PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

dokumen-dokumen yang mirip
Pengukuran Debit. Persyaratan lokasi pengukuran debit dengan mempertimbangkan factor-faktor, sebagai berikut:

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

Tata cara pengukuran debit aliran sungai dan saluran terbuka menggunakan alat ukur arus dan pelampung

BAB I PENDAHULUAN BAB II. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Tujuan Praktikum

PANDUAN PRAKTIKUM INFILTRASI. Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

PENGUKURAN DEBIT ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

Panduan Teknis. Pengukuran Debit Sungai Sederhana. Prosedur Pengukuran. 1. Menentukan lokasi pengamatan/pengukuran debit dan tinggi muka air

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai

PENGAMATAN DEBIT DRAINASE JALAN KYAI HAJI HARUN NAFSI KELURAHAN RAPAK DALAM KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

STUDI DEBIT ALIRAN PADA SUNGAI ANTASAN KELURAHANSUNGAI ANDAI BANJARMASIN UTARA

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

Diameter Pipa Air Bersih Untuk Bangunan

Bakuan Kompetensi Sub-Bidang Hidrometri. Ahli Hidrometri Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrometri tingkat Muda

DAMPAK PENYEMPITAN PENAMPANG SUNGAI TERHADAP KONDISI ALIRAN (Studi Kasus Pada Sungai Krueng Pase)

Data Hidrologi dan Survey Hidrometri

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

NUR EFENDI NIM: PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN KABUPATEN ROKAN HULU RIAU/2016

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)

MODEL HIDROGRAF SATUAN SINTETIK MENGGUNAKAN PARAMETER MORFOMETRI (STUDI KASUS DI DAS CILIWUNG HULU) BEJO SLAMET

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB 9. Analisis Debit Sesaat Sungai Ponggutamba Sebagai Bahan Kajian Perencanaan Sumber Energi Listrik

Tata cara pengukuran pola aliran pada model fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

KINEMATIKA GERAK LURUS 1

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

BAB I PENDAHULUAN I - 1

PENGAMATAN DEBIT AIR SALURAN DRAINASE DAERAH BENANGA SUB DAS KARANG MUMUS KECAMATAN SAMARINDA UTARA. Oleh : BENNET ADHITYA RAMDHAN NIM.

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENGGERUSAN LOKAL DISEKITAR PILAR JEMBATAN AKIBAT ALIRAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL 2 DIMENSI

SKRIPSI MEMPELAJARI PERENCANAAN BENDUNGAN KECIL DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. Oleh : LUCKY INDRA GUNAWAN F

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

IV. PENGUKURAN DAN PERKIRAAN DEBIT SUNGAI

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) di wilayah sungai, seperti perencanaan

Panduan Teknis. Pengukuran Tingkat Kekeruhan Air dan Sedimen Sederhana. Pendahuluan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

SKRIPSI PEMANFAATAN AIR PADA BENDUNG KECIL DI SUB DAS CIOMAS - DAS CIDANAU, BANTEN. Oleh: RINI AGUSTINA F

BAB IV EVALUASI SEDIMEN DI WADUK SELOREJO DAN ALTERNATIF PENANGANANNYA

ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

BAB III METODE PENELITIAN. menunjang pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro-Hidro (PLTMH).

ANALISIS LAJU EROSI DAN SEDIMENTASI DENGAN PROGRAM AGNPS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian terletak di Bandar Lampung dengan objek penelitian DAS Way

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa

14/06/2013. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir Membuat Model Pengendalian Banjir Terpadu

ANALISA LAJU SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI CILAUTEUREUN GARUT

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan dilakukan di sungai Way Semaka dan sungai Way

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGAMATAN DEBIT AIR SUNGAI KARANG MUMUS PADA SUB DAS KARANG MUMUS DI JALAN KYAI HAJI AGUS SALIM, KELURAHAN SIDODADI, KECAMATAN SAMARINDA ULU, KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MADYA

PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

DEBIT AIR DI SUNGAI TERINDIKASI CEMAR DESA BERINGIN MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Debit aliran merupakan sebuah satuan yang digunakan untuk mendekati

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

III. METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGENALAN ASPEK-ASPEK MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai yang terletak

POLA ALIRAN BATANG ANAI DI PROVINSISUMATERA BARAT. Elma Yulius 1), Eko Darma 2)

Limpasan (Run Off) adalah.

