1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

Ir. H. Djuanda di bagian hilir DAS (luas permukaan air ha) selesai dibangun tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kualitas

BUDIDAYA IKAN DI WADUK DENGAN SISTEM KERAMBA JARING APUNG (KJA) YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR DANAU DAN/ATAU WADUK

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sekitar 21% persediaan air Asia Pasifik (Walhi, 2005). Perairan air tawar, salah

Penataan Wilayah Pengembangan FAKULTAS PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

permukaan, sedangkan erosi tanah pertanian dapat menyebabkan tingginya parameter TSS dan sedimentasi pada sungai dan waduk. Permasalahan degradasi

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan utama seluruh makhluk hidup. Bagi manusia selain

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

I. PENDAHULUAN. berdampak buruk bagi lingkungan budidaya. Hal ini erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya perairan umum untuk aktivitas budidaya ikan air tawar menjadi sangat penting seiring

Transkripsi:

1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya air merupakan salah satu sumberdaya alam yang menjadi prioritas dari lima area kunci hasil Konferensi Sedunia Pembangunan Berkelanjutan (World Summit on Sustaiable Development, WSSD). Lima area kunci yang dimaksud terdiri atas air, energi, kesehatan, pertanian, dan keanekaragaman hayati (Water, Energy, Health, Agriculture and Biodiversity, WEHAB). Kelima aspek tersebut memiliki dampak yang sangat besar pada kehidupan manusia, dalam interaksinya dangan alam, dan keberlanjutan kehidupannya di masa datang. Oleh karena itu, sumberdaya perairan danau dan waduk menjadi prioritas global sebagai potensi ketersediaan sumberdaya air tawar karena 90% air tawar di permukaan bumi tersimpan di dalam danau dan waduk (KLH 2008). Di Indonesia sumberdaya perairan waduk umumnya mempunyai multifungsi baik secara teknis maupun ekologis. Secara teknis waduk berfungsi sebagai pencegah banjir, penyedia air untuk pembangkit tenaga listrik, irigasi, industri, pariwisata dan transportasi air serta lahan pengembangan budidaya perikanan. Sedangkan secara ekologis waduk mempunyai fungsi sebagai habitat kehidupan biota air (keanekaragaman hayati) seperti jenis-jenis ikan endemik (KLH 2008). Waduk Cirata merupakan salah satu waduk yang terletak di Jawa Barat yang dibangun dengan membendung aliran Sungai Citarum. Fungsi utamanya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dengan daya listrik yang dihasilkan sebesar 1.008 MW untuk mensuplai kebutuhan listrik daerah Jawa dan Bali (Loebis dan Syariman 2003). Selain itu, waduk juga dimanfaatkan sebagai lahan pengembangan budidaya perikanan. Aktivitas budidaya ikan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata mengalami perkembangan yang pesat. Berdasarkan data dari BPWC (2008) jumlah KJA telah mencapai 51.418 petak. Bahkan sampai tahun 2008 luas area KJA sudah mencapai 20% dari luasan waduk (Radiarta dan Ardi 2009), yang idealnya luas area KJA tersebut ditetapkan hanya 1% dari luas waduk (BPPAT 1996 dan SK Gubernur Jabar No. 41 Tahun 2002).

