Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

dokumen-dokumen yang mirip
Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Kelompok Kerja Ahli Gambut (IPEWG) APRIL - Ringkasan Laporan Rapat Ke-5 -

Indikator SFMP

Stakeholder Advisory Committee (SAC) untuk Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0) APRIL

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

Komite Penasehat Pemangku Kepentingan (SAC) Kebijakan APRIL dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan 2.0 (SFMP 2.0)

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

Kelompok Independen Ahli Gambut (IPEWG) APRIL - Laporan Ringkasan Rapat ke-6 -

21 Maret Para Pemangku Kepentingan yang Terhormat,

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

- Rapat ke-8, Laporan Ringkasan -

ULASAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

APRIL Independent Peat Expert Working Group (IPEWG) RINGKASAN LAPORAN. : Pertemuan IPEWG #4 : 1-4 November 2016 Pangkalan Kerinci, Sumatera, Indonesia

Inisiatif Accountability Framework

PENDAHULUAN Latar Belakang

Latar Belakang. Gambar 1. Lahan gambut yang terbakar. pada lanskap lahan gambut. Di lahan gambut, ini berarti bahwa semua drainase

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) perihal Kebijakan APRIL dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (SFMP 2.0)

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LESTARI BRIEF KETERPADUAN DALAM PENANGANAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Kebijakan Asosiasi. Tanggal Berlaku PfA berlaku secara efektif sejak menerima dukungan dari Stakeholder Advisory Committee (SAC)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan (FAQ) Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Forest Stewardship Council

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

PUP (Petak Ukur Permanen) sebagai Perangkat Pengelolaan Hutan Produksi di Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

Iklim Perubahan iklim

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

RENCANA STRATEGIS

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

Golden Agri Resources Memprakarsai Keterlibatan Industri untuk Konservasi Hutan

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Produksi minyak sawit berkelanjutanmelestarikan. masa depan hutan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Membangun Kolaborasi Peningkatan Ekonomi dan Perlindungan Lingkungan Melalui Kawasan Ekosistem Esensial (KEE)

Workshop Monitoring Teknologi Mitigasi dan Adaptasi Terkait Perubahan Iklim. Surakarta, 8 Desember 2011

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Hesti Lestari Tata Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, KLHK

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

- Laporan Ringkasan Rapat ke-7 -

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Restorasi Ekosistem Gambut HARMONISASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN RESTORASI GAMBUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

PENATAAN HIDROLOGI LAHAN GAMBUT DALAM KERANGKA MENGURANGI KEBAKARAN DAN KABUT ASAP

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

TFD IMPF III Ringkasan Co-chairs. Pekanbaru 5 8 Maret 2007

Transkripsi:

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu APRIL dengan memberikan informasi berbasis ilmu pengetahuan dan rekomendasi-rekomendasi terkait penerapan praktis dari kewajiban, komitmen kebijakan, dan filosofi 4C (Baik bagi Masyarakat, Negara, Iklim, dan Perusahaan) di lahan gambut. Dokumen ini disusun oleh IPEWG dan didiskusikan serta disetujui bersama dengan manajemen APRIL untuk memberikan sebuah kerangka kerja bagi IPEWG dalam pelaksanaan bersama dengan APRIL. Peta Jalan dan Rencana Kerja yang menyertainya merupakan dokumen yang secara berkala terus dikaji, direvisi, dan diperbaharui oleh IPEWG. IPEWG akan bekerja secara kolaboratif dengan APRIL untuk mendukung pengembangan strategi pengelolaan lahan gambut di seluruh konsesi APRIL dan pemasoknya, yang terdiri dari tiga komponen, memberikan sebuah peta jalan mengenai penerapan penuh atas komitmenkomitmen APRIL terhadap masyarakat, negara, iklim, dan perusahaan di lahan gambut: Komponen 1 pemahaman berbasis ilmu pengetahuan dan meminimalisir dampak: prioritas utama adalah membangun pemahaman ilmiah yang kuat untuk mendukung pendekatan APRIL akan pengelolaan lahan gambut secara bertanggung jawab: meminimalisir berbagai dampak negatif dari aktivitas produksi di lahan gambut, melindungi areal hutan yang tersisa dan mencegah terjadinya kebakaran di bentang alam tersebut. Komponen 2 Kegiatan operasional yang bertanggung jawab di lahan gambut: Hal yang menjadi fokus adalah penerapan pendekatan APRIL yang terus berkembang terkait kegiatan operasional di lahan gambut secara bertanggung jawab, dirancang untuk meminimalisasi kebakaran, memaksimalkan hasil panen, meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan meminimalisir penurunan permukaan tanah, oksidasi dan jejak karbon APRIL dari produksi yang di lahan gambut, sekaligus juga bekerja sama dengan para pemangku kepentingan lainnya untuk mengembangkan visi jangka panjang terkait pengelolaan bentang alam lahan gambut. Komponen 3 Visi untuk bentang alam lahan gambut: tujuannya adalah penerapan penuh atas visi untuk pengelolaan bentang alam lahan gambut berdasarkan kombinasi antara produksi yang dikelola secara bertanggung jawab, meningkatkan penggunaan spesies-spesies yang toleran terhadap air, restorasi dan rehabilitasi, dan perlindungan atas areal hutan yang masih