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

PERENCANAAN EMBUNG KEDUNG BUNDER KABUPATEN PROBOLINGGO AHMAD NAUFAL HIDAYAT

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

ANALISIS WISATA TERHADAP KRISIS EKOLOGI

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penghujan mempunyai curah hujan yang relatif cukup tinggi, dan seringkali

Morfologi Permukiman Pesisir pada Daerah Aliran Sungai di Kota Dumai. Muhammad Rijal a, Gun Faisal b

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

Transkripsi:

PANDUAN PRAKTIKUM DEBIT AIR Oleh: Dr. Badaruddin,S.Hut,MP FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2017 1

PRAKATA Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-nya lah saya dapat menyajikan sebuah buku panduan praktikum Infiltrasi pada Mata Kuliah Konservasi Tanah dan Air dapat terselesaikan. Terimakasih juga saya ucapkan kepada Prof Dr.Ir.H.Ruslan,M.Sc, Dr.Syarifuddin Kadir,M.Si dan Ir.Karta Sirang,MS, yang telah memberikan semangat kepada saya untuk bisa membuat panduan praktik ini. Adapun tujuan pembuatan Buku Panduan ini adalah agar mahasiswa dapat memahami bagaimana cara dan metode dalam praktik Debit Air baik dengan alat current meter ataupun pelampung dan menyajikannya dalam sebuah laporan dengan hasil penyusunan datadata yang diperoleh dari hasil pengamatan praktikum. Semoga buku panduan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. dan dapat berguna bagi mahasiswa khususnya yang akan melakukan praktikum Debit Air. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang. Banjarbaru, Februari 2017 Dr.Badaruddin,S.Hut,M.P. i

DAFTAR ISI Halaman PRAKATA... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 BAB II METODOLOGI... 3 A. Alat dan Bahan... 3 B. Cara Kerja dan Analisis... 3 1. PengukuranMenggunakan Current meter... 4 2. Pengukuran menggunakan Pelampung... 13 DAFTAR PUSTAKA... 13 LAMPIRAN... 17 ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran ratarata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai. Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3 /dt). Dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 2001). Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak, 2010). Debit adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan liter per/detik, untuk memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih cukup untuk disalurkan ke saluran yang telah disiapkan (Dumairy, 1992). Aliran sungai berasal dari hujan yang masuk kedalam alur sungai berupa aliran permukaan dan aliran air dibawah permukaan,debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian yang turun kembali setelah hujan selesai. Grafik yang menunjukan naik turunnya debit sungai menurut waktu 1

disebut hidrograf, bentuk hidrograf sungai tergantung dari sifat hujan dan sifat daerah aliran sungai (Arsyad, 2010). Terdapat tiga kemungkinan perubahan debit air sungai yaitu Laju pertambahan air bawah tanah lebih kecil dari penurunan aliran air bawah tanah normal, Laju pertambahan air bawah tanah sama dengan laju penurunannya, sehingga debit aliran menjadi konstan untuk sementara, dan Laju pertambahan air bawah tanah melebihi laju penurunan normal, sehingga terjadi kenaikan permukaan air tanah dan debit sungai (Arsyad, 2010). Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3 /dt). B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum Debit air yaitu: 1. Mengukur debit air (jumlah air yang mengalir dari satu penampang tertentu persatuan waktu 2. Mahasiswa dapat membedakan pengukuran dengan metode pelampung dengan metode current meter 2

