahun. 1.2.2 Hygiene Sanitasi Pengolahan Es Buah Aspek-aspek Hygiene dan Sanitasi pengolahan es buah yang diobservasi adalah: 1.2.2.1 Penjamah Makanan Berikut ini adalah hasil Observasi yang dilakukan mengenai Hygiene dan sanitasi penjamah makanan pada penjual es buah dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Penjual Es Buah Berdasarkan Hygiene dan Sanitasi Untuk Penjamah Makanan Di Pasar Jajan Kota Gorontalo OBJEK PENGAMATAN KATEGORI YA TIDAK JLH % JLH % Selalu menjaga kebersihan rambut 5 83,3 1 16,6 Selalu menjaga kebersihan kuku 1 16,6 5 83,3 Selalu menjaga kebersihan tangan 1 16,6 5 83,3 Menggunakan pakaian yang bersih 6 100 0 0,0 Menggunakan tutup kepala 0 0,0 6 100 Menggunakan celemek 0 0 6 100 Bercakap-cakap saat mengolah Es buah 6 100 0,0 0,0 Merokok saat mengolah es buah 2 33,3 4 66,6 Menggunakan alat khusus saat menjaman es buah 6 100 0 0,0 Berdasarkan Tabel 4,3, dapat diketahui bahwa penilaian dalam prinsip Hygiene dan Sanitasi pengolahan makanan untuk objek pengamatan penjamah

makanan pada penjual es buah sebagian besar belum memenuhi syarat kesehatan, diantaranya seluruh penjual es buah (100 %) yaitu tidak menggunakan tutup kepala, tidak menggunakan celemek, dan bercakap-cakap saat mengolah es buah. Terdapat 5 penjual (83,3 %) yang selalu menjaga kebersihan rambut, namun sejumlah 5 penjual (83,3 %) yang tidak menjaga kebersihan kuku dan tangan, jumlah penjual yang merokok saat mengolah es buah sebanyak 2 penjual (33,3 %) serta seluruh penjual es buah (100 %) telah menggunakan alat khusus saat menjamah bahan jadi es buah. 1.2.2.2 Persiapan Tempat Pengolahan Es Buah Berikut ini adalah hasil Observasi yang dilakukan mengenai Hygiene dan sanitasi persiapan tempat pengolahan pada penjual es buah dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4.4 Distribusi Penjual Es Buah Berdasarkan Hygiene dan Sanitasi Untuk Persiapan Tempat Pengolahan Es Buah Dipasar Jajan Kota Gorontalo KATEGORI OBJEK PENGAMATAN JLH YA % JLH TIDAK % Memiliki ventilasi yang baik sebagai tempat keluar masuknya udara Memiliki lantai yang baik 6 100 0 3 50 3 Memiliki dinding yang terpelihara 1 16,6 5 Tempat pengolahan bebas dari berbagai vector 0 0,0 6 Tersedia tempat khusus untuk mencuci tangan 0 0,0 6 0,0 50 83,3 100 100

Tersedia tempat khusus untuk mencuci peralatan es buah Tersedia tempat khusus untuk membuang sampah 6 100 0 4 66,6 2 0,0 33,3 Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa penilaian dalam prinsip Hygiene dan Sanitasi Pengolahan untuk objek pengamatan persiapan tempat pengolahan es buah sebagian besar penjual es buah belum memenuhi syarat kesehatan yaitu sejumlah 3 penjual (50 %) belum memiliki lantai yang berrsih, 5 penjual (83,3 %) belum memiliki dinding yang tidak terpelihara, namu demikian seluruh penjual (100 %) memiliki ventilasi sebagai tempat keluar masuknya udara, memiliki tempat khusus untuk mencuci peralatan es buah, seluruh penjual (100 %) memiliki tempat pengolahan yang tidak bebas dari vektor, serta 4 penjual (66,6 %) sudah memiliki tempat khusus pembuangan sampah. 1.2.2.3 Peralatan dan Bahan Es Buah Berikut ini adalah hasil Observasi yang dilakukan mengenai Hygiene dan sanitasi peralatan dan bahan es buah pada penjual es buah, dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini : Tabel 4.5 Distribusi Penjual Es Buah Berdasarkan Hygiene dan Sanitasi Untuk Peralatan dan Bahan Es Buah Dipasar Jajan Kota Gorontalo KATEGORI OBJEK PENGAMATAN JLH YA % JLH TIDAK % Bahan es buah masih dalam keadaan baik 3 50 3 50