tersisa dengan berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan lainnya, untuk mencapai keseimbangan antara produksi, perlindungan, dan pembangunan sosial tanpa menyebabkan hilangnya atau degredasi gambut. Ikhtisar dari pekerjaan IPEWG untuk setiap komponen tersedia pada halaman selanjutnya sementara detail dari tindakan-tindakan IPEWG dan hasilnya terdapat pada Rencana Kerja IPEWG. Membangun pemahaman & meminimalisir dampak Kegiatan operasional yang bertanggung jawab di lahan gambut Sebuah visi untuk pengelolaan bentang alam lahan gambut Skala Fokus Penerapan dari area produksi ke area di sekitarnya ke bentang alam yang lebih luas dari isu spesifik ke keseimbangan produksi, perlindungan, dan manfaat sosial yang terintegrasi dari inisiatif yang dipimpin oleh perusahaan ke kemitraan menuju kolaborasi multipihak Gambar 1: Ikhtisar skema dukungan IPEWG terkait penerapan pendekatan lahan gambut yang bertanggung jawab oleh APRIL Ikhtisar Rencana Kerja IPEWG Versi 3.2, Juni 2017

Peta Jalan IPEWG dan Rencana Kerja yang menyertainya merupakan dokumen yang senantiasa ditinjau kembali, yang mana dokumen tersebut akan digunakan untuk merencanakan, melacak dan mengkaji aktivitas dan tindakan dari pakar IPEWG dan staf APRIL serta membangun diskusi dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan lainnya. Gambaran di bawah ini menetapkan tujuan dari alur kerja yang berbeda, memberikan latar belakang singkat, menjelaskan apa yang ingin dicapai oleh IPEWG, dan merangkum pendekatan yang sedang dilakukan. Rincian kegiatan di dalam setiap alur kerja ditetapkan dalam rencana kerja, sementara informasi mengenai progres dan hasil dapat dilihat pada ringkasan pertemuan IPEWG, penerangan ringkas, dan nantinya publikasi ilmiah. Peta Jalan Komponen 1: Membangun pemahaman dan meminimalisir dampak Aliran kerja 1.1 Pengumpulan data dan analisis Tujuan: untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan APRIL di lahan gambut, termasuk kegiatan operasional saat ini maupun pendekatan baru dan berkembang, terus didukung oleh ilmu pengetahuan dan pemahaman terbaik. Pendekatan: APRIL telah memiliki data yang berasal dari (a) program penelitan yang ada dan (b) database besar yang memiliki data-data terkait hutan tanaman yang dihimpun secara rutin oleh tim operasional. Untuk setiap topik yang diidentifikasi oleh IPEWG sebagai topik yang penting untuk memahami bentang alam lahan gambut APRIL dan kegiatannya, data dianalisa dan dikaji, bersama dengan data lainnya terkait lahan gambut yang dipublikasikan. Studi tambahan akan disetujui jika ditemukan adanya kesenjangan, dengan tujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut. Cakupan topik-topik yang saat ini sedang dikerjakan oleh IPEWG adalah: D1. Penurunan muka tanah dan keseimbangan karbon: tantangan utama dalam mengelola hutan tanaman di lahan gambut yang menggunakan drainase untuk menurunkan permukaan air adalah oksidasi dari gambut tak jenuh sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan muka tanah dan pelepasan CO 2, gas rumah kaca (lihat D5 di bawah). Memahami dan meminimalisir oksidasi dan penurunan muka tanah merupakan pusat dari pengelolaan yang bertanggung jawab. APRIL memiliki banyak data dengan kualitas baik tentang penurunan tanah dan juga secara aktif mengumpulkan data terkait aliran gas rumah kaca (menggunakan menara aliran (flux tower) dan ruang tanah). Analisis atas data ini akan meningkatkan pemahaman atas hasil dari pendekatan operasional saat ini dan pengelolaan alternatif, serta keseimbangan karbon gambut, dan kemungkinan produksi dalam skala bentang alam di masa mendatang. Beberapa percobaan lapangan dilakukan untuk menguji potensi untuk mengurangi penurunan muka tanah dan hilangnya karbon di hutan tanaman Akasia.

