BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-12/PJ/2014 TENTANG

PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) (STUDI PADA PENGUSAHA KENA PAJAK DI KABUPATEN BULELENG)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut Indonesia dalam menyelenggarakan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki anggaran. pendapatan bertumpu pada sektor perpajakan. Kementerian Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 34/PJ/2017

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

KEP - 01/PJ/2016 DISTRIBUSI RENCANA PENERIMAAN PPh, PPN DAN PPnBM, PAJAK LAINNYA, SERTA PBB PER KANT

PER - 50/PJ/2009 TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pengusaha menurut Mardiasmo (2008:36), Pengusaha merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah dalam APBN tahun 2015 kembali meningkatkan target

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

BAB I PENDAHULUAN. pajak. Pajak yang menjadi sumber penerimaan negara berasal dari Pajak Penghasilan (PPh),

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 10/PJ/2018 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU TEMPAT PELAPORAN USAHA PENGUSAHA

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak memegang peranan utama dalam keberlangsungan negara. Postur

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 24/PJ/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-49/PJ/2011

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut pemerintah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG

PER - 5/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK DI WILAYAH KECAMA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi dalam membenahi administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

PELAKSANAAN VERIFIKASI DALAM RANGKA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK SECARA JABATAN ATAS PENGUSAHA KECIL PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG

SE - 67/PJ/2009 PENGANTAR PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-40/PJ/2009 TENTANG TATA CARA P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I. Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak : di...

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan, maka tidak terlepas dari pembahasan mengenai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

BAB V PENUTUP. menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa usaha jasa persewaan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan kampus.

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB I PENDAHULUAN. pelakasanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ./2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kas negara yang digunakan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di

2015, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 16/PMK.03/2011 TENTANG T

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang melanda Indonesia berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

SE - 69/PJ/2015 PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan hal yang penting bagi suatu negara yang terus

BAB I PENDAHULUAN. pelakasanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

PROSEDUR PEREKAMAN SPT MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DI KPP PRATAMA SURABAYA RUNGKUT RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara dalam menyediakan infrastruktur ekonomi, perbaikan

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk mencapai tujuan berdirinya negara. APBN Indonesia secara khusus merupakan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. APBN Indonesia dirancang oleh pemerintah, selanjutnya dibahas dan harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam perancangan dan pembahasan APBN, pemerintah harus melihat asumsi makro dan mikro perekonomian negara untuk tahun anggaran yang bersangkutan. Asumsi-asumsi ini berkaitan erat dengan struktur Anggaran Pendapatan yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Belanja Negara. Tabel 1. Penerimaan Negara dan Sumbernya Sumber Tahun (Triliun Rupiah) Penerimaan 2013 2014 2015 2016 Pajak Rp 921,4 T Rp 985,1 T Rp 924,3 T Rp1360,2 T Kepabeanan Rp 156,0 T Rp 161,7 T Rp 195,0 T Rp 186,5 T dan Cukai Hibah Rp 6,8 T Rp 5,1 T Rp 3,3 T Rp 2,0 T 1

Penerimaan Negara Bukan Pajak Rp 354,8 T Rp 398,7 T Rp 269,1 T Rp 273,8 T Sumber : Informasi APBN 2016 (www.kemenkeu.go.id) Angka dalam tabel di atas menunjukan tentang penerimaan negara selama tahun 2013, 2014, target penerimaan dalam APBN Perubahan 2015, dan APBN 2016. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa sumber penerimaan selama 4 (empat) tahun ini adalah dari pajak, kepabeanan dan cukai, hibah, serta penerimaan negara bukan pajak. Struktur penerimaan negara sebagian besar masih bergantung dari sektor pajak. Tabel tersebut memberikan gambaran bahwa dari tahun ke tahun penerimaan negara dari sektor pajak masih berada dalam posisi paling besar dalam hal memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara. Disamping itu, penerimaan pajak setiap tahun juga mengalami peningkatan cukup besar. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi penerimaan negara yang bersumber dari luar sektor pajak, selain karena kontribusinya masih cukup rendah disisi lain beberapa sektor peningkatannya masih bersifat fluktuatif. Penerimaan negara dari sektor pajak dalam negeri bersumber dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) khususnya sektor P3, Cukai, dan Pajak Lainnya. Dalam APBN tahun 2016 yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2015 tentang APBN 2016 dijelaskan bahwa target penerimaan negara dari sektor Pajak adalah sebesar Rp 1.360,2 Triliun. Target tersebut terdiri dari PPh Non Migas sebesar Rp 715,8 Triliun (53%), PPN sebesar Rp 571,7 Triliun (42%), PPh Migas sebesar Rp 41,4 Triliun (3%), PBB sebesar Rp Rp 19,4 Triliun