2 Dewasa ini, tekanan terhadap lingkungan perairan waduk tidak hanya disebabkan oleh semakin berkembangnya budiaya perikanan, namun juga meluasnya pemanfaatan lahan di sekitar waduk untuk pertanian, pemukiman dan peruntukan lainnya. Menurut Xiaoyan et al. (2002) masing-masing tutupan lahan akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kondisi perairan waduk. Pemanfaatan perairan waduk maupun daerah di sekitar Waduk Cirata yang kurang terkendali telah meningkatkan beban pencemaran yang diterima waduk. Peningkatan pencemaran nutrien yang masuk ke waduk diduga telah melebihi daya tampung waduk. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan meningkatnya beban pencemaran nutrien di waduk yaitu terjadinya blooms alga dan berkembangnya blue green algae serta terjadi dominasi komunitas fitoplankton oleh Cyanophycea, terutama Gloeocapsa, Oscillatoria dan Mycrocystis (Garno 2006). Hasil sejumlah penelitian menunjukkan bahwa blooming alga mendorong terjadinya dominasi jenis alga beracun yang membahayakan bagi organisme akuatik, hewan ternak maupun manusia yang memanfaatkan perairan tersebut (UNEP & ILEC 2003; Puslitbang SDA 2006; Ostojic et al. 2007 ). Dampak lain dari blooming alga adalah terjadinya penggumpalan di permukaan air yang menyerupai buih. Pengkayaan nutrien di Waduk Cirata juga telah mengakibatkan munculnya penghambat pertumbuhan bagi organisme perairan terutama ikan. Hal ini terjadi karena melimpahnya jenis alga yang toksik sehingga ketersediaan pakan alami berkurang, kebutuhan oksigen terlarut terbatas, dan meningkatnya jenis maupun kosentrasi senyawa toksik. Hasil penelitian terhadap ikan budidaya di Waduk Cirata menunjukkan pertumbuhan yang tidak normal diduga timbul dari kondisi lingkungan yang tercemar bahan organik (Komarawidjaja et al., 2005). Kondisi yang lebih buruk terjadinya kematian masal ikan budidaya, dalam kurun waktu empat belas tahun (1994 2008) di Waduk Cirata tercatat telah terjadi kematian masal ikan sebanyak 7.968 ton atau rata-rata 569,14 ton/tahun (Azwar et al. 2004; BPWC 2008). Dampak lain terjadinya pengkayaan nutrien di Waduk Cirata adalah terjadinya perubahan warna perairan waduk dan bau busuk yang menyengat (Garno 2006). Kondisi perairan waduk yang demikian menyebabkan menurunnya kualitas perairan waduk dan estetika serta keindahannya. Kondisi waduk tersebut diduga juga menurunkan nilai potensi ekonomi waduk sebagai fungsi pariwisata dan fungsi utama waduk sabagai PLTA.

3 Pengkayaan unsur nutrien di perairan Waduk Cirata telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap kelestarian fungsi waduk dan merugikan bagi pengguna (stakeholder). Komarawidjaja (2004) menyatakan bahwa dampak pencemaran beban nutrien di perairan waduk pada akhirnya bermuara pada gangguan sosial ekonomi masyarakat, khususnya yang memanfaatkan ekosistem perairan waduk. Salah satu tahapan penting yang diperlukan dalam penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya perairan waduk adalah identifikasi masalah yang mengemuka sebagai dampak kegiatan pembangunan. Masalah utama tersebut merupakan masalah kualitas lingkungan dan sumberdaya alam serta jasa-jasa lingkungan. Para pakar berpendapat bahwa semua perencanaan pengelolaan danau maupun waduk harus dilakukan secara terpadu (integrated) dengan mempelajari dampak aktivitas di daerah tangkapan airnya (watershed) dan aktivitas yang berlangsung di danau atau waduk itu sendiri (Tundisi & Tundisi 2003; Lehmusluoto et al. 2004; Gunawan et al. 2004). Sejauh ini, pendekatan pengendalian pencemaran nutrien di perairan Waduk Cirata umumnya dilakukan secara parsial yang terkait dengan aspek ekologi dengan pertimbangan biofisik. Abdoellah dan Asdak (2000) menyatakan pengelolaan pembangunan yang bersifat parsial telah meningkatkan degradasi sumberdaya alam dan penurunan kualitas lingkungan. Di sisi lain, Miranda (2000) menjelaskan bahwa untuk pengelolaan sumberdaya air tawar, seperti waduk, harus dilakukan dengan pendekatan secara holistik dengan mengintegrasikan antara faktor lingkungan, ekonomi dan sosial. Dengan meningkatnya kompleksitas proses pembangunan, membutuhkan suatu pendekatan strategi pembangunan yang senergis dengan menempatkan keseimbangan antara perspektif alam, aspek lingkungan, ekonomi dan sosial (Abddoellah 2000). Selanjutnya dijelaskan, pendekatan strategi pembangunan yang holistik dan integratif yang saling terkait secara ekologis dapat menjadi solusi perbaikan dalam pengelolaan lingkungan. Abdoellah dan Asdak (2000) menambahkan pendekatan yang integratif lebih memberikan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan ekologi. Penerapan pengelolaan waduk yang sesuai dengan daya dukung diyakini dapat menciptakan kualitas lingkungan yang baik dan memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk. Kombinasi pengaturan pengelolaan aktivitas di internal dan eksternal waduk secara optimal dengan tetap mendukung kelestarian