BAB II METODOLOGI A. Alat dan Bahan untuk praktik Debit Air 1. Current meter untuk mengukur debit air secara analitik 2. Stop Watch untuk menghitung per satuan waktu 3. Rol meter untuk mengukur lebar dan panjang sungai pengukuran 4. Botol untuk media pengukuran dengan pelampung 5. Tali rafia untuk menandai saat star dan finish pengukuran pelampung 6. Patuk untuk membantu pengukuran antar sigmen 7. Pelskal untuk membaca tinggi muka air 8. Kamera untuk dokumentasi B. Cara Kerja dan Analisis Sebelum melakukan pengukuran maka perlu mempertimbangkan factorfaktor, sebagai berikut: a) Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga air, dimana tidak ada perubahan bentuk penampang atau debit yang menyolok b) Alur sungai harus lurus sepanjang minimal 3 kali lebar sungai pada saat banjir/muka air tertinggi c) Distribusi aliran merata dan tidak ada aliran yang memutar a) Aliran tidak terganggu sampah maupun tanaman air dan tidak terganggu oleh adanya bangunan air lainnya (misalkan pilar jembatan), tidak terpengaruh peninggian muka air, pasang surut dan aliran lahar b) Penampang melintang pengukuran diupayakan tegak lurus terhadap alur sungai c) Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali diameter baling baling alat ukur arus yang digunakan Berikut adalah gambar penempatan stasiun pengamat pada berbagai macam aliran sungai: 3

Penempatan Stasiun Pengamat 1. Pengukuran Menggunakan Current Meter Pengukuran debit dengan menggunakan current meter (alat ukur arus) dilakukan dengan cara merawas, dari jembatan, dengan menggunakan perahu, dengan menggunakan winch cable way dan dengan menggunakan cable car. Apabila pengukuran dilakukan dengan kabel penggantung dan posisi kabel penduga tidak tegak lurus terhadap muka air, maka kedalaman air harus dikoreksi dengan besarnya sudut penyimpangan. Tahapan pengukuran dengan menggunakan current meter adalah sebagai berikut: 1) Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran yaitu: 1 (satu) set alat ukur arus atau current meter lengkap 4

2 (dua) buah alat penduga kedalaman (stang/stick) panjang masingmasing 1 m Kartu Pengukuran Alat Tulis Alat pengambilan sample air Botol tempat sample air Peralatan penunjang lainnya seperti topi, sepatu lapangan dll. 2) Bentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan posisi tegak lurus dengan arah arus air dan tidak melendut 3) Tentukan titik pengukuran dengan jarak antar vertikal ± 1/20 dari lebar sungai dan jarak minimum = 0.50 m 4) Berikan tanda pada masing-masing titik 5) Baca ketinggian muka air pada pelskal 6) Tulis semua informasi/keterangan yang ada pada kartu pengukuran seperti nama sungai dan tempat, tanggal pengukuran, nama petugas dll. 7) Catat jumlah putaran baling baling selama interval waktu yang telah ditentukan (40 70 detik), apabila arus air lambat waktu yang digunakan lebih lama (misal 70 detik), apabila arus air cepat waktu yang digunakan lebih pendek (misal 40 detik) 8) Hitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan menggunakan rumus baling baling tergantung dari alat bantu yang digunakan (tongkat penduga dan berat bandul) 9) Hitung kecepatan (v) rata-rata pada setiap vertikal dengan rumus : Apabilapengukuran dilakukan pada 1 titik (0.5 atau 0.6 d) contoh (vertikal 2) maka v rata rata = v pada titik tersebut Apabila pengukuran dilakukan pada 2 titik (0.2 dan 0.8 d) contoh (vertikal 3) maka v rata rata = (v0.2 + v0.8) / 2 Apabila pengukuran dilakukan pada 3 titik (0.2 0.8 d dan 0.6 d) contoh (vertikal 4) maka v rata rata = [{(v0.2 + v0.8) / 2} + (v0.5 atau v0.6 )] / 2 10) Hitung luas sub/bagian penampang melintang 11).Hitung debit pada setiap sub/bagian penampang melintang 5

