BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara dalam menyediakan infrastruktur ekonomi, perbaikan
|
|
- Ratna Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serangkaian usaha pemerintah Indonesia untuk mengembangkan perekonomian negara dalam menyediakan infrastruktur ekonomi, perbaikan lingkungan ekonomi, perbaikan kualitas sumber daya manusia, dan indikatorindikator pembangunan ekonomi lain, membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Setiap program pembangunan tidak akan dapat dilaksanakan selama dana yang dibutuhkan untuk membiayai program tersebut tidak tersedia. Penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar dalam membiayai programprogram pembangunan di Indonesia. Menyadari hal itu, pemerintah diharapkan mampu memaksimalkan penerimaan pajak melalui usaha dan kebijakan yang tepat, untuk mendukung tercapainya target yang telah ditetapkan pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Sebagai respon pemerintah atas perubahan asumsi perekonomian makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal sejak diundangkannya undang-undang nomor 27 tahun 2014 tentang anggaran pendapatan dan belanja negara tahun anggaran 2015, pemerintah indonesia menerbitkan undang-undang nomor 3 tahun 2015 pada tanggal 6 Maret Undang-undang perubahan APBN tersebut merevisi beberapa item yang ada pada undang-undang APBN yang telah diundangkan sebelumnya. Salah satu item yang di revisi adalah target penerimaan pajak yang sebelumnya sebesar Rp ,00 menjadi Rp ,00. Perubahan target penerimaan pajak tersebut 1
2 merupakan respon atas perubahan anggaran pendapatan negara tahun 2015 yang ditetapkan sebesar Rp ,00. Anggaran pendapatan negara diporeleh dari sumber penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak dan penerimaan hibah. Penerimaan perpajakan terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri dan pendapatan pajak perdagangan internasional. Target penerimaan pajak dalam negeri tahun 2015 mencapai Rp yang diperoleh dari penerimaan pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, pendapatan cukai dan pendapatan pajak lainnya. Target penerimaan pajak dalam negeri tersebut mencapai 81.7% dari total rencana penerimaan APBN perubahan tahun Besarnya kontribusi penerimaan pajak tersebut terhadap penerimaan negara, tentunya akan memberikan efek yang sangat siknifikan terhadap kelangsungan program pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Keberhasilan kebijakan dan usaha pemerintah dalam mengumpulkan penerimaan pajak akan berimbas terhadap keberhasilan dalam mencapai target penerimaan, yang akhirnya mempengaruhi keberlangsungan program yang telah ditetapkan pada APBN. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalam secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Penerimaan pajak dalam negeri merupakan seluruh penerimaan pajak yang diperoleh dari penerimaan pajak penghasilan, penerimaan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, penerimaan pajak bumi dan bangunan, 2
3 penerimaan cukai, dan pendapatan pajak lainnya. Sistem pemungutan pajak di Indonesia menerapkan Self Asessment system. Self assessment system adalah sistem di mana Wajib Pajak, baik Wajib Pajak orang pribadi maupun badan diberi kepercayaan oleh undang-undang untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak terutang sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pada sistem ini, seluruh penghitungan dan pelaporan Wajib Pajak dinyatakan benar selama tidak ada koreksi dari otoritas pajak sebagai perpanjangan tangan negara dalam menguji kepatuhan wajib pajak dalam menerapkan undang-undang perpajakan. Otiritas pajak yang ada di indonesia diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas penyerahan barang kena pajak dan jasa kena pajak berdasarkan undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang mewah. Kontribusi penerimaan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah terhadap penerimaan menduduki urutan kedua setelah pajak penghasilan. Keberhasilan kebijakan pemerintah dalam mendorong pengumpulan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah tentunya akan sangat berpengaruh dalam pencapaian penerimaan negara yang telah ditetapkan dalam APBN. Kebijakan fiskal yang tepat untuk menstimulus transaksi-transaksi perdagangan dan lingkungan ekonomi yang kondusif tentunya dibutuhkan untuk memacu arus barang dan jasa yang merupakan objek pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah. 3