Terdapat kotoran dalam bahan es buah 0 0,0 6 Peralatan yang digunakan dalam keadaan baik 6 100 0 Peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih 6 100 0 Peralatan yang digunakan dalam keadaan retak 2 33,3 4 100 0,0 0,0 66,6 Setiap peralatan mempunyai fungsi masingmasing 0 0,0 6 100 Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa penilaian dalm prinsip Hygiene Sanitasi peralatan dan bahan es buah pada penjual sebagian telah memenuhi syarat kesehatan, dimana pada seluruh atau sebanyak 6 penjual (100 %) tidak terdapat kotoran dalam es buahnya dan peralatan yang digunakan sudah dalam keadaan baik dan bersih. Namun demikian, sebagian lagi belum memenuhi syarat, hal ini terlihat dengan adanya 3 penjual (50 %) yang masih menggunakan bahan es buah sudah tidak dalam keadaan baik, 2 penjual (33,3 %) yang masih menggunakan peralatannya meskipun sudah dalam keadaan retak, dan seluruh penjual (100 %) tidak menggunakan peralatannya dengan fungsi masing masing. 1.3 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli Pada Es Buah Pemeriksaan sampel es buah dilaboratorium Jurusan Kesehatan Masyrakat selama 3 hari dan waktu pengambilan sampel es buah yang dijajakan dipasar jajan Kota Gorontalo adalah Pukul 10.00 11.00 WITA. Hasil pemeriksaan yang diperoleh dari Laboratorium Jurusan Kesehatan Masyrakat, UNG dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut : Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli Pada Es Buah Yang Dijajakan Dipasar Jajan Kota Gorontalo

Kode MPN Sampel Coliform E. Coli Keterangan Warung I 2,4 x10 ³ + Tidak memenuhi syarat Warung 2 2,4 x10 ³ + Tidak memenuhi syarat Warung 3 2,4 x10 ³ + Tidak memenuhi syarat Warung 4 2,4 x10 ³ + Tidak memenuhi syarat Warung 5 2,4 x10 ³ + Tidak memenuhi syarat Warung 6 2,4 x10 ³ + Tidak memenuhi syarat Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa seluruh sampel atau sebanyak 6 sampel (100 %) yang dijajakan dipasar jajan Kota Gorontalo tidak memenuhi syarat kesehatan, yaitu positif (+) mengandung E. coli dalam dalam 100 ml. Hal ini tidak sesusai dengan persyaratan Kepmenkes RI No.907/Menkes/SK/VII/2002, yaitu memenuhi syarat apabila 0 per 100 ml sampel negatif dan tidak memenuhi syarat apabila > 0 per 100 ml sampel positif. 1.4 Pembahasan Hasil Penelitian Berikut ini adalah pembahasan hasil observasi Hygiene dan Sanitasi pengolahan es buah : 1.4.1 Obsevasi Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Es Buah Pembahasan hasil observasi tentang Hygiene dan sanitasi pengolahan es buah dilihat berdasarkan beberapa objek antara lain adalah : 1.4.1.1 Penjamah Makanan