12).Ulangi kegiatan pada butir 10 sampai dengan butir 12 untuk seluruh sub bagian penampang 13).Hitung debit total (Q total) Debit total dihitung dengan cara menjumlahkan debit dari seluruh debit pada sub/ bagian penampang Q (total) = q1 + q2 + q3 + + qn 14).Hitung luas seluruh penampang melintang (A) Luas seluruh penampang melintang dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh luas pada sub/bagian penampang dengan : A = a1 + a2 + a3 + + an 15).Hitung kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang (V) Kecepatan rata-rata seluruh penampang melintang = debit total / luas seluruh penampang melintang atau V = Q total / A 16).Catat waktu dan tinggi muka air pada pelskal segera setelah pengukuran selesai pada kartu pengukuran. 17).Catat hasil perhitungan butir 14 sampai dengan 16 pada kartu pengukuran Pengukuran debit dengan menggunakan current meter dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya: a. Merawas Pengukuran debit dengan cara merawas adalah petugas pengukur langsung masuk ke dalam badan air. Petugas pengukur minimal terdiri dari 2 orang, 1 orang petugas mengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran. Dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. dilakukan pada lokasi sebatas pengukur mampu merawas 2. posisi berdiri pengukur harus berada di hilir alat ukur arus dan tidak boleh menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur vertikal yang diukur 3. letakkan tongkat penduga tegak lurus pada jarak antara 2,5 7,5 cm di hilir kabel baja yang telah dibentangkan 6

4. hindari berdiri dalam air apabila akan mengakibatkan penyempitan penampang melintang 5. apabila posisi current meter (arah aliran) tidak tegak lurus terhadap penampang melintang sungai, maka besarnya sudut penyimpangan perlu dicatat untuk menghitung koreksi kecepatan di vertikalnya. Metode merawas b. Perahu Pengukuran debit menggunakan perahu adalah petugas pengukur menggunakan sarana perahu sebagai alat bantu pengukuran. Petugas pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 1 orang petugas memegang dan menggeser perahu, 1 orang petugas mengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran. Petugas pelaksanaan pengukuran dengan menggunakan perahu perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. dilakukan apabila tidak memungkinkan pengukuran dengan cara merawas 2. alat ukur arus dilengkapi dengan alat penggulung kabel (sounding reel) dan pemberat yang disesuaikan dengan kondisi aliran (kedalaman dan kecepatan) 3. posisi alat ukur harus berada di depan perahu 4. kabel yang digunakan untuk mengukur lebar sungai (tagline) harus terpisah dari kabel yang digunakan untuk menggantungkan perahu 5. apabila lebar sungai lebih dari 100 m, atau sungai digunakan untuk transportasi air maka kabel penggantung perahu tidak dapat digunakan. Pengaturan posisi perahu diatur dengan menggunakan sextant meter agar 7

lintasan pengukuran tetap berada pada satu jalur sehingga lebar sungai sesuai dengan lebar sungai sesungguhnya. Metode ini disebut metode sudut (angular method). Selain metode ini dapat juga digunakan metode perahu bergerak. Metode perahu c. Sisi jembatan 1. Pengukuran debit dari sisi jembatan adalah pengukuran dilakukan dari sisi jembatan bagian hilir aliran dan sebaiknya jembatan yang digunakan tidak terdapat pilar. Peralatan yang digunakan adalah bridge crane, sounding reel, tagline, dan 1 set current meter + pemberat yang beratnya tergantung dari kecepatan aliran. Petugas pengukur minimal terdiri dari 3 orang, 2 orang petugasmengoperasikan bridge crane dan peralatan pengukur dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran. 2. Pengukuran dari sisi jembatan dilakukan apabila pada lokasi pos terdapat fasilitas jembatan, dengan kondisi kedalaman air lebih dari 2 m dan kecepatan airnya cukup deras sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran dengan menggunakan perahu. Metode Jembatan 8

d. Cable Car (Kereta Gantung) Cable car adalah alat bantu pengukuran berupa kereta gantung yang digantungkan pada kabel utama yang juga berfungsi sebagai alat ukur lebar sungai, dilengkapi dengan tempat duduk petugas pengukur dan dudukan sounding reel. Peralatan yang digunakan adalah current meter lengkap dengan ekor panjang dan pemberat yang disesuaikan dengan kondisi kecepatan dan kedalaman aliran. Petugas pengukur terdiri dari 2 orang, 1 orang petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran. Metode Kereta Gantung e. Winch Cable Way Pengukuran debit dengan menggunakan winch cable way dilakukan dari pinggir sungai dengan menggunakan peralatan winch cable way. Petugas pengukur minimal terdiri dari 2 orang, 1 orang petugasmengoperasikan peralatan dan 1 orang petugas mencatat data pengukuran. Lokasi penempatan winch cable way harus memenuhi persyaratan teknis seperti halnya tempat pengukuran dengan metode lainnya. Persyaratan tersebut antara lain pada bagian alur sungai yang lurus, aliran laminar dan merata, dll. Peralatan winch cable way yang terdiri dari: 1. Kabel pengukur lebar sungai 2. Kabel pengukur kedalaman air juga berfungsi sebagai kabel penghantar listrik untuk menghitung jumlah putaran dan juga berfungsi sebagai 9