4 Pada era globalisasi saat ini, hampir semua negara membutuhkan suplai barang dan jasa dari negara lain. Kebutuhan atas barang yang tidak diproduksi di dalam negeri dan/atau ketidakmampuan produksi dalam negeri dalam memenuhi permintaan dalam negeri menyebabkan suatu negara membutuhkan suplai barang maupun jasa dari negara lain. Pemenuhan permintaan dalam negeri atas barang dan jasa dari luar negara menimbulkan transaksi perdagangan internasional. Secara umum transaksi perdagangan internasional dapat dibagi menjadi ekspor dan impor. Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang diproduksi suatu negara ke negara lain. Sementara impor merupakan arus kebalikan dari ekspor, yaitu arus barang dan jasa dari luar negara ke dalam suatu negara untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa di negara tersebut. Impor merupakan salah satu objek pemungutan pajak pertambahan nilai di indonesia. hal ini sesuai dengan prinsip pajak pertambahan nilai sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri. Setiap kegiatan memasukkan barang dari luar daerah pabean ke dalam daerah pabean akan dikenakan pajak pertambahan nilai. Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksekutif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku undang-undang yang mengatur mengenai kepabeanan. Kegitan impor, baik barang maupun jasa akan mempengaruhi penerimaan pajak, khususnya pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan pasal 22 impor yang dikenakan atas impor barang dan jasa kena pajak. Barang dan jasa kena pajak adalah barang dan jasa yang dikenai pajak berdasarkan undang-undang nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak pertambahan 4
5 Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan impor tentunya akan mempengaruhi pencapaian penerimaan APBN khususnya penerimaan pajak pertambahan nilai impor. Penyusunan target penerimaan negara dalam APBN memperhitungkan asumsi-asumsi indikator perekonomian makro. Indikator perekonomian makro merupakan suatu analisis kondisi ekonomi yang digunakan untuk menganalisis perkembangan ekonomi dengan mengunakan indikator-indikator tertentu seperti nilai produk domestik bruto, tingkat inflasi, nilai tukar mata uang, tingkat pengangguran dan sebagainya. Semua indikator ekonomi makro tersebut memiliki porsi pengaruh terhadap penerimaan pajak. Pengaruh setiap indikator tergantung sifat dan karakteristik objek pajak, ada yang memiliki pengaruh positif dan ada yang berpengaruh negatif, ada yang berengaruh yang signifikan dan ada yang tidak signifikan. Karakteristik impor barang dan jasa sebagai objek pajak pertambahan nilai impor sangat memungkinkan dipengaruhi oleh beberapa indikator ekonomi makro indonesia. sebagai transaksi internasional, yang tidak hanya menggunakan mata uang rupiah, tentunya nilai transaksi impor dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang rupiah dibandingkan dengan nilai mata uang internasional yang digunakan dalam transaksi impor tersebut. Tingginya nilai impor akan meningkatkan penerimaan pajak pertambahan nilai impor. Sebaliknya, semakin rendah nilai impor, maka penerimaan pajak dari transaksi impor akan semakin rendah pula. Selain nilai tukar rupiah, nilai barang dan jasa impor yang menjadi objek pajak pertambahan 5
6 nilai impor tentunya akan membengaruhi nilai impor sebagai dasar pengenaan pajak pertambahan nilai impor. Semakin tinggi nilai barang, semakin tinggi nilai impor yang menjadi objek pajak tersebut. Nilai barang dibandingkan dengan nilai mata uang bisanya dapat dipantau dengan melihat tingkat inflasi pada indikator ekonomi makro. Nilai tukar mata uang rupiah atau sering disebut dengan kurs valuta asing (foreign exchange rate) adalah jumlah mata uang rupiah yang dubutuhkan untuk memperoleh satu nilai mata uang asing. Ketika mata uang rupiah melemah, maka nilai rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh barang dan jasa dari luar daerah pabean akan semakin besar, dan sebaliknya, jika nilai mata uang rupiah menguat maka jumlah rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh barang dan jasa yang sama akan semakin sedikit. Objek pajak pertambahan nilai impor adalah nilai impor yang dihitung dengan satuan mata uang rupiah, tentunya fluktuasi nilai tukar rupiah akan berpengaruh terhadap transaksi impor dan nilai impor. Jika nilai tukar rupiah melemah, kecenderungan dari pelaku pasar dalam memenuhi kebutuhan industri dalam negeri ialah dengan membeli bahan baku di dalam negeri. Sebaliknya, jika nilai tukar rupiah menguat maka kecenderungan pelaku pasar industri dalam negeri seharusnya melakukan impor bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya. Akan tetapi, pilihan sumber bahan baku tersebut hanya bisa dilakukan untuk barang dan jasa yang memiliki ketersediaan baik di daerah pabean maupun diluar daerah pabean. Untuk barang dan jasa yang tidak tersedia di daerah pabean, fluktuasi nilai tukar rupiah tidak akan mengubah asal bahan baku, hanya akan 6
