BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk mencapai tujuan berdirinya negara. APBN Indonesia secara khusus merupakan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. APBN Indonesia dirancang oleh pemerintah, selanjutnya dibahas dan harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam perancangan dan pembahasan APBN, pemerintah harus melihat asumsi makro dan mikro perekonomian negara untuk tahun anggaran yang bersangkutan. Asumsi-asumsi ini berkaitan erat dengan struktur Anggaran Pendapatan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Belanja Negara. Tabel 1. Penerimaan Negara dan Sumbernya Sumber Tahun (Triliun Rupiah) Penerimaan 2013 2014 2015 2016 Pajak Rp 921,4 T Rp 985,1 T Rp 924,3 T Rp1360,2 T Kepabeanan Rp 156,0 T Rp 161,7 T Rp 195,0 T Rp 186,5 T dan Cukai Hibah Rp 6,8 T Rp 5,1 T Rp 3,3 T Rp 2,0 T 1
Penerimaan Negara Bukan Pajak Rp 354,8 T Rp 398,7 T Rp 269,1 T Rp 273,8 T Sumber : Informasi APBN 2016 (www.kemenkeu.go.id) Angka dalam tabel di atas menunjukan tentang penerimaan negara selama tahun 2013, 2014, target penerimaan dalam APBN Perubahan 2015, dan APBN 2016. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa sumber penerimaan selama 4 (empat) tahun ini adalah dari pajak, kepabeanan dan cukai, hibah, serta penerimaan negara bukan pajak. Struktur penerimaan negara sebagian besar masih bergantung dari sektor pajak. Tabel tersebut memberikan gambaran bahwa dari tahun ke tahun penerimaan negara dari sektor pajak masih berada dalam posisi paling besar dalam hal memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara. Disamping itu, penerimaan pajak setiap tahun juga mengalami peningkatan cukup besar. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi penerimaan negara yang bersumber dari luar sektor pajak, selain karena kontribusinya masih cukup rendah disisi lain beberapa sektor peningkatannya masih bersifat fluktuatif. Penerimaan negara dari sektor pajak dalam negeri bersumber dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) khususnya sektor P3, Cukai, dan Pajak Lainnya. Dalam APBN tahun 2016 yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang APBN 2016 dijelaskan bahwa target penerimaan negara dari sektor Pajak adalah sebesar Rp 1.360,2 Triliun. Target tersebut terdiri dari PPh Non Migas sebesar Rp 715,8 Triliun (53%), PPN sebesar Rp 571,7 Triliun (42%), PPh Migas sebesar Rp 41,4 Triliun (3%), PBB sebesar Rp Rp 19,4 Triliun
(1%), dan Pajak Lainnya Rp 11,8 T (1%). Dari target tersebut dapat dilihat bahwa PPN menjadi salah satu tumpuan penerimaan negara dari sektor pajak setelah PPh. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berperan penting dalam memberikan kontribusi yang signifikan dalam penerimaan negara. Pajak ini pada intinya dikenakan saat transaksi pembelian Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. PPN termasuk pajak tidak langsung, pajak dimana yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain (Mardiasmo,2011). PPN disetor oleh pihak lain (dalam hal ini adalah pedagang) namun dibebankan kepada konsumen sebagai pengguna akhir. Pihak yang melakukan pemungutan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai, bahwa pengusaha yang apabila dalam suatu bulan dalam satu tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau peredaran brutonya melebihi Rp 4.800.000.000,- (empat miliar delapan ratus juta rupiah wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pengukuhan ini berfungsi sebagai pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPnBM. 3
Sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan PKP saat ini diatur dalam PMK Nomor 182 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan Pengusaha kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Sebelumnya sistem ini diatur dalam PMK Nomor 73/PMK.03/2012 yang selanjutnya telah diatur lebih rinci dalam Peraturan Dirjen Pajak PER- 20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013. Peraturan ini memberikan kepastian baik kepada Wajib Pajak maupun petugas di Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengenai sistematika pengukuhan dan pencabutan pengukuhan atas Pengusaha Kena Pajak. Selanjutnya peraturan inilah yang juga menjadi bahan rujukan bagi petugas Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini adalah petugas di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) termasuk di dalamnya adalah KPP Pratama Madiun. Aturanaturan tersebut merupakan Standard Operating Procedure (SOP) yang harus dijalankan oleh KPP Pratama Madiun. Pada tataran pelaksanaan, seringkali sistem yang telah diatur sedemikian rupa berjalan tidak sesuai dengan aturan-aturan yang menjadi acuan sehingga tujuan awal penerapan sebuah sistem tidak tercapai. Atas dasar tersebut diatas, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul
Analisis Sistem Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di KPP Pratama Madiun. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kesesuaian penerapan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di KPP Pratama Madiun dengan PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013? 2. Apa yang menjadi kendala dan kelemahan dalam pelaksanaan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Madiun? 1.3. Batasan Masalah Masalah yang dikaji penulis dalam penulisan ini adalah seperti yang tercantum dalam peruusan masalah di atas yaitu tentang pelaksanaan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sistem pengukuhan dan/atau 5
pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak secara manual. 1.4. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui tentang kesesuaian penerapan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di KPP Pratama Madiun dengan sistem yang telah diatur dalam PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 38/PJ/2013. 2. Mengetahui tentang kendala dan kelemahan pelaksanaan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Madiun 1.5. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan rumusan Masalah di atas adalah sebagai berikut. 1. Dapat menganalisis kesesuaian penerapan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Madiun dengan PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian
Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013. 2. Dapat menganalisis kendala dan kelemahan pelaksanan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Madiun, 1.6. Kerangka Penulisan Kerangka penulisan Tugas Akhir merupakan garis besar penyusunan yang digunakan penulis untuk mengungkapkan jalan pikiran penulis dalam memahami penyusunan Tugas Akhir ini secara keseluruhan. Berikut merupakan gambaran alur berpikir penulis 7
Observasi dan Pencarian Masalah Mempelajari PER-20/PJ/2013 sebagaimana telah diubah dalam PER-38/PJ/2013 Melakukan Wawancara pada pihak terkait Mempelajari dokumentasi terkait penerapan sistem Menuangkan hasil wawancara ke dalam pernyataan Menuangkan ke dalam pernyataan Membuat analisis tentang SOP/ peraturan terkait, analisis terkait pelaksanaan sistem, analisis terkait kesesuaian pelaksanaan sistem dengan SOP/Peraturan, dan analisis kendala serta kekurangan sistem Memberikan kesimpulan dan saran terkait pelaksanaan, kendala, serta kekurangan sistem Sumber: Disusun oleh penulis Gambar 1. Bagan Kerangka Penulisan
1.7. Sistematika Penulisan Kerangka penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab. Masing-masing bab terdiri sub-sub bab sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah kerangka penulisan secara garis besar: BAB I PENDAHULUAN Bab I akan menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan kerangka yang menjadi landasan penulisan Tugas Akhir ini. BAB II GAMBARAN UMUM Pada bab ini akan berisi tentang gambaran umum yang terdiri dari kondisi umum KPP Pratama Madiun, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan teknik pengambilan data. BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang temuan-temuan penelitian dilapangan terkait dengan permasalahan yang ada, anilisis dari temuan tersebut, serta pembahasan yang menyertai temuan tersebut. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian. Kesimpulan dan saran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, termasuk dalam hal ini bermanfaat untuk kepentingan KPP Pratama Madiun. 9