penggantung current meter + pemberat yang disesuaikan dengan kondisi aliran (kedalaman dan kecepatan) 3. Kabel utama (main cable) yang berfungsi sebagai penggantung semua peralatan yang digunakan. Kabel utama diikatkan pada dua buah tiang yang dipasang pada kedua tebing sungai, dan salah satu tiangnya digunakan untuk menempatkan pengerek (winch) 4. Pengerek (winch) yang berfungsi untuk menggulung kabel pengukur lebar sungai dan kabel pengukur kedalaman air. Winch dapat terdiri dari 2 (double drum winch) atau hanya terdiri dari 1 winch (single drum winch) Metode Winch cable 10

TALLY SHEET PENGUKURAN DEBIT AIR DAS : Kabupaten : Waktu : Kondisi Cuaca : Kordinat : No Segemen Lebar Sungai (L) meter P1 (Stasiun awal) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dalam Sungai (D) meter A= L X D (m²) Kecepatan (V) m/det Jarak Pengukuran (m) Waktu Pengukuran (det) Debit (Q = AxV XF) Prosedur : 1. Ukur lebar sungai 2 Buat stasiun pengukuran dengan syarat sungai lurus dan tidak ada yang menghambat pelampung 3 Panjang stasion P1 ke P2 minimal 2 kali lebar sungai 4 Siapkan pelampung dan meteran serta stopwatch 5 Alat Komunikasi 6 Tongkat/ tali pengukur kedalaman sungai 7 Kamera 8 dll 11

Luas Penampang Sungai : Luas A = ½ x 1,06 x 1,48 = 0, 784 Luas B1 = ½ x 2,23 x 0,52 = 0.579 Luas B2 = ½ x 2,23x 1,48 = 3,094 Luas C1 = ½ x 1,30 x 2,50 = 1,625 Luas C2 = 0,70 x 2,50 = 1,750 Luas D = ½ 1,50 x 0,70 = 0,525 Luas penampang sungai ( A + B1 + B2 + C1 + C2 + D ) = 0,784 + 0,579 + 3,094 + 1,625 + 1,750 + 0,525 = 8,268 m2 12

2. Pengukuran Menggunakan Pelampung Pengukuran debit menggunakan alat pelampung pada prinsipnya sama dengan metode konvensional, hanya saja kecepatan aliran diukur dengan menggunakan pelampung. Metode pengukuran debit dengan menggunakan pelampung biasa digunakan pada saat banjir dimana pengukuran dengan cara konvensional tidak mungkin dilaksanakan karena faktor peralatan dan keselamatan tim pengukur. Lokasi Pengukuran Pengukuran debit dengan pelampung perlu memperhatikan syarat-syarat lokasi sebagai berikut : 1. Syarat lokasi pengukuran seperti pada metode konvensional 2. Kondisi aliran sedang banjir dan tidak melimpah 3. Geometri alur dan badan sungai stabil 4. Jarak antara penampang hulu dan hilir minimal 3 kali lebar sungai pada kondisi banjir Peralatan Pengukuran 1. alat pengukur jarak 2. alat pelampung 3. alat pengukur waktu (stop watch) 4. alat penyipat ruang (theodolith) Pengukuran Penampang Melintang Pengukuran penampang basah dapat dilakukan pada saat sungai tidak sedang banjir yaitu sesudah atau sebelum banjir. Pengukuran paling sedikit 2 penampang melintang yaitu di hulu dan di hilir yang merupakan titik awal dan titik akhir lintasan penampang. Luas penampang basah sungai didapat dengan cara merata-rata luas kedua penampang basah yang telah diukur. Tahapan Pengukuran a. Persiapan 1. Pilih lokasi pengukuran 2. Siapkan pelampung 3. Siapkan peralatan untuk mengukur jarak antara dua penampang 13