D2. Hidrologi dan pengelolaan permukaan air: pada hutan rawa gambut alami, tumbuhan teradaptasi untuk tumbuh dengan akar dalam lingkungan tergenang secara hampir permanen. Pengelolaan lahan gambut yang menggunakan cara pengaturan muka air yang diatur, menurunkan dan mengatur permukaan air sehingga spesies yang tidak toleran terhadap akar yang senantiasa terendam bisa tumbuh. Pemahaman atas implikasi dari kedalaman permukaan air yang berbeda-beda dan kaitannya dengan pertumbuhan serta kelangsungan hidup tanaman, penurunan muka tanah gambut dan kadar air, api dan ketersediaan unsur hara merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, formasi lahan gambut memiliki hidrologi yang kompleks yang dapat meluas di area bentang alam dengan air yang bergerak secara lateral dengan jarak yang cukup jauh. Oleh karena itu, pemahaman hidrologi dan bagaimana hal tersebut berdampak pada operasional hutan tanaman merupakan hal yang sangat penting untuk pengelolaan air yang baik. D3. Menumbuhkan pohon di lahan gambut yang lebih basah. Menjaga permukaan air pada tingkat yang lebih tinggi dapat mengurangi oksidasi dan penurunan muka tanah, namun ada kemungkinan akan berdampak pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup dari spesies tanaman seperti Akasia. Menemukan sifat-sifat tanaman yang dapat tumbuh di gambut basah dari famili tumbuhan di hutan tanaman yang telah ada maupun dari spesies baru yang dapat tumbuh baik pada gambut yang lebih basah merupakan suatu hal yang penting untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman sekaligus menjaga permukaan air yang lebih tinggi. Perlunya pemahaman yang lebih baik bahwa oksidasi gambut yang lebih lambat juga berimplikasi terhadap ketersediaan unsur hara. D4. Kebakaran: kebakaran hutan dan kabut asap yang dihasilkan merupakan salah satu permasalahan lingkungan di Asia Tenggara selama sepuluh tahun terakhir. Kebijakan pemerintah Indonesia saat ini sangat terfokus pada penanganan masalah ini dan khususnya menargetkan hutan gambut mengingat tidak hanya hutan, namun gambut juga bisa terbakar. APRIL memiliki sebuah program untuk mengelola kebakaran di area konsesi miliknya dan mitra pemasok yang hingga saat ini telah terbukti berhasil. Analisa dari data kebakaran yang dihasilkan akan bermanfaat untuk memahami faktor-faktor utama yang dapat meningkatkan dan mengurangi kejadian dan tingkat keparahan kebakaran, yang mana merupakan suatu hal yang penting untuk mengatasi kebakaran di bentang alam yang lebih luas. D5. Gas rumah kaca: lahan gambut mengandung karbon dalam jumlah besar yang akan terlepas ke atmosfer jika gambut teroksidasi (lihat D1 di atas) atau terbakar (lihat D4 di atas). Gas utama yang dikeluarkan dari hasil oksidasi dan pembakaran adalah karbon dioksida (CO 2 ), namun gas rumah kaca lainnya, khususnya metana (CH 4 ) dan dinitrogen oksida (N 2 O) juga dihasilkan dari komponen-komponen bentang alam hutan tanaman termasuk beberapa spesies