Berdasarkan hasil penelitian Hygiene Sanitasi pengolahan es buah tentang penjamah makanan terdapat seluruh atau sebanyak 6 penjual (100 %) tidak menggunakan celemek, tidak menggunakan tutup kepala, dan bercakap-cakap saat mengolah es buah hal ini disebabkan karena mereka tidak terbiasa menggunakan penutup kepala dan celemek semenjak pertama berjualan dan seringnya pembeli mengajak berbicara ketika mereka sedang mengolah es buah. Pada tahap pengolahan makanan ataupun minuman salah satu yang perlu diperhatikan adalah penjamahnya. Agar menghasilkan makanan ataupun minuman yang bersih, sehat, aman dan bermanfaat bagi tubuh maka diperlukan pengolahan yang baik dan benar (Chenliyana, 2007). Penjamah makanan ataupun minuman setidaknya harus menggunakan alat pelindung diri seperti celemek dan tutup kepala hal ini untuk menghindari kontaminasi terhadap minuman, sebab rambut, kulit dan bagian-bagian tubuh lainnya menjadi sumber pencemaran dari tubuh manusia (Depkes 2004). Juga sebagian besar penjual tidak menjaga kebersihan kuku dan tangannya yaitu sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan responden penjual tidak memotong kukunya secara rutin setiap seminggu sekali dan tidak mencuci tangan sebelum mengolah es buah karena dalam hal memotong kuku mereka sering lupa serta untuk mencuci tangan sebelum mengolah es buah hal itu mereka katakan tidak penting dan membuang buang waktu saja, serta membuat pembeli menunggu lama. Namun sebagian besar penjamah es buah selalu menjaga kebersihan rambutnya yaitu setiap kali mandi selalu mencuci rambutnya setiap hari sebelum

berjualan hal ini mereka lakukan agar terlihat bersih dan segar didepan pembeli serta menarik perhatian pembeli. Juga seluruh penjual telah menggunakan alat khusus untuk mengolah es buah yaitu menggunakan sendok besar untuk mengambil bahan-bahan campuran es buah serta masing-masing bahan jadi es buah diisi dalam toples. Terdapat 2 orang penjamah yang merokok saat mengolah es buah yang akan disajikan kepada pembeli, sesuai dengan pernyataan penjual merokok saat mengolah es buah tidak berpengaruh apa apa terhadap kualitas es buah. Hal ini juga terlihat jelas pada hasil pemberian skoring untuk masing masing penjual, dimana sejumlah 5 penjual (83,3 %) Tidak Memenuhi Syarat Hygiene Sanitasi Pengolahan untuk kriteria Penjamah Makanan sesuai dengan standar Kepmenkes Tahun 2003 bahwa jumlah pernyataan > 50 % berarti Memenuhi Syarat Kesehatan dan < 50 % berarti Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan. Perilaku seorang penjamah yang tidak Hygiene juga dapat menjadi sumber penularan penyakit terhadap makanan ataupun minuman seperti perpindahan bakteri sehingga menyebabkan penyakit. Untuk menghindarinya seorang penjamah tidak boleh merokok serta harus selalu mencuci tangan setiap menjamah makanan dan rutin memotong kuku minimal seminggu sekali (Depkes 2004). 1.4.1.2 Persiapan Tempat Pengolahan Es Buah Berdasarkan lokasi atau warung tempat pengolahan es buah, peneliti mengawasi bahwa semua warung (100 %) telah memiliki ventilasi sebagai tempat keluar masuknya udara karena model bangunannya pada bagian depan terbuka

lebar tanpa menggunakan pintu juga agar didalam warung mendapat pencahayaan yang cukup hal ini berarti telah memenuhi syarat kesehatan, karena ruangan yang baik harus dilengkapi dengan ventilasi agar adanya pergantian udara yaitu O2 dan CO2 sehingga ruangan tidak lembab serta tidak bau tidak cocok bagi pertumbuhan bakteri diruangan tersebut. Terdapat 50 % warung yang memiliki lantai yang tidak baik yaitu sesuai pengamatan, lantai warung tidak dalam kedaan utuh atau sudah ada yang retak, hal ini terjadi karena penjual tidak menganggap hal itu sebagai masalah yang terlalu penting untuk diperhatikan dan 83,3 % memiliki dinding yang tidak terpelihara yaitu pada dinding warung terdapat sarang laba-laba dimana-mana serta warna cat dindingnya sudah memudar, sesuai pernyataan penjual mereka belum berkesempatan untuk membersihkan dan mengecat kembali. Juga 100 % warung tempat penjualan es buah tidak terbebas dari vektor karena sesuai pengamatan peneliti terlihat banyaknya lalat yang beterbangan dimana mana, juga terlihat kecoak dibawah gerobak es buah serta tempat sampah yang terbuka, sedangkan diketahui bahwa vektor adalah sumber pencemar yang cukup potensial pada makanan ataupun minuman dan dan dapat menyebabkan penyakit bila mengkonsumsi minuman yang sudah dikontaminasi oleh vektor tersebut. Seluruh penjual (100 %) sudah menyediakan tempat khusus untuk mencuci peralatan es buah tetapi tidak dengan air yang mengalir, air tempat mencuci peralatan hanya ditampung dalam satu wadah karena menurut pernyataan penjual jika mencuci dengan air mengalir akan membuang buang air dengan percuma. Air yang tidak mengalir atau sudah ditampung kemungkinan sudah