4 lingkungan. Untuk tujuan ini membutuhkan penelitian dan waktu serta biaya yang besar. Untuk menghemat waktu dan biaya digunakan analisis sistem yaitu penyederhanaan dalam bentuk model dan simulasi. Dari hasil simulasi akan dapat diketahui model pengelolaan waduk yang paling sesuai dengan daya dukung pemanfaatan waduk, sosial masyarakat dan secara ekonomi bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. 1.2. Kerangka Pemikiran Ada tiga aspek yang menjadi fokus penelitian dalam penanganan input beban nutrien di waduk yang terdiri atas: aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Aspek ekologi terkait dengan hidrologi waduk, ketersediaan air waduk atau volume waduk digunakan untuk menentukan daya tampung beban nutrien di waduk. Volume air waduk tergantung dari penyimpanan dan pelepasan air waduk terutama dari karakteristik aliran masuk dan dinamika kebutuhan yang mungkin selalu bertambah dari waktu-kewaktu, sedangkan kapasitas waduk tetap (Hadihardaja 2006). Sesuai dengan ketentuan PerMen LH No. 28 tahun 2009 pasal 1 dijelaskan daya tampung beban pencemaran air waduk adalah kemampuan air danau dan air waduk untuk menerima masukan beban pencemaran tanpa mengakibatkan air danau dan air waduk menjadi cemar. Dengan demikian, khususnya sumber daya air danau atau waduk, pengertian daya tampung tersebut lebih spesifik yaitu kemampuan perairan danau atau waduk menampung beban pencemaran air sehingga kualitas air tetap memenuhi syarat atau baku mutu serta sesuai dengan status trofik yang disyaratkan (KLH 2008). Oleh karena itu, aktivitas sumber fosfor dari sumber eksternal dan internal waduk penting diketahui besarnya alokasi beban fosfor dalam menentukan daya tampung waduk. Aspek ekonomi sehubungan dengan pemanfaatan perairan waduk dan lahan disekitarnya untuk aktivitas ekonomi yang terdiri atas: perikanan dan pertanian. Garno (2006) menyatakan bahwa ada kecenderungan bertambahnya jumlah KJA di perairan Waduk Cirata dapat meningkatkan jumlah beban nutrien di waduk. Oleh karena itu, masalah lingkungan perairan waduk timbul karena adanya interaksi antara aktivitas ekonomi dan daya dukung lingkungan yang terbatas. Semakin besar jumlah dan intensitas eksploitasi sumberdaya air tersebut, dampaknya terhadap degredasi kualitas lingkungan cenderung semakin meningkat (Sukimin 1999; Sudjana 2004).