alternatif yang dapat tumbuh di gambut yang lebih basah (lihat D3). Pemahaman mengenai aliran dari gas-gas tersebut merupakan hal penting untuk memahami oksidasi gambut, mengukur dampak terhadap iklim, dan mengembangkan langkah-langkah mitigasi yang efektif untuk mengurangi dampak pada hutan tanaman. D6. Kondisi dan pengelolaan hutan alam: mempertahankan areal hutan rawa gambut yang luas merupakan suatu hal yang penting untuk menjaga hidrologi bentang alam lahan gambut, serta menjaga keanekaragaman hayati dan penyimpanan karbon di gambut. APRIL berkomitmen untuk melakukan perlindungan hutan dan produksi dengan rasio 1:1, dan telah melampaui komitmen ini di lahan gambut melalui kombinasi dari dua program konservasi besar: (i) Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang dan (ii) menyisihkan beberapa areal hutan rawa gambut untuk konservasi dari bentang alam yang lebih luas. Penelitian yang terus-menerus dilakukan pada area-area ini akan membantu untuk menjawab pertanyaan terkait bagaimana untuk menjaga kesehatan lahan gambut dan fungsi ekosistemnya secara keseluruhan. D7. Isu sosial dan pengembangan masyarakat: Pemahaman akan kondisi masyarakat dan dampak sosio-ekonomi harus diutamakan pada visi apapun terkait pengelolaan lahan gambut, sehingga hasil karya ilmiah tentang pengelolaan lahan gambut perlu dibingkai dalam konteks sosial. Aliran kerja 1.2 Pemetaan Sumber Daya Tujuan: Membangun pemahaman sebaik mungkin mengenai lahan gambut dan sumber daya hutan di seluruh konsesi APRIL dan pemasok serta bentang alam yang terkena dampak. Pendekatan: Lahan produksi dan areal konsesi restorasi ekosistem APRIL mencakup sekitar 1 juta hektar, berlokasi di dalam bentang alam yang berkali-kali lebih besar dan penuh kompleksitas. Pemahaman yang baik tentang sumber daya ini akan menjadi dasar bagi semua pekerjaan yang lain. Saat ini, teknologi untuk memetakan dan menganalisa bentang alam berkembang dengan sangat cepat. IPEWG akan mendukung APRIL dalam mengidentifikasi dan menggunakan kombinasi terbaik dari teknologi, teknik dan analisa, termasuk pengumpulan dan analisa data LiDAR serta data satelit, fotografi udara dan survei lapangan dan penilaian untuk membangun pemahaman menyeluruh tentang basis pasokan kayu dan lahan tempatnya berlokasi. Aliran kerja 1.3 Mengelola dampak dari kegiatan dalam konsesi yang ada

Tujuan: Untuk mengetahui dan memitigasi dampak dari pengelolaan lahan gambut saat ini dalam jangka pendek sementara pendekatan yang lebih baik dikembangkan, diuji dan diimplementasikan. Pendekatan: IPEWG akan mendukung APRIL untuk memahami dan memitigasi resiko dari segala kegiatan operasional baru pada lahan gambut, mencatat bahwa saat ini ada moratorium untuk pengembangan lebih lanjut pada lahan gambut. Jika hal ini berubah, APRIL, sesuai dengan kebijakan pengelolaan hutan berkelanjutan 2.0 (SFMP 2.0), akan memastikan bahwa semua rencana kegiatan operasional akan didiskusikan dengan IPEWG dan SAC, termasuk penjelasan tentang mengapa hal tersebut dibutuhkan, tujuan penggunaan dan potensi dampak. Seluruh kegiatan harus terus dipandu dengan prinsip kehati-hatian sehingga jika terdapat resiko akan dampak yang negative, maka tidak akan ada kegiatan sampai ada rencana yang sesuai dan dapat memitigasi dampak-dampak tersebut secara memuaskan. Sementara itu, APRIL secara aktif akan terus melindungi konsesinya dari perambahan dan kebakaran. IPEWG juga akan terus diberikan informasi terbaru, keterlibatan dan atau/ kesepakatan dengan pemerintah dan pemangku kepentingan utama lainnya yang terkait dengan gambut untuk memastikan integrasi antara ilmu pengetahuan dan kebijakan. Aliran kerja 1.4 Komunikasi yang jelas Tujuan: Karena pemerintah dan APRIL merevisi pendekatan mereka terhadap pengelolaan lahan gambut, komunikasi yang jelas merupakan suatu hal yang penting, baik secara internal maupun eksternal tentang proses yang ditetapkan dalam peta jalan tersebut, kemajuan yang telah dicapai, tantangan yang diidentifikasi dan ilmu pengetahuan yang mendasari pendekatan untuk mengatasi atau memitigasi tantangan-tantangan tersebut. Pendekatan: Dengan masukan dari IPEWG, APRIL akan mengembangkan dan menerapkan pendekatan sistematik untuk (a) menyajikan ilmu pengetahuan dan data, (b) mendiskusikan pengembangan dari pendekatan, dan (c) berkomunikasi kepada pemangku kepentingan secara sistematis, konstruktif dan positif. Peta Jalan Komponen 2: Pengelolaan lahan gambut secara bertanggung jawab IPEWG sedang bekerja sama dengan APRIL untuk mengembangkan praktik pengelolaan terbaik untuk kegiatan operasional yang ada di lahan gambut yang dapat mengatasi dampak dari operasional terhadap hutan tanaman maupun bentang alam yang lebih luas. Hal utama dari komponen ini adalah meningkatkan pemahaman akan hidrologi lahan gambut dan dampak dari pengelolaan permukaan air di fungsi hidrologi di seluruh wilayah bentang alam.