terkontaminasi dan mengandung sumber pencemar penyebab penyakit. Seluruh (100 %) penjual juga tidak menyediakan tempat khusus untuk mencuci tangan bagi para pembeli karena mereka menganggap hal itu tidak begitu penting, untuk mencuci tangan setelah minum es buah atau makan kue kue yang disediakan penjuaal menyarankan pembeli untuk mencuci tangannya ditempat pencucian alat alat es buah, hal ini tentunya menjadi salah satu sumber terjadinya pencemaran dan kontaminan terhadap bahan es buah. Serta hanya 66,6 % penjual yang memiliki tempat khusus pembuangan sampah tetapi tempat sampah yang digunakan bukanlah tempat sampah yang tertutup karena menurut mereka tempat sampah yang tertutup lebih mahal harganya sedangkan untuk penjual yang tidak memiliki tempat sampah, sampah sampah yang dihasilkan akan langsung diisi dalam sebuah kantung besar bahkan kaleng kaleng bekas susu dibuang begitu saja dibawah gerobak es buah, hal ini juga menyebabkan pencemaran sebab sampah dapat menjadi sarang vektor penyakit dan mikroorganisme phatogen, seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa, dll, serta dapat mencemari udara disekitarnya terlebih lagi untuk 33,3 % penjual yang tidak memiliki tempat sampah hal ini mungkin yang tingkat pencemaran dan kontaminasinya sangat tinggi. Hal ini juga terlihat jelas pada hasil pemberian skoring untuk masing masing penjual, dimana sejumlah 4 penjual (66,6 %) Tidak Memenuhi Syarat Hygiene Sanitasi Pengolahan untuk kriteria Persiapan Tempat Pengolahan Es Buah sesuai dengan standar Kepmenkes Tahun 2003 bahwa jumlah pernyataan >

50 % berarti Memenuhi Syarat Kesehatan dan < 50 % berarti Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan. 1.4.1.3 Peralatan dan Bahan Es Buah Berdasarkan hasil penelitian pada Hygiene dan Sanitasi Pengolahan terhadap penilaian peralatan dan bahan es buah adalah dari seluruh penjual ( 6 warung ) es buah hanya sebagian atau sekitar 50 % penjual yang menggunakan bahan bahan masih dalam keadaan baik sedangkan sebagian lagi bahan bahannya sudah kurang baik untuk digunakan yaitu buah yang dipakai sudah tidak segar, bahkan rasa buahnya telah berubah menjadi sedikit masam ini dikarenakan buah buah yang tersisa masih digunakan pada besok harinya tanpa diisi didalam lemari pendingin. Bahan baku yang sudah tidak segar dan telah berubah rasa kemungkinan sudah mengalami kontaminasi serta pembusukan dan tidak layak dikonsumsi (Amrin, 2007). Namun seluruh (100 %) bahan es buah yang digunakan tidak didapati kotoran, seperti partikel partikel kecil yang biasanya terdapat pada gula yang sudah dicairkan karena sebelumnya mereka menyaring gulah yang dicairkan sebelum digunakan sebagai salah satu bahan es buah. Peralatan yang digunakan semua (100 %) sudah dalam keadaan baik dan bersih karena semua penjual mencuci peralatan sebelum digunakan dalam setiap pengolahan karena apabila peralatan yang akan dipergunakan kembali sebelum dicuci terlebih dahulu, sisa sisa bahan es buah menyebabkan lengket pada alat serta dapat menyebabkan kerusakan, hal ini juga dapat menimbulkan kontaminasi terhadap peralatan. Sebagian yaitu sebanyak 2 penjual (33,3 %) menggunakan beberapa peralatan yang telah retak atau gompel hal ini disebabkan penjual merasa peralatan itu masih layak digunakan.