4. Siapkan peralatan untuk menentukan posisi lintasan pelampung 5. Siapkan peralatan untuk memberi aba-aba 6. Siapkan alat pencatat waktu 7. Siapkan alat tulis b. Pelaksanaan Pengukuran 1. Lakukan pembacaaan tinggi muka air pada pos duga air di awal pengukuran 2. Letakan alat penyipat ruang di tengah-tengah antara penampang hulu & hilir 3. Ukur jarak antara penampang hulu dan penampang hilir 4. Lepaskan pelampung kira-kira 10 meter di hulu penampang hulu 5. Ukur sudut azimuth posisi pelampung pada saat pelampung melalui penampang hulu dan penampang hilir. Pada saat itu juga catat waktunya 6. Ulangi pekerjaan (d) dan (e) sampai pelampung terakhir 7. Catat tinggi muka air pada akhir pengukuran c. Perhitungan Debit 1. Gambar penampang basah di hulu dan hilir 2. Gambar lintasan pelampung 3. Hitung panjang tiap lintasan pelampung 4. Hitung kecepatan aliran permukaan tiap pelampung, untuk mendapatkan kecepatan aliran sebenarnya maka kecepatan aliran permukaan tiap pelampung harus dikalikan dengan koreksi yang besarnya berkisar antara 0.7 dan 0.8 tergantung dari panjang pelampung dan proses lintasan pelampung 5. Gambar grafik kecepatan aliran 6. Tentukan bagian penampang basah 7. Tentukan nilai kecepatan aliran pada setiap batas bagian penampang 8. Hitung kecepatan rata-rata pada setiap bagian penampang basah 9. Hitung luas bagian penampang basah 10. Hitung debit untuk setiap bagian penampang basah 14

11. Hitung debit total 12. Hitung tinggi muka air rata-rata Metode Pelampung Menghitung kecepatan aliran air dengan menggunakan rumus dimana : V = D/t, V = kecepatan aliran air sungai (m/detik) D = jarak antara daerah penampang I dengan II (meter) t = waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak (detik) Menentukan luas penampang basah saluran (A) 1. Menentukan lebar saluran (I) pada daerah penampang. 2. Mengukur kedalaman air (d1) pada daerah penampang I kemudian diulangi ; hingga lima tempat (d2, d3, d4, d5). 3. kemudian diulangi ; hingga lima tempat (d2, d3, d4, d5). 15

Menentukan rata-rata dalam air (d) pada daerah penampang I d= menghitung luas penampang basah dengan menggunakan rumus : A = I x d m, dimana A= luas penampang basah (m 2 ) I= lebar saluran (meter) d= kedalaman air rata-rata (meter) Q= V x A Q = debit air yang mengalir (m 3 /detik) V= kecepatan aliran air (m/detik) A= Luas penampang basah (m 2 ) Contoh Perhitungan debit dengan metode pelampung LI sebagai lebar saluran 1 : 1.5 m LII sebagai lebar saluran 2 : 1.5 m D = 25 m t = 43 detik Menghitung kecepatan aliran air (V): jarak di bagi waktu V = 25 : 43, maka V = 0.58 m/detik LI d1 = 0.45 m LII d1 = 0.36 m d2 = 0.44 m d2 = 0.37 m d3 = 0.55 m d3 = 0.35 m d4 = 0.38 m d4 = 0.34 m d5 = 0.32 m d5 = 0.3 m Rata-rata dari penambahan LI = 0.43 m, Rata-rata dari penambahan LII = = 0.34 m A = L x d AI = luas penampang basah 1 AII = luas penampang basah 2 AI = 1.5 m X 0.43 m = 0.645 m AII = 1.5 m X 0.34 m = 0.51 m, maka (0,0645 + 0,51)/2 = 0.57 m 2 Q = V x A Keterangan : Q = debit aliran sungai (m³ / det) V = kecepatan aliran air (m/ det) A = Luas penampang basah ( M² ) Q = 0.58 m/dtk X 0.57 m 2 Q = 0.33 m 3 /detik 16

DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Departemen Ilmu-ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air, Institut Pertanian Bogor Press, Bogor. Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 17