5 Selain itu, aktivitas pertanian di sekitar waduk terutama yang menggunakan pupuk secara berlebihan mengakibatkan meningkatnya beban nutrien yang masuk ke perairan waduk karena adanya limpasan (runoff) dari lahan pertanian tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah nutrien yang hilang dari lahan pertanian berkisar antara 240-1.066 kg N/ha, 80-120 kg P 2 O 5 /ha, dan 108-197 kg K 2 O/ha per musim tanam (BBPPSDLP 2008). Aspek sosial merupakan dampak aktivitas pemukiman penduduk di daerah sekitar waduk. Adanya buangan limbah cair rumah tangga dari aktivitas pemukiman penduduk di sekitar waduk, seperti penggunaan deterjen untuk mencuci. Bekas air cucian yang dialirkan langsung ke sungai yang mengalir ke waduk menjadi input beban nutrien di perairan waduk. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa aktivitas budidaya ikan sistem KJA di waduk dan aktivitas pertanian serta pemukiman di sekitar waduk menjadi dasar pertimbangan dalam membangun model dinamik pengendalian aktivitas sumber fosfor (P) di Waduk Cirata. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas orang lain merupakan suatu eksternalitas. Eksternalitas terjadi jika suatu kegiatan menimbulkan manfaat atau biaya bagi kegiatan atau pihak di luar pelaksana kegiatan tersebut. Eksternalitas ditambah dengan biaya swasta disebut sebagai biaya sosial. Biaya sosial berkaitan dengan kerusakan lingkungan hidup yang dapat dianggap biaya pembangunan ekonomi (Randall 1987). Pemanfaatan waduk Cirata memperlihatkan adanya konflik kepentingan yaitu antara upaya mempertahakan kualitas lingkungan yang baik dan peningkatan produksi atau pendapatan penduduk. Kondisi ini membutuhkan penanganan yang serius agar pemanfaatan waduk dapat berlangsung secara berkelanjutan. Untuk itu pemanfaatan waduk harus disesuaikan dengan daya dukungnya. Pemanfaatan waduk yang tidak memperhatikan daya dukungnya justru akan menyebabkan kualitas perairan waduk menurun. Buruknya kualitas perairan waduk akibat pengkayaan unsur nutrien berdampak terhadap produktivitas waduk menurun dan meningkatkan biaya sosial dalam lingkungan waduk. Perencanaan dan penataan pengelolaan waduk yang baik membutuhkan dana. Ini menjadi kendala karena seringkali manfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat tidak sebanding dengan biaya yang dibutuhkan, terutama akibat adanya nilai manfaat lingkungan yang tidak dinilai secara ekonomi. Upaya valuasi ekonomi dalam penelitian ini akan memberikan gambaran manfaat

6 lingkungan yang diperoleh dalam terminologi ekonomi. Nilai ini akan menjadi masukan bagi penyusunan kebijakan dalam penantaan dan pengelolaan waduk yang berwawasan lingkungan dan membantu dalam penyusunan perencanaan waduk. Secara skematis kerangaka pemikiran yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dililhat pada Gambar 1. Pemanfaatan waduk Cirata Dampak pemanfaatan Penilaian ekonomi Pemukiman sawah Perikanan Nilai guna Nilai bukan guna Limbah deterjen Limbah pupuk Limbah pakan Nilai guna langsung Nilai guna tidak langsung Submodel aktivitas sumber fosfor eksternal Submodel aktivitas sumber fosfor internal Ikan Air Keindahan Hidrologi & morfologi waduk Daya tampung beban fosfor di waduk Perikanan PLTA Transportasi Rekreasi Air Model dinamik pengendalian aktivitas sumber fosfor waduk secara terpadu dan berwawasan lingkungan Nilai ekonomi total Rekomendasi kebijakan pengendalian aktivitas sumber fosfor waduk secara terpadu dan berwawasan lingkungan Tidak dihitung Gambar 1 Kerangka pemikiran pengendalian aktivitas sumber fosfor secara terpadu di waduk

