Hesti Lestari Tata Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, KLHK

Transkripsi

1 Hesti Lestari Tata Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, KLHK Seminar Hasil Penelitian Penguatan Aksi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Jakarta, 17 Januari 2018

2 Outline: Luas gambut (peta gambut internasional) Lahan gambut sebagai penyimpan cadangan karbon dan pengemisi karbon Pemulihan ekosistem gambut yang rusak dengan teknik paludikultur Paludikultur untuk mitigasi perubahan iklim Paludikultur untuk adaptasi perubahan iklim Peluang dan tantangan

3 Global Peatland Map (Xu et al. 2018)

4 Latar Belakang Luas area lahan gambut dunia mencapai 4,23 km 2 (2,34% luas daratan). Adapun luas lahan gambut Indonesia = km 2 (8,19% luas daratan) (Xu et al. 2018). Lahan gambut sebagai penyimpan cadangan karbon terbesar. Cadangan karbon gambut Indonesia berkisar: 13,6 GtC 40,5 GtC (Warren et al. 2017). Akibat adanya pembangunan kanal, perubahan tutupan lahan, kumulasi emisi karbon sejak tahun mencapai 2,5 GtC, dengan level emisi: MtC/tahun (Miettinen et al. 2017). Emisi CO2 akibat kebakaran hutan dan lahan gambut di Asia Tenggara selama 10 tahun terakhir: 122 MtC/tahun (Miettinen et al. 2017).

5

6 Paludikultur Pemulihan ekosistem gambut rusak: suksesi alami, restorasi, rehabilitasi, dan/atau cara lain yang sesuai dengana perkembangan Iptek. Paludikultur: budidaya tanaman menggunakan jenis-jenis tanaman rawa atau tanaman lahan basah yang tidak memerlukan adanya drainase air gambut pada Fungsi Lindung. Agroforestri: sistem pertanian yang mengintegrasikan berbagai komoditas berbasis tanaman kehutanan pada Fungsi Budidaya. (Buku dapat diunduh gratis di

7 Pengelolaan Lahan Gambut yang Bertanggungjawab Lahan Gambut Basah (undrained/rewetted) Lahan Gambut Terdrainase Apakah pemanfaatan gambut secara produktif perlu dilakukan? YA Praktik PALUDIKULTU R Cek Wet- Agrofores try Apakah pemanfaatan gambut secara produktif perlu dilakukan? YA TDK TDK TDK Apakah ekosistemny a alami? YA TDK Apakah kondisi ekosistem dapat direstorasi? YA RE- WETTIN G YA Apakah mungkin dilakukan Rewetting? TDK TDK KONSERVA SI RESTORA SI Cek Opsi Restorasi ADAPTAS I MNGT GAMBUT PEN- CEGAHAN KBAKARA N (Diadopsi dari: Peatlands: Guidance for climate change mitigation by conservation, rehabilitation and sustainable use (FAO- MICCA project)

8 Widayati et al. (2016) Agroforestry on peatland: combining productive and protective functions as part of restoration. Policy Brief. ICRAF and ASEAN Working Group. (Dapat diunduh di:

9 Teknik Paludikultur untuk Mitigasi Perubahan Iklim Rewetting dan canal blocking : secara umum emisi CO 2 berkurang, tetapi emisi CH 4 meningkat terjadi reduksi total emisi dibandingkan dengan gambut didrainase (Wilson et al. 2016; Bonn et al., 2014). Rewetting dan canal blocking menurunkan Global Warming Potential (Wilson et al., 2016). Rehabilitasi vegetasi akan meningkatkan cadangan karbon dan sekuestrasi CO 2.

10 Rewetting Gambut pada lahan perkebunan dan pertanian secara signifikan menurunkan Global Warming Potential, dibandingkan dengan lahan gambut yang didrainase (Sumber: Wilson et al. Mires & Peat (2016) 17:1-24)

11 Daftar agregasi Greenhouse gas Emission Site Type (GEST) sebagai hasil klaster pengukuran emisi CH 4 dan CO 2 flux (Couwenberg et al. unpublished) GEST Dry to moderate moist grassland Soil moisture class CH 4 (GWP) CO2 (GWP) Total GWP (EF) Moist grassland Moist to very moist grassland Periodically flooded grassland Moist to very moist acidic Molina meadow +4/ ~, 3~ / Very moist grassland +4/ Very moist grassland with shunt species Wet grassland Wet grassland with shunt species

12 Teknik Paludikultur untuk Adaptasi Perubahan Iklim Kegiatan rehabilitasi vegetasi dengan jenis-jenis bernilai ekonomi dan adaptif di lahan gambut yang dibasahi kembali dengan pola tanam polikultur alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat. Canal blocking dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar sumber pangan dan alternatif pendapatan masyarakat. Pengembangan produk-produk yang dikelola dengan ramah gambut pemberdayaan masyarakat dan skema insentif.

13 Nilai Emisi dan Opportunity Cost Sagu Sagu di Papua memiliki nilai ekonomi relatif tinggi, nilai Net Present Value (NPV) 441 USD/ha/tahun. Perhitungan Opportunity Cost sebesar -28,62 USD/Mg CO 2, penanaman sagu pada lahan semak belukar dapat meningkatkan nilai ekonomi dan mengurangi emisi CO 2 (Agus et al. 2016).

14 Konversi hutan rawa gambut Tripa (Aceh) menjadi kebun sawit meningkatkan emisi CO 2. Dengan skema perdagangan karbon, emisi yang dapat dihindari berkisar antara: 6 15,3 Mg CO 2 e/ha/tahun selama masa pengamatan yang berbeda (Tata et al., 2014).

15 Peluang dan Tantangan Pelaksanaan praktik paludikultur dapat meningkatkan nilai ekonomi masyarakat dan manfaat jasa lingkungan (air, cadangan karbon, dan biodiversitas). Praktik paludikultur perlu melakukan pengukuran emisi CO 2 (dan GRK lainnya), serta perhitungan Opportunity cost-nya. Perlu dilakukan perubahan manajemen lahan gambut pada sektor kehutanan dan pertanian, yaitu dengan tata kelola air, mengurangi intensitas dan perluasan kanal, memanfaatkan semak belukar rawa tidak produktif dengan rehabilitasi vegetasi (paludikultur) dan wanamina. Pengembangan pola insentif dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan mendukung pembangunan hijau dan ekonomi hijau.

16 Terima Kasih