Aliran kerja 2.1 Meninjau dan Meningkatkan Praktik Pengelolaan Terbaik (Best Management Practices/BMPs) Tujuan: Mendukung APRIL dalam menggunakan BMP berbasis ilmu pengetahuan yang memaksimalkan keberlanjutan lahan gambut dan produktifitas kayu serta meminimalisir penurunan tanah, emisi GRK dan kebakaran. Selain itu, juga termasuk pengembangan dan penerapan pendekatan untuk areal yang perlu untuk direstorasi atau direhabilitasi, melindungi hutan alam yang ada dan memberikan pilihan pengelolaan air terbaik. Pendekatan: ada tiga elemen yang perlu dikerjakan untuk meningkatkan BMP: (a) IPEWG dan staf APRIL bekerja bersama untuk meninjau pendekatan operasional berdasarkan hasil riset dan analisa data (komponen 1), dan menggunakan hasil tersebut, ditambah dengan informasi baru (contohnya: model simulasi lihat 2.2 di bawah), untuk melihat di mana terdapat kemungkinan untuk melakukan perbaikan dan berinovasi terhadap praktik pengelolaan (misalnya tingkat permukaan air yang bervariasi, mengoptimalkan keseimbangan nutrisi/oksidasi, strategi mitigasi penurunan tanah, dan lain-lain); (b) IPEWG dan staf APRIL meninjau pengelolaan yang ada terhadap areal konservasi untuk melihat di mana terdapat peluang untuk perbaikan akan pengelolaan, dan (c) bersamaan dengan (a) dan (b), APRIL untuk ikut serta dalam diskusi dengan ahli teknis dari LSM dan perusahaan yang menerapkan produksi di lahan gambut yang bertanggung jawab untuk tanaman seperti kelapa sawit atau pengelolaan areal konservasi dan restorasi, untuk menyediakan tinjauan secara peer-to-peer terkait praktik saat ini dan saran serta ide untuk perbaikan. Aliran kerja 2.2 Pemodelan hutan tanaman dan bentang alam Tujuan: Mengembangkan sebuah model yang memungkinkan prediksi akan dampak dari strategi pengelolaan yang berbeda untuk menginformasikan pemikiran tentang pendekatan mana yang paling menjanjikan dan trade-off dari faktor yang berbeda. Pendekatan : Menemukan strategi optimal untuk pengelolaan gambut memerlukan pertimbangan akan interaksi antara banyak faktor (kedalaman permukaan air, unsur hara, lama rotasi, hasil dan produktifitas, spesies, dan lain-lain). Tidaklah mungkin untuk menguji setiap kombinasi di lapangan mengingat biaya dan waktu yang diperlukan akan sangat tinggi. Dengan mengembangkan model simulasi, kombinasi berbeda dari variabel-variabel ini dapat dipertimbangkan dan dapat dilakukan prediksi yang layak atas hasil yang didapat, sehingga hanya kombinasi yang paling menjanjikan yang diuji cobakan dalam praktek. Aliran kerja 2.3 Pemantauan