7 mempengaruhi biaya produksi dari produk yang dihasilkan industri tersebut. Penguatan dan pelemahan nilai tukar rupiah yang mempengaruhi nilai impor akan mempengaruhi penerimaan pajak pertambahan nilai impor. Jadi kebijakan pemerintah dalam upaya mengendalikan nilai tukar rupiah akan mempengaruhi nilai impor dan penerimaan pajak pertambahan nilai impor. Inflasi adalah suatu keadaan dalam perekonomian dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Kenaikan harga terjadi karena naiknya permintaan pasar atas barang dan jasa yang tidak dibarengi oleh kenaikan penawaran. Kenaikan harga yang bersifat sementara akibat gejolak pasar seperti pada saat lebaran tidak digolongkan sebagai inflasi. Kenaikan harga barang dan jasa akan diikuti oleh kenaikan nilai impor dengan syarat jumlah dan jenis barang serta jasa yang dimpor tetap sama. Pengaruh inflasi bisa berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor jika inflasi tersebut berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat atas barang dan jasa yang di impor dari luar daerah pabean. Adanya keterkaitan indikator-indikator ekonomi makro, khususnya nilai tukar mata uang rupiah dan tingkat inflasi terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor menarik untuk diperhatikan dan diteliti. Berangkat dari itu, penulis tertarik untuk meneliti keterkaitan tersebut dengan menjadikan penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada Kantor Pelayanan Pajak(KPP) Madya Medan sebagai objek penelitiannya. KPP Madya Medan didirikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal 7
8 Direktorat Jenderal Pajak. Kantor ini merupakan kantor pelayanan yang khusus melayani wajib pajak besar wilayah di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I. Wajib pajak besar wilayah sendiri ditentukan melalui surat keputusan direktur jenderal pajak berdasarkan pertimbangan dan indikator yang ditetapkan oleh direktorat jendaral pajak. Wajib pajak yang terdaftar di KPP Madya medan ditentukan melalui suatu surat keputusan direktur Jenderal Pajak dan tidak bisa berkurang atau bertambah selama tidak ada perubahan atas surat keputusan tersebut. Dengan kondisi tersebut, jumlah wajib pajak yang terdaftar pada kantor ini relatif stabil sehingga menurut penulis sangat tepat dijadikan sebagai objek peneilitian dalam meneliti keterkaitan antara indikator perekonomian makro terhadap penerimaan pajak. Terkait uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh indikator perekonomian makro khususnya nilai tukar mata uang rupiah dan tingkat inflasi dengan penerimaan pajak pertambahan nilai dengan judul PENGARUH NILAI TUKAR MATA UANG RUPIAH DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI IMPOR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA MEDAN. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 8
9 1. Apakah nilai tukar mata uang rupiah berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada KPP Madya Medan? 2. Apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada KPP Madya Medan? 3. Apakah nilai tukar mata uang rupiah dan tingkat inflasi secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Madya Medan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran sejauh mana nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi mempengaruhi penerimaan negara, khususnya penerimaan pajak pertambahan nilai impor pada periode tertentu, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan fiskal dan moneter untuk mencapai perekonomian yang baik, masyarakat yang sejahtera dan pemerintahan yang kuat dan stabil. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Madya Medan. 2. Untuk mengetahui apakah tingkat inflasi berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Madya Medan. 9
10 3. Untuk mengetahui apakah nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai pada KPP Madya Medan Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat secara luas baik secara akademis maupun praktis bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap materi penelitian ini diantaranya: 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis di bidang perpajakan khusunya pengaruh pengaruh nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor. 2. Bagi Pemerintah Dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan fiskal dan moneter dalam usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, khususnya untuk mencapai target penerimaan negara dari penerimaan pajak. 3. Bagi Akademisi Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengetahui dan mengembangkan penelitian mengenai pengaruh nilai mata uang tukar rupiah dan tingkat inflasi terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai impor. 10
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa kantor Inspektorat Daerah Pajak (ITDA) yaitu di Jakarta dan beberapa daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) adalah untuk pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang dimaksud adalah penciptaan akselerasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pengenaan pajak pertambahan nilai di Indonesia. Pajak pertambahan nilai (value