7 1.3. Perumusan Masalah Permasalahan beban fosfor di Waduk Cirata dipengaruhi oleh dampak berkembangnya pemanfaatan waduk untuk kepentingan ekonomi maupun sosial di lahan sekitar waduk dan dalam perairan waduk. Lahan di sekitar waduk telah banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Penggunaan pupuk di lahan pertanian, limbah rumah tangga penggunaan deterjen dari pemukiman penduduk di sekitar waduk. Budidaya ikan sistem KJA di Waduk Cirata sudah barang tentu memberikan dampak baik positif maupun dampak yang negatif, baik terhadap manusia yang memanfaatkannya maupun terhadap sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya. Dampak positif bagi masyarakat antara lain meningkatnya taraf hidup dan menambah lapangan pekerjaan. Dampak negatif dari KJA adalah meningkatnya limbah sisa pakan yang berakibat menurunnya kualitas air waduk. Selain itu, diduga kurangnya informasi teknologi dan lemahnya pengawasan membuat pembudidaya melakukan aktivitas budidaya dengan pemberian pakan ikan dengan sistem pompa (ikan diberi pakan sekeyang-kenyangnya) dan menambah jumlah KJA tanpa mempertimbangkan kapasitas lingkungan perairan waduk. Berdasarkan data jumlah KJA sampai tahun 2008 sudah mencapai 51.418 petak KJA (BPWC 2008). Sedangkan SK Gubernur Jawa Barat No. 41 Tahun 2002 jumlah KJA hanya diperbolehkan sebanyak 12.000 KJA. Berdasarkan jumlah KJA, telah melebihi kapasitas perairan waduk yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, dampak aktivitas di daerah eksternal maupun di internal waduk diduga telah meningkatkan beban P yang masuk ke waduk. Menurut Ostojic et al. (2007) secara alamiah proses meningkatnya jumlah nutrien di waduk dan danau berlangsung lama, namun fenomena pengkayaan nutrien akibat antropogenik berlangsung secara dramatis proses ini terjadi karena dampak berbagai aktivitas manusia di drainase waduk atau danau. Tingginya beban pencemaran yang masuk ke perairan waduk dapat mempengaruhi daya tampung waduk. Semakin tinggi jumlah beban pencemar yang masuk ke perairan waduk mengakibatkan daya tampung waduk semakin menurun karena waduk mempunyai daya tampung yang terbatas. Pada kondisi beban pencemaran di perairan waduk melebihi daya tampungnya, maka mempengaruhi nilai ekonomis pemanfaatan dari sejumlah fungsi waduk yang ada.

8 Berdasarkan serangkaian permasalahan aktivitas sumber fosfor dari dalam waduk dan daerah sekitarnya, maka untuk membangun model dinamik pengendalian aktivitas sumber fosfor waduk secara terpadu dan berwawasan lingkungan dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Berapa tingkat daya tampung perairan Waduk Cirata terhadap beban total fosfor dari aktivitas di dalam waduk dan daerah sekitarnya? 2. Berapa nilai ekonomi total pemanfaatan Waduk Cirata? 3. Faktor dominan apa saja yang mempengaruhi pengendalian aktivitas sumber fosfor di Waduk Cirata? 4. Bagaimana model dinamik pengendalian aktivitas sumber fosfor di Waduk Cirata secara terpadu dan berwawasan lingkungan? 1.4. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian untuk membangun model dinamik pengendalian aktivitas sumber fosfor di Waduk Cirata secara terpadu dan berwawasan lingkungan. Tujuan antara penelitian: 1. Menganalisis daya tampung beban total fosfor dalam perairan Waduk Cirata dari aktivitas di dalam waduk dan daerah sekitarnya 2. Menganalisis nilai ekonomi total dari pemanfaatan Waduk Cirata 3. Mendapatkan faktor dominan yang mempengaruhi pengendalian aktivitas sumber total fosfor di Waduk Cirata 4. Membuat model dinamik pengendalian aktivitas sumber fosfor di Waduk Cirata secara terpadu dan berwawasan lingkungan 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Pengembangan IPTEK dalam pengendalian aktivitas sumber fosfor untuk pengelolaan lingkungan perairan waduk yang lestari. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menyusun strategi kebijakan penanganan pengkayaan nutrien P di perairan waduk. 3. Bagi pihak pengelola waduk model dinamik nutrien P dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil tindakan-tindakan perbaikan lingkungan untuk mempertahankan fungsi waduk.

9 4. Masyarakat pengguna waduk dapat memahami dan mau mengikuti batas toleransi lingkungan perairan dapat menerima beban nutrien P untuk mempertahankan keberlajutan aktivitas usaha yang dilakukan di perairan waduk. 1.6. Kebaruan (Novelty) Penelitian Hasil penelitian model dinamik pengendalian aktivitas sumber fosfor secara terpadu di waduk yang memperhitungkan sumber fosfor dari eksternal dan internal waduk secara temporal