Peralatan yang retak atau gompel akan menjadi sarang kotoran atau bakteri, peralatan yang tidak utuh tidak mungkin dapat dicuci sempurna sehingga dapat menjadi sumber kontaminasi. Sedangkan semua penjual harus selalu mencuci peralatan setelah digunakan ( Depkes, 2004). Dalam hal ini seluruh penjual ( 100 %) juga tidak menggunakan alat pengambil bahan es buah sesuai fungsi masing masing, yaitu hanya ada 1 alat (sendok besar) untuk menuangkan bahan bahan es buah untuk disajikan kepada pembeli, mereka berpendapat hal itu tidak berpengaruh terhadap rasa atau kualitas es buah karena pada hakikatnya semua bahan es buah tetap akan dicampur menjadi satu. Hal ini juga menjadi salah satu pencemar atau kontaminan bakteri terhadap es buah yang akhirnya dapat menyebabkan timbulnya penyakit terhadap pembeli atau konsumen. Hal ini juga terlihat jelas pada hasil pemberian skoring untuk masing masing penjual, dimana sejumlah 5 penjual (83,3 %) Memenuhi Syarat Hygiene Sanitasi Pengolahan untuk kriteria Peralatan dan Bahan Es Buah sesuai dengan standar Kepmenkes Tahun 2003 bahwa jumlah pernyataan > 50 % berarti Memenuhi Syarat Kesehatan dan < 50 % berarti Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan. Berdasarkan penelitian Ulina (2005) pada penjual es teler di pasar Medan Petisah Kota Medan, menunjukkan bahwa semua pembuat es teler belum menerapkan Hygiene dan Sanitasi Pengolahan minuman yaitu pada aspek Penjamah Makanan, seluruh sampel atau sebanyak 15 (100 %) penjual es teler belum memakai celemek, tidak memakai penutup kepala, dan bercakap cakap

saat mengolah es teler. Kemudian untuk aspek Persiapan Tempat Pengolahan hanya sebanyak 12 penjual (80 %) yang memiliki tempat sampah, juga seluruh (100 %) tempat pengolahan tidak terbebas dari vektor. Kemudian untuk aspek Peralatan dan Bahan hanya sejumlah 5 penjual (33,3 %) yang menggunakan peralatan es telernya dengan fungsi masing masing. 1.4.1.4 Gambaran Hygiene dan Sanitasi Pengolahan Es Buah Yang Dijajakan Dipasar Jajan Kota Gorontalo Hygiene dan Sanitasi Pengolahan pada es buah yang dijajakan dipasar jajan Kota Gorontalo secara umum belum memenuhi syarat kesehatan sesuasi dengan Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003. Karena seluruh penjual belum menerapkan Hygiene dan Sanitasi pengolahan makanan dan minuman secara keseluruhan sejak dari penjamah makanan sampai pada persiapan peralatan dan kondisi bahan es buah yang digunakan. Hygiene dan Sanitasi pengolahan makanan dan minuman ini sangat penting diterapkan oleh semua pengolah makanan ataupun minuman agar semua makanan ataupun minuman yang dihasilkan berkualitas baik yang ditinjau dari aspek kelezatan, zat gizi pada makanan ataupun minuman, serta aspek kesehatan masyrakat. Sehingga makanan dan minuman tersebut menjadi lebih bermanfaat bagi pembeli atau konsumennya. 1.4.2 Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Es Buah Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002 bahwa air minum memenuhi syarat kesehatan apabila jumlah E. coli adalah 0 dalam 100 ml sampel air minum. Dalam hal ini sampel es buah harus sesuai dengan Kepmenkes RI tersebut.