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak Pertambahan Nilai Impor 2.1.1 Sejarah PPN impor Sejarah pajak pertambahan nilai (PPN) impor tidak terlepas dari sejarah pengenaan pajak pertambahan nilai di Indonesia. Pajak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pajak dapat dinikmati oleh semua rakyat Indonesia. terutang dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan. Sebagaia timbal balik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan roda pemerintahan, diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan yang tidak sedikit. Untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Negara.Yaitu dengan melalui salah satu alat ukur yang bernama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk membiayai program-program pembangunan pemerintah baik sektor fisik maupun non-fisik, maka dibutuhkan sumber pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan pembangunan dan menyelenggarakan pemerintahan. Begitu juga termasuk negara Indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting dalam menopang pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dalam negeri. Besarkecilnya pajak akan menentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas saat ini telah meningkatkan interaksi antara Negara berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Desember 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk
BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Esensi dari pada keadilan di bidang perpajakan adalah keseimbangan antara hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.279, 2015 KEPABEANAN. Perdagangan. Ekspor. Impor. Kawasan Berikat. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5768). PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan ini diperlukan strategi yang tepat agar tercapai pemerataan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Keterbukaan Indonesia terhadap modal asing baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara yang mempunyai peran penting dalam pengelolaan keuangan dalam Anggaran Pengeluaran Belanja Negara (APBN). Besarnya pengeluaran
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 20092008 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai salah satu kewajiban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Inflasi yang cenderung mengalami peningkatan, naiknya harga
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PMK.03/2018 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PMK.03/2018 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH TIDAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan nasional merupakan salah satu faktor terpenting dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara menuju terwujudnya masyarakat Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu negara melakukan pembangunan untuk memajukan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, hal ini harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan Nasional merupakan kegiatan yang berlangsung. Secara terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu
Lebih terperinciPENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) (STUDI PADA PENGUSAHA KENA PAJAK DI KABUPATEN BULELENG)
PENERAPAN E-FAKTUR DAN PERSEPSI PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) I Nyoman Putra Yasa 1 (Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja) 1 Email : putrayasanyoman11@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia semakin terintegrasi sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian terbuka yang berhubungan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 20092008 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan faktor yang sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian yang terjadi saat ini mengacu pada perekonomian terbuka, dimana dalam kondisi ini setiap negara melakukan perdagangan antar negara atau perdagangan internasional.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Angka pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara berkembang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya kehidupan tidak pernah lepas dari sebuah tuntutan akan perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perubahan dari zaman ke zaman. Sudah selayaknya dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pajak menjadi sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penerimaan negara yang berasal dari sektor perpajakan memiliki porsi terbesar dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pajak menjadi sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam sejarah pembangunan di Negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Perdagangan internasional merupakan
Lebih terperincifaktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di Indonesia mengalami perubahan. Sejak saat itu Indonesia menganut sistem perpajakan Self Assessment
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 20092008 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 20092008 TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan pasal 4 Ayat 1 Undangundang RI No. 23 Tahun 1999 merupakan lembaga negara yang independen. Hal ini berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan pemerintah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan tentang posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka menjalankan roda pemerintahan dan untuk melaksanakan pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia membutuhkan dana yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Upaya untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat,