Tujuan: Sebuah sistem pemantauan matang yang menyediakan informasi yang memungkinkan air, penurunan tanah, emisi dan dinamika kebakaran untuk dipahami di seluruh bentang alam dan sepanjang waktu, dan dapat dimasukkan ke dalam model yang memungkinkan keputusan pengelolaan adaptif untuk dibuat dengan cara yang informatif. Pendekatan: IPEWG akan bekerja dengan staf APRIL untuk meninjau sistem pemantauan saat ini, dan membuat rekomendasi untuk setiap perubahan atau tambahan yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan atau meningkatkan kualitas data atau untuk meningkatkan penggunaan data setelah dikumpulkan. Untuk lebih rinci area-area di mana saja data dibutuhkan, dirangkum dalam komponen 1. Peta Jalan Komponen 3: Dukungan dalam pengembangan visi untukpengelolaan bentang alam lahan gambut Di masa yang akan datang, pendekatan untuk pengelolaan lahan gambut harus diadaptasikan dengan kenyataan dari dinamika lahan gambut dan dengan konteks sosio ekonomi di Indonesia. Hal ini perlu dikembangkan melalui kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan yang bersangkutan, dengan pendekatan yang telah didiskusikan dan dikembangkan oleh pemerintah Indonesia, LSM, akademisi, dan perusahaan penghasil kelapa sawit dan serat kayu lainnya dan juga APRIL, Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) dan IPEWG. Pendekatan ini harus bertujuan untuk lingkungan lahan gambut yang sepenuhnya berfungsi, keanekaragaman hayati, berkembang dan stabil, menyediakan mata pencaharian bagi masyarakat setempat dan dapat memasok kayu untuk APRIL. Aliran kerja 3.1: Pengembangan visi strategis Tujuan: Memiliki visi bersama yang jelas tentang pengelolaan lahan gambut di masa depan dan kegiatan yang diperlukan untuk dapat menerapkan visi tersebut. Pendekatan: Dalam visi pengelolaan lahan gambut yang bertanggung jawab diperlukan keseimbangan antara kebutuhan sosial, lingkungan, dan ekonomi yang berbeda dari beragam pemangku kepentingan, dan keseimbangan akan prioritas-prioritas di seluruh bentang alam yang lebih luas. Visi tersebut harus mengakui adanya tantangan dan mengatasinya yang spesifik dari lahan gambut termasuk kebakaran, penurunan tanah, hidrologi yang kompleks dan emisi GRK, menggunakan praktik pengelolaan terbaik untuk operasional hutan tanaman di lahan gambut dan mengikutsertakan pengembangan akan pendekatan untuk produksi dan restorasi yang memberikan lingkungan lahan gambut yang stabil dan subur. Membangun dari aspekaspek kuat/kelebihan dari program APRIL yang sudah ada (misalnya pengembangan BMP untuk operasional hutan tanaman, Program Desa Bebas Api (Fire Free Village Program/FFVP),

restorasi ekosistem (RER), program konservasi hutan (strategi 1:1), dan kemitraan dengan masyarakat untuk perhutanan sosial) tetapi juga mengikutsertakan inovasi dan perubahan di mana dibutuhkan. Visi tersebut harus mempromosikan kemitraan dan transparansi serta menyediakan mekanisme untuk memenuhi filosofi 4C APRIL Masyarakat, Konservasi, Iklim dan Perusahaan dalam jangka panjang. Aliran kerja 3.2 Pendekatan untuk mengatasi masalah-masalah utama Tujuan: Memberikan informasi berbasis ilmu pengetahuan yang terbaik untuk menginformasikan proses pengembangan pendekatan pengelolaan lahan gambut yang lebih baik. Pendekatan: Beberapa topik telah diidentifikasi sangat penting untuk menginformasikan pengembangan dan penerapan dari visi (lihat komponen 1). Sementara informasi dihasilkan IPEWG akan memberikan masukan kepada APRIL terkait ilmu pengetahuan yang mendasarinya dan informasi yang tersedia untuk membantu menginformasikan pengembangan pendekatan tersebut. Di mana tantangan diidentifikasi, informasi tersebut akan digunakan untuk membantu diinformasikannya potensi solusi. Jika topik lebih lanjut diidentifikasi, aliran kerja ini juga akan ditambahkan. Aliran kerja 3.3 Kolaborasi Tujuan: Meningkatkan kolaborasi dengan pelaku lainnya di bentang alam dan transparansi serta interaksi yang lebih besar dengan pemangku kepentingan lainnya untuk mempercepat pengembangan dan penyebaran yang berhasil dari pendekatan yang diperbaiki untuk pengelolaan lahan gambut. Pendekatan: IPEWG dan APRIL, bersama dengan SAC, mengidentifikasi dan berbicara kepada pelaku dan organisasi lainnya termasuk pemerintah, perusahaan dan LSM, bekerja dalam pengembangan dan penerapan dari praktik terbaik di lahan gambut. Tujuanya adalah untuk bertukar informasi dan membagikan pembelajarannya untuk mengakselerasi pengembangan dan penerapan praktik yang diperbaiki untuk pengelolaan lahan gambut secara kolaboratif.