(1%), dan Pajak Lainnya Rp 11,8 T (1%). Dari target tersebut dapat dilihat bahwa PPN menjadi salah satu tumpuan penerimaan negara dari sektor pajak setelah PPh. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berperan penting dalam memberikan kontribusi yang signifikan dalam penerimaan negara. Pajak ini pada intinya dikenakan saat transaksi pembelian Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. PPN termasuk pajak tidak langsung, pajak dimana yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain (Mardiasmo,2011). PPN disetor oleh pihak lain (dalam hal ini adalah pedagang) namun dibebankan kepada konsumen sebagai pengguna akhir. Pihak yang melakukan pemungutan PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan Pengusaha Kecil Pajak Pertambahan Nilai, bahwa pengusaha yang apabila dalam suatu bulan dalam satu tahun buku jumlah peredaran bruto dan/atau peredaran brutonya melebihi Rp 4.800.000.000,- (empat miliar delapan ratus juta rupiah wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pengukuhan ini berfungsi sebagai pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan PPnBM. 3

Sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan PKP saat ini diatur dalam PMK Nomor 182 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan Pengusaha kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Sebelumnya sistem ini diatur dalam PMK Nomor 73/PMK.03/2012 yang selanjutnya telah diatur lebih rinci dalam Peraturan Dirjen Pajak PER- 20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Pencabutan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013. Peraturan ini memberikan kepastian baik kepada Wajib Pajak maupun petugas di Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengenai sistematika pengukuhan dan pencabutan pengukuhan atas Pengusaha Kena Pajak. Selanjutnya peraturan inilah yang juga menjadi bahan rujukan bagi petugas Direktorat Jenderal Pajak dalam hal ini adalah petugas di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) termasuk di dalamnya adalah KPP Pratama Madiun. Aturanaturan tersebut merupakan Standard Operating Procedure (SOP) yang harus dijalankan oleh KPP Pratama Madiun. Pada tataran pelaksanaan, seringkali sistem yang telah diatur sedemikian rupa berjalan tidak sesuai dengan aturan-aturan yang menjadi acuan sehingga tujuan awal penerapan sebuah sistem tidak tercapai. Atas dasar tersebut diatas, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul

Analisis Sistem Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di KPP Pratama Madiun. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kesesuaian penerapan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di KPP Pratama Madiun dengan PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013? 2. Apa yang menjadi kendala dan kelemahan dalam pelaksanaan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Madiun? 1.3. Batasan Masalah Masalah yang dikaji penulis dalam penulisan ini adalah seperti yang tercantum dalam peruusan masalah di atas yaitu tentang pelaksanaan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sistem pengukuhan dan/atau 5

pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak berdasarkan permohonan Wajib Pajak secara manual. 1.4. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui tentang kesesuaian penerapan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) di KPP Pratama Madiun dengan sistem yang telah diatur dalam PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 38/PJ/2013. 2. Mengetahui tentang kendala dan kelemahan pelaksanaan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Madiun 1.5. Manfaat Penulisan Manfaat penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan rumusan Masalah di atas adalah sebagai berikut. 1. Dapat menganalisis kesesuaian penerapan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Madiun dengan PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian

Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2013. 2. Dapat menganalisis kendala dan kelemahan pelaksanan sistem pengukuhan dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Madiun, 1.6. Kerangka Penulisan Kerangka penulisan Tugas Akhir merupakan garis besar penyusunan yang digunakan penulis untuk mengungkapkan jalan pikiran penulis dalam memahami penyusunan Tugas Akhir ini secara keseluruhan. Berikut merupakan gambaran alur berpikir penulis 7

Observasi dan Pencarian Masalah Mempelajari PER-20/PJ/2013 sebagaimana telah diubah dalam PER-38/PJ/2013 Melakukan Wawancara pada pihak terkait Mempelajari dokumentasi terkait penerapan sistem Menuangkan hasil wawancara ke dalam pernyataan Menuangkan ke dalam pernyataan Membuat analisis tentang SOP/ peraturan terkait, analisis terkait pelaksanaan sistem, analisis terkait kesesuaian pelaksanaan sistem dengan SOP/Peraturan, dan analisis kendala serta kekurangan sistem Memberikan kesimpulan dan saran terkait pelaksanaan, kendala, serta kekurangan sistem Sumber: Disusun oleh penulis Gambar 1. Bagan Kerangka Penulisan

1.7. Sistematika Penulisan Kerangka penulisan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) bab. Masing-masing bab terdiri sub-sub bab sesuai dengan kebutuhan. Berikut adalah kerangka penulisan secara garis besar: BAB I PENDAHULUAN Bab I akan menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan kerangka yang menjadi landasan penulisan Tugas Akhir ini. BAB II GAMBARAN UMUM Pada bab ini akan berisi tentang gambaran umum yang terdiri dari kondisi umum KPP Pratama Madiun, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan teknik pengambilan data. BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang temuan-temuan penelitian dilapangan terkait dengan permasalahan yang ada, anilisis dari temuan tersebut, serta pembahasan yang menyertai temuan tersebut. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian. Kesimpulan dan saran ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, termasuk dalam hal ini bermanfaat untuk kepentingan KPP Pratama Madiun. 9