Lebih terperinciSURVEI PERSEPSI PASAR
1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 2008 Responden memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-2008 relatif sama dengan triwulan II-2007, namun tingkat inflasi pada triwulan II-2008 diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan pemerintah mengenai penerimaan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 1 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 1. Apa saja pertimbangan diterbikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki arti khusus bagi negara-negara berkembang dalam membuat kebijakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hubungan kausalitas antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah memiliki arti khusus bagi negara-negara berkembang dalam membuat kebijakan dan keputusan anggaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian. Kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Pajak. penerimaan negara terbesar adalah pajak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Pajak juga merupakan suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap warga negara. Dengan terpenuhinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, seperti Indonesia serta dalam era globalisasi sekarang ini, suatu negara tidak terlepas dari kegiatan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 16 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pajak merupakan sumber pendapatan utama Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pajak merupakan sumber pendapatan utama Indonesia. Pentingnya pajak bagi negara dapat dilihat dari peran utama pajak sebagai instrumen utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak lebih dari membeli dan menjual baramg antara pengusaha-pengusaha yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dalam transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Dunia usaha dituntut agar mampu bersaing ditengah kompetisi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan berbagai sektor seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, perekonomian, pola konsumsi masyarakat serta bertambahnya jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN NOMOR SE-62/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah sebuah Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius
Lebih terperincipemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
Lebih terperinci2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t
No.94, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Daerah Pabean Indonesia. Asing. Uang Kertas. Pembawaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6050) PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sudah sering mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sudah sering mengalami perubahan. Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pertama kali terjadi pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah. Sumber penerimaan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber pendapatan Negara Republik Indonesia pada prinsipnya dibagi menjadi dua, yaitu Penerimaan Dalam Negeri dan Hibah. Sumber penerimaan dalam negeri terdiri
Lebih terperinciPENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) mendefinisikan pajak sebagai kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan tanpa mendapat jasa timbal secara langsung dan digunakan untuk membayar
Lebih terperinciPENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PENERIMAAN PPN
PENGARUH TINGKAT INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PENERIMAAN PPN Titi Warnita 1, Popi Fauziati 1, Resti Yulistia Muslim 2 Jurusan Akuntansi Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penulisan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang lebih terbuka (oppeness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian, memiliki peran yang cukup penting dalam pembangunan pertanian Indonesia. Perkebunan teh merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dan dinamika kebutuhan masyarakat yang kian meningkat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut adanya ketersediaan anggaran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak Penghasilan merupakan pajak pemerintah pusat yang dipungut oleh negara berdasarkan sistem self assessment. Pajak Penghasilan berkontribusi sebesar 47,01% dari
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERLAKUAN KEPABEANAN, PERPAJAKAN, DAN CUKAI SERTA TATA LAKSANA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BARANG KE DAN DARI SERTA BERADA DI KAWASAN YANG
Lebih terperinciPER - 50/PJ/2009 TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT
PER - 50/PJ/2009 TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT Contributed by Administrator Monday, 07 September 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR
Lebih terperinciBab. I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Bab. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perusahaan yang mengeluarkan saham di pasar modal untuk mendapatkan dana disebut
Lebih terperinci