Hasil pemeriksaan yang didapat dari 6 sampel es buah yang dijajakan dipasar jajan Kota Gorontalo adalah dari seluruh sampel yang diperiksa tidak memenuhi syarat kesehatan masing masing sampel mengandung bakteri E. coli dalam 100 ml. Berdasarkan pengamatan peneliti hal ini terjadi karena salah satu bahan es buah yaitu es balok yang digunakan mungkin tidak terbuat dari air yang dipanaskan terlebih dahulu karena menurut pernyataan penjual, es balok yang mereka gunakan rata rata dibeli pada salah satu pabrik es balok yang ada di Kota Gorontalo karena harganya yang relatif murah namun berukuran lebih besar, inilah sebabnya mengapa penjual lebih tertarik membeli es balok pada pabrik es. Selain itu seluruh sampel (100 %) tidak memenuhi syarat kesehatan karena belum memenuhi Hygiene dan Sanitasi pengolahan makanan dan minuman, dimana pada kriteria penjamah makanan masih sebagian besar penjual yang tidak menjaga kebersihan kuku tangan yaitu sejumlah 83,3 % dan seluruh penjual (100 %) yang tidak menggunakan celemek dan tutup kepala, bercakap cakap saat mengolah es buah serta sejumlah 33,3 % yang merokok saat mengolah es buah. Sedangkan untuk Hygiene Sanitasi pada kriteria penilaian persiapan tempat pengolahan es buah, meskipun seluruh (100 %) tempat penjualan atau warung sudah memiliki ventilasi yang baik bagi keluar masuknya udara, tersadia tempat khusus untuk mencuci peralatan es buah namun masih sebagian warung atau sejumlah 50 % belum memiliki lantai yang baik yaitu sebagian lantai sudah terlihat retak dan sudah tidak utuh, juga sebagian besar atau sejumlah 83,3 % dinding warung tidak terpelihara dimana terdapat sarang laba laba dan warna catnya yang sudah memudar.

Seluruh warung (100 %) tempat pengolahan tidak terbebas dari berbagai vektor dan hanya 66,6 % warung yang mempunyai tempat pembuangan sampah tetapi bukan tempat sampah yang tertutup sehingga menjadi tempat berkembangbiaknya berbagai vektor yang menjadi sumber pencemaran dan kontaminasi bakteri dan sebagian penjual yang tidak memiliki tempat sampah, mereka membuang sampahnya begitu saja, seperti kaleng kaleng bekas susu kental manis yang telah habis dibuang begitu saja dibawah gerobak tempat penjualan. Juga semua warung tidak menyediakan tempat khusus untuk mencuci tangan bagi para pembeli. Kemudian untuk Hygiene dan Sanitasi Pengolahan untuk kriteria peralatan dan bahan es buah yaitu hanya sebagian atau sebanyak 50 % penjual yang menggunakan bahan masih sudah dalam keadaan tidak baik yaitu buah buahan yang digunakan sebagian sudah tidak dalam keadaan segar, dan telah berubah rasa menjadi sedikit masam, juga peneliti menemukan terdapat 33,3 % penjual yang masih menggunakan peralatan yang telah retak atau gompel dan pada seluruh pedagang atau 100 % peralatan untuk mengambil bahan es buah yang akan disajikan kepada pembeli tidak mempunyai fungsi masing masing. Hal hal inilah yang mungkin merupakan sumber pencemaran dan kontaminasi bakteri seperti E. coli yang merupakan salah satu bakteri indikator sanitasi. Berdasarkan peneleitian Krisofel (2003), juga menyatakan bahwa es campur yang dijual pada pedagang kaki lima di Pasar Minggu Kelurahan Belakang Pondok Kecamatan Gading Cempaka Bengkulu, diketahui bahwa kandungan Escherichia coli dalam es campur tidak memenuhi syarat kualitas

bakteriologis, sebab hasil dari pemeriksaan laboratorium 9 atau 90 % dari 10 sampel es campur yang diteliti tercemar oleh Escherichia coli. Sebetulnya bakteri akan mati bila dipanaskan pada suhu 100ºC, karenaya air yang akan dipakai pada minuman sebaiknya direbus dulu hingga mendidih. Teknik lain untuk mematikan bakteri adalah membekukan hingga 0ºC. Namun, tak semua bakteri mati dalam suhu 0ºC.(Aninomous, 2008). Jadi, adanya E. coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung Phatogen usus. Oleh karena itu standar air minum mensyaratkan E. coli harus 0 dalam 100 ml air minum (Widiyanty, 2004)